PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 04 Februari 2017

Sinopsis Tomorrow With You Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Ki Doong satu ruangan dengan So Joon meminta temanya itu membiarkan saja karena Direktur Kim Yong Jin sudah bekerja keras. So Joon mengatakan Jika mereka melakukan apa yang dikatakan Direktur Kim, maka tidak akan buat uang kalau Rencana akan berubah dalam beberapa bulan seperti yang dibilang tadi.
“Tapi, kau bisa meyakinkan agar dia mengerti.” Pikir Ki Doong
“Haruskah kubilang kalau aku melihatnya di masa depan?Kau boleh rapat di tempatku. Apa Kau mau pergi di tempatku?” ucap So Joon, Ki Doong hanya diam saja, sampai akhirnya So Joon berteriak memanggilnya. 
“Apa, apa, apa? Apa yang kau mau?” ucap Ki Doong kesal, So Joon mengatakan akan memberitahu  nomor lotre minggu ini. Ki Doong mengaku kalau tidak percaya.

So Joon menyebutkan angkat 4, 8, 9, 15, 23, 29. Ki Doong buru-buru memcatatnya, lalu mengelak kalau So Joon itu bicara omong kosong, karena sebelumnya tak ingin memberitahu dan dirinya yang  tidak pernah menang. So Joon hanya tersenyum, Ki Doong pun memastikan kalau tadi itu nomor palsu. So Joon membenarkan.
“Kenapa aku harus menghafalnya ?Kalau kau mencampuri hidupku,hidupmu akan hancur nanti. Sementara Kalau aku mengubah hidupmu walau sedikit,hidupmu bisa hancur.” Ucap So Joon
“Aku tahu, Kau takkan mencampuri hidupnya orang lain.” Komentar Ki Doong tetap menatap ke arah komputernya.
“Tapi, aku mencampurinya tadi.Kehidupan seseorang.Aku tahu soal kecelakaan itu, jadi aku menyelamatkan seseorang.Seperti pahlawan sungguhan.” Cerita So Joon

Ki Doong tak percaya So Joon yang melakukanya, So Joon menceritakan  melihat kecelakaan di masa depan dan Setelah menyelamatkan orang itu,pasti bangga, keren, dan menjadi pria sejati. Lalu  meminta Ki Doong membayangkan  jika orang-orang di dunia ini tahu maka Orang-orang akan mengantre padanya untuk menyelamatkan dunia dan memohon menurutnya pasti akan kacau balau.
“Kesulitan apa yang kau sebabkan?” tanya Ki Doong
“Aku tidak bisa berhenti memikirkan itu.” Akui So Joon
“Apa dia  orang yang kau kenal?Seorang wanita?” tanya Ki Doong penasaran
“Aku tidak kenal dia dan seorang wanita.” Ungkap So Joon
Ki Doong melonggo karena seorang wanita,  Soo Joon heran karena terus saja memikirkan wanita itu. Ki Doong bertanya apakah wanita itu cantik. So Joon mengaku wanita itu sedikit cantik. Ki Doong yakin kalau wanita itu pasti cantik dan juga lucu. So Joon tak membahasnya memilih untuk kembali ke meja kerjanya. 

Ma Rin yang sedang dibahas oleh So Joon sedang sibuk membersihkan kamarnya mengunakan vacum cleaner dan melihat ada bekas botol minum, menurutnya lebih baik minum di rumah ketimbang pingsan di luar dan berpikir untuk menguranginya,  tapi mengubahnya tetap ingin minum banyak.
Ia melihat ada bra yang tertinggal dan kainya sudah lusuh ingin membuangnya, tapi merasa kalau pakaian dalam tak ada yang melihatnya dan memasukan ke dalam mesin cuci. Sambil berkata ingin membeli lingerie dengan uang yang diihabiskan untuk minum.
“Ahh... Tidak, aku ingin minum sampai mati.” Ucap Ma Rin sambil merengek berpura-pura meminta agar bisa dibelikan soju.
Ponsel Ma Rin berdering, Ma Rin langsung mengangkatnya wajahnya langsung sumringah dan terkejut mendengarnya.

Ma Rin sudah mengunakan pakaian terbaiknya pergi dari rumah, setelah menerima telp dari Sinbi Studio karena hasilnya diterima setela mengajukan portofolio. Sesampainya dibagian informasi  Ma Rin diminta agar bisa melihat kurikulum dan pengenalan akademi dan harus menghadiri orientasi untuk mendaftar. Ma Rin binggung dengan ucapan si pegawai.
“Apa Kau bilang, aku diterima di sekolah akademi?” tanya Ma Rin, Pegawai itu membenarkan.
“Ini Aneh, Aku mendapat telepon kalau aku diterima.” Ucap Ma Rin, pegawai itu menjelaskan kalau Ma Rin diterima masuk sekolah akademi.
“Jadi Bukan sebagai asisten studio?” tanya Ma Rin memastikan, si pegawai tampak binggung. Saat itu fotographer yang pernah di temuinya datang meminta agar mempersiapakan semuanya jam 6 nanti. 

Ma Rin yang melihatnya langsung menyapa sang guru. Si fotographer bertanya apakah Ma Rin ingin ambil kelas, dengan begitu jadi sering melihatnya. Ma Rin menjelaskan kalau tujuanya  ingin jadi asisten lalu bertanya apakah sudah melihat portofolionya. Sang guru mengaku kalau Ma Rin memang pandai dalam tingkah ini jadi  harus sekolah akademi.
“Apa ada masalah?” tanya Ma Rin, Sang guru bertanya-tanya apakah ia harus jujur menjawabnya.
“Aku tidak percaya dengan orang sepertimu. Kau ingin sombong dengan kamera yang kau mainkan. Aku melihatmu terlalu sering.” Ungkap sang guru.
“Aku tidak tahu sebabnya, tapi aku salah mungkin salah.” Tegas Ma Rin membela diri
“Kau berdiri di depan kamera dan tidak bisa berpose. Jadi, kau buat pilihan untuk pekerjaan ini, kan? Kau menjalani hidup untuk dikasihani. Sekarang saja bahkan memalukan hidup normal. Kau merasa seperti ingin melakukan sesuatu yang glamor. “ pikir Sang guru.
Keduanya sudah berjalan sampai masuk ke dalam sebuah ruangan studi, Sang guru menegaskan kalau Pemikirannya biasanya selalu benar. Ma Rin merasa gurunya itu  pasti berpikir kalau yang dilihat itu benar dan Foto  yang diambilnya membuat merasakan sesuatu yang tidak bisa dilihat, makanya ia mengaku sebagai pengemarnya dan menyukai fotonya.

“Tapi, Anda adalah seseorang yang percaya apa yang Anda lihat adalah segalanya. Alasanku ingin mengambil foto... adalah karena apa yang Anda lihat semuanya tidak ada apa-apanya.” Ucap Ma Rin, Sang guru memanggil nama Bap Soon, Ma Rin menegaskan kalau namanya Song Ma Rin
“Kalau memang bangga, jangan minta temanmu untuk dapat kerja. Apa Kau mencoba aku untuk percaya? Kau bilang Yang kulihat tidak ada apa-apanya? Dasar kuno.” Ejek Sang guru dan meninggalkan Ma Rin begitu saja. 

Ma Rin pulang dengan menaiki subway berdiri depan pintu menatap keluar jendela sambil bergumam.
“Tujuh tahun lalu... aku terlahir kembali di sini.” Gumam Ma Rin
Flash Back
Ma Rin yang ada dalam kereta melihat seseorang yang mengambil gambarnya,  lalu bertanya apa yang akan dilakukan dengan fotonya. Akhirnya Ma Ri pun turun dari kereta.
“Aku bertengkar dengan seseorang, jadi aku turun di Stasiun Namyeong.”
Ma Rin meminta si pria itu menghapus fotonya, tiba-tiba kereta yang sebelumnya di naiki Ma Rin terlihat meledak dengan api yang berkobar. Mulutnya melonggo tak percaya karena apabila tetap naik kereta itu mungkin sudah meninggal.
“Tapi syukurlah, aku hidup kembali, lalu Sesekali, aku memikirkan ini. Apa tidak ada alasan aku selamat? Apa ada masa depan yang cerah menungguku? Kuharap itu adalah kebenaran.” Gumam Ma Rin 

Saat itu terlihat lampu dalam kereta mati dan hidup kembali. So Joon sudah duduk diseberang Ma Rin lalu menyadari kalau wanita itu yang diselamatkan sebelumnya. Lalu menepuk pundak Ma Rin dengan menyapanya karena bertemu kembali. Ma Rin heran lalu terdengar suara pemberitahuan kalau sampai di Stasiun Namyeong.

So Joon mengikuti Ma Rin sampai keluar subway bertanya apakah akan pulang,  Ma Rin tak memperdulikanya lalu akan pergi. So Joon menahanya karena Ma Rin ingin pergi begitu saja. Ma Rin pun menyahutinya kalau mereka yang baru bertemu lagi. So Joon mengajak mereka itu  pergi bersama. Ma Rin menyuruh So Joon agar pergi lebih dulu saja.
“Kita bertemu lagi, itu sebuah takdir. Ayo makan malam bersama.” Ucap So Joon dengan memegang tangan Ma Rin
“Kau selalu menyentuhku. Terakhir kali, kau menyentuh tanganku 2x dan kau mencoba untuk membuatku berbaring. Sekarang, kau melakukannya lagi. Kuharap kau takkan melakukan ini. Kita bahkan tidak saling kenal.” Keluh Ma Rin yang tak suka disentuh oleh pria yang tak dikenalnya.
So Joon mengikuti Ma Rin dari belakang berkomentar kalau wanita itu sangat terperinci dan tetap menjaga jarak. Ma Rin mengaku sebagai wanita yang sangat konservatif. So Joon mengaku kalau kemarin itu menariknya bukan sengaja menyentuhnya menurutnya Ma Rin itu bicara seperti mesum untuk orang konservatif.
“Apa Kau ini dari luar negeri? Made in USA?” ucap Ma Rin berhenti berjalan.
“Kau ingin menyentuh dan bertingkah ramah denga seseorang yang kau temui secara kebetulan. Kau terlalu ini bebas sekali. Aku tidak ingin tahu berapa banyak harus mengakuimu. Aku tidak belajar di sekolah.” Tegas Ma Rin lalu pamit pergi berpikir So Joon itu ingin menjualnya.
So Joon hanya melihat dan Ma Rin berhenti seperti ditempat peringatan  dengan berkata kalau hanya ingin menyapa hari ini dan menceritakan kalau Ada pria aneh yang mengikutinya. So Joon melihat Ma Rin tak menyangka kalau masih ada orang yang datang ke tempat peringatan itu.  Ma Rin tak mengubrisnya dan terus berjalan.
“Akan kutraktir makan malam. Apa tidak ada tempat konservatif untuk makan di sekitar sini?” ucap So Joon, Ma Rin terus saja berjalan. So Joon merasa kalau ini sebagai  masalah besar.
“Mari minum! Mari kita minum!” teriak So Joon, Ma Rin langsung berhenti. 


Ma Rin dan So Joon sudah ada disebuah restoran, dua cangkir bir pun datang. Ma Rin langsung meminumnya, So Joon meminta agar Ma Rin bisa pelan-pelan dan melihat kalau Makanan pembuka belum datang. Ma Rin mengaku kalau  sanga malu dengan orang baru dan hanya  bisa minum bir karena  menurutnya Soju-nya, terlalu pahit. So Joon menganguk mengerti.
“Aku minum dengan seseorang yang tidak kukenal. Ini pengalaman yang menyenangkan.” Akui Ma Rin, So Joon melihat Ma Rin terus minum meminta agar segeradibawakan makanan pembukanya.
“Aku bukan wanita yang suka dengan makanan pembuka.” Ungkap Ma Rin, So Joon mengerti kalau  Ma Rin itu bukan wanita yang seperti itu dan memang sebagai wanita konservatif juga.
“Apa pekerjaanmu?” tanya So Joon, Ma Rin mengaku hanya mengambil foto.
“Lalu Umurmu berapa?” ucap So Joon, Ma Rin heran kenapa So Joon ingin mengetahuinya. So Joon mengaku kalau hanya ingin tahu saja.
“Kenapa semua orang pada ingin tahu tentangku?” tanya Ma Rin, So Joon pikir tak ada alasan orang ingin tahu? Ma Rin pikir setelah mereka minum lebih baik segera pergi dan mengajaknya bersulang. 

Beberapa saat kemudian, Ma Rin sudah setengah mabuk  merasa kalau dirinya yang tidak terlihat seperti umur 31 tahun, So Joon pikir terlihat sesuai dengan umurnya. Ma Rin pun bertanya balik umur So Joon. So Joon mengaku 19 tahun, lalu mengaku berbohong kalau umurnya 30tahun. Ma Rin pun ingin tahu apakah So Joon punya pekerjaan
“Kau pasti pengangguran... Tak masalah..., orang-orang pada berhasil melewati jalan ke beberapa perusahaan.” Komentar Ma Rin seperti So Joon tak menjawabnya.
“Aku Presdir sebuah perusahaan investasi real estate yang cukup bagus. Tapi Aku hanya mencoba untuk berhati-hati mengatakan yang tidak-tidak.” Ungkap So joon
“Oh, di usia muda kau jadi sukses. Kau bahkan punya perusahaan real estate sendiri.” Kata Ma Rin lalu memanggil So Joon dengan sebutan  Realtor (sebutan untuk orang-orang real estate)

“Kenapa kau melakukan ini padaku? Kau menabrakku begitu pertama kali kita bertemu.” Ucap Ma Rin mendekatkan wajahnya.
So Joon bingung merasa tak menabraknya, Ma Rin melihat So Joon itu canggung yang selalu menyentuh dan menariknya. So Joon kesal meminta Ma Rin membahasnya karena berpikir seperti orang yang mesum, lalu berpikir kalau Ma Rin itu Belum pernah ada pria yang menyukainya.
“Aku cukup terkesan. Atau apa kau tidak suka?” ejek So Joon, Ma Rin membalas kalau So Joon itu menyedihkan.
“Tidak apa-apa. Noona mengerti” ungkap Ma Rin memberikan aegyonya.
“Jangan salah paham dengan membuat ekspresi itu. Kau tidak paham dan salah paham.” Ucap So Joon menahan amarahnya.

Ma Rin berdiri dari tempat duduknya, So Joon akan membawa jaketnya, Ma Rin menahan So Joon kalau tak akan pulang tapi hanya ingin pergi  ke toilet lalu berteriak meminta satu gelas bir lagi, karena tak ingin So Joon kabur begitu saja.
Seorang wanita panik melihat So Joon yang ada dalam toilet wanita, Soo Joon memberitahu kalau pintunya rusak dan menyuruh keluar. Ma Rin berteriak meminta agar So Joon memegang pintunya, dan memperingatkan agar tak melihatnya Ma Rin mengeluh kalau toiletnya buruk lalu mengajak agar mereka ke  ke Blue House dan komplain, So Joon melihat Ma Rin keluar toilet menyuruhnya agar menutup resletingnya mendorong kembali agar segera masuk ke dalam toilet.


Ma Rin pergi ke melanjutkan ronde kedua dengan mencampur bir dan Soju. Lalu Ma Rin memperingatakan agar So Joon Jangan terlalu suka padannya karena mereka bahkan tidak terlalu kenal. So Joon menegaskan  tidak akan suka padanya, merasa kalau sebelumnya  sudah membuat kesalahan besarm menurutnya dia sudah gila.
“Apa yang paling cantik dari diriku? Kau sering dengar kalau mataku cantik. Tapi Sebenarnya, kakiku itu cantik.” Ungkap Ma Rin percaya diri
“Jika kau sangat yakin, kau boleh perlihatkan padaku.” Tantang So Joon 
“Aku bukan wanita gampangan. Aku bahkan tidak pernah tidur dengan orang gampangan, Tidak ada kencan. Aku muak pada cinta. Kau pasti tahu tipe ku ‘kan? Aku seorang wanita percaya diri dan tak kenal takut.” Ucap Ma Rin terlihat benar-benar mabuk, So Jin hanya bisa menghela nafas.
Ma Rin pikir dirinya harus jujur tentang sesuatu yang paling  kejamnya kalau dirinya itu terlihat murni dari luar tapi sebenarnya sudah usang, jadi jangan suka padanya. Menurutnya So Joon nanti akan terluka dan takut, karena bisa jadi sangat fatal dan hanya akan merobek-robek hatinya.

“Kalau aku bilang bahwa aku menyukaimu dua kali, kau akan mengikutiku selama 3 hari. Apa Kau tidak mau aku suka padamu?” ucap So Joon merasa tidak menyangka Ma Rin itu satu-satunya yang mengatakan itu.
“Teman-temanmu mungkin akan menertawakanmu untuk kencan ala Bap Soon. Mereka akan berkomentar "Bukannya Bap Soon sudah tidak dikenal lagi?" "Apa lagi yang ada dari dirinya?" Kau akan muak mendengar, "hidupnya takkan berjalan lancar". Orang-orang yang tidak ada hubungannya denganku, akan merasa kasihan padaku dan mengejekku. Kau akan melihat mereka mengunyahku seperti makanan pembuka lebih dari minuman mereka.” Cerita Ma Rin
Tapi Ma Rin pikir tak ada yang tahu mungkin So Joon  akan menjadi salah satu dari mereka. So Joon menyuapi Ma Rin makan merasa pasti menderita delusi, menurutnya Ma Rin itu berlebihan tentang ini. Ma Rin pikir So Joon itu tak tahu apapun.  So Joon pikir sudah pasti tak akan tahu Tapi, menurutnya orang lain tidak tahu tentang hidup Ma Rin dan Mereka sungguh tidak peduli tentang kehidupan orang lain, karena semua pada sibuk menjalani hidupnya seorang diri jadi tidak harus membanding-bandingkan orang lain.

Ia merasa Ma Rin itu akan mendengar apa yang orang-orang katakan. Ma Rin merasa seperti So Joon seperti sedang menerima nasehat, dengan memanggilnya Realtor mengingatkan kalau ia itu setahun lebih muda darinya, ingin memukulnya.
“Hidup itu lebih singkat dari yang kau pikirkan. Kau tidak harus terpaku pada masa lalu.” Ucap So Joon menahan tangan Ma Rin sebelum memukulnya.
“Kau ingin terlihat seperti pria yang gagah? Apa Kau pikir hatiku akan berdetak seperti itu?” goda Ma Rin yang berhasil memukul kepala  Soo Joon. 

 Akhirnya keduanya naik taksi, Ma Rin sudah tak sadarkan diri sambil berkata “Besok, matahari akan terbit.” So Joon hanya bisa menghela nafas melihat tingkah So Joon.

[25 Maret 2019: Masa depan]
Sebuah kecelakan besar terjadi, ada ambulance dan juga polisi yang berjaga. So Joon melihat beberapa korbanya yang dibawa oleh tandu, mulutnya melonggo kaget melihat dirinya yang tak sadarkan diri dibawa ke dalam ambulance dan juga Ma Rin. Tiba-tiba temanya Doo Sik datang.
“Ayo pergi. Tidak ada gunanya lagi kau di sini.” Ucap Doo Sik, So Joon yang masih  shock memastikan kalau itu bukan dirinya.
“Itulah! Kita harus pergi ke masa sekarang. Kalau dirimu di masa depan mati, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padamu. Kau mungkin menghilang.” Kata Doo Sik memperingati. So Joon benar-benar terkejut.
“Apa, apa aku akan mati?” kata So Joon benar-benar tak percaya
“25 Maret 2019 di 21:15. Di waktu itulah kau mati. Kita masih punya waktu 30 menit lagi. Ayo Cepat.” Ajak Do Sik 
Keduanya sudah pindah ke depan stasiun subway,  So Joon merasa kalau Ada sesuatu yang ganjal, karena pada 25 Maret 2019 bahkan tidak pernah ke hari itu, dan hari ini pertama kalinya aku melihatnya. Ia juga merasa  tidak pernah bisa melewati tanggal tersebut, jadi merasa ada sesuatu yang terjadi.
“ternyata Itu... karena aku mati.” Ucap So Joon benar-benar tak percaya.
“Kalau kau Tidak akan mati, itu lebih masuk di akal. Bukannya karena hal-hal kecil mesti mati?” komentar Doo Sik
“Aku akan hidup lebih lama 50 tahun. Bahkan, aku akan hidup lebih lama darimu.” Ucap So Joon
“Hidup sajalah yang lama Kau bahkan membuatku marah. Kenapa kau tidak coba cari wanita itu? Wanita yang kecelakaan bersamamu dan mati di saat yang sama.” Saran Do Sik
So Joon binggung kalau mereka itu mati bersamanya. Do Sik membenarkan kalau mereka ada Di ruang gawat darurat, di saat yang sama. So Joon mengaku tidak kenal siapa dia, dan bahkan tidak tahu wajahnya. Do Sik pikir maka dari itu Itulah sebabnya So Joon harus mencarinya, menurutnya Ma Rin itu satu-satunya yang ada hubungannya dengan kematian Ma Rin.
“Siapa yang tahu? Dia mungkin memegang kunci penting untuk menyelamatkanmu. Kau hanya punya waktu sisa 3 tahun lagi”
Ma Rin terlihat sudah tertidur pulas dikamarnya, sementara So Joon merenung dalam kamarnya. 

Pagi hari
Ma Rin terlihat mengumpat marah melihat wajahnya yang kusut didepan cermin, merasa kesal sendiri karena harus  mengingat semuanya, dengan memastikan kalau tak mengatakan bahwa kakinya itu cantik. Ia mensugesti kalau dirinya tak mungkin melakuan itu tapi yakin pasti bisa melakukan.
Akhirnya Ma Rin melihat ponselnya dikagetkan dengan melihat foto dirinya dengan So Joon terlihat saat mabuk.  Ia mengumpat dirinya seperti sudah gila dan juga kotor. Sambil berguling di atas tempat tidurnya menyakinkan kalau itu bukan foto dirinya dan langsung buru-buru berlari ke karena ingin muntah. 

Ma Rin keluar rumah merasa kalau Si Realtor pasti mengejeknya gila tapi menyakinkan kalau mereka tidak akan menemuinya dan hanya akan mengabaikannya. Ia menegaskan kalau dirinya sekarang akan terlahir kembali mulai hari ini, tiba-tiba merasakan mual dan langsung berjongkok.
“Apa Kau sungguh berpikir kalau wanita aneh itu memegang kunci penting dalam hidupku?” tanya So Joon melihat Ma Rin dari dalam mobilnya.
“Yah, kita harus tunggu  sja supaya kau tahu.” Pikir Do Sik
Sampai sekarang, aku tidak punya pilihan lain selain menunggu dan melihat.” Komentar So Joon
“Dia 'kan seorang wanita, bukan pria. Selain itu dia cantik.” Ungkap Do Sik, So Joon pikir harusnya ia yang lebih peduli yang itu.
“Lagipula kita bukannya hidup bersama. Jadi Buat apa kau khawatir?” ucap Do Sik, So Joon pikir dirinya hanya akan melupakannya karena mereka itu  tidak dekat menurutnya akan lebih baik untuk tetap seperti itu. Do Sik mengeluh bicara dengan siapa temanya itu bicara. So Joon memilih untuk turun dari mobil dengan membawa payung. 

Ma Rin berjalan dengan tertunduk, lalu tersadar kalau So Joon berjalan didepanya lalu langsung membalikan badan berpura-pura tak melihatnya. Ia akhirnya berpura-pura sedang bahagia hidup di Seoul. So Joon menyapanya dengan berpura-pura bertemu kebetulan lagi.
“Omo! Apa yang membawamu kemari?” tanya Ma Rin berpura-pura baru menyadarinya.
“Aku hanya berjalan dan kebetulan melihatmu.” Akui So Joon berbohong
“ Aku bukannya ingin berlebihan buat mengatakan ini... Apa aku kemarin sangat mabuk ?” tanya Ma Rin berjalan mendekat
“Karena aku kebetulan bertemu, jadi aku harus minta maaf. Maaf bila aku melakukan sesuatu yang salah kemarin. Aku jadi pingsan.” Kata So Joon
Ma Rin kaget mengetahui kalau So Joon itu pingsan, So Joon mengaku kalau tidak ingat apa-apa.Ma Rin memastikan kalau So Joon tak mengingatnya. So Joon pikir haruskan ia mencoba mengingatnya, Ma Rin pikir ituKedengarannya bagus tapi mendengar So Joon yang berbicara banmal padanya.
“Aku jadi tidak ingat apa-apa, jadi kata-kataku akan kuubah. Kita harus lebih dekat lagi seperti kemarin. Kalau begitu, kita ketemu lagi.” Ungkap So Joon, Ma Rin mengangguk.
“Dia tidak mabuk sama sekali.” Komentar Ma Rin seperti mengingat semuanya.
So Joon kembali mendekati Ma Rin karena lupa memberikan payung, karena pasti akan membutuhkannya. Ma Rin piki  Hari ini harusnya tidak hujan karena sudah mengecek prakiraan cuaca. So Joon mengatakan kalau Ada kesempatan, nanti bisa hujan.
Ma Rin membawa payung dengan senyuman, sementara So Joon kembali ke mobil meminta tolong pada Do Sik tapi temanya itu sudah tak ada dimobil.


Ma Rin kembali mengambil gambar Bit Na yang terlihat lebih natural menjadi model bajunya, lalu memujinya kalau akhir-akhi ini kelihatan semakin bagus, berpikir kalau baru saja melakukan  meditasi karena wajahnya kelihatan seperti baja.
“Terima kasih, Unni. Kudengar Presdir ingin aku dipecat, dan kau menghentikannya.” Ucap Bit Na
“Apa Kau dengar hanya itu hari ini? Rumor buruk menyebar begitu cepat. “ keluh Ma Rin lalu melihat fotonya meminta Bit Na bisa meningkatkannya lagi.
“Kau lebih baik sewa aku bila kau berhasil. Kau bahkan punya orang yang kau percayai.” Kata Ma Rin bangga
Tiba-tiba turun huja dengan lebat, Ma Rin dan semuanya panik langsung mencari tempat berteduh.  Ma Rin menatap langit tak percaya karena hujan turun dan So Joon memberikan payung padanya. 

So Joon duduk di meja kerjanya menaruh kembali buku diarynya, seperti merenung. Lalu menuruni rumahnya dan berjalan keluar. Ki Doong masuk dengan basah kuyup. So Joon memberitahu kalau akan pergi,  Ki Doong bertanya mau kemana karena mendadak sekali. So Joon pikir sebelumnya sudah memberitahu kalau  hari ini hujan.
“Hei, haruskah kita buat aplikasi cuaca?” pikir Ki Doong, So Joon pikir tak perlu karena peramal cuaca akan keluar dari bisnisnya dan segara pamit pergi.
“Lagi, lagi? Kau akan berada di dunia lain lagi. Akhir-akhir ini, kau terlalu sering berada di dunia lain.” Keluh Ki Doong
“Kau bilang  Dunia lain? Itu akan aneh bila mengatakannya. Kau pikir memangnya aku ingin pergi ke dunia orang mati?” ejek So Joon, Ki Doong penasaran kemana So Joon akan pergi,  So Joon mengakan akan pergi ke Dunia lain lalu mengajak akan minum anggur beras dan pancake goreng setelah kembali. Ki Doong langsung setuju. 

[Tiga Bulan Kemudian, Masa depan]
So Joon kembali kerumah dibuat binggung dengan yang dilihatnya pada bagian depan rumahnya, lalu dikejutkan dengan foto penikahanya dengan Ma Rin berada dibagian depan rumah.
Hujan masih turun dengan deras, Ma Rin menatap langit melihat payung dalam tasnya merasa kalau si Realtor itu sungguh menakjubkan lalu berjalan dengan mengunakan payungnya.

So Joon terlihat makin shock ada sebuah foto besar dirinya dengan Ma Rin mengunakan pakaian pernikahan. Tiba-tiba Ma Rin keluar dengan handuk mandinya dengan bagian dada sedikit terbuka, menyapa sang suami yang baru pulang, mengejeknya harusnya tak perlu pulang cepat karena itu terlihat jelas kalau mereka itu seperti pengantin baru. So Joon tak percaya kalau mereka sebagai pengantin baru.
Sementara Ma Rin berjalan memakai payung dengan senyuman lebar.
Bersambung ke episode 2
Ps : episode genap akan ditulis oleh mbak lilik silahkan cek di Sinopsis drama 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. Kayanya so Joon sudah mempunyai perasaan dengan Ma ri, namun dia gak tau itu perasaan apa dalam hatinya, ah... Pengen cepet cepet hari jum'at biar tau kelanjutan episode 3, bikin BAPER deh

    BalasHapus