PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 29 Desember 2016

Sinopsis The Legend of the Blue Sea Episode 13 Part 2

PS : All images credit and content copyright : SBS
Si Ah melihat ke depan jendela terlihat Nyonya Mo sangat akrab dengan Sim Chung yang memasak makanan, Teringat kembali saat Ia meminta Nam Doo untuk menceritakan ibu Joon Jae. Nam Doo juga tak begitu mengetahuinya.
“Mereka terpisah ketika umurnya 10 tahun dan dia terus mencari ibunya sampai sekarang. Aku tak tahu di mana ibunya bersembunyi. Dia pergi dan tak meninggalkan jejak sama sekali jadi aku tak bisa menemukannya.” Cerita Nam Do, Si Ah mengaku ingin menemukanya dan bertanya keberadaan ibu Joon Jae dan yakin bisa menemukannya.
Si Ah terus melihat Nyonya Mo yang terlihat sangat akrab dengan Sim Chung yang mencicipi makanan. Lalu perlahan berjalan mendekati ruang makan. Nyonya Mo bertanya kapan pacarnya datanga karena sudah hampir selesai masak, Si Chung kaget bertanya siapa pacarnya. Si Ah buru-buru menutup mulut Sim Chung sebelum menyebut nama Joon Jae.
“Haruskah kita pergi sekarang?”kata Si Ah buru-buru menarik Nyonya Mo sebelum Joon Jae pulang. Nyonya Mo bingung dengan Si Ah tiba-tiba mengajaknya pergi. Sim Chung melihat Si Ah yang terlihat ketakutan membuka pintu.
Nyonya Mo sempat melambaikan tangan pada Sim Chung sebelum meninggalkan rumah.  Keduanya pun sudah ada didepan pintu rumah, terlihat di Joon Jae sedang menaiki tangga dengan wajah tertunduk. Si Ah mendorong Nyonya Mo agar naik ke dalam mobil dengan membuka pintu, Nyonya Mo makin binggung Si Ah yang membuka pintu untuknya.,
Joon Jae sampai didepan rumah melihat seperti Si Ah yang pergi terburu-buru, tapi bagian matanya hanya melihat mobil yang pergi meninggalkan rumahnya tanpa melihat ada sosok ibunya.


Jin Joo sedang kesal dengan Elizabeth karena tak bisa menyelesaikan  tabel perkalian itu. Si Ah akhirnya pulang bersama dengan Nyonya Mo, terlihat masih dengan wajah panik. Nyonya Mo pun lebih dulu masuk ke dapur. Si Ah mulai membahas dengan kakak iparnya kalau sebelumnya mengatakan Nyonya Mo yang memilik anak. Jin Joo membenarkan
“Pernahkah kau mendengar  apapun tentang anaknya?” tanya Jin Joo,
“Anaknya sangat tampan dan dia pergi ke KAIST. Tidak... mereka sudah  tak saling berkomunikasi lagi.. Setelah dia bercerai mereka hidup terpisah dan hanya  mendengar kabar dari satu sama lain dari waktu ke waktu.” Cerita Jin Joo, 

Si Ah terlihat lemas mendengarnya merasa yakin kalau memang Joon Jae adalah anak dari Nyonya Mo, teringat kembali perkataan sinisnya pada Nyonya Mo selama berkerja dirumah kakaknya.
“Ahjummoni, apa kau mengajariku sekarang?”
“Unni, kenapa dia seperti itu?  Apa kau ibu mertuaku? Sepertinya aku bicara  seolah-olah sudah menikah.”
“Tidak, kurasa dia sudah membuat keputusannya, lalu kenapa kau membujuknya, Unni?”
Si Ah terlihat lemas berjalan pergi, Jin Joo heran melihat tingkah adik iparnya dan kembali memarahi anaknya karena salah menghitung 6x6 = 40. 

Si Ah masuk kamar Nyonya Mo dan memastikan foto yang diambil dari kamar Joon Jae sama dengan yang ada diatas meja kamar Nyonya Mo. Saat itu Nyonya Mo datang,  bertanya apa yang dilakukan dikamarnya., Si Ah kaget langsung duduk dilantai.
“Itu... Apa mungkin... di foto itu... Dia anakmu?” kata Si Ah terbata-bata, Nyonya Mo membenarkan.
“Anakmu tidak mirip seperti ibunya.” Ungkap Si Ah, Nyonya Mo merasa kalau Orang-orang selalu  mengatakan anaknya mirip dengannya, lalu bertanya kenapa Si Ah menanyakan hal itu.,
“Aku telah memikirkan hal ini...  sampai sekarang, ahjummoni.. Nyonya... bolehkah aku memanggilmu ibu?” kata Si Ah, Nyonya Mo heran kenapa ia harus menjadi ibunya sekarang.

“Bukan berarti ibuku sesungguhnya, tapi... kau mirip seperti ibuku atau  kau bisa menjadi ibuku.” Ungkap Si Ah, Nyonya Mo pikir Si Ah sedang sakit sekarang karena bicara ngelantur.
Si Ah mengelengkan kepala, menurutnya sebelumnya sakit dan Sampai sekarang menjadi tidak waras. Tapi akhirnya kesadarannya sudah pulih dan meminta agar mengambilkan minum karena ternggorokanya kering,  tapi  Si Ah sadar kalau tak sopan dengan calon ibu mertuanya dan akan mengambilnya sendiri.
Si Ah ingin memberitahu sesuatu, Nyonya Mo pun mempersilahkanya, Tapi Si Ah yang masih panik berjanji akan memberitahu nanti dan bergegas pergi. Nyonya Mo benar-benar binggung, lalu melihat kembali foto keluarganya dengan mengelusnya. 

Joon Jae datang ke tempat Sim Chung di lantai atas,  Sim Chung heran dengan sikap Joon Jae karena sebelumnya selalu mengatakan "Hei, penghuni kamar atas turunlah.". Joon Jae bertanya apakah tak merasa dingin karena saat menempati kamar diatas merasa  sedikit berangin.
“Jika dingin kau bisa tidur di kamar bawah.” Kata Joon Jae, Sim Chung kembali bergumam “Apakah itu Denganmu?” dengan senyumanya.
“Aku akan tidur di sini.” Kata Joon Jae yang bisa mendengarnya, Sim Chung menolak karena merasa kamarnya itu tak dingin.
“Ada yang membuatku penasaran. Saat kau di culik oleh Ma Dae Young. Apa mungkin... bajingan itu menyiramimu dengan air?” kata Joon Jae, Sim Chung terdiam dan kembali berbicara dalam hati

“Ma Dae Young tahu. Bahwa aku putri duyung. Katanya di mimpinya dia melihatnya dan  dia ingin membuktikannya sendiri. Tapi, Heo Joon Jae... Aku tidak bisa memberitahumu tentang ini.” Gumam Sim Chung,
Joon Jae yang bisa mendengarnya langsung memeluk Sim Chung mengatakan tak perlu mengatakan, Jika itu adalah sesuatu yang  sulit untuk dikatakan maka tidak perlu memaksakan diri  untuk mengatakannya. Sim Chung kembali bergumam kalau takut  karena orang lain  sudah tahu tentang rahasianya. Joon Jae mengatakan kalau Sim Chung tak perlu takut
“Tak akan ada yang akan terjadi dan Tak akan terulang lagi. Apa yang terjadi sebelumnya, tidak akan terjadi lagi kali ini. Aku akan memastikannya.” Kata Joon Jae terus memeluk Sim Chung agar tenang. 


Tuan Heo yang sudah tak bisa melihat dengan jelas keluar dari kamar memanggil istrinya, lalu berjalan dengan meraba. Seo Hee yang ada didekat tangga membiarkan Tuan Heo terus berjalan menuruni tangga, sampai akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Senyuman dinginya pun terlihat.
Chi Hyun baru kembali berkerja melihat ayahnya yang tergeletak ditangga, berusaha menyadarkannya, lalu melihat ibunya dari lantai atas seperti sudah tahu pasti ibunya yang jadi penyebabnya. Lalu menelp Sek Kim memberitahu kalau ayahnya tiba-tiba pingsan. 

Chi Hyun duduk di depan kamar rawat dengan wajah panik, Dokter keluar dari ruang rawat, memberitahu keadaan Tuan Heo mengalami pendarahan internal  ketika tiba di UGD. Tapi operasinya berjalan dengan baik. Chi Hyun bisa sedikit bernafas lega dan mengucapkan terimakasih.
“Apa masih mungkin untuknya  melakukan kegiatannya sehari-hari?” tanya Chi Hyun
“Kami harus mengamatinya setelah dia sadar dan  menunggu pulih jadi sulit untuk mengatakannya. Aku rasa ayahmu sedang mencarimu.” Kata Dokter.
Chi Hyun pun masuk ke dalam kamar rawat melihat Tuan Heo yang terbaring, lalu memegang erat tanganya. Tiba-tiba Tuan Heo seperti menyebutkan sesuatu dari mulutnya, Chi Hyun mendekatkan telinganya, Tuan Heo terus menyebut nama Joon Jae berkali-kali.

Chi Hyun melepaskan tangan Tuan Heo seperti selama ini hanya Joon Jae yang ada di ingatan ayah tirinya, lalu keluar dari ruangan dengan wajah marah. Seo Hee baru saja datang binggung melihat Chi Hyun yang keluar begitu saja dari rumah sakit.
Chi Hyun kembali ke rumah melihat semua foto bersama Tuan Heo, karena  selama ini tak pernah memiliki sosok ayah. Ia menyalakan korek lalu membakar foto dengan ayahnya, terlihat mata penuh dendam. 

Joon Jae membuka berkas yang ditinggalkan Si Ah dengan penjelasn “Barang-barang milik Kim Dam Ryung yang ditemukan sama  seperti dengan yang di temukan di kapal yang tenggelam. Sepertinya dalam perjalanan ke pengasingan  dia meninggal setelah kapalnya tenggelam Mungkin kapalnya di serang  badai di tengah perjalanan.”  Lalu melihat judul [Pantai di depan Yangyang,  laporan evakuasi kapal Kim Dam Ryung] dengan foto gambar Dam Ryung yang wajahnya sangat mirip denganya.
“Jadi, apa kau melindunginya dengan baik di sana?” kata Joon Jae pada gambar Dam Ryung, tiba-tiba Sim Chung datang. Joon Jae langsung menutupi berkasnya bertanya kenapa Sim Chung belum tidur.
“Heo Joon Jae, Aku rasa mengetahuinya.  Sejujur, hari ini aku mempelajari banyak hal.” Kata Sim Chung, Joon Jae penasaran. 

Flash Back
Sim Chung menonton video dari You tube, “Seorang Pria, meskipun kelihatannya mudah mendapatkan  mereka tapi pria sulit mendapatkan hati wanita”  Sim Chung binggung apa maksudnya, mudah tapi sulit dan kembali mendengarnya.
“Mereka menerima tawaran  kencan tapi menolak kontak fisik.”Sim Chung heran menurutnya itu hal baik kenapa harus menolaknya menurutnya itu menyebalkan., Menyebalkan sekali.
“Kau harus menolak untuk kedua kalinya”Sim Chung makin heran Menolak untuk yang kedua kalinya tapi menerimanya saat mengutarakan yang ketiga kalinya
“Apa Cinta pertama untuk seorang pria? Stigma”

Sim Chung mendengar  cinta pertama bagi  seorang pria seperti stigma. Setelah terstempel di hatinya maka tak akan pernah pergi. Joon Jae  terlihat binggung,  Sim Chung tahu kalau Se Hwa adalah cinta pertamanya. Joon Jae tersenyum mengatakan kalau belum tentu seperti itu.
“Tidak, tak masalah  Sejak Se Hwa meninggalkan stempel besar di hatimu,  maka kau akhirnya terus bermimpi buruk.” Kata Sim Chung, Joon Jae mengaku bukan seperti itu.,
“Aku juga tahu. Cinta pertama seorang pria tidak  akan pernah menjadi kenyataan. Jadi stigma cinta pertama, aku hanya  akan butuh waktu untuk menggantikannya. Ini akan menjadi masalah besar jika aku cinta pertamamu. Kita tak akan mungkin bersama jika begitu.” Kata Sim Chung menatapnya.Joon Jae terdiam menatapnya., 


Dae Young sedang minum di kamarnya terlihat malas menerima telp dari Seo Hee. Seo Hee terlihat kesal kalau untuk menyingkirkan Heo Joon Jae, Tapi malah hampir tertangkap saat menculik gadis lain, lalu tak  menjawab teleponnya.
“Ji Yeon.” Kata Dae Young, Seo Hee mengumpat Dae Young sedang tak waras karena tak mengenal Ji Yeon tapi namanya adalah Seo Hee.
“Aku bermimpi. Dalam mimpiku, Aku melihat kehidupan masa laluku. Kau mungkin tak percaya tapi itu benar. Dalam mimpiku, Heo Joon Jae  berada di sana dan kau juga, serta wanita itu juga.” Cerita Dae Young
“Apa Wanita itu...yang kau diculik?” tanya Seo Hee, Dae Young membenarkan.
“Dalam mimpi itu, wanita itu...adalah putri duyung.” Ucap Dae Young, Seo Hee merasa kalau Dae Young pasti belum minum obatnya hari ini.
“Yahh.. Benar, Kau mungkin tidak  percaya, tapi aku akan gila. Aku memang seperti orang gila. Tapi mimpi itu begitu jelas dan hampir gila memikirkan itu” kata Dae Young
“Sekarang, kita hampir sampai di tujuan kita. CEO Heo nyaris di singkirkan. Kau hanya perlu menyingkirkan Joon Jae, lalu kau, aku dan Chi Hyun. Kita bertiga bisa hidup bahagia... Kita sudah menunggu lama untuk hari ini. Tolong pertahankan kewarasanmu  dan minumlah obatnya. Berhenti berbicara tentang mimpi aneh itu.” Kata Seo Hee, Dae Young mengerti. 

Joon Jae datang ke psikiater menceritakan Setelah sering bermimpi tapi tidak berjalan dengan baik kemudian suatu hari,  tiba-tiba adegan aneh masuk di pikirannya.
Detektif Hong menerima berkas dari anak buahnya.Anak buahnya memberitahu Ma Dae Young, memulai  perawatan sejak tahun 2009 dan rajin kontrol setiap bulan. Tapi tak menentu orang yang memaksanya untuk  melakukan terapi adalah orang yang banyak ada dalam daftar. Detektif Hong melihat nama Profesor Jin Kyung Won.


Papan nama Jin Kyung Won berada diatas meja, Prof Jin bertanya pada Joon Jae apakah ingin melihat akhir dari mimpi itu. Joon Jae pikir kalau orang itu punya sesuatu yang ingin  di sampaikannya padanya, maka  pada akhirnya harus mengetahuinya.
“Mengingat kasus ini bisa  membuat trauma serius bagimu, apa kau akan baik-baik saja?” kata  Prof Jin
Saat itu Dae Young masuk berjalan dilorong dengan meminum kopi, lalu membuang begitu saja dan akhrinya berdiri didepan ruangan Neurology Dr. Jin Kyung Won. Joon Jae sudah siap berbaring melakukan hipnoterapi dengan Prof Jin. 
Flash Back
Dam Ryung meminta agar pemintanya itu jangan pernah dilupakan, temanya yang sudah sadar menurutnya kalau memang permintanya seperti itu tak mungkin bisa mengabaikannya, dan menurutnya kapan mereka bisa bertemu lagi

“Tanggal berapa hari ini?” tanya Dam Ryung, Tabib mengatakan  tanggal 15 Desember. Dam Ryung teringat kembali mimpinya saat Joon Jae mengatakan “Tanggal 11 Desember  di tahun yang sama, Pada usianya yang ke 27, Dia meninggal.”
“Aku hanya menunda tanggal yang aku tahu. Aku tahu bahwa aku tak bisa  mengubahnya dengan kekuatanku sendiri. Sejak awal pertemuan  kita sudah di takdirkan, Kita akan bertemu lagi.  Teman terbaikku” kata Joon Ja menatap temanya

Joon Jae berjalan ke arah kapal yang akan membawa ke tempat pengasihan, di pinggir pantai terlihat beberapa orang berbondong-bondong membawa obor. Panglima memberitahu Joon Jae kalau harus berangkat sekarang. Joon Jae merasa lega melihat pengantinya adalah orang yang sangat dikenalnya.
“Aku tidak akan menganggapnya  sebagai nasib buruk Tapi Aku akan melakukan apa  yang harus aku lakukan.” Kata panglima. Dam Ryung pun menepuk pundaknya.
Dam Ryung menaiki perahu dalam kegelapan malam, di tepi pantai beberapa orang menerbangkan lentara. Joon Jae yang sedang di hipnoterapi seperti merasakan sesuatu. Tuan Yang menaiki perahu, Joon Jae kembali bereraksi. Anak buah Tuan Yang sudah siap dengan jaringnya. Sea Wa melihat ada sinar dari atas berenang ke permukaan laut. 
Joon Jae terus terlihat gelisah, Prof Jin terus melihatnya. Dae Young berada didepan pintu seperti siap masuk ke dalam ruangan konseling. Dam Ryung duduk diatas perahu melihat bulan yang tertutup awal dan ada lentera yang terbang diatasnya.
Tuan Yang menunggu diatas perahu dan terlihat dibagian atas sosok putri duyung yang dicarinya dan langsung memerintahkan agar melepaskan jaring. Sea Wa  kembaili mencoba turun tapi tubuhnya terkepung dengan jaring. Dam Ryung pun mengingat sebelum berangkat, melihat beberapa orang ke sisi lain.
“Putar arah kapalnya.” Ucap Dam Ryung, Panglima yang mendengarnya kaget.
“Putar arah!!Ada sesuatu  yang harus aku lakukan.” Kata Dam Ryung, Panglima  mengatakan itu tak mungkin
“Nyawa orang yang sangat aku  percayai sedang di pertaruhkan.” Ucap Dam Ryung, tapi panglima tetap menolaknya. Dam Ryung mengambil pedang mengancamnya dan yang lainya juga melawan pada mengarah pada leher Dam Ryung.

“Aku juga... tidak bisa menahannya. Aku berjanji, setelah aku melakukan  yang seharusnya  di lakukan,maka Aku akan mencari jalanku sendiri.  Aku memohon padamu. Jika aku tidak bisa melindungi orang itu,  maka aku tak bisa hidup.” Kata Dam Ryung
“Balik arah kapalnya, Orang ini, telah menyelamatkan ayahku yang difitnah. Aku memerintahkan kalian untuk kembali! Aku akan  bertanggung jawab karena memutar haluan kapal ini.” Ucap Si panglima. 
Tuan Yang dan anak buahnya dibuat binggung karena tak bisa menangkap dengan jaring, Sea Wa masih ada di bawah berusaha mencari cara untuk keluar, Tuan Yang memerintahkan  untuk memanahnya walaupun terbunuh mereka harus tetap menangkapnya dan akan memberikan upah yang berhasil melakukanya.
Semua pun berlomba-lomba melempar panah ke laut, Sea Wa berusaha menghindar. Salah satu panah mengenai lengannya, tiba-tiba terlempar panah ke arah Tuan Yang. Perahu Dam Ryung mendekat dengan Panglima sengaja melemparkan panah.
Tuan Yang melihat Dam Ryung yang datang mengejek kalau dulu pejabat negara yang sudah menjadi tersangka. Dam Ryung berteriak meminta agar menghentikanya,  Tuan Yang menyindir Dam Ryung yang berani memberikan perintah.
“Anda tak berhak mengadilinya. Dan Lagipula perburuan seperti ini di larang.” Ucap Panglima
“Kalau perburuan di gunung dan di laut dilarang, berarti nelayan di laut juga harus hukum, Bukankah begitu?” kata Tuan Yang menyindir
Tiba-tiba salah seorang berteriak melihat darah dari permukaan laut, Tuan Yang terus menyuruh anak buahnya agar memanahnya. Dam Ryung melompat pindah ke perahu Tuan Yang berusaha melawan semua yang ingin memanah Sea Wa. Tapi ia jatuh lemas karena terkena pedang, Tuan Yang  melihat Sea Wa naik permukaan dan mencoba menobaknya.
Dam Ryung berteriak memanggil nama Sea Wa, saat itu Sea Wa menengok dan melihat seseorang yang berenang kearahnya dan langsung memeluknya. Tombak yang dilemparkan Tuan Yang langsung menusuk bagian belakang tubuh Dam Ryung. Sea Wa menatap Dam Ryung, lalu perlahan mata Dam Ryung menutup dan tanganya terlihat jatuh karena tak bernyawa lagi. Sea Wa pun mendekap erat Dam Ryung lalu mendorong tombak agar mengenai badannya juga. 
Flash Back
Sea Wa yang beranjak remaja mengatakan kalau Dam Ryung yang  tidak bisa melakukannya karena ia hidup di air. Lalu bertanya apa surga yang mereka tuju setelah mati, itu akan sama atau berbeda. Dam Ryung mengatakan Surga yang mereka tuju setelah mati akan menjadi tempat yang sama.
“Surga tak punya perbedaan  antara daratan dan air.” Kata Dam Ryung
“Apa Kau tahu, Dam Ryung. Jika mungkin kita bisa  bertemu lagi di tempat lain, aku berharap kita akan  menjadi diri kita masing-masing. Dengan begitu, aku bisa mengenalimu.”ungkap Sea Wa.
“Itu akan terjadi. Jika kita bertemu lagi, kau adalah kau dan  aku akan menjadi aku.” Kata Dam Ryung

“Apa kita mampu mengingat yang kita bicarakan sekarang?” ucap Sea Wa ragu.
“Aku berjanji, bahkan  jika kita harus dilahirkan kembali, Aku akan menemukanmu,  bertemu denganmu dan melindungimu. Pembicaraan kita sekarang...  Aku akan mengingatnya.” Ucap Dam Ryung

Sea Wa akhirnya mati dengan menjatuhkan gelang yang dipakaianya, keduanya mati di dasar laut dengan berpelukanya. Terlihat tawa Tuan Yang bahagia bisa membunuh keduanya. 
bersambung ke episode 14

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar