PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 29 Februari 2016

Sinopsis Madame Antoine Episode 12 Part 2

Keduanya nonton TV bersama, Soo Hyun memulai pembicaraan  dengan batanya Apa hal yang paling ingin dimiliki Hye Rim. Mendengar pertanyaan Soo Hyun berpikir pacarnya itu akan membelikan untuknya. Soo Hyun rasa mungkin akan membelikanya. Hye Rim memikirkan lalu mengatakan ingin sebuah tongkat sihir. Soo Hyun heran berpikir itu seperti dalam film Harry Potter.
Kenapa, apa ada Voldemort yang harus kau kalahkan?” tanya Soo Hyun
Aku menginginkannya untuk melakukan semua hal yang merepotkan bagiku. Seperti menendang keluar pelanggan yang aneh dan membuatku fasih dalam bahasa Perancis tanpa harus menghafal frase Lalu membuat agar kau datang kepadaku setiap kali aku memanggilmu.” Cerita Hye Rim dengan senyuman lalu bertanya apa yang diinginkan Soo Hyun.

Soo Hyun berpikir sejenak sambil memegang bibirnya, lalu menunjuk ke arah TV. Hye Rim pikir Soo Hyun menginginkan sebuah TV. Soo Hyun menjelaskan apa yang sedang orang itu lakukan, yaitu mengirimkan sebuah pesan video. Hye Rim melotot mengingat perkataan Ji Ho tentangTahap dua, yaitu Ada pengakuan cint menggunakan buku sketsa dan merekam "Surat video." Dalam hatinya menjerit “Tidak mungkin. Soo Hyun memanggil Hye Rim yang melamun. 
Jangan. Jangan katakan itu.” Jerit Hye Rim dalam hati, Soo Hyun mengatakan ingin meminta Hye Rim membuat sebuah pesan video.
“Kupikir kau menghentikan eksperimennya! Jerit Hye Rim melotot tajam. Soo Hyun bertanya apakah Hye Rim bisa merekamkan untuknya dengan wajah tersenyum.
Tidak! Kenapa aku harus melakukan hal seperti itu?” kata Hye Rim menolak dengan wajah sinis
Aku bahkan menaruh bunga di rambutku dan menyatakan cinta kepadamu.” Ucap Soo Hyun tak terima
Apa kau satu-satunya yang melakukan itu semua? Aku juga menulis jurnal untukmu!” teriak Hye Rim
Dan aku menuliskannya untukmu setiap hari!” balas Soo Hyun tak mau kalah
Tapi sebelumnya kau sudah berjanji padaku untuk melakukan itu! Kenapa kau sangat perhitungan? Memberi dan menerima, memberi dan menerima... apakah hubungan kita adalah kesepakatan bisnis?” jerit Hye Rim, Soo Hyun kesal karena tak merasa mengatakan hal itu.
Kau selalu menuntut banyak hal dariku Bahkan tanpa memberitahuku tentang eksperimen!” teriak Hye Rim,
Kapan aku pernah melakukanya? aku menceritakan semuanya tentang eksperimen Dan juga, itu pekerjaanku. Kenapa aku harus memberitahu semua tentang itu kepadamu?” ucap Soo Hyun dengan nada tinggi

Hye Rim ingin memberikan alasan kalau diriya itu..... dalam hatinya bergumam Karena aku subjek utama, kau memang bajingan! Soo Hyun menantang Hye Rim untuk mengatakan saja. Hye Rim meragukan Soo Hyun itu  benar-benar seorang spesialis dalam psikologi perempuan, karena menurutnya  Wanita biasanya ingin tahu segalanya tentang seorang pria yang dikencani.
“Aku memang seorang spesialis dalam psikologi perempua Tapi jujur, kupikir itu adalah masalah besar pada wanita! Tidak mungkin kau bisa benar-benar mengenal seseorang bahkan jika kau berkencan dan juga itu tidak harus melakukan itu” tegas Soo Hyun
Kalau begitu aku akan mengatakan apa yang kau katakan kepadaku. Bahkan jika kita berkencan, aku tidak wajib melakukan segala sesuatu yang kau minta untuk aku lakukan! Aku tidak akan melakukan apapun untukmu, bahkan jika aku mati!” teriak Hye Rim dengan mata melotot
Soo Hyun setuju dan meminta mereka melupakan saja, lalu mengeluh dengan nada kasar. Hye Rim makin marah mendengar Soo Hyun berani mengatakan hal itu padanya, Soo Hyun heran bahkan tidak bisa mengatakan apapun untuk dirinya sendiri. Hye Rim berteriak kalau Sooo Hyun itu sudah merendahkanya. Soo Hyun melonggo, memilih untuk menghentikan perdebatan mereka.
Kenapa kau bicara seakan kau membiarkanku lolos? Apa kau mengatakan itu karena kau tidak menyadari betapa marahnya seseorang karena dirimu dengan mengatakan hal-hal seperti ini setelah bertengkar? Kesalahan siapa ini sebenarnya? teriak Hye Rim

Lalu, apa yang kau ingin untuk aku lakukan? Aku tidak bisa mengatakan "mari kita berhenti" atau hanya berbicara dengan diriku sendiri. Lalu apa Kau ingin aku untuk berlutut dan memohon atau apapun itu?” jerit Soo Hyun
Aku tidak membutuhkan semua itu. Mari kita... kita....putus saja!” tegas Hye Rim dengan mata melotot
Soo Hyun terdiam lalu bertanya apakah memang itu benar-benar keluar dari hatinya. Hye Rim membenarkan, Soo Hyun dengan tenang meminta Hye Rim tidak mengatakan hal-hal seperti itu begitu mudah dan ia tak akan  mengambil kembali kata-katanya setelah mengatakan itu. Hye Rim menegaskan kalau itu adalah bagaimana perasaannya sebenarnya dan berharap Soo Hyun bahagia mendengarnya.
Akhirnya Soo Hyun mengingatkan kalau ia datang itu bukan karena keinginanya tapi karena Hye Rim yang mengundangnya, lalu tersenyum saat menyapanya didepan pintu, mereka makan malam bersama, dan tiba-tiba sekarang meminta putus, merasa pacarnya itu memiliki sifat yang rapuh. Hye Rim menyalahkan Soo Hyun yang meminta membuat rekaman video.
Soo Hyun pikir kalau Hye Rim bertindak seperti ini hanya karena satu hal menurutnya kalau memang tak ingin, maka jangan melakukannya dan bertanya apakah semua itu adalah bisa dijadikan alasannya marah lalu meminta putus. Hye Rim ingin membuka mulut memberitahu semuanya, tapi akhirnya menyuruh Soo Hyun pergi saja karena tak ingin melihat wajahnya. Soo Hyun kaget Hye Rim mengusirnya.
Hye Rim menyuruh Soo Hyun cepat pergi, Soo Hyun mengambil jaketnya, sebelum pergi ia mengatakan pada Hye Rim kalau dirinya itu seseorang yang menganggap semua orang harus bertanggung jawab atas kata-kata mereka.
Kau tidak akan menyesal meminta putus, kan?” tanya Soo Hyun untuk menyakinkan keputusan Hye Rim.
Tentu saja tidak.” Kata Hye Rim dengan mata sinis dan tangan dilipat didada.
Baiklah... kalau begitu kita putus.” Ucap Soo Hyun lalu keluar rumah.
Ya, kita putus! Kau pikir aku akan menyesal!!!” jerit Hye Rim sambil minum wine langsung dari botolnya. 

Soo Hyun duduk diatas mejanya, mengingat kembali ucapan Hye Rim dengan mata melotot mengajak untuk putus. Teringat kembali saat masih kecil dan memegang es krim, ibunya mengatakan akan datang pada hari ulang tahunnya jadi meminta untuk menunggu.
Jika kau terus menumpahkan es krim pada dirimu sendiri, aku tidak akan datang pada hari ulang tahunmu!” ucap Sang Ibu sambil membersihkan bekas es krimnya.
Teriakan Hye Rim masih terdengar ketika menyuruhnya pergi, dan tetesan es mengenai tanganya. Lalu bunga yang digunakan untuk menyatakan cinta pun jatuh ke lantai, Air mata Soo Hyun pun jatuh ke pipinya. Ia mengambil bunga yang jatuh dan membuangnya ke tempat sampah. 

Soo Hyun mendatangi ibu Tae Hwa dengan membawakan buah dan mengingatkan kalau ia adalah teman SMA anaknya. Ibunya sudah pasti tahu karena mereka pergi bersama Stanford bersama Tae Hwa. Soo Hyun melotot kaget dan membenarkanya.
Ibu Tae Hwa binggung melihat penampilannya sedikit berubah dan memperlihatkan foto yang dipajangnya kalau Soo Hyun itu memang berbeda di fotonya, kalau anaknya foto dengan Soo Hyun disana. Soo Hyun melihat foto Tae Hwa yang diedit dibagian kepala, lalu mengaku mengubah gaya rambutnya.
Aku membesarkannya sendirian tanpa ayahnya, tapi dia tumbuh menjadi anak yang hebat. Semua yang aku lakukan adalah secara diam-diam menaruh harapanku kepadanya.” Cerita Ibu Tae Hwa, Soo Hyun mengerti sambil melihat sekeliling rumah Tae Hwa. 

Soo Hyun baru saja mengantung jaketnya, Ji Ho masuk ruangan memberitahu detektif datang untuk menemui Soo Hyun. Dua orang detektif masuk ruangan memberikan foto Tae Hwa dan bertanya apakah mengenal orang itu. Soo Hyun melihat dengan jelas dan mengaku Tae Hwa ada temannya saat masih SMA.
Apa kau menyadari kalau dia sudah mencuri identitasmu?” tanya detektif, Soo Hyun mengatakan sudah tahu
Jadi kenapa kau tidak melaporkannya?” tanya Detektif heran
Dia melakukan konsultasi dengan kantor kami sebelumnya. Aku sedang mengawasinya karena aku menduga dia mungkin memiliki kondisi mental yang terganggu.” Jelas Soo Hyun, Detektif bertanya apa diagnosanya.

Karena kerahasiaan antara pasien-dokter, aku tidak bias memberitahumu informasi tersebut. Tapi... Apa dia sudah berpura-pura memiliki banyak pekerjaan lain, selain milikku?” ucap Soo Hyun
Iya. Seorang profesor, pengacara, dan bahkan direktur sebuah perusahaan besar, Ada cukup banyak dan Orang-orang yang pernah menjadi korbannya sudah menggugat dia serta istrinya sedang dalam proses untuk mencoba membatalkan pernikahan mereka. Ponselnya terus dimatikan dan kami sedang mencoba untuk melacaknya dengan rekaman CCTV. Tapi itu terbukti cukup sulit. Apakah ada tempat yang bisa kau perkirakan dimana dia mungkin berada?” tanya detektif
Aku tidak tahu Dan karena dia adalah pasienku, aku tidak bisa memberitahumu bahkan jika aku tahu. Aku minta maaf.” Tegas Soo Hyun 


Soo Hyun pergi keruang tunggu dan mencari nomor Tae Hwa di ponselnya, lalu terlihat sedikit ragu. Malam harinya, ia mengendarai mobilnya ke sebuah tempat. Tae Hwa membaca pesan di ponselnya [Kang Tae Hwa... Ini adalah Agen Hitam. Samjin Industries, Area B, lantai 2 Pada malam hari tanggal 27 pada jam 8 malam]
Seorang pria berjas hitam datang menemuiny memutuskan kalau Tae Hwa diberhentikan. Tae Hwa tak bisa terima, menjelaska kalau ia mendekati seorang broker yang terdaftar dengan HID. Pria berjas hitam bertanya kenapa Tae Hwa tidak mengirimkan identitas VIP itu?
Aku mencoba yang terbaik untuk mendapatkannya. Dengan menggunakan banyak kepribadian lainnya.” Jelas Tae Hwa
Berkasmu sekarang akan dimusnahkan.” Tegas Si Pria berjas
Tae Hwa meminta maaf, meminta untuk memberikan satu kesempatan lagi. Soo Hyun datang melihat Tae Hwa yang berbicara sendiri memohon  untuk memberikan satu kesempatan lagi

Akhirnya ia mendekat dan memanggil temanya, Tae Hwa kaget melihat temanya bisa menemukan keberadaanya. Soo Hyun meminta maaf karena ia berpura-pura menjadi Agen Hitam dan mengirimikanya pesan. Tae Hwa tak percaya karena pria itu benar-benar ada, ketika melihat ke belakang orang itu sudah menghilang dan bertanya kemana perginya orang itu.
Soo Hyun kembali mendekat mengajak Tae Hwa untuk berbicara, seorang detektif memanggil Tae Hwa, melihat ada polisi Tae Hwa memilih untuk kabur. Soo Hyun dan detektif pun mengejar Tae Hwa, ketika menuruni tangga dibawah sudah dihadang detektif lainya meminta untuk menyerah saja.  Tae Hwa berusaha melompat tapi kakinya malah terkilir.
Kang Tae Hwa. Kami menahan kau untuk penipuan dan pencurian identitas.” Ucap Polisi sambil memasang borgol

Tunggu.... Pertama-tama Orang ini membutuhkan perawatan dan ini yang paling utama. Dia menderita delusi serta mythomania (penyakit suka berbohong bukan dengan tujuan menipu orang lain)  dan bahkan menderita gangguan kepanikan karena itu, jadi...” jelas Soo Hyun mencoba menahan Tae Hwa untuk dibawa ke polisi
Katakan itu kepada orang-orang di pengadilan!” tegas Detektif
Soo Hyun meminta polisi menunggu sebentar, dengan mata berkaca-kaca memeluk Tae Hwa untuk menenangkanya kalau semua akan baik-baik saja dan berjanji akan segera menemuinya jadi meminta untuk sabar menunggu. Tae Hwa menangis meminta Soo Hyun tak perlu memaafkanya, karea ia telah melakukan begitu banyak kesalahan kepadanya. 

Detektif datang menemui Soo Hyun memberitahu  Setelah mempertimbangkan pendapatnya mereka telah menangguhkan penahanannya dan harus memindahkannya ke fasilitas mental, jadi meminta Soo Hyun untuk melakukan konsultasi walauun dalam waktu yang singkat.  Ibu Tae Hwa berada diruang kontrol, Ji Ho masuk memberikan earphone agar bisa mendengar pembicaraan diruang sebelah.
Soo Hyun masuk ruangan melihat Tae Hwa hanya tertunduk, wajahnya tersenyum melihat teman lamanya, lalu mengingatkan saat masih SMA, mereka mabuk di ruamhanya  dan memainkan permainan 3-6-9. kemudian Semuanya kalah, dan sampai tersisa hanya mereka berdua. Tae Hwa mulai mengangkat wajahnya menatap Soo Hyun.
Kupikir kita melewati seratus kali selama permainan itu, apakaha aku salah tentang hal itu? Permainannya menjadi terlalu lama dan kita merasa dicurangi karena kita berdua adalah satu-satunya yang tidak bisa minum. Kupikir kita sampai 120...an dan aku akhirnya menang, kan? Yah.. saat itu aku menang.” cerita Soo Hyun, Tae Hwa merasa dirinya yang menang saat itu.
Soo Hyun tertawa mengejek, merasa kalau ia yang menang, Tae Hwa tertawa sambil mengejek Soo Hyu kalau dirinya yang menang. Soo Hyun berpikir tentang hal itu menurutnya pertandingan sepak bolanya cukup gila juga, kalau saja dirinya tidak menjadi kiper mungki kelas mereka bisa menang.
Tae Hwa kembali mengejek, kalau Soo Hyun itu menendang bola ke gawang sendiri. Keduanya tertawa bersama, Soo Hyun pikir Selalu sangat mudah untuk mencoba melupakan hal yang tidak menyenangkan, lalu setelah itu  mendapat tambahan waktu, Tae Hwa menyela kalau ia yang mencetak gol. Keduanya saling high five dengan wajah bahagia mengingat jaman SMA dulu.

Itu sebabnya aku benar-benar percaya padamu. Karena aku tahu bahwa kau akan menang jika kau berada di pihak kami saat pertandingan sepak bola Dan aku yakin ibumu juga. Karena... Jika seseorang percaya padamu, maka nilaimu akan naik secara dramatis dan kau akan bisa masuk ke perguruan tinggi manapun yang kau inginkan.” Ucap Soo Hyun
Kau tahu kalau semua itu bohong. Kapan nilaiku pernah naik? Universitas Seoul? Harvard? Kapan aku pernah masuk ke perguruan tinggi itu? Seorang direktur di sebuah perusahaan besar, seorang pengacara... profesor? Bagaimana mungkin aku bisa menjadi semua itu? Apakah itu masuk akal?” kata Tae Hwa menahan tangisnya, Sang ibu terlihat shock mendengarnya.
Aku bisa saja hidup dengan nyaman. Aku bisa menjalani kehidupan normal, bukannya yang serakah seperti itu! Tapi... kau tahu betapa sulitnya semua hal untukku karena kalimat itu, "Aku percaya padamu?"” jerit Tae Hwa meluapkan amarahnya.
Apa kata-kata itu memberimu banyak tekanan?” tanya Soo Hyun

Ibuku pasti bodoh! Apa yang dia harapkan dari anak laki-laki yang hanya bias bermain sepak bola? Seharusnya dia merasa aneh jika nilaiku naik secara dramatis! Tapi kenapa dia tersenyum begitu cerah? Kenapa dia begitu baik padaku, dan membuatku seperti makanan lezat?” cerita Tae Hwa sambil menangis,
Ibu Tae Hwa pun ikut menangis karena sangat mengharapkan yang terbaik untuk anaknya tapi membuat sang anak tertekan.
Semua yang ingin kau lakukan adalah membuatnya bahagia. Benarkan?” kata Soo Hyun
Aku ingin memenuhi semua harapan mereka! Aku ingin menjadi putra yang terbaik sesuai dengan apa yang dia percaya. Itu saja! Tapi...” jerit Tae Hwa menangis histeris didepan Soo Hyun. Soo Hyun melihat kearah kaca seperti tahu ibu Tae Hwa bisa mengerti masalah anaknya.
Ibu Tae Hwa menangis berbicara pada Ji Ho untuk membawa saja sebagai ganti anaknya karena  Tae Hwa tidak melakukan kesalahan, yang dilakukan hanya membuat ibunya bahagia. 

Dua kakak beradik dan Ji Ho pergi ke sebuah restoran, Seung Chan bertanya apakah mereka harus memanggil Hye Rim juga. Soo Hyun sambil melepaskan jaketnya menjawab “terserah”. Seung Chan mengajak kakaknya untuk disampingnya karena biasanya lebih suka duduk dibagian dalam.
Soo Hyun pikir tak perlu karena merepotkan, lalu bertanya apakah Prof Bae sedang ke toilet. Ji Ho membenarkan lalu melihat Prof Bae baru datan dari toilet. Prof Bae pun duduk disampaing Seung Chan, Soo Hyun bertanya apa yang akan mereka pesan sekarang.
Prof Bae menyuruh mereka saja yang memilih menu saja, Soo Hyun mengusulkan Prof Bae untuk memesan menu couple dengan Seung Chan. Seung Chan pikir tak masalah lalu mengejek kalau ia akan memakan bagian Prof Bae juga nanti. Prof Bae tersipu malu mengatakan tak apa-apa. Soo Hyun bisa tersenyum melihat Prof Bae yang terlihat bahagia bisa makan bersama Seung Chan. 

Seung Chan turun ke lantai satu, Hye Rim membawakan nampan berisi kue meminta Seung Chan untuk memberikan pada Prof Bae. Seung Chan bertanya bagaimana dengan memberikan juga pada sang kakak. Hye Rim mengatakan “terserah”. Seung Chan berkomentar kata "terserah" adalah ungkapan yang populer akhir-akhir ini.
“Aku baru saja turun.  Kenapa bukan Kau saja yang pergi membawakannya, Lagipula kau yang membuatnya.” Kata Seung Chan heran
Tetap saja. Kau yang paling dekat dengan dia.” Kata Hye Rim
Ji Ho datang menawarkan diri untuk membawakanya, Hye Rim langsung melotot,  Ji Ho mengerti kalau itu sengaja dilakukan. Seung Chan bertanya apa yang tadi dikatakanya. Ji Ho mengaku bukan apa-apa dan menyuruh Seung Chan saja yang memberikan pada Prof Bae. Seung Chan membawa nampanya tapi terlihat heran melihat keduanya. Hye Rim kembali melotot tajam yang membuat Ji Ho terdiam. 

Di ruang tunggu, Prof Bae menikmati kue yang dibuat Hye Rim dan ingin menawarkan pada Seung Chan yang sibuk membuat kopi, tapi tiba-tiba kaki Prof Bae merasakan sakit. Seung Chan khawatir bertanya apakah bagian tubuhnya ada yang terkilir lagi.
Prof Bae mengatakan ia baik-baik saja sambil memijat pergelengan kakinya. Seung Chan binggung karena sebelumnya sudah mengoleskan salep dan meminta Prof Bae melepaskan sepatunya karena akan memijatnya. Prof Bae menolaknya, Seung Chan menjelaskan dirinya dulu seorang atlet jadi sudah terbiasa memijit, jadi meminta Prof Bae tak khawatir karena tak akan sakit. Akhirnya Pro Bae membiarkan Seung Chan memijat kakinya.
Ji Ho baru saja datan, melihat keduanya sedang berduaan dengan wajah panik meminta maaf dan langsung pergi. Seung Chan pikir Ji Ho bisa masuk saja. Ji Ho pikir tak perlu dan mengucapkan keduanya untuk bersenang-senang. Seung Chan pun meminta Prof Bae untuk menunggu sebentar. 

Seung Chan mengejar Ji Ho bertanya kenapa ia pergi meninggalkanya, Ji binggung, lalu mengaku hanya merasa seperti tidak seharusnya mengganggu mereka berdua.
Apa maksudmu, mengganggu? Apa yang begitu aneh melihat aku memberinya pijat kaki?” kata Seung Chan heran
“ ini Bagus untuk melihatnya.” Kata Ji Ho polos
Jadi, kenapa kau lari? Kau pikir aku menyukainya, kan?” ucap Seung Chan bisa tahu alasan Ji Ho pergi. Ji Ho berusaha menyangkalnya. Seung Chan langsung memberikan pitingan kepala pada Ji Ho

Katakan saja atau aku akan membuatmu tidak bisa bernapas.” Ancam Seung Chan
Bukan kau, tapi Prof Bae...” kata Ji Ho terbatuk-batuk. Seun Chan bertanya ada ada dengan Prof Bae
Dia menyukaimu!” kata Ji Ho
Seung Chan akhirnya melepaskan pitinganya, melihat Prof Bae yang duduk diruang tunggu seperti tak percaya kalau Prof Bae itu menyukainya menurutnya itu tak masuk akal. Ji Ho pun setuju dengan hal itu dan mengaku sudah berbohong. Seung Chan menarik Ji Ho sebelum pergi, untuk menyakinkan yang dikatakan Ji Ho bohong.
Ji Ho terlihat gugup dan meminta Seung Chan untuk merahasiakanya, karena mereka semua berjanji untuk tetap merahasiakanya. Seung Chan bertanya siapa saja yan dimaksud mereka. Ji Ho menyebut Soo Hyun, Hye Rim. Seung Chan kaget kalau mengetahui Hye Rim-nya. Ji Ho mengangguk, Seung Chan pun menyuruh Ji Ho pergi saja. Ji Ho tetap meminta supaya Seung Chan merahasiakanya lalu buru-buru pergi. 

Seung Chan terlihat gugup saat Prof Bae mulai mendekat, Prof Bae memanggil Seung Chan bertanya apakah tak ingin makan kue lagi, Seung Chan berusaha tersenyum mengatakan tak ingin lagi dan akan mengurus sesuatu jadi pamit pergi lebih dulu. Prof Bae terlihat agak binggung tapi terlihat tak curiga. 

Hye Rim baru akan kembali ke dapur, Seung Chan dengan wajah serius mengajak untuk berbicara denganya. Keduanya bertemu di ruang ramal, Seung Chan bertanya apakah Prof Bae memang merasakan perasaan itu sekarang padanya. Hye Rim terlihat kaget mendengarnya.
Ji Ho mengatakan kepadaku kalau Prof Bae... Kalau dia... dan kau tahu ‘kan, Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?” kata Seung Chan tak bisa mengatakan lagi. Hye Rim meminta agar Seung Chan tenang
kau pikir aku akan tetap tenang saat ada rumor aneh yang beredar? Prof Bae menyukai... ugh! Apa itu masuk akal?” ucap Seung Chan seperti merasa jijik mendengarnya.
Kenapa itu sangat buruk? Hei, aku juga suka Robert De Niro!” kata Hye Rim melihat tak ada yang salah
Meskipun begitu, ini... Ada perbedaan usia 38 tahun dantara kami. Itu perbedaan besar! Kau berusia 35 tahun sekarang, kan? Jadi kau bahkan tidak setua perbedaan usia diantara kami! Bisakah kau menyukai bayi yang bahkan belum lahir?” ucap Seung Chan merasa semua tak masuk akal
Hye Rim tetap melihat Seung Chan yang sudah lahir saat itu, Seung Chan tetap merasa semua masuk akal dan bertanya balik apakah yang dikatakanya itu memang benar, jika memang benar maka ia tak ingin lagi mau berteman lagi dengan Prof Bae, lalu keluar ruangan. Hye Rim tertunduk binggung. 

Didalam mobil, Ketua Kim kaget mengetahui kalau Yun Woo bertemu dengan Soo Hyun. Seketarisnya menceritakan mengantar Yun Woo untuk menemui Hye Rim, Soo Hyun juga ada disana. Ketua Kim marah seketarisnya baru memberitahunya sekarang lalu meminta agar menyuruh Hye Rim datang ke kantornya. Beberapa saat kemudian Hye Rim datang ke kantor.
Kenapa kau menunjukkan putriku kepada Choi Soo Hyun?” ucap Ketua Kim sinis
Aku merasa kalau dia harus mendapatkan konsultasi profesional...” kata Hye Rim
Aku baru akan memutuskan apakah aku akan membiarkan dia menemuinya atau tidak. Jadi, kenapa kau melakukan sesukamu? Kenapa tidak diumumkan saja kalau putriku memiliki masalah ke seluruh duniaApa kau ingin mempermalukan seluruh keluargaku?” ucap Ketua Kim dengan nada tinggi berjalan mendekati Hye Rim.

Ketua Kim.... Putrimu sekarang sangat sakit, penyakit mental adalah penyakit yang diderita putrimu sudah lumayan parah, jadi...” kata Hye Rim berusaha untuk tenang
Penyakit macam apa yang dia miliki tepatnya?” tanya Ketua Kim sinis
Bagaimana istrimu dan anggota keluargamu meninggal?” ucap Hye Rim bertanya
Ketua Kim kesal mengaruk kepalaya sendiri tak mau memandang Hye Rim berteriak kalau itu semua adalah urusa keluarganya tidak ada hubungannya dengan kondisi putrinya.  Hye Rim berani mengatakan itu pasti ada hubunganya ketika ibu, kakak dan bibinya meninggal bersamaan. Ketua Kim menyuruh Hye Rim diam dan mengancam kalau bersikap seperti ini maka tak akan lagi mengizinkan bertemu dengan anaknya.
Ketua Kim...  Tidak apa-apa untuk membuka masalah rumah tanggamujika itu mengganggumu, tapi....” ucap Hye Rim
Aku sudah menyuruhmu diam!” teriak Ketua Kim, Seketarisnya masuk ke dalam ruangan.
Ketua Kim... Nona Yun Woo menghilang lagi. Mereka memastikan dia sedang tidur dan pergi sebentar ketika Yun Woo menghilang. Dia juga tidak membawa jaket atau dompetnya.” Kata Seketaris
Ketua Kim langsung menyuruh Hye Rim mengunakan kekuatannya untuk mencari anaknya. Hye rim menegaskan kalau ini bukan waktunya melakukan itu, karena seharusnya melaporkan pada polisi lebih dulu. Ketua Kim berteriak tak ingin karena  Ini adalah urusan rumah tangganya. Hye Rim juga berteriak kalau ini bukan waktu yang tepat untuk menjadi keras kepala karena anaknya pergi keluar tanpa mengenakan pakaian yang tepat pada hari yang dingin dan khawatir terjdi sesuatu pada Yun Woo. Ketua Kim terlihat sangat marah dan tak ingin terjadi sesuatu. 

Soo Hyun kembali bertemu dengan wanita yang sebelumnya menangis, Si wanita menceritakan dengan senyuman bahagia kalau sangat suka cardigan dengan kotak-kotak biru itu jadi ia membeli dua tapi ketika melihat dilemari, ternyata ia sudah memiliki tiga cardigan dengan motif kotak-kotak dalam warna yang berbeda.
Aku juga melakukannya. Aku membeli dua atau tiga pakaian yang aku suka Dan dalam berbagai warna juga.” Cerita Soo Hyun
Oh benarkah? Bagaimana seleramu untuk makanan? Apa kau suka daging sapi?” tanya si wanita
Ya... tapi aku tidak akan makan shabu shabu.” Kata Soo Hyun, dan dua-duanya bersamaan mengatakan “Rasanya menjadi kurang lezat.” Soo Hyun merasa mereka berdua itu memiliki banyak kesamaan.
“Yah... Sama seperti bagaimana kita berdua tidak suka tiram dalam kimchi dan kita tidak bisa makan kaki ayam.” Ucap si wanita
Seperti apa anggota keluargamu? Apakah selera mereka sama denganmu?” Tanya Soo Hyun, Si wanita mengatakan memang cocok.  
Dalam keluargaku, aku satu-satunya dengan preferensi yang berbeda.” Cerita Soo Hyun, si wanita bertanya kenapa bisa seperti itu

Aku tidak tahu. Memang seperti itu dikeluargaku, Jadi ketika kita pergi keluar untuk makan, aku satu-satunya yang memiliki preferensi berbeda sebenarnya kami tidak bisa makan bersama-sama, tapi kami tidak bisa tidak untuk makan bersama-sama... itu membuatku merasa sedih.” Cerita Soo Hyun sedikit tertunduk.
Kau pasti kesepian.” Ungkap si wanita sedih, Soo Hyu pikir tidak sama sekali lagipula dirinya itu bukan anak kecil.
Bagaimana hubunganmu dengan ibumu?” tanya si wanita
Soo Hyun ingin bercerita lalu merasa dirinya yang mendapatkan konsultasi di sini. Wanita itu bertanya apakah ibunya itu mengurusnya dengan baik. Soo Hyun kaget mendengar pertanyaannya, Si Wanita mengaku hanya ingin tahu saja. Soo Hyun menanyakan alasan wanita itu ingin tahu tentang keluarganya. Si wanita pun meminta maaf. Soo Hyun pikir tak perlu lalu terbatuk beberapa kali.
Si wanita terlihat khawatir bertanya apakah Soo Hyun sedang sakit. Soo Hyun pikir tenggorokanya agak gatal, jadi mungkin akan terserang flu. Wanita itu bisa mengerti dan meminta agar Soo Hyun  makan dengan baik lalu bertanya apakah sebelumnya sudah sarapan pagi. Soo Hyun mengaku hanya makan sedikit saja, siwanita meminta Soo Hyun maka lebih baik jika  sakit lalu melihat jamnya sudah melewati 20 menit dari batasan waktu dan akan pamit pergi.
Soo Hyun menahanya merasa tak masalah dan meminta untuk menyelesaikan saja apa yang dikatakan sebelum pergi. Si wanita merasa tak enak hati karena waktunya sudah habis. Soo Hyun menceritakan sudah tak punya janji apapun setelah ini jadi mereka bisa mengobrol yang menyenangkan dan mempersilahkan untuk menceritakanya. Si wanita itu tersenyum begitu juga Soo Hyun yang terlihat nyaman mengobrol dengan kliennya. 


Hye Rim baru kembali ke cafe, melihat Si wanita yang ada didepan kasir lalu bertanya apakah ia baru selesai konsultasi. Si wanita mengaku baru saja selesai beberapa waktu yang lalu, lalu memberikan sekotak minuman jeruk sebagai vitamin C. Hye Rim binggung kenapa tiba-tiba memberikan itu.
Sepertinya dokter di lantai atas terkena flu. Aku bergegas ke toko dan membeli ini.” cerita si wanita
Oh, tapi... kami tidak bisa menerima hal-hal seperti ini dari pasien.” Jelas Hye Rim, Si wanita mengaku kalau itu harganya tidak mahal.
Meskipun demikian, dia memiliki aturan yang ketat tentang ini.” kata Hye Rim tak bisa menerimanya.
Jadi... bisakah kau memastikan dia makan dengan baik?” pinta si wanita
Hye Rim pun dengan gugup mengatakan akan memastikan Soo Hyun makan dengan baik, dan memberitahu  Orang-orang di pusat konsultasi juga membawakannya ekstrak bawang. Si wanita panik memberitahu tak bisa memberikan Ekstrak bawang karena Soo Hyun akan muntah. Hye Rim kaget karena wanita itu menyebut nama Soo Hyun seperti sudah kenal lama. Si wanita langsung pergi dan Hye Rim tak bisa mengejarnya.


Apakah mungkin... dia adalah ibu dari Soo Hyun? gumam Hye Rim
Hye Rim pergi ke lantai dua, Soo Hyun baru saja keluar ruangan melihat Hye Rim yang datang langsung ingin pergi. Hye Rim menahanya ingin membahas wanita cantik menjadi pasienya yang bernama Seo Yun.
Bagaimana, tentang dia... Apa yang kalian berdua...” tanya Hye Rim gugup, Soo Hyun dengan tatapan sinis memilih untuk meninggalkanya. Hye Rim pun tak bisa berbuat apapun. 

Hye Rim mengomel karena Soo Hyun mengabaikanya padahal ingin mengatakan sesuatu yang penting, Yoo Rim pikir lebih baik Soo Hyun itu abaikan saja bajingan seperti itu. Hye Rim ingat tatapan Soo Hyun dianggap seperti serangga yang menjijikan.
Karena itulah kenapa itu adalah hal yang baik kalian berdua putus. Ini sangat keren karena kau mampu mencampakan seorang pria dengan spesifikasi yang bagus seperti itu. Kau sangat keren!” ucap Yoo Rim mengangkat jempolnya, Hye Rim terdiam melirik adiknya.
“SeJujur, kau tidak memiliki banyak reputasi jika kau memikirkannya. Kau seorang janda dengan seorang anak jadi kau akan beruntung untuk mendapatkan seorang pria tua kaya yang usianya mendekati enam puluhan Tapi kau membuang Choi Soo Hyun, yang muda, kaya, tampan, dan terkenal. Bagaimana bisa seseorang melakukan hal seperti itu?” kata Yoo Rim
Apa kau sedang mengejekku sekarang?” ucap Hye Rim merasa tersindir
Tidak, aku serius! Jika itu aku, aku jatuh cinta kepadanya karena semua kualifikasinya jadi aku sangat cemburu padamu, yang berhasil mencampakan orang seperti itu. Aku datang untuk memberimu selamat untuk pertama kalinya. Kau sangat keren!” kata Yoo Rim dengan memberikan tepuk tangan dan mengangat dua jempolnya.
Apa aku melakukan kesalahan? gumam Hye Rim 

Hye Rim masuk ke dalam ruangan Soo Hyun sengaja menaruh kue dan menaruh note diatasnya,  [Maaf, Soo Hyun] ketika akan pergi memilih untuk mengambil notenya.
Ji Ho datang ke lantai dua, Hye Rim bertanya apakah Soo Hyun sudah memakan kuenya. Ji Ho mengaku tak tahu. Hye Rim pun meminta Ji Ho melihat apakah Soo Hyun memakannya atau tidak. Saat itu Soo Hyun masuk ke dalam cafe. Hye Rim bersikap biasanya, Soo Hyun menatap sinis dan pergi ke lantai dua. 

Setelah malam hari, Hye Rim penasaran pergi ke lantai dua, melihat kueya masih utuh diatas piring, wajah Hye Rim sedih melihatnya. Soo Hyun berkata sengaja tidak memakannya karena merasa kalau memakannya akan menjadi sia-sia. Hye Rim membalikan badanya melihat Soo Hyun sudah ada didepan pintu.
Aku seharusnya mengatakan dulu kepadamu kalau aku  meminta maaf dan menyesal.” Ucap Soo Hyun memberikan setangkai bunga pada Hye Rim.
“Apa Kau akan menerima ini?” tanya Soo Hyun. Hye Rim pun menerima bunga dari Soo Hyun
Bagaimana kau tahu kalau aku suka tulip?” kata Hye Rim
Apa warna tulip itu untukmu?” ucap Soo Hyun

Hye Rim melihat warna bunganya itu seperti warna buah Plum, lalu mengatakan kalau itu warna itu. Soo Hyun terlihat mencoba tersenyum, Hye Rim pun meminta maaf karena tidak berpikir panjang untuk putus dengannya. Soo Hyun pikir ia juga meminta maaf dan Hye Rim tak perlu merekam surat video untuknya. Hye Rim tak percaya.
Semua itu tidak penting lagi dan Yang aku butuhkan hanya kau.” Ucap Soo Hyun lalu memeluk Hye Rim, terlihat mata Hye Rim berkaca-kaca menerima peluka dari Soo Hyun.
Rencana B eksperimen Madame Antoine eksperiment: Dimulai gumam Soo Hyun 

bersambung ke episode 13


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar