PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 13 Maret 2017

Sinopsis Tomorrow With You.Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Yong Jin hanya bisa melihat Tuan Shin yang jatuh karena dirinya dari lantai atas.
“Kim Yong Jin menggelapkan uang perusahaan. Dia ditakdirkan membunuh Direktur Happiness yang mengetahui hal itu.<Aku sudah berusaha agar dia meninggalkan Meyrits, tapi gagal. Prosesnya memang berbeda, tapi akhirnya ia tetap menjadi pembunuhnya. Namun, aku tidak dapat memberi tahu So Joon akan kebenarannya. Karena...Ma Rin-ku dan So Joon akan dalam bahaya jika mengetahuinya.” Ucap Do Sik
Ma Rin memeluk So Joon yang terlihat benar-benar terpukul dengan kepergiaan ayah Se Young yang sudah di anggap seperti ayah kandungnya sendiri. 

So Joon masuk ke kantor polisi tak terima dianggap sebagai Kecelakaan dan menyimpulkanya hanya dalam sepuluh hari. Detektif mengeluh melihat tingkah So Joon karena menurutnya ia bahkan bukan anggota keluarganya dan menyuruhnya Pergi saja. Ki Doong menenangkan temannya kalau mereka bisa mendiskusikannya baik-baik.
“Apa Kau sudah memeriksa semua CCTV di area itu? Bagaimana dengan ponsel Shin Sung Kyu? Aoa Kau sungguh menginvestigasinya dengan benar? Apa Kau 100% yakin itu kecelakaan? Jelaskan agar aku mengerti.” Ucap So Joon, Ketua Tim mendengar So Joon terus bicara menyuruh Detektif Kim segera membereskanya saja.
“Kecelakan itu terjadi di area yang tidak terjangkau, jadi mana mungkin ada CCTV!? Tidak ada yang aneh juga dalam riwayat ponselnya.” Jelas Detektif Kim
“Bagaimana dengan rekaman black box (kotak hitam) mobil yang ada di sana?” tanya So Joon
“Di atas semua itu, hasil pemeriksaan dokter menyatakan cedera atas kecelakaan itu sangat alami. Kalian juga sudah diberitahukan!” kata Detektif Kim

“Apa Tidak ada kemungkinan seseorang memanipulasinya seolah kecelakaan?” tanya Ki Doong
“Kalau pembunuhan, korban pasti akan dicekik atau ditikam. Entah di kepala atau tulang rusuk, semestinya ada cedera serius. Jika benar pasti ada jejak semacam itu, Namun Shin Sung Kyu tidak mengalaminya dan Tidak ada tanda-tanda pembunuhan.” Jelas Detektif Kim
“Pada hari itu, dia tidak punya alasan pergi ke lokasi tersebut. Dia semestinya berangkat ke Jepang. Dia bahkan mengatakan pada putrinya akan menyusul ke bandara.” Jelas Ki Doong
“Itu sebabnya kamipun menyelidiki secara mendalam.” Ucap Detektif Kim dengan nada tinggi
“Tidak masuk akal tiba-tiba dia pergi ke lokasi konstruksi.” Kata So Joon, Ki Doong menenangkan So Joon dan mengaku ia  juga tidak habis pikir soal itu.
Detektif Kim merasa kalau So Joon berpikir ada seseorang membawanya ke sana, dan menjelaskan kalau sudah memeriksa riwayat ponselnya yaitu Di hari itu, semula Tuan Shin pergi ke rumah komunitas di Sangjin-dong Lalu pergi ke TKP di Hwakyung-dong. So Joon kaget mengetahui Tuan Shin yang juga pergi ke rumah komunitas.
“Kami mendapat kesaksian dia sering menginspeksi lokasi konstruksi. Jadi, kami menyimpulkan kedatangannya ke TKP sebelumnya tidak direncanakan.” Kata Polisi 

So Joon dan Ki Doong akhirnya keluar dari kantor polisi, So Joon pikir Jika Tuan Shin pergi juga ke rumah komunitas, semestinya Ki Doong dan Ma Rin melihatnya. Ki Doong mengaku kalau tidak lihat.
“Kalau begitu, beliau hanya melewati tempat dimana kau dan Ma Rin berada? Lalu, dia pergi ke TKP?” kata So Joon
“Aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Sebagaimana yang polisi katakan. mungkin kebetulan saja ke lokasi itu untuk inspeksi.” Kata Ki Doong santai
“Hei, menurutmu itu masuk akal?” ucap So Joon dengan nada kesal
“Tuan Shin tidak suka Se Young pergi ke Jepang. Mungkin dia hanya sekedar janji palsu akan menyusul Se Young.” Ucap Ki Doong
Akhirnya ia mengaku kalau tak masuk akal, kalau Tuan Shin itu dibunuh, menurutnya Siapa juga yang berniat buruk pada orang seperti Tuan Shin. So Joon mengak sudah tahu soal insiden itu dan coba menghentikannya Tapi, TKP-nya justru berubah, namun kejadiannya tidak berbeda seperti Seolah seseorang merencanakannya agar terjadi.

“Apa Kau pikir sesuatu yang serupa dapat terjadi pada hari yang sama secara kebetulan?” kata So Joon masih bisa belum terima
“Semua ini sulit dipercaya,  tapi aku pun kesulitan menerima keadaan dan kita bukan polisi. Kau menjadi sangat emosional akibat rasa bersalah.” Kata Ki Doong
Saat itu  Ma Rin datang melihat suaminya, So Joon binggung melihat Ma Rin yang datang.  Ki Doong mengaku kalau sengaja menelepon Ma Rin dan mengaku senang istri temanya datang  jadi meminta agar memabwanya pulang. Ma Rin mendekati So Joon merapihkan rambutnya yang  berantakan.
“Maaf, tapi aku harus pergi ke suatu tempat.” Ucap So Joon, Ma Rin langsung bertanya kemana akan pergi.
“Aku sangat marah padamu hari ini.” Ungkap So Joon pada Ki Doong, Ma Rin tetap bertanya kemana suaminya akan pergi.
“Aku harus mencaritahu sesuatu.” Kata So Joon
“Apa pergi ke Setahun mendatang Atau dua tahun mendatang? Seperti kata Ki Doong, kau bukan polisi. Kau harus bisa Mengerti aku kemari untukmu,  jadi ayo pulang bersamaku.” Ucap Ma Rin mencoba merayunya, tapi So Joon tetap ingin pergi memastikanya. 


Ma Rin dan Ki Doong berbicara dicafe,  Ma Rin kaget mengetahui kalau Ayah Se Young mampir di tempat keduanya berada. Ki Doong membenarkan lalu bertanya apakah tidak melihat sebuah mobil mencurigakan, Ma Rin juga tak begitu yakin tapi memang sempat ada mobil yang parkir tapi tidak yakin kalau mobilnya mencurigakan.
“Aku tidak mengerti kenapa jadi ikut seperti ini. Aku paham alasan So Joon bersikukuh pasti ada pelakunya. Dan tidak memercayai sesuatu yang meragukan seperti halnya 'takdir'... Dia pasti ingin menyalahkan seseorang karenanya.”ungkap Ki Doong
“Ya, aku tahu. Sejujurnya, aku sendiri tidak mengerti yang sedang terjadi.” Ungkap Ma Rin Ki Doong juga merasakan hal yang sama. 

Ma Rin berjalan pulang mengingat kembali ucapan Ki Doong “ Ma Rin, kau tidak melihat mobil yang mencurigakan?” dan mengingat kalau ada sebuah mobil yang terparkir dan saat berjalan sempat melinta sebuah mobil putih, tapi menyakinkan kalau pasti bukan. 

So Joon pergi menemui Do Sik sambil minum. Do Sik bisa mengerti SO Joon tidak ingin menerimanya, tapi menyakinkan kalau hanya kecelakaan, lalu merasa kalau seharusnya Do Sik minta maaf sudah memperlakukan layaknya kriminal bahkan memborgolnya. Ki Doong meminta Do Sik agar menatapnya.
“Ahjussi.. Jelas kau mengetahui sesuatu. Tindakanmu tidak masuk akal  jika memang tidak tahu apa-apa. Apa yang kau sembunyikan?” ucap So Joon
“So Joon... Aku yakin kau tahu... masa depanmu tidak terlalu bagus.” Kata Do Sik
“Sebentar lagi, aku akan menghilang tanpa jejak Lalu aku akan mati dua tahun kemudian.” Ucap So Joon
“Itu bisa lebih buruk dari yang kau ketahui. Aku hanya bisa mengatakannya lagi dan lagi. Jika kau coba menghentikan sesuatu yang akan terjadi, maka hasilnya justru akan lebih buruk. Itu sebabnya, aku tidak ingin kau mengetahui masa depan.” Jelas Do Sik
“Lalu kenapa kau juga melakukan perjalanan waktu? Kau mestinya juga hidup tanpa mengetahui masa depan.” Ucap So Joon heran
“Soal itu...kau akan mengetahui semua ketika saatnya tiba.” Kata Do Sik
“Apa merasa jadi Dewa karena mengetahui masa depan  lebih banyak dariku? Ini Tidak bisa dipercaya dan itu alasan aku mencurigaimu” komentar So Joon

Do Sik membela diri kalau So Joon bahkan  lebih buruk, dan mengingatakn kalau temanya itu bukan dewa yang menyelesaikan semua permasalahan. So Joon kesal bertanya apakah yang bisa diakukan selain membeli ramyeon dari dunia lain.
“Aku tahu yang akan terjadi. Tapi kau bilang aku tidak bisa melakukan apa-apa? Apa Aku harus membiarkannya meski mengetahuinya?” ucap So Joon
“Apa sebegitu Betapa menjengkelkannya hal itu? Sadarkan dirimu dan jalan yang benar” pesan Do Sik
“Kenapa kau menjelajah waktu dan ikut campur dalam hidupku? Jangan bersikap seolah kau lebih tahu soal hidupku daripada diriku sendiri, oke? Itu membuatku merasa seperti pecundang.” Ucap So Joon marah 

Keduanya pun keluar dari tenda, Do Sik yang sudak mabuk berpikir So Joon yang sudah mendorongnya dan ingin memberitahu tentang jati dirinya. So Joon terlihat kesal menyuruh Do Sik agar berhenti sok tahu soal hidupnya dan kesal karena dirinya tak bisa melakukan sesuatu.
“Aku akan naik subway sampai mati. Kenapa? Aku harus menyelamatkan Ma Rin-ku. Apa Kau ingin aku membiarkan hal buruk terjadi lagi seperti ini, huh? Dia satu-satunya keluarga tersisa yang kumiliki. Dia satu-satunya isteriku, wanitaku. Aku... aku harus melindunginya sampai akhir. Jika tidak... maka aku akan sangat menyesal.” Ucap So Joon sambil menangis, Do Sik yang mendengarnya langsung memeluk So Joon seperti anaknya sendiri dan meminta maaf. 

Ma Rin mengeluh pada ibunya yang makan ramen didepan matanya, Nyonya Cha merasa aklau sudah menyuruh ikut makan saja. Ma Rin pikir ibunya itu sedang menyiksanya dan sangat lapar sekali. Nyonya Cha pikir tak ada yang menyuruhnya kelaparan dan mengambilan mangkuk agar segera makan.
“Aku bahkan tidak tahu So Joon sudah makan belum.  Bagaimana aku bisa makan?” kata Ma Rin gelisah
“Jadi, kau kelaparan demi dia? Aku akan kelaparan bersama dia.” Ejek Nyonya Cha
“Itu disebut berbagi luka.” Ucap Ma Rin, Nyony Cha makin mengejek akalu akan menelepon Walikota dan minta anaknya dianugerahi isteri paling setia.

Saat itu So Joon pulang dengan keadaan mabuk, Ma Rin langsung menghampirinya dan mencium bau alkohol. So Joon memuji istrinya yang sangat cantik. Nyonya Cha melihat So Joon yang mabuk berat, dan mencoba menyapanya tapi So Joon seperti tak sadar.
So Joon terus memuji Ma Rin yang cantik dengan mengodanya, Ma Rin mencoba memberitahu kalau ada ibunya. So Joon seperti tak peduli malah langsung mencium Ma Rin. Nyonya Cha kaget langsung menutup wajahnya karena malu.
Ma Rin pun segera mengajak suaminya untuk pergi ke kamar, So Joon melihat ibu mertua dan memeluknya, tanpa sadar ingin menciumnya juga. Ma Rin langsung menahanya dan menarik So Joon agar segara masuk ke dalam kamar. 

So Joon akhirnya berbaring diatas tempat tidur, Ma Rin binggung Bagaimana So Joon akan menghadapi Ibunya nanti dan menutup pintu kamar. Lalu sambil membuka kaos kaki suaminya, Ia mengeluh padahal sebelumnya sangat khawatir apakah sudah makan atau belum tapi melihatnya sekarang kalau perut So Joon pasti sudah terisi.
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya  Ma Rin, So Joon mengelengkan kepala.
“Rasanya Sakit.” Ungkap So Joon. Ma Rin membangunakn So Joon dengan membuka jasnya dan menyuruhnya agar segera beristirahat.
“Ma Rin... Aku akan melupakan segalanya,Ayah Se Young sudah meninggal. Aku tidak bisa hidup serampangan dan tidak bersyukur. Aku ingin melupakan semuanya dan ingin kita berdua hidup bahagia. Aku hanya khawatir tentang masa depan kita. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu.” Kata So Joon, Ma Rin pun bisa mengerti.
“Tidak mungkin untuk melupakannya dengan cepatNamun, itu bagus kau sudah memutuskan.” Kata Ma Rin
“Percayalah padaku. Setidaknya, aku bisa membahagiakanmu.” Kata So Joon, Ma Rin mengaku kalau mempercayai suaminya. 

Ki Doong menunggu dikursi taman, Se Young datang melihat barang ayang dibawakan Ki Doong karena banyak sekali dan bahkan membelikan buku. Ki Doong mengaku kalau  itu buku yang bisa langsung ditamatkan karena Sangat menarik, sampai lupa waktu.
“Ini sangat berat. Apa Mau kubawakan?” ucap Ki Doong menawarkan diri, Se Young pikir Ki Doong tahu kalau berjalan tidak sampai lima menit dan dirinya juga tak sakit
“Bagaimanapun juga, Aku ucapkan terima kasih. Katakan pada So Joon dan Ma Rin,  terima kasih sudah banyak membantu.” Ucap Se Young
“Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku ‘kan pesuruhmu.” Kata Ki Doong mengejek

“Kau sudah dipecat dari posisi itu” balas Se Young, Ki Doong pikir dirinya  perlu mencari pekerjaan lain?
“Tapi Di matamu, aku berpengalaman, 'kan? Kang Ki Doong adalah pesuruh Shin Se Young. Jadi, kau bisa minta apa pun padaku.” Kata Ki Doong bangga.
Se Young pun pamit pulang saja menurutnya  barang yang dibawakan Ki Doong cukup untuk persediaan makan sebulan. Ki Doong pikir Se Young tetap akan pergi ke Jepang lagi, Se Young juga bingung harus karena Ibunya sekarang sendirian. Ki Doong meminta agar Se Young tetap tinggal saja di Korea. Se Young hanya menatapnya. Ki Doong pikir dirinya tak boleh mengatakan hal itu lalu menyuruh Se Young agar pulang dan istirahat saja serta  Jangan pikirkan apa pun. 

Di sebuah club
So Ri duduk bersama dengan teman-teman termasuk Gun Sook, lalu mengajak mereka pulang saja karena Sekujur badannya sakit semua dan Tempat itu hanya dipenuhi anak muda menurutnya memalukan berada di dalam club.
“Hei.. Apa maksudmu? Tidak seorangpun boleh pergi sampai mengidap arthritis. Coba kau lihat di sana, Apa Kau lihat pria itu? Aku akan jadi Ratu hari ini.” Kata Gun Sook
Gun Sook pun turun di lantai dansa sengaja mendekati pria yang dari belakang terlihat menari cukup baik. Si pria pun merasakan ada seseorang yang mendekatinya. Keduanya pun membalikan badanya dan terkejut ternyata pria itu adalah Sek Hwang. 

Keduanya akhirnya pergi ke minimarket, Gun Sook memerintahkan agar Sek Hwang merahasiakan sampai mati kalau melihatnya di klub malam.Sek Hwang mengerti dan hanya akan menjadi rahasia berdua sampai mati. Gun Sook mengaku merasa aneh, padahal tidak terjadi apa-apa dan keduanya pun minum pereda mabuk.
“Apa sesuatu yang buruk di kantor terjadi pada Young Jin-ku? Tidurnya tidak nyenyak seolah sedang dikejar. Dia tertawa lalu berteriak sendirian, dia kelihatan seperti orang yang berbeda. Aku hampir gila. Dia bahkan menyebut soal Vietnam...” cerita Gun Sook kesal
“Apa Beliau bilang kau mirip gadis Vietnam? Tapi kau tidak kelihatan begitu.” Komentar Sek Hwang, Gun Sook heran dengan Sek Hwang
“Tapi  bagaimanapun juga, beritahu aku kalau kau tahu sesuatu. Apa dia habis dipecat” tanya Gun Sook penasaran dengan suaminya.
“Sejujurnya, saya kurang tahu. Posisi beliau sedang tersudut belakangan,  jadi sulit juga untukku. Hari ini pun saya ke klub untuk melepaskan penat.” Ungkap Sek Hwang, Gun Sook juga mengaku seperti itu
“Ini pertama kalinya aku ke sana setelah menikah,  aku terlalu stres. Dan Kau banyak menderita di kantor, Sekretaris Hwang.” Kata Gun Sook prihatin. Sek Hwang juga merasa kalau Gun Sook banyak menderita di rumah.


Ma Rin memoles bibirnya merasa kalau tampilan Karismatik sekali. So Joon melihat Ma Rin sudah rapi bertanya apakah istrinya mau pergi, Ma Rin mengangguk kalau akan pergi mengantar So Joon ke kantor. So Joon binggung dan terlihat baru bangun tidurnya.
“Kalau aku membiarkanmu, maka kau akan jadi pecundang. Aku akan mendisiplinkanmu. Aku akan bersikap layaknya ibu Han Seok Bong.” Kata Ma Rin, So Joon makin melonggo mendengarnya.
“Aku akan mengantarmu.” Kata Ma Rin, So Joon heran mengeluh kalau perutnya sakit dan menanyakan obat penangkal mabuk.

Ma Rin menarik So Joon lalu memberikan minuman Ginseng merah. So Jon bertanya apakah itu penghilang mabuk. Ma Rin mengangguk, lalu bertanya apakah masih ingat yang dikatakan kemarin. So Joon seperti tak ingin dan bertanya apa yang dikatakanya. Ma Rin mengeluh sekarang Menjengkelkan sekali dan merasa hampa.
“Apa yang sudah kulakukan? Kebiasaan mabukku tidak buruk” kata So Joon
“Orang bilang, saat mabuk mereka bahkan tidak mengenali orang tua sendiri. Seperti itulah kau.” Kata Ma Rin,
“Memang  aku tidak ingat.Tapi kau tidak berhak mengatakan apa pun, karena kebiasaan mabukmu lebih buruk” balas So Joon

Ma Rin menyuruh suaminya minum saja ginseng merahnya, sambi
l memukulnya lengan suaminya yang lemah jadi mudah sekali mabuk. So Joon bertanya-tanya apa yang dikatakanya.  Ma Rin mengulang ucapan So Joon "Aku bukan manusia kalau tidak pergi kerja dan akan jadi orang yang rajin. Aku akan menuruti perkataan Song Ma Rin." Sambil mendorong ke kamar mandi.
So Joon mengaku badannya merasa tak enak jadi meminta membuatkan ramyun. Ma Rin setuju lalu menyuruh So Joon agar cepat mandi karen mereka sudah telat. 

So Joon mengeluh melihat Ma Rin yang menyetir dengan wajah tegang dan duduk condong ke depan, padahal sudah mengatakan akan mengemudikan mobilnya jadi kenapa Ma Rin harus repot mengantarny ke kantor dan bukan anak kecil. Ma Rin hanya diam saja. So Joon bertanya apakah Ma Rin gugup, Ma Rin membenarkan.
“Oh, ya. Ini  yang kuinginkan Aku coba membuatmu sadar.” Kata Ma Rin
“Tapi tidak berhasil padaku, bahkan Aku tidak sadar sama sekali.” Kata So Joon
GPS memberitahu kalau harus belok kiri, Ma Rin akan siap belok kiri tapi salah menekan tombol lampu sen. So Joon hanya bisa menghela nafas memberitahu ada disebelah kiri dan tak mungkin pindah jalur karena belokanya sudah lewat.
“Kita jalan-jalan sebentar tapi Bagaimana bisa tidak ada belokan kanan? Aku sangat hebat soal belok kanan.” Kata Ma Rin bangga, So Joon menunjuk kalau ada belok kanan tapi tetap saja Ma Rin tak bisa berpindah jalur. 

Yong Jin berjalan dilorong dan langsung sembunyi melihat Direktur Wang sedang bicara dengan pegawai lain. Pegawai itu membahas kalau mendengar banyak rumor soal Direktur Kim Yong Jin. Direktur Wang pikir itu soal Kota Jangho. Pria itu tak tahu kalau Direktur Wang sudah mengetahuinya.
“Setiap orang membicarakannya, 'kan? Direktor Wang, Anda yang memulai rumornya.” Kata Si pri
“Hei. Kau pasti mengira aku ini temanmu, ya?” keluh Direktur Wang pada bawahanya. Si pria pun meminta maaf pada atasanya. Yong Jin keluar dari persembunyianya mengetahui rumor yang sudah tersebar. 

Ma Rin akhirnya mengantar So Joon sampai ke depan halte terdekat kantornya,  So Joon mengeluh kalau kantornya itu di Busan karean butuh waktu perjalanan 4 jam. Ma Rin pikir Lebih baik terlambat daripada tidak hadir dan itu yang dikatakan oleh ibunya. So Joon bisa mengerti dan akan pergi berkerja.
“So Joon.. Semoga harimu indah.” Kata Ma Rin, So Joon pun mengucapkan  Terima kasih walaupun merasa mual.
“Song Ma Rin... Aku sudah baik-baik saja... Kau tidak perlu berlebihan.” Kat Soo Joon, tapi Ma Rin melihat So Joon  terlihat agak sakit.
“Itu akibat duduk di mobil selama 4 jam.” Kata So Joon menyindir, Ma Rin pikir akan mengantar sampai ruangan dan sudah berdandan untuk jaga-jaga. So Joon memilih untuk pergi sendiri saja.
“Yoo So Joon... Jangan pergi dan menghilang lagi... Jangan pergi ke dunia lain... Sekarang itu dilarang...Sebaiknya jangan pergi dan kau akan Mati kalau melakukannya.” Ucap Ma Ri memperingatkanya. So Joon mengangguk mengerti. 

Yong Jin menyapa Direktur Wang dengan bertanya apakah sudah makan siang. Direktur Wang mengaku belum tapi ada janji makan malam nanti dan bertanya apakah ingin mengajak makan bersama, Yong Jin pikir mereka bisa makan sambil mengobrol bersama.
“Soal proyek Sami yang sedang kau kerjakan, masih dipertimbangkan, kan?” kata Yong Jin, Direktur Wang menekanya kalau itu semua karena Yong Jin
“Kau ingin mempercepatnya, 'kan? Apa Mau kubantu?” ucap Yong Jin ramah
“Terakhir kali kau bilang, "Kau gila? Tidak waras, ya?" Apa Kau salah makan? Kenapa tiba-tiba baik?” kata Direktur Wang curiga.
“Direktur Wang dikenal di industri ini bukan tanpa alasan. Itu Tentu karena aku mempercayaimu.” Ucap Yong Jin seperti menjilat
Direktur Wang langsung bertanya apa yang diinginkan rekan kerjanya itu. Yong Jin mengaku tak ada dan hanya ingin memercayai Direktur Wang dan bekerja. Direktur Wang mengaku senang Yong Jin bisa membantunya. 

Saat itu So Joon baru sampai kantor,  Direktur Wang menyapa dengan membahas kalau ada yang baru saja meninggal dan kelihatan kurang sehat. So Joon mengaku kalau itu karena  duduk lama sekali di mobil. Yong Jin mengaku sudah dengar dan sempat ingin ke pemakaman. Tapi Manajer Kang bilang tidak perlu.
“Pegawaiku tidak perlu ke sana.” Kata So Joon
“Anda pasti sangat sedih. Saya tidak tahu bagaimana harus mengekspresikan turut berdukacita.” Kata Yong Jin, So Joon pun mengucapkan terimakasih
“Presdir, tetaplah kuat.” Ucap Direktur Wang memberikan semangat. 

So Joon akhirnya pergi lebih dulu, Direktur Wang melihat Wajah So Joon  kelihatan kusut dan Manajer Kang beberapa hari ini juga kelihatan sedih tapi yang didengar kalau bukan anggota keluarganya. Yong Jin menjelaskan Ada sebuah organisasi bernama Happiness dan pria itu adalah direktur di organisasi itu.
Direktur Wang binggung darimana Yong Jin mengetahuinya, Yong Jin dengan tertunduk mengaku tidak sengaja dengar.

Ma Rin berhenti dilampu merah sambil mengumpat kesal kalau sangat memalukan Padahal hanya mencoba jadi isteri berguna. Ponselnya berdering, Ma Rin mengangkatnya memberitahu sedang mengemudi, jadi harus cepat mengatakan sebelum lampu hijau  atau telepon lagi nanti.
“Ayo kita ketemuan... Aku perlu bicara padamu.. Dan kau Kenapa langsung membahas soal lampu lalu lintas saat menjawab telepon?Keseluruhan hidupku sedang berada di lampu merah (terhenti). Aku akan meng-SMS lokasinya.” Ucap Gun Sook lalu kembali berlatih bahasa vietnam. 

Gun Sook tetap berlatih bicara aneh, Ma Rin yang mendengarnya heran apa yang dikatakan temanya. Gun Sook memberitahu kalau itu bahasa Vietnam dan sedang belajar bahasa Vietnan lalu meminta agar Ma Rin menebak alasannya.
“Apa Mau pergi liburan? Jadi kau meminta bertemu aku untuk pamer kau akan liburan?” keluh Ma Rin, Gun Sook berpura-pura membenarkan
“Tapi, berjanjilah dulu kau akan merahasiakan ini dari suamimu. Aku mengatakan padamu karena mempercayaimu sebagai teman.” Ucap Gun Sook, Ma Rin terlihat penasaran meminta Gun Sook mengatakanya.
“Sekarang kau janji tapi nanti... "Sayang, sebenarnya Gun Sook bilang..." Kau akan begitu, 'kan?” ejek Gun Sook
“Jangan bilang kalau memang tidak memercayaiku. Aku sudah punya cukup banyak rahasia sampai kepalaku rasanya hampir meledak. Aku bahkan tidak penasaran soal rahasiamu.” Komentar Ma Rin

“Aku akan emigrasi ke Vietnam, padahal Aku bahkan tidak suka mi Vietnam.” Ucap Gun Sook sedih, Ma Rin kaget kenapa temanya pergi tiba-tiba.
“Aku bahkan tidak tahu alasannya. Yong Jin berkeras meski aku menolak... Song Ma Rin. Sekarang Aku membuang semua harga diriku  dan meminta satu hal padamu, mengerti? Minta suamimu untuk memperlakukan suamiku dengan lebih baik. Jadi kau Minta padanya, yah?” kata Gun Sook memohon.
“Kenapa mendadak kau seperti ini? Aku pikir ini Aneh melihatmu begini.” Komentar Ma Rin
Gun Sook ingin memastikan Ma Rin akan melakukan atau tidak, Ma Rin pun bertanya Apa terjadi sesuatu di kantor. Gun Sook pun tidak tahu. Ma Rin pikir Kalau keadaan di Korea baik-baik saja untuk apa suaminya itu mau pergi. Gun Sook pikir Ma Rin tahu kalau hubungan suami mereka itu tidak terlalu akur.
“Presdirnya tidak suka pada suamiku,  bagaimana bisa Young Jin-ku baik-baik saja?” kata Gun Sook
“Itu tidak benar. Dia bilang padaku kalau Direktur Kim bekerja sangat keras dan banyak hal positif lainnya.” Kata Ma Rin, Gun Sook kaget karena berpikir selama ini suami mereka saling adu mulut.

“Tapi, selesaikan saja masalahmu sendiri. Yong Jin membuat keputusan emigrasi atas keinginan sendiri jadi Utarakan keinginanmu juga padanya.” Pesan Ma Rin
“Tapi Kau tetap harus bicara pada suamimu, demi aku. Ini.. Benar-benar sulit untukku bicara seperti ini dan jangan singgung soal Vietnam. Aku tidak diijinkan olehnya mengatakan pada siapa pun kalau dia akan keluar dari perusahaan.” Jelas Gun Sook, Ma Rin mengerti
“Sebenarnya Seberapa buruk situasimu sampai mendatangiku begini?” tanya Ma Rin penasaran
“Yong Jin sangat baik padaku. Ini bukan akibat ada masalah dalam hubungan kami.” Ucap Gun Sook menutupi rumah tanganya yang buruk
“Ya, aku tahu. Dia selalu memikirkanmu. Tapi, Vietnam tidak terlalu menyenangkan. Itulah maksudku.” Kata Ma Rin, Gun Sook cemberut mengingat harus pindah ke vietnam. 


So Joon mengambil jaket akan segera pergi. Ki Doong bertanya mau kemana bosnya itu. So Joon mengeluh Ki Doong yang ikut menjaganya. Ki Doong memberitahu kalau teman perempuanya, menyuruh untuk memastikan So Joon bekerja. So Joon bertanya siapa temanya itu, Ki Doong menyebut nama Ma Rin. So Joon mengumpat kesal.
“Dia bilang padaku... "Tolong jaga So Joon-ku." Disertai 10 emotikon khawatir.”ucap Ki Doong
“Apa Kalian bahkan saling mengirim emotikon?” kata So Joon tak percaya, Ki Doong membenarkan.
“Aku tidak suka... Kalian harus punya batas.” Tegas So Joon, Ki Doong tetap bertanya mau kemana So Joon.
“Aku tidak bisa diam atas kekacauan ini.  Dia ayah Se Young. Aku akan pergi untuk terakhir kalinya dan memastikan. Dengan begitu, baru aku bisa menata hatiku.”tegas So Joon
“Bagaimana caramu memastikan?” tanya Ki Doong, So Joo mengatakan kalau akan mencaritahu segala sesuatunya dan kantor polisi selalu pilihan terbaik.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar