PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 12 Mei 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 4

PS : All images credit and content copyright : SBS

Ji Wook pun melihat pisau yang ditemukan dibawah lemari es, merasa yakin kalau itu pasti pisau dianggap sebagai barang bukti. Tuan Bang kaget melihat pisau yang sama ditemukan oleh Ji Wook, suasana di ruangan pun terlihat tegang. 

Flash Back
Tuan Jang bertanya pada Ji Wook kenapa Bong Hee  belum didakwa. Ji Wook mengatakan kalau masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Karena Saat ini tidak ada bukti langsung  seperti senjata atau saksi mata dan Bong Hee yang juga belum mengakuinya.
“Senjata pembunuhan itu... Kau akan menemukannya segera. Apa yang perlu muncul,  maka akan selalu muncul.” Ucap Tuan Jang penuh arti. 
“Seperti yang kita tahu, yang penting adalah Eun Bong Hee itu pelakunya. Apa aku salah? “ tegas Tuan Jang, Ji Wook hanya diam saja. 

Ji Wook menyindir Tuan Bang  kalau tempat ini sudah digeledah,  Tuan Bang mengaku sudah berkali-kali menggeledah dan Ji Wook pasti tahu kalau mereka melakukannya untuk menemukan senjata pembunuh. Ji Wook pun masih belum menemukan sampai akhirnya ia yang menemukanya.
“Jadi, kita mungkin menemukan dua.” Kata Ji Wook, Tuan Bang binggung dengan pisau lain.
“Astaga, aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang.” Kata Tuan Bang, Ji Wook mengajak pergi ke Pusat Forensik.

Ji Wook pergi ke Pusat Forensik  memberitahu petugas memberikan dua pisau yang dimilikinya adalah ingin tahu, apa darah ini milik Jang Hee Jun. Ia meminta agar menganalisa secepatnya dan agar merahasiakan. Dokternya binggung kenapa harus dirahasiakanya, Tuan Bang pun juga terlihat gugup.
“Ini ditemukan di tempat kejadian,  jadi tidak perlu dirahasiakan. Tapi yang Ditemukan di tempat lain, jadi harus dirahasiakan.” Jelas Ji Wook. 

Bong Hee menanyakan pada Eun Hyuk IQnya.  Eun Hyuk menjawab 143 dengan bangga kalau itu cukup tinggi. Bong Hee balik bertanya kenapa Bong Hee yang tak mau bertanya, karena Orang biasanya saling membalas., yaitu Ketika orang mengatakan halo, maka kebanyakan orang membalas.
“Oh, benar. Baiklah. IQ-ku 143. Kau berapa?” tanya Eun Hyuk. Bong Hee menjawab 101.
“Aku lulus ujian dengan IQ segitu. Itu bagus, kan? Dan, dulu aku adalah atlet. Menurutmu, berapa banyak usaha, agar lulus ujian pengacara? Aku bertanya pada diriku setiap hari. "Haruskah aku hentikan semuanya dan mendapatkan uang agar bisa membantu keluargaku?" Maksudku, aku bahkan  tidak yakin aku bisa lulus.” Cerita Bong Hee
“Belajar itu sulit, tapi melihat ibuku harus berjuang,  itu lebih sulit lagi. Begitulah aku bisa sampai sejauh ini, tapi semua waktu dan usaha akan sia-sia. Jadi, tolong jangan anggap ini sebagai lelucon.” Kata Bong Hee
Ia tahu kalau Eun Hyuk berpikir "Aku kasihan padanya, jadi harus membantunya." Bong Hee mengaku tidak suka pola pikir itu dan menegaskan bawah hidupnya tergantung pada pembelaanya dan juga pada keluarga. Eun Hyuk menatap Bong Hee seperti terlihat sangat tulus. 

Ji Wook duduk dimeja yang berbeda tempat Eun Hyuk duduk sambil mengeluh kalau harus saling bertemu. Eun Hyuk menyapa Ji Wook yang duduk didepanya.  Ji Wook pun bertanya apakah Eun Hyuk sudah bertemu. Eun Hyuk mengaku sudah.
“Oh, dan... Alasan aku memintamu menjadi pengacaranya adalah... Itu karena, haknya menyewa pengacara tidak dihormati.  Itu sebabnya.” Jelas Ji Wook
“Aku tahu. Aku yakin tidak ada pengacara yang mau membantunya. Kau tahu, aku melakukan ini karena kau yang minta, kan?” kata Eun Hyuk
“Apa kau harus mengungkit kalau kau membantuku?” keluh Ji Wook
“Aku akan lakukan yang terbaik sebagai pengacara.” Ucap Eun Hyuk meyakinkan.
Ji Wook menegaska kalau tak pernah melarangnya. Eun Hyuk menegaskan kalau akan mengalahkanmu, Jaksa No Ji Wook. Ji Wook menyindir menyuruh Eun Hyuk Berusaha  semampunya untuk mengalahkannya. Eun Hyuk pun bertanya apakah Ji Wook itu tidak akan menyerah dan mau menghukum dan mengurun Bong Hee.
“Jaksa macam apa yang menuntut kasus lalu menyerah dan kalah?” kata Ji Wook, Eun Hyuk menganguk mengerti.
“Aku pergi kalau kau sudah selesai bicara.” Kata Ji Wook dan bergegas pergi. Eun Hyuk pun mengejarnya temanya sampai keluar restoran. 

Ji Wook berdiri menunggu lift, Eun Hyuk mengajak Ji Wook untuk minum kopi. Ji Wook pikir Eun Hyuk sudah lupa, kalau ia tidak tahan melihat Eun Hyuk itu bahkan sedetik pun. Eun Hyuk tak percaya kalau Ji Wook itu  masih belum memaafkan.  Ji Wook tak tahan lebih lama memilih turun tangga.
“Kalau begitu, Aku akan terus memohon.  Aku tidak bisa melepasmu. Kau orang  yang paling berharga dalam hidupku. Hei.. Ji Wook, kau datang ke sidang, kan?  Sampai ketemu di pengadilan... Ji Wook, aku mencintaimu!” ucap Eun Hyuk dengan suara lantang senyuman terlihat. Sementara Ji Wook yang menuruni tangga terlihat kesal. 

Ji Wook masuk ruang interogasi langsung berteriak kesal pada Bong Hee karena gara-gara Bong Hee  harus bertemu seseorang yang  bahkan tak ingin diajak bicara lagi. Bong Hee sedang duduk bersama Tuan Bang, terkejut dan bingung  bertanya apakah  berbuat salah lagi.
“Semua yang kau lakukan itu salah. Kau adalah lambang kesalahan.” Ucap Ji Wook kesal
“Aku tidak tahu ini soal apa, tapi kalau aku salah atau berbuat salah lagi...” ucap Bong Hee binggung.
“Semua yang kau lakukan itu salah. Keberadaanmu sendiri saja itu kesalahan!” teriak Ji Wook. Bong Hee makin binggung.
Akhirnya Ji Wook bertanya pada Tuan Bang Apa ada kemajuan. Tuan Bang mengatakan tidak ada, tapi karena belum makan, jadi  mereka memutuskan menu. Ji Wook pun bertanya apa yang akan mereka makan. Tuan Bang mengatakan jajangmyun. 

Bong Hee makan dengan lahap jajangmyun, Ji Wook pun menatap mantan rekan kerjanya.
Flash Back
Di ruangan forensik. Ji Wook berpikir kalau dua pisau ada darahnya Jang Hee Joon, maka Eun Bong Hee bukanlah pelakunya. Tuan Bang terlihat tegang.

“Ini akan jadi yang terakhir kalinya, aku menginterogasimu sebagai tersangka. Itu berarti kau akan segera menjadi terdakwa.”ucap Ji Wook. Bong Hee berhenti makan dan menatap Ji Wook.
“Aku percaya padamu... Aku yakin, kau percaya aku... Aku sungguh percaya padamu. .. Itu satu-satunya pilihan yang kumiliki saat ini.” Ungkap Bong Hee. Ji Wook hanya diam saja menatapnya. 

Bong Hee duduk sebagai terdakwa dengan Eun Hyuk sebagai pengacara, dan Ji Wook masuk sebagai Jaksa.  Di bangku penonton, teman Bong Hee duduk disamping Ji Jae merasa gugup. Hakim pun mulai sidang dengan Bong Hee sebagai jaksa yang berbicara.
“Terdakwa Eun Bong Hee berencana membunuh mantan pacarnya, Jang Hee Jun, setelah korban berselingkuh darinya.  Pada 11 Mei 2015, dia memancing korban, Jang Hee Jun, ke tempatnya. Lalu dia dengan brutal membunuhnya dengan pisau. Untuk itu, saya menuntut terdakwa Eun Bong Hee atas pembunuhan dengan Pasal 250 UU Pidana.” Ucap Ji Wook sebagai jaksa penuntut.
“Pengacara Ji, apa Anda mengakui tuduhan yang diajukan oleh jaksa?”tanya hakim.
“Tidak, Yang Mulia... Terdakwa Eun Bong Hee tidak bersalah.” Kata Eun Hyuk. 


Ji Hae pun duduk sebagai saksi. Eun Hyuk bertanya apakah Ji Hae itu  menyaksikan terdakwa, Eun Bong Hee mengancam korban, Jang Hee Joon bahwa akan membunuhnya. Ji Hae membenarkan kalau  sering melihatnya dengan mata dan telinga saya sendiri bahkan Selain itu, banyak teman sekelas  yang melihatnya mengancamnya.
Flash Back
Bong Hee masuk ke toilet setelah bertemu dengan Hee Joon langsung mengumpat marah padahal ia mencampakkannya, lalu duduk didalam toilet sambil mengumpat kalau akan membunuhnya. Ji Hae mendengarnya tersenyum licik mendengarnya.

Saat makan siang bersama, Hee Joon dan Ji Hae makan dengan mesranya. Bong Hee menatap sinis melihatnya lalu dengan memberikan kode dengan tangan dilehernya tanda kalau akan membunuh Hee Joon.
“Kalimat "Aku bisa mati kelaparan, aku sangat kesal sampai bisa mati." Orang mudah mengatakan hal-hal seperti itu. Menurutmu, orang yang mengatakan hal itu benar-benar meninggal? Itu berlaku untuk... "Aku akan membunuhmu."” Kata Eun Hyuk membela
“Bong Hee serius dengan apa yang dia katakan. Dia tidak main-main. Menurut pendapat saya, dia menjadi pembunuh potensial segera setelah dia mengatakan ancaman itu.” Kata Ji Hae yakin
“Saya dengar, Anda mengatakan hal yang sama di kantor polisi.” Kata Eun Hyuk, Saat itu Ji Hae yang marah berteriak kesal pada Bong Hee kalau akan membunuhnya. 
“Anda serius dengan ucapan Anda. Itu juga bukan lelucon, benarkan? Lalu apa itu juga membuat Anda  menjadi pembunuh potensial?” kata Eun Hyuk bisa mematahkan pernyataan Ji Hae. 

Teman Bong Hee mengatakan kalau Bong Hee  selalu menyanyikan lagu aneh yang menunjukkan banyak kebencian dan dendam serta kadang-kadang mengganti liriknya. Ji Wook pun meminta teman Bong Hee untuk memberikan contohnya.
“Lihatlah aku saat aku mengutukmu, Jangan kau lupakan itu Karena aku akan membunuhmu” ucap teman Bong Hee sambil dinyanyikan.
“Begitu Eun Bong Hee  dan Jang Hee Jun putus, Saya dengar, Anda mengajak Eun Bong Hee untuk kencan.” Kata Eun Hyuk. Teman Bong Hee mengaku kalau itu hanya lelucon
“Jumlahnya, Anda melakukan itu tiga kali, dan Anda ditolak setiap kalinya.” Kata Eun Hyuk, Teman Bong Hee membenarkan dan ingin membela diri tapi Eun Hyuk lebih dulu bicara.
“Jika Anda benar-benar berpikir dia  cukup kejam untuk membunuh orang, apa Anda akan mengajaknya kencan? Bagaimanapun, apa Anda memberi kesaksian palsu karena Anda dendam terhadap dia?” ucap Eun Hyuk
Bong Hee langsung menatap sinis pada temanya, Temanya mengaku tak seperti itu lalu meminta memberikan jaminan perlindunganya. Akhirnya Bong Hee yang duduk di tengah sidang. 
“Memang benar saya mengutuk dan mengancam korban, Jang Hee Jun, akan membunuhnya. Tapi saya mengatakan itu sesaat karena kemarahan. Saya tidak pernah berniat untuk membunuhnya.  Jika saya benar-benar ingin membunuhnya, maka saya takkan akan memberitahu  kepada dunia tentang itu, kan?” ucap Bong Hee membela diri pada hakim.
“Orang tidak selalu serius saat bertindak. Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita yang ingin membunuh pacar dan suami  mereka pada waktu tertentu.” Ungkap Bong Hee
Saat itu semua orang terkejut mendengar pengakuan Bong Hee, termasuk Eun Hyuk dan juga Ji Wook. Bong Hee binggung dengan bertanya Apa itu salah. Salah satu wartawan keluar dari ruangan memberitahu rekan lainya kalau sidang belum berakhir. 


Wartawan langsung menuliskan judul berita "Apakah Membunuhnya Adalah Masalah?" "Dia Membunuh Karena Kemarahan" "Terdakwa Kurang Ajar" semua orang pun langsung membaca berita online dari ponsel. Berita di layar besar pun menayangkan, tentang pembahasan sidang kasus pembunuhan Eun Bong Hee.
“Apa yang dia katakan sampai muncul kontroversi?” tanya pembaca acara.
“ Dia bilang "Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita yang ingin membunuh pacar dan suami  mereka pada waktu tertentu." Dia terdengar seperti psikopat.” Kata si pengamat.
“Astaga.  Semua pria di negeri ini. sebaiknya bersikap baik saat ada di sekitar istri atau pacar mereka.” Komentar si pembawa acara
Di dalam sel, para napi yang menonton memberikan tepuk tangan pada Bong Hee yang berani bicara di persidangan. Sementara Ji Wook pergi ke Pusat Forensik karena ingin tahu apakah mendapat sesuatu. Dua lembar amplop pun ada di tanganya, sebagai hasil untuk senjata pembunuh. Di rumah Ji Wook melihat Laporan Pengujian Genetik, wajahnya terlihat tegang dan bingung.  

Ji Wook datang ke pengadilan, saat itu Bong Hee baru datang dengan tangan terikat, para Wartawan pun langsung mengerubunginya. Bong Hee bisa melihat Ji Wook menatap dari kejauhan, seperti memohon sesuatu.
 Sidang dimulai, Ji Wook mengatakan ingin menyerahkan bukti tambahan. Eun Hee membela kalau tidak paham kenapa Ji Wook  mengajukan bukti tambahan saat sudah selesai menginterogasinya. Ji Wook memberikan bukti kalau ditemukan di rumah terdakwa pada 15 Mei, pukul 3 sore.
“Ini hanya kami perlu mengonfirmasi sepenuhnya apa pisau ini. yang digunakan untuk menusuk  korban, Jang Hee Jun. Kami menerima hasilnya tadi malam, Harap mengerti bahwa kami tidak dapat memberikannya sebelumnya.” Ucap Ji Wook

“Yang Mulia, menurut laporan investigasi, rumah terdakwa digeledah berkali-kali. Namun, mereka gagal menemukan  senjata mematikan di tempatnya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menerima sebuah senjata yang tiba-tiba muncul beberapa hari setelah  mereka menggeledah rumahnya. Mohon ditunda untuk menerimanya sebagai bukti.” Kata Eun Hyuk
“Pertama, mari kita bawa sebagai bukti. Namun, saya juga ingin mendengar pendapat dari dokter forensik.” Kata hakim 
“Anda mengklaim bahwa luka tusukan ditemukan di tubuh korban dan bentuk senjata cocok dengan itu. Apa itu benar?” kata Ji Wook
“Ya, dengan memeriksa panjang luka tusuk, secara kasar saya bisa tahu bentuk senjata pembunuhan. Bentuk senjata yang diajukan sebagai bukti hampir identik.” Kata Dokter

“ Ini bukan pertama kali mereka memeriksa TKP, tapi suatu hari, senjata pembunuhan itu yang tidak dapat ditemukan sebelumnya, muncul entah dari mana. Bukankah ini mencurigakan? , Ini kemungkinan belaka. Mungkinkah DNA korban pada senjata itu bisa dibuat? Misalnya, seseorang bisa mendapat darah korban dari pakaian atau barang dan ditaruh di atas senjata.” Kata Eun Hyuk
“Saya tak bisa mengatakan, klaim Anda tidak mungkin tapi pada saat bersamaan, Anda tak bisa membuktikan klaim itu mungkin.” Kata Dokter.
“Tapi ini mungkin saja. Sekian.” Kata Eun Hyuk. Hakim pun meminta agar Ji Wook memberikan argumen penutup.
“Yang Mulia... Terdakwa, Eun Bong Hee, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama setelah memancing korban, Jang Hee Joon ke apartemen yang berada di Kota Goyang, Prov. Gyeonggi pada 11 Mei 2015.” Ucap Ji Wook 


“Ayahku bilang dia kehilangan saudaranya karena penjahat.”
Flash Back
Ji Wook yang masih kecil mengunakan pakaian ayahnya, sang Ayah masuk terlihat marah melihat anaknya yang berani memakai Jubahnya lalu mengajak agar mengangkat tanganya. Ji Wook mengangkat tangan, saat itu Ayahnya langsung memeluk anaknya dengan sangat bahagia.
“Demikian, ayahku menjadi jaksa seperti bebek yang berada di air. Dia menjauhkan diri dari Jaksa politik dan korup. Dia mengambil kasus kriminal dan melawan kejahatan. Ayahku adalah pahlawanku. Sama seperti saudaranya, ayahku menjadi korban kejahatan.”
Ji Wook menangis melihat ayahnya sudah meninggal, dari situ ia ingin  memenuhi impian ayahnya yang tidak bisa dipenuhi ayahnya. Ia pun ingin menjadi seperti ayahnya.
“Aku ingin melawan kejahatan seperti ayahku, menangkap penjahat sebanyak mungkin, dan suatu hari nanti, aku mati sebagai jaksa. Tapi....” Gumam Ji Wook dan seperti bisa melihat ayahnya yang mengunakan pakaian yang sama. 
“Makanya, saya menuntut hukuman maksimum. Dia merencanakan pembunuhan tersebut, Dia tidak menyesali kejahatannya, berbohong selama persidangan, dan keluarga korban meminta hukuman seberat mungkin. Dengan mempertimbangkan hal ini, menurut Pasal 250 KUHP, Saya meminta agar dia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, atas pembunuhan tingkat pertama.” Ucap Ji Wook

Ia mengingat saat itu atasanya menyuruh Bong Hee segera mengakui dan menuntutnya seberat mungkin, bahkan kalau gagal makan menuntutnya dengan hukuman maksimal maka akan memecatnya.
Lalu Bong Hee mengatakan kalau Ji Wook pasti mempercayainya, dan mengungkapkan kalau Ji Wook satu-satunya harapan yang dimiliki saat ini. Ji Wook terlihat gelisah duduk sebagai Jaksa.



 “Argumen jaksa bahwa terdakwa membunuh korban didasarkan pada bukti tidak langsung dan keraguan yang tidak masuk akal...” ucap Eun Hyuk dan tiba-tiba Ji Wook berdiri.
“Jaksa.. Apa Anda tahu pengacara sedang  menyampaikan argumen penutup?” tegur Hakim. Ji Wook mengatakan  ingin mengajukan bukti tambahan. Bong Hee terlihat panik memikirkan bukti apa lagi yang akan diberikan Bong Hee.
“Yang Mulia... Sebenarnya ada satu lagi senjata yang telah ditemukan. Kedua senjata ditemukan pada hari yang sama di tempat yang berbeda.” Ucap Ji Wook memberikan pisau yang disimpan olehnya pada Hakim.

“Jang Hee Joon, darah korban ada di kedua senjata ini. Jika Anda melihat slide ini, ada peta dimana senjata lainnya ditemukan. Jaraknya sekitar 7 km dari TKP. Mengingat waktu kematian  dan waktu respon ambulans, tidak mungkin jika terdakwa melakukan perjalanan sejauh ini, setelah membunuh korban  untuk menyembunyikan senjata.” Jelas Ji Wook dengan memperlihatkan peta kejadian.
“Entah dia memiliki kaki tangan yang bisa membuang senjatanya, atau dia adalah manusia yang bisa teleportasi, ini tidak mungkin.”kata Ji Wook. Jaksa pun ingin tahu alasan Ji Wook mengajukan bukti ini sekarang
“Saya sengaja mengecualikan bukti ini. Bagi saya, melanjutkan persidangan lebih penting dari kebenaran itu sendiri.  Jika ada dua senjata pembunuhan, itu berarti salah satunya dibuat. Yang berarti senjata tersebut bukan bukti yang bisa diterima. Jadi, menurut Pasal 255 Hukum Acara Pidana, jaksa berusaha untuk menolak tuduhan tersebut.” Kata Ji Wook. Bong Hee melonggo mendengarnya. 

Ibu Bong Hee binggung mendengar kalimat yang diberikan Ji Wook merasa tak mengerti dan bertanya apakah akan terjadi pada Bong Hee. Tuan Byun pun menjelaskan kalau Jaksa menggali kuburannya sendiri, dan Bong Hee akan membebaskan terdakwa. Ibu Bong Hee tersenyum tak percaya
“Jaksa mengakhiri kasus ini dengan tangannya sendiri. Terdakwa, Eun Bong Hee, akan dibebaskan. Itu berarti, dia bisa pulang ke rumah.” Kata Tuan Byun. Ibu Bong Hee langsung mengucapkan terimakasih. Bong Hee terlihat masih bingung tapi Ji Wook duduk gelisah dengan jubah jaksanya. 

Ji Wook keluar lebih dulu dari ruang pengadilan, wartawan langsung mengajukan pertanyaan. Tapi ia langsung bergegas pergi tanpa mengubrisnya dan Bong Hee akhirnya keluar bersama dengan Eun Hyuk. Bong Hee melihat Ji Wook yang bergegas pergi seperti ingin mengajak bicara.
Saat itu tiba-tiba ia merasakan seperti ada orang yang bersiul dan sama seperti saat bertemu dengan pria misterius mengunakan pakaian hitam saat kejadian. Ia mencari-cari sekelilingnya, saat itu Eun Hyuk mengajak segera pergi. Bong Hee masuk bus tetap bisa mendengar bunyi siulan. 

Tuan Jang sangat marah langsung memberikan pukulan diwajah pada Ji Wook karena tak membuat Bong Hee sebagai terdakwa. Ji Wook menerimanya tanpa melawan.
Bong Hee berdiri didepan apartmentnya, Ibunya terlihat ketakutan untuk masuk. Bong Hee memegang tangan ibunya seperti menyakinkan kalau semua akan baik-baik saja. 

Ji Wook minum bersama dengan Tuan Byun di bar. Tuan Byun pikir Ji Wook sebenarnya tidak perlu begitu. Ji Wook pikir seperti itu. Tuan Byun takut kalau Ji Wook melakukan itu, maka kejaksaan meminta banding bahkan jika Bong Hee dibebaskan. Ji Wook pun tak mengerti 

Ibu Bong Hee sambil berbaring dengan anaknya bertanya Kejaksaan tidak akan banding. Bong Hee memberitahu kalau Ketika seorang jaksa menjatuhkan dakwaan, maka mereka tidak dapat menuntutnya lagi kecuali mereka menemukan bukti lain yang membuktikan dirinya bersalah. Ibu Bong Hee meminta agar Bong Hee lebih jelas agar bisa lebih paham.
“Jadi artinya kejaksaan tak bisa menangkapku kecuali mereka menemukan bukti penting yang menunjukku sebagai pembunuh.” Jelas Bong Hee. Ibunya pun merasa sangat lega mendengarnya dan menurutnya itu sangat masuk akal.
“Jaksa berkoban besar untukku, Ibu.” Ungkap Bong Hee merasa sedih. 

Tuan Byun ingin tahu apa hubungan Ji Wook dengan Bong Hee dan kenapa melakukan hal itu. Ji Wook menjawab kalau itu Takdir. Tuan Byun binggung apa maksudnya.
Bong Hee keluar dari kamar membuka buku diary lalu melihat ada tulisan yang berbeda. Ji Wook menuliskan “aku juga” Bong Hee pun tersenyum bahagia sambil memeluk buku diarynya. 


Ji Wook membereskan barang-barangnya dan menatap baju jaksa yang tak dapat dipakai lagi. Tuan Bang mengeluh kalau Hati nurani Ji Wook itu mengecewakannya, sambil mengelus papan nama Ji Wook berpikir akan mudah bagi atasanya untuk mengabaikan kebenaran. Ji Wook pikir dirinya pasti lebih kecewa dari Tuan Bang dan memasukan papan nama. “Kebenaranku pasti mengecewakanku.” Ungkap Ji Wook sedih lalu melihat papan “Sumpah Jaksa, Kode Etik Jaksa, Ikuti prinsip dan jalan yang benar.” Lalu pamit pergi. 


 Bong Hee berjalan dengan pakaian kerja yang rapi, dalam hatinya pun bergumam “ Terbakar dan terluka oleh pria, kupikir aku takkan pernah bisa lagi mempercayai seseorang. Tapi aku mulai percaya dan menyukai seseorang lagi.”
Lalu ia melihat Ji Wook yang membawa kotak mengatakan kalau itu adalah pria yang orang yang menyelamatkanya.  Ji Wook melihat Bong Hee yang baru datang, Bong Hee pun berjalan mendekatinya. Keduanya saling menatap.

“Kupikir kita bertemu karena takdir.” Ucap Bong Hee dengan senyuman bahagia.
“Aku juga berpikir kau adalah takdirku...” kata Ji Wook, Bong Hee bisa tersenyum.
“Takdir buruk. Jadi... mari kita, jangan pernah berurusan lagi.” Kata Ji Wook terlihat sangat kecewa. Bong Hee kaget mendengar ucapan Ji Wook.
Bersambung ke episode 5

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

                                                                                                                                                                                  

2 komentar:

  1. Terlalu banyak flashback jadi agak bingung, tapi sejauh ini bagus ceritanya...coz ada ji chang wook...semangat recap ya mbak

    BalasHapus
  2. Terlalu banyak flashback jadi agak bingung, tapi sejauh ini bagus ceritanya...coz ada ji chang wook...semangat recap ya mbak

    BalasHapus