PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 05 Maret 2017

Sinopsis Tomorrow With You.Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
So Joon melihat Ma Rin yang tertidur disampingnya, dengan gaya manisnya menegaskan kalau Ma Rin itu Miliknya. Dengan terus menatapnya seperti baru sadar kalau istrinya itu bisa manis sekali. Ia melihat jam kalau akan pergi kerja sekarang, dengan mengecup bibir Ma Rin lalu turun dari tempat tidur
“Tunggu sebentar... Kemana milikku pergi?” kata So Joon kebingungan.
“Aku di sini.” Kata Ma Rin terbangun dengan wajah segar, So Joon kaget bertanya sejak kapan Ma Rin terbangun.
Ma Rin membentangkan tangan meminta So Joon agar mendekat, So Jon memberitahu kalau harus pergi kerja. Ma Rin tetap merengek agar So Joon mendekat. So Joon akhirnya mendekat dengan malu-malu.
Ma Rin menariknya dan membuat So Joon berbaring diatasnya, So Joon berpura-pura lugu bertanya apa yang akan mereka lakukan. Ma Rin mengaku menyukai So Joon, So Joon tak mau kalah kalau lebih menyukainya.  Ma Rin mengatakan kalau sangat menyukai pagi hari. So Joon berharap pagi tidak pernah terganti. Ma Rin mengaku kalau menyukai malam hari.

Keduanya pun berbaring saling menatap, So Joon bertany apakah tak masalah kalau mereka tetap di tempat tidur seperti ini karena Ibu Ma Rin ada dirumah mereka. Ma Rin pikir mereka akan jadi anak yang buruk kalau membangunkannya jadi mereka harus baik padanya dan membiarkan tidur
“Aku penasaran akan sesuatu. Kapan kau sampai pada keputusan untuk menikahiku?” tanya Ma Rin
“Entahlah... Aku jatuh cinta padamu begitu saja.” Akui So Joon
“Lalu, kenapa langsung memutuskan menikahiku?” tanya Ma Rin, So Joon merasa itu Pertanyaannya sama saja jadi meminta agar menanya yang lain.
“Aku selalu ingin tahu.” Ungkap Ma Rin, So Joon pikir akan bangun kalau Ma Rin  tidak punya pertanyaan lain.
“Baiklah.. Aku ingin mendengar jawaban pertanyaanku tadi pada ultah pernikahan pertama kita. Kalau kemarin aku tidak memaksamu, Apa kau berencana tidur terpisah selamanya? Kau berencana untuk tidak menyentuhku sama sekali.” Kata Ma Rin
“Aku tidak memahami perasaanmu. Bahkan jika kita tinggal bersama selamanya, aku mungkin tidak akan selalu memahami perasaanmu.” Ungkap So Joon
“Kau bijaksana, aku sungguh menyukainya. Kau harus menambahkan sisi liarmu. Kalau kau tambahkan sedikit saja, kurasa jadi sangat hebat.” Komentar Ma Rin
So Joon tak mengerti kalimat 'jadi sangat hebat' menurutnya Kalau sisi liarny muncul,  maka Ma Rin mungkin tidak akan bisa mengatasinya dan menegaskan kalau dirinya itu hewan buas, keduanya tertawa bersama karena malu.
“Aku merasa perlu untuk terus mengonfirmasinya, Bahwa kau menyukaiku, Bahwa kau tidak akan lelah terhadapku, Bahwa aku masih menarik untukmu.” Kata Ma Rin
“Cukup jangan berubah. Aku akan selalu dan lebih menyukaimu. Jadi, pastikan jangan berubah.” Kata So Joon
“Aku tidak akan berubah, Seperti itulah kepribadianku.” Akui  Ma Rin, keduanya masih terus saling menatap bahagia. 

Nyonya Cha terbangun dari tidurnya seperti merasa  tidur nyenyak seperti di rumah dan kamarnya itu cocok untuknya.  Saat memakai kaos kaki dikagetkan dengan foto yang terjatuh disamping tempat tidurnya. Ia panik dan langsung ingin memasukan ke dalam tas.
Ma Rin datang mengajak ibunya untuk sarapan, Nyonya Cha terlihat sedang terngkurap dilanti. Ma Rin binggung melihat ibunya berpikir tidur di lantai. Nyonya Cha membenarkan kalau kebiasaan tidur di lantai dengan berusaha menyembunyikan fotonya.
Ma Rin tahu kalau Ibunya pasti mengguling sampai jatuh ke lantai . Tapi Nyonya Cha merasa Nyaman sekali. Ma Rin ingin membantu ibunya bangun karena So Joon membuat sarapan. Nyonya Cha mengaku kalauTulang belakang rasanya belum ikut bangun jadi harus membangunkannya dulu dan meminta Ma Rin turun saja lebih dulu dan membantu suaminya. Ma Rin pun meninggalkan ibunya. Nyonya Cha bisa bernafas lega menyembunyikan fotonya. 

Ma Rin mengantar ibunya keluar rumah, Nyonya Cha melihat anaknya itu makin cantik dan So Joon kelihatan orang baik. Ma Rin pikir Ibu harus menikah lagi dengan pria seperti So Joon. Nyonya Cha  menolak unuk Hidup bersama seorang pria lagi menurutnya Pria itu hanya untuk senang-senang dan Ada banyak pria yang mengejarnya.
“Apa kau ingat wajah ayahmu?” tanya Nyonya Cha.
“Kenapa tiba-tiba Ibu tanya begitu? Ibu yang menyingkirkan dan menghapus semua jejaknya.” Kata Ma Rin
“Itu karena aku takut kau akan merindukan dia dan sakit hati.” Akui Nyonya Cha. Ma Rin pikir yang Ibunya lakukan benar karena tidak mengingatnya dan tidak penasaran.
“Apa kita mencari dan menemukanya saja?” ucap Nyonya Cha, Ma Rin bertanya kenapa ibunya ingin mencarinya.
“Apa Ibu masih mencintai dia?” kata Ma Rin menebak, Nyonya Cha menyangkalnya.
“Kau sudah hidup dengan baik. Aku hanya ingin tahu perlu atau tidak mencari dia.” Jelas Nyonya Cha
“Dia meninggalkan beban hutang,juga tidak pernah menghubungi kita.Itu berarti dia tidak ingin tahu lagi tentang kita. Dia juga tidak merindukan kita. Kadang, aku merasa Ibu terlalu naif. Lebih baik Lupakan saja. Ibu sudah banyak menderita karena dia.” Ucap Ma Rin, Nyonya Cha mengerti dan meminta maaf pada anaknya. 


Rapat dimulai, Direktur Hwang mengaku maklum kalau Presdir jarang hadir dalam rapat Tapi kenapa Direktur Kim Yong Jin juga tidak ada hari ini, bahkan bukan sekali tapi dia kali dan ingin tahu alasanya. Sek Hwang menagatakn kalau Direktur ada rapat dengan investor.
“Kenapa dia menggelar pertemuan di hari presentasiku? Apa Dia meremehkan aku?”ucap Direktur Hwang kesal
“Kenapa tidak kita mulai saja? Aku sudah memeriksa proyeknya. Soal Sami, kelihatannya lebih menguntungkan bisnis penyewaan dibanding tanah.” Kata Ki Doong mencoba menenangkan suasana. 

Direktur Hwang berjalan dengan Ki Doong merasa  Direktur Kim bertingkah aneh belakangan ini. Ki Doong pikir Direktur Hwang itu terlihat sangat sibuk. Direktur Hwang merasa tak tahu harus mengatakan atau tidak, tapi Ada rumor, Yong Jin itu mencuri investor perusahaan demi proyek pribadi.
“Ada rumor dia masih memperjuangkan proyek Jangho.” Kata Direktur Hwang, Ki Dong pikir mereka sudah putuskan menolak proyek Jangho.

“Itu sebabnya kubilang aneh. Dia pasti mengerjakan sesuatu diam-diam.” kata Direktur Hwang, Ki Doong pikir tak seperti itu karena mungkin Direktur Hwang bisa kena masalah hukum kalau melakukannya dan pasti tak punya nyali dan hanya rumor tidak berdasar.
Sementara So Joon sedang ada dirumah keduanya melihat rekaman CCTV,  menurutnya kalau menyimpan rekaman CCTV itu bisa menemukannya. Ia merasa  aneh duduk santai menonton kejadian dunia lain lalu bertany-tanya sedang apa istrinya itu sekarang. 


Ma Rin mengambil foto salah satu perkerja kontruksi tapi wajahnya terlihat tegang dan kaku, Ia meminta agar bersikap natural dan rilek. Si pria memperlihatkan gaya seperti seorang model. Ma Rin melihat itu agak berlebihan dan memijat bagian bahu si pekerja agar ototnya tak tegang.
So Joo datang melihata Ma Rin melihat pundak pria lain langsung berteriak memanggilnya dengan nada marah.  Ma Rin bahagia melihat suaminya yang datang. So Joon pikir Ma Rin hanya perlu memotret tapi kenapa harus memijat bahu pria. Ma Rin pikir pria itu hanya seorang pria berumur.
“Kakek-kakek juga tetap pria. Dia kelihatan kuat dan buas. Dunia itu tempat yang menakutkan! Kebaikanmu bisa disalahartikan sebagai rayuan. Orang lain bisa salah paham.” Kata So Joon seperti cemburu
“Semua orang di sini sukarelawan. Apa Kau merendahkan mereka?” kata Ma Rin menyindir. So Joon memberitahu kalau ia  sebagai donaturnya dan mendanai hampir keseluruhan proyek

“Jangan pamer. Bukankah kau merasa terluka kalau dekat-dekat dengan Happiness? Kau bisa datang dengan santai sekarang.” Ejek Ma Rin
“Aku masih trauma dan masih merasa terluka.” Kata So Joon menunjuk ke hatinya.
“Aku rasa, traumamu sudah sembuh berkat isterimu yang cantik.” Ejek Ma Rin, So Joon kesal merasa kalau rasa sakitnya diejek karenaistrinya cantik. Ma Rin pun meminta maaf.
“Aku hanya merasa harus lebih ramah dengan sukarelawan.” Jelas Ma Rin, So Joon pun tak terima kalau dengan paman itu.
“Aku harus membuka hati dan harus berinteraksi dengan mereka.” Ucap Ma Rin dan kembali mendekati si paman yang terlihat sudah lebih rileks. Ia pun meminta So Joon agar mengambil foto mereka bertiga, So Joon pun tak menolak walaupun dengan wajah terpaksa. 


Semua pekerja mulai makan siang, Ma Rin melayani para pekerja yang ingin menambah Nasi atau lauk. Salah seorang wanita juga membawakan tambahan nasi. Seorang pria berkomentar Suami Ma Rin  tampan sekali dan bertanya apa pekerjaaanya.
“Dia punya perusahaan real estate. Hei.. Fotografer Song, makan sini bersama suamimu.” Ucap Si wanita. Ma Rin mengatakan nanti akan makan.
Ia lalu melayani semua pekerja bahkan menambakan air minum. So Joon kesal melihat Ma Rin yang ingin memberikan nasi pada pekerja lain dan menyindirkan kalau itu Bap Soon. Ma Rin melirik sinis tapi saat itu namanya dipanggil “Bap Soon” untuk membawakan dua mangkuk nasi. 

So Joon akhirnya menarik Ma Rin keluar meminta agar Jangan tersenyum pada semua orang dan bicara semanis itu.  Ma Rin binggung lalu dengan wajah malu bertanya apakah So Joon sedang ingin menemple padanya atau cemburu. So Joon mengaku keduanya. Ma Rin mengaku sangat senang sekali.
“Aku coba tidak menunjukkannya,  tapi wajahku terlanjur memerah karena terlalu menyukainya. Aku ingin kau terus begitu jadi Lanjutkanlah.” Ucap Ma Rin melihat So Joon seperti tak ingin kehilangan dirinya.
“Kenapa kau terus begitu? Berhentilah main-main.” Ucap So Joon dengan nada kesal
“Aku membenci hubungan yang dingin dan terlalu dewasa.Aku suka kau melekat padaku dan kekanakan begitu.Hatiku ini selembut bayi.” Goda Ma Rin
So Joon memilih untuk pergi saja karena melihat Ma Rin itu wanita aneh. Ma Rin menolak karena ingin So Joon tetap bersamanya dan langsung memeluknya dari belakang seperti ingin Menempel terus. So Joon panik kalau nanti ada orang yang melihat mereka.
“Ini 'give and take' (memberi dan menerima),  Aku akan menempel padamu layaknya permen karet.” Kata Ma Rin
“Ini menjengkelkan, Kau permen karet yang menjengkelkan. ayolah, hentikan.” Kata So Joon ingin melepaskanya, Ma Rin tak mau karena menyukainya.


Saat itu ayah Se Young melihat keduanya sedang bermesran menatap sinis, Ma Rin melepaksan pelukan dan sama-sama menyapa Tuan Shin. Tuan Sin berkomenta sinis keduanyaberdua kelihatan bahagia dan menurutnya Saat ini memang masa yang membahagiakan.
“Kalau belum makan, Anda bisa makan di dalam.” Kata Ma Rin, Tuan Shin dengan ketus mengatakan sedang tidak berselera. So Joon berpikir Tuan Shin sedang sakit.
“Tidak... Kudengar kau sudah tahu Se Young akan ke Jepang. Kau mestinya menghentikan dia.” Kata tuan Shin kesal, So Joon pun meminta maaf.  Ma Rin kaget mengetahui Se Young yang akan pergi ke Jepang. 

Se Young menelp Ki Doong bertanya sedang ada dimana dan ingin mengajaknya bertemu. Ki Doong  mengaku sudah pulang kerja dan sedang di rumah karena terlalu lelah untuk kembali ke kantor. Se Young pun berpikir Ki Doong yang pulang lebih awal rupanya.
Ki Doong berjalan kelua dari kantornya, Se Young membalikan badan melihat Ki Doong ternyata baru keluar dari kantor, dengan wajah kesal  menyuruhnya agar Istirahatlah dengan baik.

Ma Rin duduk bersama dengan So Joon, membahas kalau Direktur SHin pasti kecewa karena sangat mengandalkan Se Young dan seharusnya menelp anaknya. So Jon bertanya apakah Ma Rin ingin jalan-jalan akhir pekan ini. Ma Rin dengan penuh semangat bertanya kemana mereka akan pergi.
“Aku tanya mereka dulu” kata So Joon mengetik pesan dalam grup. Ma Rin kecewa karena ternyata pergi dengan teman So Joon bukan mereka berdua.
“Apa Ada tempat yang ingin kau datangi? Kau suka gunung atau laut? Kalau dipikir lagi, aku belum tahu tempat kesukaanmu.” Kata So Joon
“Kita kan tidak pergi berdua saja jadi lebih baik Ke tempat dekat sini buat pesta BBQ saja.” Ucap Ma Rin kesal.

So Joon bingung melihat dua temanya yang mengatakan tak ingin ikut, Ma Rin berkomentar sangat disayangkan kalau Mereka tidak bisa pergi tapi wajahnya terlihat senang lalu main menyamakan jawaban. Keduanya sama-sama-sama menyukai laut. Ma Rin merasa  mereka memang jodoh.
“Kalau begitu, mau pergi ke pulau terpencil?” kata Ma Rin
“Ayo kita semua ke pantai. Aku bisa bilang pada mereka sudah memesan semuanya, jadi mereka akan datang.” Ucap So Joon
“Yoo So Joon. Apa Tidak dengar aku mengatakan 'pulau terpencil'? Aku mengatakannya karena ingin kita berdua saja. Apa Kau memang terlahir tidak peka,  atau waktu yang membuat kepekaanmu menghilang?” keluh Ma Rin kesal, So Joon binggung
“Kalau memang sejak lahir, maka aku perlu menganggapnya masalah serius. Bagaimana kalau anak kita tidak peka juga sepertimu? Bagaimana anak kita harus tumbuh di dunia yang rumit ini?” komentar Ma Rin dengan wajah cemberut.
“Aku sebenarnya juga ingin kita pergi berdua saja. Tapi, Se Young akan segera pergi ke Jepang. Akan bagus kalau kita semua menghabiskan waktu bersama. Kita tahan dulu keinginan berduaan,  untuk perjalanan selanjutnya. Oke?” kata So Joon mencoba merayu.  Ma Rin bertanya menahan sampai kapan, So Joon meminta agar Ma Rin menahan untuk sebentar saja.

Akhirnya mereka pergi berempat, Ma Rin dan So Joon seperti yang paling bersemangat mencium aroma pantai. So Joon bertanya apakah Ma Rin menyukainya, Ma Rin mengaku senang dan beruntung memutuskan untuk ikut. Ki Doong bingung apakah Ma Rin sempat tak ingin ikut.
“Aku sempat berpikir akan mengganggu, karena ini acara antar teman.” Ucap Ma Rin
“Kau sangat bijaksana tapi Kau bisa menjadi teman kami mulai sekarang.” Kata Ki Doong,
Ma Rin seperti bahagia dan memanggil Ki Doong sebagai teman pria dan Ki Doong membalas kalau Ma Rin adalah teman wanitanya. So Joon mengeluh melihat keduanya dan mengajak agar membereskan barang mereka lalu membagi tugas kalau Para pria akan menyiapkan BBQ dan wanita bisa coba berteman,  serta menganggapnay sebagai misi. 

Se Young menatap ke arah lain saat ditinggal berdua saja dengan Ma Rin. Ma Rin mulai berbicara agar melupakan  semua perasaan buruk antara mereka dan mencoba untuk akrab. Ia tahu kalau Se Young  tidak menyukainya tapi juga merasa aneh setiap kali memandangnya dan meminta maaf kalau pernah melakukan kesalahan. Se Young melihat Ma Rin yang mengulurkan tangan lebih dulu lalu meraihnya.
“Kau tidak melakukan kesalahan apa pun.” Ucap Se Young
“Lagi pula, kita juga tidak akan sering bertemu lagi.” Kata Ma Rin
“Kau tidak perlu mencemaskan aku,Unnie.” Ucap Se Young, Ma  Rin kaget Se Young yang meanggap sebagai kakak perempuanya.
“Kau lebih tua dariku. Aku memang agak sulit dekat dengan orang yang lebih tua. Jadi, bukan karena aku tidak menyukaimu. Jangan salah paham.” Jelas Se Young lalu bergegas pergi. Ma Rin pikir  mereka hanya beda setahun sambil mengeluh mengungkit usia 

So Joon terlihat bahagia meminta Ki Doong agar mulai nyalakan apinya. Ki Doong menyuruh So Joon diam saja dan ingin melakukan sendiri jadi lebih baik pergi saja. Se Young pun datang, So Joon binggung karena sebelumnya menyuruh agar berteman dengan Ma Rin.
“Aku perlu bicara dengan Ki Doong. Pergilah.” Kata Se Young, So Joon heran lalu berpikir kalau Ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Se Young menyuru So Joon pergi saja dan akan memanggil kalau sudah siap semua.
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Ki Doong setelah So Joon pergi.
“Tidak ada, aku hanya merasa lebih baik bersamamu dibanding Song Ma Rin. Kenapa juga dia ikut kemari ?!!” kata Se Young kesa.
Terdengar suara So Joon yang memanggil Ma Rin dengan julukan “bunga”. Se Young yang mendengarnya, berpikir kalau Anjing di halaman dan takut dengan anjing.  Ki Doong memberitahu kalau itu bukan nama Anjing. So Joon terus berteriak memanggil Ma Rin sambil mengupas jeruk. 

So Joon binggung kemana istrinya itu padahal sudah mengupasnya. Ia pun berjalan ke dekat mercusuar karena berpikir kalau datang ke tempat itu, Lalu melihat sebuah kotak surat tapi ukuran sangat besar. Terlihat nama di bagian samping [KOTAK SURAT PENYIMPAN KENANGAN] dan penjelasan kalau mereka akan mengirimkan suart di hari yang mereka plih meskipun itu 50 tahun mendatang dan meminta agar menuliskan tanggal di amplop.
So Joon sudah duduk dimeja bertanya-tanya Apa yang sebaiknya ditulis karena tidak pernah menulis sesuatu yang panjang. Ma Rin mengirimkan fotonya berada di pinggir pantai, So Joon memuji istrinya itu sangat cantik dan mulai menuliskan suratnya. 

“Untuk Song Ma Rin di masa depan. Saat ini Oktober tahun 2016. Kita berlibur sebelum Se Young berangkat ke Jepang.”
Pesan dari Ma Rin masuk bertanya kenapa Soo Joon tak meresponya, berpikir kalau Jarinya gemetaran karena dadanya berdebar-debar. So Joon tersenyum kala ia sedang menulis respon dalam suratnya.
“Baru saja , kau mengirimiku fotomu yang cantik” tulis So Joon,
Ma Rin kesal karena So Joon sudah melihatnya tapi tidak merespon da berpikir kalau lebih baik tak mengirimkanya. Tapi akhirnya ia tak mempedulikanya memilih untuk bersenang-senang di pantai sendirian.
“Kau belum tahu kalau aku memang penjelajah waktu. Kita sangat bahagia belakangan ini. Aku berharap tidak memiliki kemampuan menjelajah waktu lagi. Sebagai gantinya, aku ingin kemampuan menghentikan waktu. Kuharap, saat kau menerima surat ini, kau tidak akan membenciku.” So Joon pun memasukan surat yang sudah dituliskanya. 

Ki Doong duduk bersama dengan Se Young membahas kalau temanya itu memutuskan pergi karena So Joon, Se Young membernakan. Ki Doong suda menduga. Se Young mengaku tiba-tiba merasa aneh berada di dekat Ki Doong dan ingin tahu sebabnya. Ki Doong mengaku Aku tidak tahu.
“Hanya saja... Kadang aku merasa kalau aku ini bodoh dan pemaksa. Aku bersikap menyesuaikan suasana hatimu dan selalu membiarkanmu menang. Aku melakukan ini dan itu. Tetap saja, kau tidak puas dan memperlakukan aku dengan buruk. Kau menghubungiku semaumu,  lalu menumpahkan amarah padaku.” Ungkap Ki Doong, diam-diam Ma Rin mendengar pembicaraan keduanya.
“Aku mulai bekerja di Happiness karena So Joon. Sebenarnya, saat itu aku sudah dapat pekerjaan yang kuinginkan. Tapi So Joon memintaku membantunya. Dia menang saat kami adu minum. Aku tidak pergi karena pria itu Lalu mengerjakan sesuatu juga karena dia. Sekarang, aku menyerah. Tapi, kenapa kau juga jadi dingin begini?” ucap Se Young binggung
“Apa Kau ingin menegaskan bahwa aku ini melarikan diri? Apa Kau pikir itu membuatku lebih baik? Memang aku masih punya harga diri tersisa?” kata Se Young, Ma Rin pun memilih untuk pergi meninggalkan keduanya.
Ki Doong tiba-tiba menyanyi dengan lirik “Ikatan ini bukan hanya cinta. Namun, lebih dari sekedar persahabatan. Rasa yang kumiliki untukmu lebih menyakitkan untuk dipendam. Dibanding diriku sendiri... Dibanding siapa pun di dunia ini, aku peduli padamu.” Se Young yang menndengarnya malah mengumpat marah. 


Do Sik mengartikan kalau Yong Jing mengambil depositnya tapi Yong Jin  belum memenuhi janjinya. Yong Jin minta waktu karena jika meninggalkan Myreits, maka para investor hanya menganggap saja sebagai manajer proyek Presdir Yoo menurutnya Sulit memulai bisnis besar dengan imej semacam itu.
“Anggota dewan, kejaksaan, pejabat pemerintah, dan sebagainya. Saya harus menunjukkan dulu kalau diriku juga berharga. Saat itu, baru mereka akan ikut denganku Koneksi semacam itu harus menganggap saya sebagai teman dan keluarga!Baru mereka ikut dengan saya. Begitulah keyakinan saya. Saya yakin begitu, Guru.” Kata Yong Jin menyakin dengan mengebu-gebu.
“Bagaimana kalau proyek Jangho gagal? Seluruh rencanamu bisa sia-sia.” Kata Do Sik, Yong Jin heran karena Do Sik mengatakan hal semacam itu.
“Tidak mungkin terjadi. Bukankah itu alasannya Anda mau berinvestasi?” kata Yong Jin, Do Sik merasa kalau Yong Jin itu pria menyedihkan.

“Apa Kau percaya takdir? Aku sudah memberimu kesempatan untuk keluar. Ada orang-orang yang takdirnya memang tidak dapat diubah. Sekarang Aku mengerti maksudmu. Aku mundur, jadi lakukan semaumu.” Kata Doo Sik
Yong Jin panik menanyakan tentang depositnya, Doo Sik mengaku melepaskan saja. Yong Jin kaget karena Doo Sik baru saja melepaskan satu milyar won. Doo Sik menyuruh Yong Jin membeli makanan yang lezat saja dennga menyindir karena sudah kehilangan banyak uang jadi lebih baik minum saja lalu mati.
“Apa Anda menyerah akan uangnya? Kenapa Anda mendramatisasinya?  Saya akan mempertimbangkan pendapat Anda lagi. Biar saya pertimbangkan lagi,  kita bisa mengambil keputusan bersama.” Ucpa Yon Jin mencoba merayu Doo Sik
“Bagaimana aku bisa memercayai orang yang sudah menipuku? Kau tahu betapa berbahaya pertaruhan ini buatku? Kau tidak akan mengerti. Hei.. Kim Yong Jin... Kau akan menjalani takdir yang sudah digariskan... Aku yakin seperti itu.” Tegas Doo Sik
“Kalau begitu, saya akan mengkaji ulang dan meninggalkan Myreits.” Kata Doo Sik mencoba mengambil hati.
“Sudah kubilang aku tidak percaya padamu.  Kau tidak mengerti alasanku melakukannya, 'kan? Aku... Aku harus mencegah sesuatu terjadi. Kau bukan satu-satunya yang perlu kuurus untuk mencegahnya.” Tegas Do Sik. Yong Jin mengaku  tidak terlalu paham yang dikatakan.
“Bahkan meski kau seorang penipu,  mestinya kau tidak membahayakan seseorang. Segalanya tidak akan berjalan sesuai keinginanmu. Aku akan...” kata Do Sik lalu terhenti menyuruh Yong Jin pergi saja.
Yong Jin berlutut meminta maaf, Do Sik menyuruh Yong Jin berdiri dan segera pergi.  Yong Jin tetap meminta maaf agar Do Sik tenang. Tapi Do Sik yan marah menyuruh Yong Jin segera keluar dari ruangan. Yong Jin berteriak dari depan pintu akan menelpnya lagi. Do Sik terlihat benar-benar stress dengan keadaanya sekarang

Ma Rin dan So Joon berjalan bersama di tepi pelabuhan So Joon membahas tentang Soal Se Young meminta agar Ma Rin itu mencoba agar lebih akrab karena Se Young sudah seperti keluarga buatnya. Ma Rin bertanya Apa teman sejak kecil selalu seperti keluarga.
“Setelah insiden Stasiun Namyeong, saat aku sendirian, ibu dan ayahnya menjagaku seperti keluarga sendiri.” Cerita So Joon, Ma Rin bertany apaka itu yang dimaksud Orang tua Se Young. So Joon membenarkan.
“Aku tinggal di rumah mereka beberapa bulan dan berhutang banyak pada mereka.” Kata So Joon, Ma Rin tak percaya keduanya Tinggal serumah.
“Wow! Aku tiba-tiba merasakan besarnya kasih sayang Se Young. Bagaimana dia bisa menahannya? Apa Tidak pernah terjadi sesuatu antara kalian?” kata Ma Rin sengaja menyinggung, So Joon meminta Ma Rin untuk  berhenti bicara omong kosong.

“Yoo So Joon... Kita sedang di pantai, ayo bicara terbuka soal masa lalu. Sudah berapa kali kau pacaran?” tanya Ma Rin ingin tahu
So Joon heran Ma Rin malah menanyakan hal itu,  Ma Ri pikir Tidak perlu dijelaskan detailnya, tapi sebut saja angkanya. So Joon pikir Tidak ada yang perlu dikatakan. Ma Rin tetap ingin So Joon mengatakan karena bisa menerimanya. So Joon mengaku Tidak ada  dan tidak pernah memiliki hubungan sebelumnya. Ma Rin kaget mendengarnya.
“Itu Benar. Aku ini sangat jual mahal dan Aku layaknya monumen raksasa.”akui So Joon bangga, Ma Rin heran kenapa So Joon tak percaya berkencan.
“Sulit buatku untuk jujur dan Juga, ada banyak hal yang lebih menarik daripada berkencan.” Ucap So Joon
“Jadi, kau tidak punya pengalaman kencan. Dan Itu sebabnya kau sangat tidak peka. Aku mengerti dan paham.” Komentar Ma Rin

So Joon mengaku bukanya tidak bisa peka, hanya sengaja tidak melakukannya. Ma Rin bertanya apakah Ma Rin tidak menyesalinya, Menikah tanpa pernah berkencan. So Joon melihat Ma Rin itu wanita yang dinikahi jadi seharusnya tersentuh karena hal ini serta berpikir "Bagaimana aku bisa menikahi pria sehebat ini? Di kehidupan sebelumnya, aku pasti sudah menyelamatkan negara."
Ma Ri itu percuma menurutnya So Joon itu tidak ada gunanya dan seperti robot. Soo Joon pikir bisa mengencani Ma Ri selamanya. Ma Rin pikir untu apa berkencan karena mereka sudah menikah. So Joon pikir tak ada hukum yang menentang pasangan menikah untuk berkencan,  Ma Rin melihat mereka berdua itu pasangan yang sudah menikah jadi Mana bisa mereka berkencan.
“Terserahlah. Aku tahu sebenarnya kau suka. Kenapa kita tidak kencan saja? Kita sudah menikah.” Ucap So Joon memeluk erat Ma Rin.
“Aish.. Benar-benar, aku bahkan tidak bisa menolak karena suamiku yang mengajak. Ayo lakukan. Mari kencan dengan bergairah.”kata Ma Rin, Keduanya pun terlihat bahagia karena hari ini sebagai hari kencan pertama mereka.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar