PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 01 September 2016

Sinopsis Scarlet Heart Ryeo Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : SBS

Baek Ah mengambar diatas bukunya dengan melihat keadaan pasar dari sebuah restoran. Setelah selesai mengambar satu halaman, terdengar suara seseorang memberitahu ada sebuah perkelahian, beberapa anak ikut berlari mengikutinya, akhirnya Baek Ah mengemas buku dan penanya mengikuti ke tempat perkelahian.
Orang-orang sudah berkerumun melihat dua orang yang sedang berkelahi, Baek Ah langsung mengambar dengan cepat yang dilihatnya, akhirnya lawannya pun jatuh dan tak bisa berdiri lagi. Ternyata Wang Jung sengaja berkelahi dan terlihat bangga bisa mengalahkan orang lain. Ketika membalikan badan terkejut melihat sang kakak sudah ada didepanya. 

Wang Jung merengek pada kakaknya agar memberikan buku gambarnya itu, Baek Ah tetap mendekap erat bukunya. Wang Jung pun menghalangi langkah kakaknya sampai akhirnya Baek Ah mengangkat tinggi-tinggi bukunya agar sang adik tak bisa meraihnya.
Jangan pernah berani menyentuhku” ucap Baek Ah
Kalau begitu jual lukisan itu.” Kata Wang Jung, Baek Ah pikir bisa membawa langsung ke istana nanti.
Lalu... aku tidak akan membiarkanmu membawanya. Kau berpakaian dengan pakaian biasa dan keluar hanya untuk senang-senang.” Ucap Wang Jung melihat kakaknya.
“Hei.... Tidak seperti itu! Raja menyuruhku untuk keluar dan menggambar suasana orang-orang yang ada diluar istana.  Kau tidak tahu apapun, jadi Tunggu saja.” Kata Baek Ah menjewer kuping adiknya.
Wang Jung merengek meminta pada kakaknya, Baek Ah berteriak marah menyuruh adiknya yang tak boleh mengikutinya karena akan ke suatu tempat yang penting. Wang Jung tahu kakaknya itu hanya pergi ke rumah Wang Wook. Baek Ah langsung menendangnya, Wang Jung merasakan sakit dibagian selengkanganya, Baek Ah panik mendekatinya. Ternyata hanya trik adiknya saja, Wang Jung bisa mengambil buku gambarnya lalu kabur. 

Di rumah Wang Wook
Wang Jung memainkan alat musik tradisional dengan Nyonya Hae yang menikmatinya sambil memejamkan matanya.  Setelah selesai Nyonya Hae merasa punya banyak kenangan saat mereka bersama dari masih kecil. Wang Jung merasa pada hari itu seperti mimpi, karena ia menjadi sedikit membenci Wang Wook. Nyonya Hae menatapnya.
Mungkin kalau dia membuka hatinya untukmu sedikit saja, Noonim.” Kata Wang Jung merasa menyesal
Aku bilang untuk tidak memanggilku seperti itu lagi. Nanti Kakakmu akan mendengarnya” kata Nyonya Hae
Sebelum kau menjadi  saudara iparku, aku memanggilmu seperti itu. Aku mengenalmu sebelum Wang Wook. Dia tidak akan bisa mengatakan apapun..” Kata Baek Ah
Nyanya Hae yakin suaminya itu akan baik pada Baek Ah dengan berpura-pura tidak mendengar jadi meminta Baek Ah untuk lebih berhati-hati saat berucap, Baek Ah menolak karena menurutnya sekali “Noonim” tetap “Noonim”. Nyonya Hae pun tak bisa berkata-kata lagi, Baek Ah tersenyum melihat istri dari kakaknya. 

Hae Soo terlihat sedang belajar bahasa formal zaman Goryeo. Baek Ah melihat Hae Soo dari kejauhan. Hae Soo berlatih mengatakan “baiklah” lalu dengan nada tinggi menirukan gaya putri Yeon Hwa yang sombong. Keduanya tertawa melihat tingkah Hae Soo yang bicara sendirian di depan pohon.
Aku dengar dia terluka dibagian kepalanya. Dia sepertinya benar-benar sangat berbeda dari yang aku kenal sebelumnya Bahkan saat berkelahi dengan Pangeran ke-10. Dia yang paling menarik akhir-akhir ini.” kata Baek Ah
Ingatannya tidak kembali, tapi dia lebih hangat dari sebelumnya. Sekarang Dia sering mengejutkanku.” Cerita Nyonya Hae dalam senyuman, Hae Soo tetap terus berlatih tak sadar dua orang sedang melihatnya.

Walaupun kemampuan merawatnya menjadi lebih anak. Anak itu... dia sangat mirip dengan mu, Baek Ah.” Kata Nyonya Hae,
Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?” kata Baek Ah kesal
Tidak ada yang menahannya. Dia mengatakan hal yang tidak orang pikirkan. Dia sangat bebas dan menikmati hal menyenangkan. Dia benci kalah dan mudah marah. Aku akan percaya kalau dia adalah kakakmu. Hei... Baek Ah, kakakmu bukan aku, tapi Hae Soo.” Ucap Nyonya Hae dengan senyuman manis.
Jangan bicara seperti itu. Kau tahu apa perasaanku padamu, Noonim. Kau tahu dengan sangat baik.”kata  Baek Ah seperti menyimpan perasaan pada kakak iparnya, Nyonya Hae hanya bisa diam saja. Saat itu Hae Soo sadar melihat Nyonya Hae lalu melambaikan tangan pada sang kakak. 


Ji Mong menutup hidungnya, karena didepanya ada mayat yang berjejer. Wang Mo membuka kain pertama dan melihat mayat dibagian kepala dan membuka mulutnya, wajahnya langsung terkejut. Sang adik ikut melihatnya, matanya langusng melotot. Wang Mo memeriksa mayat yang lain dengan membuka mulutnya, begitu juga Wang So. Ji Mong ingin melihat satu mayat baru membukanya langsung keluar ruangan karena langsung mual.  

Ketiga berkumpul dalam ruangan, Ji Mong mondar mandir tak percaya karena semua kehilangan lidah mayat menghilang, bertanya-tanya apa yang dijanjikan dan siapa yang memotong lidah-lidah mayat tersebut. Wang So melihat ke arah lukisan seperti api yang membakar orang.
Bukankah kelompok pembunuh profesional yang bersedia melakukan itu?” kata Wang Mo, Ji Mong menebak-nebak Seperti Gum Gye atau Chil Sal tapi tak mungkin Heuk Sal Wol...
Aku satu-satunya yang berpikir disini jadi kalian harus berpikir juga” kata Ji Mong frustasi
Ini Neraka Daegyuhwan. Mereka memotong lidah orang yang melakukan pembunuhan atau perselingkuhan.” Kata Wang Mo, Ji Mong merasa ini semua seperti sebuah kemalangan.
Wang So hanya diam saja mendengar perkataan keduanya, Ji Mong pikir mereka tidak memiliki lidah, lalu menduga kalau lidah mereka tidak  dipotong, tapi mereka memang tidak memiliki lidah karena mendengar ada biksu yang melakukan hukuman seperti ini. Wang Mo meminta Ji Mong meneruskan penjelasanya. Wang So ikut mendengar sambil menerawang.
 Setelah para biksu jatuh dihukum, mereka dikeluarkan dari golongan orang suci. Dia akan memanfaatkan orang yang tak berlidah itu sebagai pembunuh. Pembunuh yang menyamar sebagai penampil akrobat di upacara itu diperbolehkan masuk ke istana.
Wang So seperti bisa membayangkan kalau yang melakukanya itu kakaknya, Wang Yo dengan pedangnya. Setelah mendengar ceritanya, ia bertanya siapa dalah dibalik semua kejadian ini. Wang Mo yakin itu Seseorang yang punya kekuasaan yaitu Seseorang yang bisa bertemu dengan biksu tak berlidah itu tanpa ada orang yang tahu.
Ji Mong, cari tahu siapa yang paling sering keluar masuk kota beberapa bulan terakhir ini.” kata Wang Mo, Ji Mong mengerti perintah putra mahkota. 

Wang So mendorong kakaknya keluar dari kamar, Wang Yo dengan wajah marah apa yang dilakukan adiknya itu. Wang So yakin pelakunya pasti Wang Yo yang ingin membunuh putra mahkota. Wang Yo mengumpat memperingatkan adiknya Jangan coba-coba menuduhnya dan bertanya apakah memiliki bukti.
Kau memanfaatkan pembunuh dari para biksu dan membunuh mereka semua. Bukankah begitu?” ucap Wang So, Wang Yo menyangkal semua omong kosong dan meminta adiknya untuk melepaskan cengkramannya.
Apakah Ibu yang melakukanya?”kata Wang So menatap mata kakaknya, Wang Yo terdiam karena adiknya bisa menebak.  
“Aku tanya apakah Ibu dalang di balik semua ini!” teriak Wang So
Berani-beraninya kau menuduh ibu kita!” teriak Wang Yo ikut marah dengan membela sang ibu dan bisa melepaskan cengkraman adiknya. 

Wang Jung memberikan lenganya agar sang ibu bisa berpegangan ketika menuruni tangga, Ratu Yoo terlihat senang mengangeng lengan anaknya saat menuruni tangga. Wang So melihat dari kejauhan keduanya tertawa bahagia. Wang Jung menceritakan saat berkelahi di pasar, Ibunya meminta anaknya tak melakukan karena bisa terluka. Wang So sengaja bersembunyi dibalik dinding melihat keduanya. 

Beberapa pelayan mengeluarkan banyak pakaian dari ruangan, Hae Soo melihatnya kebinggungan kenapa banyak pakaian yang dikeluarkan. Nyonya Hae juga memberikan pakaian yang lama diberikan pada pelayan. Hae Soo bertanya untuk apa semua pakaian itu dikeluarkan.
Pangeran menyumbangkan beberapa makanan dan barang-barang ke sebuah kota yang dilanda cuaca dingin.” Jelas Nyonya Hae, Hae Soo mengerti lalu bertanya apakah Nyonya Hae tidak ikut
Aku? Entahlah.... Pangeran biasanya pergi sendiri.” Ucap Nyonya Hae tak ingin mencampuri urusan suaminya.
Apa?!! Kalau begitu kau harus pergi dengan dia. Kau bisa membantunya dan  pergi jalan-jalan bersamanya. Itu Pasti menyenangkan. Aku akan membantu merias wajahmu.” kata Hae Soo penuh semangat. Nyonya Hae merasa tak enak berpikir akan menjadi masalah.. 

Nyonya Hae gugup saat melihat Hae Soo mencoba semua alat make up yang dipersiapkan. Hae Soo mencoba semua alat make up yang tak biasa digunakan dari pensil alis, bedak yang masih kuno dan juga pemerah bibir dan pipi. Ia memulai dengan membentuk alis dengan pensil alis,
Aku bermimpi.. Aku berkerja menjual riasan dalam mimpiku itu. Aku merias banyak orang, pelanggan dan teman-teman. Tapi Itu tidak membosankan sama sekali. Bagaimana yah mengatakannya? Rasanya seperti aku orang penting.”  Cerita Hae Soo sambil merias wajah Nyonya Hae. 
Flash Back
Aku suka kalau ada orang jadi istimewa, karena diriku,  Perasaan bahwa aku dibutuhkan... Itu pemikiran yang gila bahwa aku bisa membuat seseorang senang.
Dikamarnya terlihat foto Hae Soo dengan sang pacar, Hae Soo membantu temanya merias wajah sampai cantik, bahkan berpelukan dengan bahagia. Lalu berkerja di toko parfum dengan menyemprotkan tester ditangan pelanggan agar bisa mencium aroma mawar dalam parfum yang dijualnya.

Ini produk yang baik bagi orang yang mengalami kesulitan memilih warna baju.” Jelas Hae Soo.
Pacarnya lewat didepan toko, Hae Soo melihat dari jendela berusaha memanggilnya, tapi sang pacar seperti tak mendengarkanya, sibuk menatap ponselnya. Hae Soo tersenyum lalu mengambil ponselnya, ketika ingin menelp melihat temanya yang memeluk dari belakang pacarnya, lalu keduanya memberikan sapaan dengan ciuman lalu  berjalan sambil berpelukan. Ponsel Hae Soo langsung jatuh padahal terlihat foto pacarnya yang memeluk erat dari belakang.
Tapi, aku membantu temanku menjadi cantik... lalu dia pergi menemui kekasihku. Aku merasa terkhianati.
Hae Soo mencoba warna ditanganyanya, menceritakan keduanya sudah berbohong dengan mengambil semua tabungan termasuk rumahnya.  Tapi karena bodohnya sampai tak bisa mengatakan pada mereka apa yang ingin dikatakan.  Nyonya Hae menatapnya merasa Hae Soo memang benar-benar mimpi buruk.
Kau harus cepat-cepat melupakan mimpi buruk seperti itu.” Kata Nyonya Hae
“Yah.. Benar... Mungkin semua itu adalah mimpi buruk.” Kata Hae Soo sambil mengoleskan perwarna bibir dan menyelesaikan semuana
Aku belum biasa pakai riasan seperti ini, jadi masih agak canggung.” Ungkap Hae Soo memberikan cermin meminta pendapat Nyonya Hae pasti terasa cantik.
“Ahh... Bagaimana... Bagaimana kau membuat kulitku jadi sehat begini? Apa Kau memang punya bakat seperti ini?” ucap Nyonya Hae tak percaya karena wajahnya yang pucat jadi terlihat cerah setelah di make up. Hae Soo tersenyum melihatnya. 

Di daerah yang terkena musibah, Wang Wook, Chae Ryung dan pelayan membagikan bahan makanan seperti beras dan juga kacang. Nyonya Hae dan Hae Soo disisi lain memberikan baju dan juga kue pada wanita yang ikut mengantri.
Wang Woo menatap istrinya yang terlihat berbeda dari wajah yang berseri dan tak pucat. Hae Soo melihat anak kecil terlihat kusam, lalu memanggilnya dan memberikan kue beras. Salah satu anak laki-laki langsung mengambil kue dari tangan temanya, Hae Soo langsung berteriak dan mengejarnya, Wang Wook melihat Hae Soo memang benar-benar berbeda.
Hae Soo berhasil menangkapnya, bertanya apakah mengambil makanan orang lain itu perilaku baik atau tidak. Si anak mengeleng, sambil mencubit gemas pipi si anak, Hae Soo meminta agar tak melakukan lagi lalu mengajaknya untuk mengembalikanya.
Wang Wook tersenyum, mengelengkan kepala melihat tingkah Hae Soo. Saat itu Hae Soo melihat Wang Wook menatapnya sambil melambaikan tangan, tanpa sadar Wang Wook ingin membalas lambainya, sampai akhirnya sadar berpura-pura sedang  mengusir lalat. 

Hae Soo mencium semua obat-obatan yang dijual pada tabib, Wang Wook masuk mendekatinya, berkomentar tidak menyangka ternyata suka obat-obatan seperti ini. Hae Soo berkata saat tiba di zaman ini, lalu meralatnya setelah kepalanya terluka  senang melihat hal yang bisa diingat.
“Ini Bombycis, kacang hijau, bunga mangkok, dan akar lengkuas.” Ucap Hae Soo menunjuk semua yang dalam kotak.
Kapan kau belajar semua ini? Aku bahkan tidak tahu semua ini.” kata Wang Wook heran
Aku pernah membuat sabun.” Ucap Hae Soo, Wang Wook binggung apa maksudnya “sabun”, Hae Soo teringat zamannya sekarang belum ada sabun mandi ataupun wajah.
Oh... yang biasa digunakan untuk mandi... Maksudku.. Itu perlengkapan mandi. Ini semua adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk perawatan kulit. Jika kau menggunakan ini untuk membasuh kulitmu, maka kulitmu akan sangat bagus. Aku harus membuatnya untuk Nyonya Hae.” Jelas Hae Soo

Tabib memberika dua kotak obat untuk Nyonya Hae dan juga memberikan obat yang dicari oleh Pangeran. Wang Wook menerimanya, lalu memberikan salah satu obat pada Hae Soo meminta agar memakainya. Hae Soo terdiam karena Wang Wook seperti perhatian padanya.
Seorang wanita harusnya tidak boleh punya bekas luka di tubuhnya.” Kata Wang Wook menunjuk ke arah leher.
Hae Soo pun mengucapkan terimakasih, lalu sambil duduk mencoba mengoleskan pada lehernya. Wang Wook melihat Hae Soo kesusahan memakainya saat tak melihat cermin, lalu mendekat untuk membantunya. Hae Soo gugup saat Wang Wook memegang rambutnya agar tak terkena obat,.
Aku hanya khawatir bekas lukanya semakin parah dan bisa memanggil tabib jika kau tidak mau.” Jelas Wang Wook melihat tatapan Hae Soo gugu  lalu mencoba mengoleskan dengan tanganya di luka pada leher. Hae Soo makin gugup saat Wang Wook berada sangat dekat denganya, Wang Wook pun jadi ikut merasakan gugup tapi berusaha untuk tenang saat mengoleskan obat. 


Hae Soo berjalan melewati danau menatap Wang Wook dari belakang, seperti mengharapkan sosok pria yang sangat perhatian dan juga baik hati. Wang Wook berjalan terlihat sangat tenang. Di sisi jalan, Nyonya Hae terlihat khawatir karena suaminya belum datang juga.
Chae Ryung memberitahu Nyonya Hae bahwa Pangeran sudah datang, Nyonya Hae menyambut suaminya. Hae Soo berjalan disamping Chae Ryung menatap Nyonya Hae yang mengelap keringat Wang Wook seperti menyadarkan kalau itu adalah suami dari sepupunya sendiri. 

Hae Soo membantu membuka selimut saat masuk kamar, Wang Wook membaringkan istrinya yang tertidur perlahan, lalu memakaikan selimut. Hae Soo merapihkan selimut dibagian kaki, tak sengaja tangan Wang Wook menyentuh sedikit tangan Hae Soo, lalu Hae Soo buru-buru menariknya dan melangkah mundur, memilih untuk keluar dari kamar sepupunya.
Wang Wook terdiam karena merasakan hal yang aneh saat tak sengaja menyentuh tangan Hae Soo, lalu duduk menatap sang istri yang sudah tertidur lelap. Hae Soo keluar ruangan memegang tanganya masih gugup karena terkena sentuhan Wang Wook, tapi berusaha untuk melupakanya.

Hae Soo pergi ke tumpukan batu dengan menaruh batu diatasnya, beberapa lilin menyala di atas batu. Ia mulai berdoa seperti yang dilakukan Nyonya Hae.
Ibu.... Kau pasti banyak menangis sekarang. Tak perlu menangis Bu, aku baik-baik saja. Sejujurnya....hatiku bimbang. Aku meyakinkan diri sendiri  kalau aku tak boleh bimbang tapi, keyakinanku goyah.” Akui Hae Soo seperti tak bisa membendung perasaanya dengan Wang Wook.

Hae Soo berjalan pulang melihat Wang So yang duduk sendirian, lalu menatapnya dan  tanpa menyapanya langsung berjalan kembali ke kamarnya. Di pagi hari, Wang So sudah menunggangi kudanya melewati hutan sendirian, sementara Ji Mong dan Putra Mahkota keluar dari istana dengan pengawal, karena Ji Mong telah menemukan tempat persembunyian sang pembunuh.
Wang So sampai di sebuah rumah yang dibangun diatas tebing, saat masuk ke dalam seperti kosong tapi api unggun masih menyala. Ia masuk ke bagian tengah rumah, matanya lalu menutup.  Ketika membuka mata seorang ninja melembar belati, Wang So bisa menangkis dengan pedangnya. Sebuah tombak hampir mengenai tubuhnya. Dua orang datan dari atap dengan mudah Wang So bisa membunuh dengan pedangnya.
Akhirnya puluhan orang datang mengepungnya dari dalam kamar, Wang So bertanya siapa pemimpin ditempat itu, memintanya agar segera keluar. Semua malah semakin mendekat untuk menyerang Wang So. 

Wang Soo bertanya apakah tak ada satu orang pun bisa bicara dengannya. Seorang dengan tutup cadar berusaha menyerang Wang So, tapi Wang So dengan ilmu bela dirinya bisa langsung membunuhnya.
Siapa yang mendirikan  tempat menjijikkan ini? Siapa orangnya?!!”teriak Wang So dengan darah yang menempel di pipinya.
Perkelahian terjadi, Wang Soo dengan pedangnya melawan belasan orang, Ji Mong dan Putra Mahkota Mo dalam perjalanan ke tempat si pembunuh. Sementara Wang So berusah untuk melawan semua orang yang denga pedang dan pisau belati.
Wang Mo dan Ji Mong memacu kudanya agar lebih cepat sampai tujuan. Wang So bisa membunuh semuanya hanya dengan sekali ayunan pedang saja. Akhirnya semua orang pun mati, makin banyak darah yang menempel diwajah Wang So. Saat itu juga keluar biksu denga tongkatnya, keduanya saling berhadapan dan Biksu menyapanya lebih dulu.
Apa kau yang bertanggung jawab atas tempat ini?” tanya Wang So
Orang-orang ini dibebani oleh dosa-dosa mereka. Mereka dihukum  dan lidahnya dipotong. Aku telah ditugaskan untuk mengawasi orang-orang ini.” jelas Biksu.

Kalau begitu, maksudmu yang harus aku lakukan adalah menyingkirkanmu.” Kata Wang So
Siapa kau yang berani melakukan ini? Apa ibumu tahu soal ini, Yang Mulia?” kata Biksu menatap sinis
Inilah tempat di mana orang seharusnya tidak bisa bicara. Tapi kau orang banyak  bicara malah ada di sini.” ucap Wang So memperlihatkan masih ada bekas darah yang sangat banyak.
Saat Wang So mengayunkan pedangnya, Biksu bisa melawan dengan tongkatnya. Tapi Wang So yang jago bela diri bisa melawan sampai akhirnya bagian perut biksu terkena pedang dan bertahan untuk berdiri dengan tongkatnya, Wang So tanpa ampun langsung menusukan pedangnya ke bagian perut.
Kau telah hidup dengan bantuan  Ratu rupanya. Jadi, matilah saja demi Ratu.” Bisik Wang So lalu semakin memasukan pedang dan  menarik. Biksu pun akhirnya mati ditangan Wang So.

Wang So meninggalkan tempat itu dengan pedang yang masih ada bekas darah dan menetes, terlihat rumah sudah terbakar dengan api yang berkobaran. Ji Mong datang dengan Putra mahkota melihat rumah sudah terbakar.
Ji Mong, apa kau yakin ini tempatnya?” tanya Wang Mo, Ji Mong sangat yakin lalu binggung melihat yang terjadi didepan matanya.
Padamkan apinya sekarang! Temukan korban kalau masih hidup!” perintah Putra mahkota. Pengawal langsung bergegas masuk ke dalam rumah yang terbakar.  Ji Mong melihat itu seperti Neraka Daegyuhwan

Seseorang masuk ke dalam kamar Ratu Yoo,  Ratu Yoo terlihat tertidur nyenyak terbangun melihat bayangan masuk ke dalam kamarnya. Sebuah pedang penuh darah terlihat, Ratu Yoo langsung bangun bertanya siapa yang datang. Wang So memberitahu kalau ia yang datang ke tempat ibunya.
Beraninya kau datang ke sini?” ucap Ratu ketakutan bergerak mundur melihat Wang So mendekat. Wang So tersenyum melihat ibunya dengan wajah masih ada bekas darah.  
bersambung ke episode 4

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar:

  1. Makin seru aja
    lebih seru dri vers cinanya lw menurut aku

    semangat ya buat episod 4nya

    BalasHapus
  2. Ditunggu sinopsis episode 4 mbak dee..soalnya sub title hilang di tengah2.. Jdi kurang puasss..thank u

    BalasHapus