PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 19 Mei 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 6

PS : All images credit and content copyright : SBS
Bong Hee terdiam melihat Ji Wook yang datang ke ruang sidang  lalu mengatakan pada Hakim kalau terdakwa bersalah, Semua kaget mendengarnya, Hakim binggung karena Bong Hee malah membuat klienya dianggap bersalah.
“Apa aku mengatakannya? Anda pasti salah mendengar..  Aku kata Terdakwa tidak bersalah.” Ucap Bong Hee lalu duduk sambil tertunduk malu.
Akhirnya sidang kasus nomor 2017-G-66.390, Ji Wook pun maju siap membela klienya. Bong Hee sengaja keluar dari ruang sidang menutupi wajah berpura-pura tak melihat Ji Wook dengan tasnya dan mengeluh  sangat malu.

Ji Wook pun membela klienya sebagaiTerdakwa mengaku kesalahannya dan juga melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan hal-hal dengan korban serta berhasil mencapai kesepakatan. Bong Hee melihat dari jendela ruangan saat sedang menjadi pengacara. Saat itu Eun Hyuk melihat dan sengaja berdiri disamping Bong Hee melihat Ji Wook. Bong Hee kaget melihat Eun Hyuk yang ada disampingnya. Eun Hyuk menyapa Bong Hee yang Sudah lama tak bertemu.

“Apa yang kau melakukan dengan baik, Nona Eun?” kata Eun Hyuk menyapanya.
“Berkatmu, aku masih hidup. Apa kabarmu?”kata Bong Hee.
“Aku juga masih hidup,  itu berkatmu. Apa kau sedang mengintip Ji Wook.” Kata Eun Hyuk blak-blakan.
Bong Hee tak terima kalau dianggap Mengintip dan hanya melihatnya. Eun Hyuk lalu memberitahu kalau Ji Wook sudah keluar. Bong Hee buru-buru berbalik dan saat itu hak sepatunya lepas dan bergegas pergi.  Eun Hyuk langsung menyapa Ji Wook yang baru keluar ruangan.

Ji Wook hanya diam saja seperti malas. Eun Hyuk pikir setidaknya Ji Wook menyapa balik. Ji Wook menolak dengan ketus dan berjalan pergi. Eun Hyuk tak membalas ketus malah menyatakan kalau tetap mencintainya. Ji Wook tetap berjalan dan Eun Hyuk kembali berteriak kalau sangat mencintai temanya. 

Bong Hee duduk sambil tersenyum melihat sepatu didepanya sangat cantik, tapi ia duduk didepan tempat sol sepatu dengan sandal sementara. Saat itu ponselnya berdering dan mengangkat dengan gaya profesioanl
“Ya, aku pengacara Eun Bong Hee yang selalu siap untuk pergi dan bertemu denganmu di manapun kau berada.” Kata Bong Hee dan langsung mengatakan siap datang dalam 30 menit?
“Pak,  bisakah aku mengambil sepatuku kembali?” ucap Bong Hee pada pegawai sol. Si paman memberitahu kalau baru saja mau memperbaikinya
Bong Hee kebingungan berpikir apa yang harus dilakukan dan berpikir harus pakain sandal saja tapi menurutnya itu tak mungkin.  Sampai akhirnya melihat Ji Nae baru saja duduk sambil membaa kopi, dengan senyuman menyapa teman satu kampusnya.

“Darimana dia tiba-tiba datang?” keluh Ji Nae lalu meminta agar Bong Hee tak mendekat dengan wajah ketakutan. Bong Hee seperti tak peduli dan langsung mengambil salah satu sepatu Ji Nae.
“Wah.. cantiknya. kaki mu 240mm kan?” ucap Bong Hee memakainya. Ji Nae binggung tiba-tiba Bong Hee mengambil sepatunya. Bong Hee memberikan sandal yang dipakainya.
“Ini hanya sebagai pembayaran kecil karena kau sangat berarti bagiku Sekarang Sepatu ku ada di sana.” Ucap Bong Hee menunjuk tempat sol sepatu. Lalu memberitahu paman agar memberikan sepatunya pada Ji Nae. Si paman bertanya siapa yang akan membayarnya. Bong Hee mengatakan kalau Ji Nae yang akan membayarnya. Ji Nae berteriak marah. 

Bong Hee terus berjalan sambil sangat berharap klien kali ini orang yang normal, karena Sampai sekarang, 90% dari semua kliennya tidak normal. Ia pun berlari menaiki tangga gedungnya.
Flash Back
Bong Hee dengan papan nama diatas meja sebagai pengacara. Klienya, seorang ibu mengaku kalau ingin membunuh suaminya, tapi tak tahu caranya. Ia mendengar Bong Hee yang berhasil membunuh pacarnya. Bong Hee hanya bisa terdiam mendengarnya.
Kasus kedua, seorang pria sudah dijadikan tersangka. Bong Hee membahas kalau Ada begitu banyak bukti yang mengatakan si pria yang melakukan pembunuhan dan ingin tahu cara agar bisa membuktikan kalau Klienya itu tidak bersalah.
“Aku tahu kau punya caranya. Kau tahu bagaimana untuk lepas dari kasus pembunuhan.” Ucap Si klien yang tahu Bong Hee bisa lepas dari tersangka.
Di Kasus ketiga seseorang memberikan sebuah pisau diatas meja, Bong Hee panik mengaku kalau bukan pembunuh profesional.

Bong Hee masuk ruangan terlihat berantakan dan penuh bekas makana dan barang miliknya, akhirnya ia mencoba membereskan dan dimasukan sebuah bilik yang diberikan pembatas dan bersiap-siap untuk menunggu klienya datang dan memohon agar memberikan klien yang normal.Terdengar suara ketukan pintu, Bong Hee pun mempersilahkan masuk. Pria dengan penompang dan kaki yang digips masuk ke dalam ruangan.
“Aku... disebut penguntit. Ada seorang wanita yang sangat ku cintai. Kami berdua saling menyukai” ucap Si pria
“Ceritanya mengatakan kepadaku, itu sangat mirip denganku.Sama seperti aku melakukannya, dia juga jatuh cinta pada pandangan pertama.” Gumam Bong Hee yang sudah menyimpan rasa lebih dulu pada Ji Wook. 

Flash Back
Si Pria berjalan di dekat gedung, lalu melihat seorang wanita yang juga berjalan berlawanan arah denganya dan keduanya tiba-tiba saling menatap dan langsung terlihat ada perasaan suka diantara keduanya. Lalu tiba-tiba si wanita terlihat kesal berusaha untuk pergi, Si Pria menariknya memanggil Na Eun, meminta agar berbicara lebih dulu. Na Eun dengan sinis memperingatkan Si pria agar Jangan pernah muncul lagi dihadapannya.
“Sama sepertiku Dia juga harus menghilang dari hadapannya” gumam Bong Hee.
Si Pria tak terima begitu saja menunggu didepan gedung, Na Eun terlihat kesal Si pria. Bong Hee pikir itu sama seperti dengan keadaan dirinya,  kalau klien prianya itu terus berjalan ke sekeliling si wanita  dan pada akhirnya ...

“Aku menerima perintah penahanan. Setelah itu, aku belum melihat dia selama satu tahun setengah. Lalu tiba-tiba, kemarin ...” cerita si pria
Flash Back
Si pria menaiki bus dan kaget melihat Na Eun ada dibus yang sama dan berusaha untuk tak mendekat. Na Eun yang melihat si pria merasa ketakutan. Tapi si pria mengaku kalau kemarin benar-benar kebetulan.
“Kami berdua berpura-pura seperti orang asing, tapi itu sangat canggung. Jadi aku pikir itu akan baik-baik saja ketika aku menyapanya” cerita Si pria
Pria itu mencoba mendekati Na Eun yang akan turun dari bus, tapi Na Eun malah mendorongnya dan saat itu pintu bus terbuka dan Si pria pun jatuh dengan kaki seperti langsung patah. 

Sementara Na Eun bertemu dengan Ji Wook, mengaku Ini bukan kebetulan. Tanganya gemetar merasa yakin kalau itu tidak mungkin. Ji Wook menatap klienya yang gemetar dan mata yang tak menatapnya seperti merasakan sebuah gelisahan.
“Aku mengakui kalau aku yang bertemu dengannya itu kebetulan. Aku memastikan bahwa dia tidak tahu rumahku atau nomorku Tapi kalau dia naik bus itu bukan kebetulan. Aku yakin itu... Aku yakin dia sedang berusaha menyerbuku untuk mencari tahu di mana aku tinggal  dan di mana aku bekerja.” Ucap Na Eun yakin. Ji Wook menatap si Klienya seperti merasa kurang yakin karena tingkahnya. 

Gedung pengadilan, Ji Wook masuk ke sebuah ruangan tanpa sadar Bong Hee juga duduk di kursi bagian depan. Saat itu di panggil  Kasus nomor 2017-GD-22520 dengan Penggugat, Jun Seong Ho dan Terdakwa, Lee Na Eun.
Ji Wook dan Bong Hee maju di depan ruang sidang, keduanya sempat kaget dan saling menatap karena tak percaya bertemu kembali di ruang sidang. Keduanya pun berusaha profesional sebagai seorang pengacara, saat duduk Ji Wook dengan sigap menahan kursi Bong Hee agar terjatuh. Bong Hee sempat kaget melihat sikap Ji Wook seperti menjaganya, tapi setelah itu Ji Wook terlihat sangat cuek dan sidang pun dimulai.
“Menurut laporan medis yang ku disampaikan, Si Penggugat cedera di pergelangan tangannya dan membutuhkan delapan minggu pengobatan medis. Dia juga mengalami cedera pergelangan kaki yang memerlukan empat minggu pengobatan. Dia meminta kompensasi mengenai biaya rumah sakitnya, kehilangan pendapatan, dan kerusakan psikologis. Selain itu penggugat telah menerima perintah penahanan.” Ucap Bong Hee membela klienya. 

“Hal ini terjadi dalam proses ketidakpatuhan nya dari perintah yang diberikan. Ini berarti penggugat itu sendiri yang menyebabkanya seperti itu, terdakwa tidak menerima tanggung jawab untuk cedera penggugat. Tapi Saya meminta Anda mengabaikan permintaan moneter penggugat.” Kata Ji Wook
“Setelah perintah penahanan dikeluarkan, maka penggugat tidak bertemu si terdakwa bahkan untuk sesaat. Insiden itu terjadi pada bus di mana mereka bertemu secara kebetulan.” Kata Bong Hee
“Tidak ada bukti bahwa itu pertemuan kebetulan. Bahkan jika mereka bertemu secara kebetulan, Bukankah mendekati terdakwa itu disebut melanggar perintah penahanan?” balas Ji Wook

“Bahkan jika penggugat mendekatiya dahulu, itu tidak mengubah fakta bahwa terdakwa secara fisik dirugikan oleh si penggugat, terdakwa tidak memiliki hak untuk merugikan Si penggugat.” Tegas Bong Hee
“Terdakwa secara psikologis trauma karena kejadian penguntit ini. Yang Mulia, mendorong penggugat dapat dilihat sebagai mekanisme pertahanan diri” ucap Ji Wook sambil berdiri dari tempat duduknya.
 “Yang Mulia, ketika Si penggugat mengintai terdakwa, tidak ada satupun insiden kerusakan fisik yang disebabkannya” ucap Bong Hee membela klienya. 

Ji Wook pikir kerusakan fisik bukan satu-satunya jenis penyalahgunaan, tapi menurutnya Menguntit adalah definisi psikologis dan emosional, stres dan penyalahgunaan. Bong Hee mengaku kalau Penggugat kadang kadang... hanya mengamati terdakwa dari kejauhan.
“Apa kau tidak berpikir itu berlebihan menyebutnya sebagai menguntit?” ucap Bong Hee. Ji Wook menatap Bong Hee dengan dalam. Bong Hee binggung kenapa Ji Wook tiba-tiba menatapnya.
“Perhatian yang tidak diinginkan juga merupakan bentuk pelecehan. Ketika seseorang yang tidak ku suka mengamati dan menguntitku dari kejauhan, maka perasaan ketakutan, kecemasan, dan ketidaknyamanan tidak dapat dipahami oleh seseorang yang tidak memiliki pengalaman.” Ungkap Ji Wook. Bong Hee merasa Ji Wook seperti sedang menyindirnya.
“Karena menguntit, terdakwa terpaksa pindah terus-menerus. Terdakwa juga harus meninggalkan semua kenalannya. Dia bahkan harus menyerah pekerjaannya yang sangat dipedulikan dan yang paling dicintainya” kata Ji Wook
Bong Hee sangat yakin kalau Ji Wook itu seperti sedang membahas tentang dirinya. Ji Wook menegaskan Semuanya adalah upaya putus asa klienya untuk melarikan diri dari penggugat. Bong Hee tak mau kalah kalau seperti sebelumnya kalau itu hanya kebetulan lalu tiba-tiba terdiam.
“Sudah ku duga.. Kau tahu kalau aku menguntitmu mengintai, kan? Segala sesuatu yang kau katakan ... ditujukan padaku bukannya untuk argumen sidang, kan?” ucap Bong Hee tiba-tiba menatap Ji Wook. Semua terdiam lalu Hakim menyadarkan Bong Hee dengan memanggil sebagai Pengacara Penggugat
“Aku menanyakan apa mungkin  bagimu untuk menyelesaikan insiden ini.” Ucap Hakim
“Terdakwa yang menolak untuk dirawat tapi Penggugat, Jun Seong Ho, bersedia untuk mengabaikan baik pidana .dan kasus perdata jika terdakwa membuat permintaan maaf yang tulus.” Kata Bong Hee
“Terdakwa tidak memiliki niat untuk menghadapi dan meminta maaf kepada penggugat. Dengan kesempatan ini, penggugat mungkin menguntit...” kata Ji Wook dan langsung disela oleh Bong Hee.
“Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Penggugat saat ini sedang mempersiapkan diri untuk berimigrasi ke negara lain. Jika diperlukan, aku akan menyerahkan dokumen tambahan mengenai hal ini.” Tegas Bong Hee. 
Sidang selesai keduanya keluar dari pintu yang berbeda. Bong Hee menyap Ji Wook yang sudah Kerja bagus. Ji Wook terlihat canggung dengan mengatakan akan menghubunginya setelah bertemu dengan kliennya, dan mereka pun saling pamit dengan berjalan ke depan lift. Keduanya akhirnya masuk lift dengan suasana canggung. 



“Ngomong-Ngomong, Jaksa ... Sudah lama sejak kita terakhir bertemu, kan?” kata Bong Hee.
“Ini belum lama. Aku melihatmu di pengadilan ketika kau berpendapat bahwa terdakwa bersalah.” Ucap Ji Wook. Bong Hee kaget ternyata Ji Wook melihatnya, padahal ia sudah menutupi wajahnya.
“Tapi, kenapa kau Bicara Formal tadi? Kau seharusnya menanggilku, Hei, Kau, Eun Bong Hee....” kata Bong Hee heran
“Itu waktu aku kau bekerja denganku  dan hanya berlangsung 2 bulan, lalu aku belum melihatmu selama 2 tahun. Jadi Akan aneh jika aku diperlakukanmu santai hanya karena dua bulan saja” ungkap Ji Wook
“Ini rasanya tidak aneh tapi Rasanya sangat jauh” komentar Bong Hee.
“Tentu saja, Kau merasa jauh dan Jauh yang dimaksudkan untuk itu kita” balas Ji Wook
Bong Hee mengangguk mengerti, lalu akhirnya Ji Wook lebih dulu keluar dari lift. Bong Hee mengikutinya dari belakang dan Ji Wook berbalik arah mencari pintu jalan lainya dan Bong Hee hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Ji Wook yang tak mengubrisnya. 


Bong Hee bertemu dengan Seong Ho mengingatkan kalau  Setelah perjanjian penyelesaian, maka klienya itu tidak di perbolehkan meminta kontaknyaatau mendekati Na Eun dan benar-benar tidak boleh melakukannya.
“Bahkan setelah penyelesaian ini, perintah penahanan dan perintah masih berlaku.” Pesan Bong Hee mengingatkan klienya.
“Jangan khawatir, Aku tidak akan melakukan apa pun yang tidak disukai Na Eun” kata Seong Ho menyakinkan.
“Tapi kau sudah menguntitnya” komentar Bong Hee sedikit menyindir.
“Aku tahu bagaimana perasaannya ketika melihat dia. Mulai dari bajunya, rambut, dan raut wajahnya. Dari hari pertama kami bertemu, aku tahu segalanya dengan hanya melihatnya Jadi kau tidak perlu khawatir.” Ucap Seong Ho yakin. Bong Hee pun mengangguk mengerti. 

Keempatnya akhirnya bertemu dengan surat yang dibawa oleh Bong Hee dan juga Ji Wook sebagai pengacara. Ji Wok menegaskan kalau Dengan ini, Seong Ho menetap bahwa penggugat akan menurunkan gugatanya dan terdakwa tidak akan menekan biaya atau mengajukan gugatanuntuk melanggar perintah penahanan.
“Apa kalian berdua setuju?” tanya Bong Hee. Seung Ho mengatakan kalau menyetujuinya. Saat itu bunyi ponsel Na Eun berdering, wajahnya terlihat gugup segera mengangkat dan berkata kalau akan menelpnya lagi. Bong Hee melihat tatapan Seung Ho pada Na Eun yang mengangkat telpnya. 

Ji Wook mengantar Na Eun sampai ke taksi bertanya apakah akan baik-baik saja pergi sendirian. Na Eun memilih untuk pergi sendiri dan mengucapkan Terima kasih pada Ji Wook sebagai Pengacara. Sementara diseberang jalan, Seung Ho minta maaf karena pergi lebih dulu.
Bong Hee merasa tak masalah dan Seung Ho pun tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah taksi pergi, Bong Hee melihat Ji Wook yang ada diseberang jalan dan pergi begitu saja.
“Dia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal.” Keluh Bong Hee dan saat itu taksi yang dinaiki Seung Ho meminta agar memutar balik arah. Na Eun berada dalam taksi tak sadar kalau Seung Ho mengikutinya. 

Bong Hee duduk mengingat saat Seung Ho itu mengucapkan terimakasih dengan senyuman, lalu binggung kenapa Seung Ho bisa tersenyum, padahal hari ini adalah terakhir kali melihat gadis yang dicintainya.
“Bahkan jika itu berakhir secara damai, bagaimana bisa dia tersenyum?” ucap Bong Hee merasa tak yakin kalau itu tak mungkin bisa. Lalu ia mengingat saat ringtone ponsel Na Eun berbunyi.
Bong Hee dengan panik mencoba menelp Seong Ho, Seong Ho melihat Bong Hee yang menelp memilih untuk tak mengangkatnya.  Akhirnya Bong hee menelp yang lainya. 

Mobil Ji Wook datang ke tempat Bong Hee menunggu bus, Bong Hee pikir kalau Ji Wook memberitahu alamatnya maka bisa pergi sendiri. Ji Wok pikir mana mungkin bisa dan beralasan kalau tidak percaya dengan pengacara si penggugat. Bong Hee akhirnya masuk ke dalam mobil Ji Wook dan pergi bersama.
Na Eun berjalan sendirian dan merasakan ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, lalu merasakan Seung Ho mengikutinya dan berjalan lebih cepat lagi. Seung Ho terlihat sedikit kesulitan mengikuti Na Eun karena kakinya yang di gips. Na Eun akhirnya berlari dan Seung Ho terlihat marah karena tak bisa dengan cepat mengejarnya. 

Bong Hee merasa  hanya firasat buruknya dan berharap agar Mungkin tidak terjadi apapun. Ji Wook bertanya Apa yakin dengan firasat buruknya itu. Bong Hee melihat dari Raut wajah klienya itu.
“Itu tidak terlihat seperti seseorang yang akan membiarkan orang yang dicintainya pergi dan Juga, kebetulan kecil?” ucap Bong Hee. Ji Wook bingung apa maksudnya itu.
“Contohnya, melodi sebelumnya.” Kata Bong Hee. Ji Wook mengeluh kesal Bong Hee yang masih saja terobsesi dengan melodi.
“Bukan itu. Ini nada dering ponselnya” kata Bong Hee yang mengingat Seung Ho pernah cerita aklau masih segar dalam pikirannya. Lagu yang dimainkan pada hari pertama bertemu Na Eun.
“Menurut pendapatku, mungkin, Tuan Jun Seong Ho mungkin salah dengan pemikiranya Kalau Lee Na Eun lah yang mengenakan pakaian itu dan juga memilih nada panggilan itu. Dia mungkin berpikir kalau ini adalah sinyal untuknya.” .” Kata Bong Hee
“Aku pikir dia mungkin akan tertipu. “ ucap Ji Wook. Bong Hee pun berharap yang dikatakan Ji Wook itu benar dengan wajah panik. 


Na Eun terus berlari menghindari Seung Ho dan masuk ke Apartemen Joongnam Gedung A dan menaiki tangga lalu masuk ke lorong. Seung Ho sudah masuk ke apartement tapi berada di lantai bawah dan kehilangan Na Eun. Saat melihat ke bagian atas, wajahnya tersenyum melihat Na Eun yang berlari dilorong pada di lantai tiga.
Seung Ho berlari mengejarnya, Na Eun bergegas masuk tanpa sadar ponselnya terjatuh didepan pintu. Seung Ho berjalan mencari pintu yang dimasukin oleh Na Eun, lalu wajahnya tersenyum melihat ponsel dan lembaran kertas yang ada didepan pintu.
Bong Hee akhinya sampai di dekat rumah Na Eun lalu turuan dari mobil dan meminta nomor rumahnya. Ji Wook memberitahu Na Eun tinggal di Unit 308, Gedung A. Bong Hee pun bergegas pergi menemui Na Eun.
“Hei, Eun Bong Hee. Jangan terlibat bahkan jika terjadi sesuatu. Mengerti?” ucap Ji Wook. Bong hee menganguk mengerti lalu tersenyum karena Ji Wook akhirnya berbicara informal

Na Eun membuka pintu rumahnya dan melihat ponselnya tergeletak dan perlahan mengambilnya, saat itu pintu ditahan oleh Seung Ho untuk bisa masuk. Na Eun ketakutan dan langsung berlari masuk ke dalam kamar dan menguncinya, tubuhnya gemetar seperti mengalami trauma yang cukup banyak.
“Kau tahu..Aku mencarimu ke mana-mana... Aku merindukanmu, Na Eun... aku tahu semuanya jadi Ayo keluar... ayo kita bicara dan keluarlah” teriak Seung Ho berteriak menyuruh Na Eun keluar dari kamarnya.
Saat itu juga Bong Hee masuk rumah berteriak memarahi Klienya yang sudah tak waras lagi. Seung Ho langsung mengancam dengan pemukul base ball agar Bong Hee tak mendekat dan mengganggunya. Ji Wook akhirnya datang melindungi Bong Hee.
“Jangan mendekat” ancam Seung Ho melihat keduanya. Ji Wook tak takut mendekati Seung Ho dan langsung membantingnya. Bong Hee melonggo melihat Ji Wook yang membanting klienya.
“Seorang pengacara... seharusnya tidak memukuli kliennya.” Ucap Ji Wook memberikan alasan melakukannya.
Seung Ho akhirnya dibawa oleh dua polisi keluar dari gedung apartement,  beberapa tetangga melihat Seung Ho sebagai penguntit Na Eun selama ini padahal terlihat sangat normal.


Bong Hee duduk terlihat sedikit frustasi, lalu Ji Wook datang sedikit mengagetkanya. Bong Hee pun bertanya Apa semuanya sudah beres. Ji Wook mengaku kalau hampir beres. Bong Hee pun menanyakan keadaan Na Eun sekarang. Ji Wook mengatakan kalau klienya baik-baik saja.
“Dia benar-benar lega kalau keadaanya seperti ini” kata Ji Wook. Bong Hee pun bisa mengucap syukur. Ji Wook pun memberikan sepatu heel milik Bong Hee yang tertinggal
“Aku.... Aku bahkan tidak pernah berpikir tentang itu. Jun Seong Ho... Maksudku, Brengsek itu. Aku tidak percaya dia seorang psikopat. Aku pikir dia terlihat normal.” Ucap Bong Hee merasa bersalah.
“Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Kau lihat, mereka biasanya terlihat benar-benar normal.” Kata Ji Wook akhirnya duduk disamping Bong Hee.
“Namun, aku tidak bisa membantunya” kata Bong Hee. Ji Wook pikir mereka bisa mencegah kecelakaan besar berkat Bong Hee.
Bong Hee pun mengucapkan terimakasih karena telah mengatakan hal itu, Ji Wook pikir itu yang sebenarnya lalu meminta Bong Hee berdiri karena  perlu memberikan pernyataan sebagai saksi. Bong Hee mengerti dan merasakan sesuatu lalu bertanya Apa Ji Wook  sadar kalau terus berbicara informal dengannya. Ji Wook mengaku tidak dengan kembali bersikap cuek. 


Seung Ho kembali di interogasi dengan Bong Hee sebagai pembelanya dan Ji Wook duduk di sisi lain dengan Na Eun. Bong Hee melihat Seun Ho yang berusaha menyakin kalau yang dilaukan tak salah karena itu alasanya adalah cinta.
“Tidak dicintai kembali oleh orang yang kau cintai itu seperti penyiksaan. Tapi dengan, dicintai oleh seseorang yang tidak ingin bersamamu dan dipaksa untuk mencintai orang itu bisa menjadi penyiksaan yang lebih besar.” Gumam Bong Hee mengingat beberapa tahun ini melihat Ji Wook dari kejauhan.
Seung Ho seperti memaksakan cintanya dengan Na Eun dan Na Eun terlihat kesal Seung Ho yang terus mengejarnya. Bong Hee terus bergumam “ Berapa banyak yang bisa disebut cinta? Di mana obsesinya bermula?”


Ji Wook mengemudikan mobil sambil melihat heran karena kantornya ada di daerah itu. Bong Hee menatap Ji Wook sambil bergumam tentang keberadaanya dan bertanya apakah apakah antara cinta dan obsesi.
Lalu mengingat perkataan Ji Wook saat sidang kerusakan fisik bukan satu-satunya jenis penyalahgunaan. Menguntit itu sebuah definisi stres psikologis dan emosional dan pelecehan. Perhatian yang tidak diinginkan juga merupakan bentuk pelecehan.
“Aku akan memberikan diriku perintah penahanan” gumam Bong Hee lalu mobil pun sampai di tempat yang dituju.
“Apa alamatmu sesuai dengan JPSnya. Apa ini benar tempatmu?” ucap Ji Wook. Bong Hee tersadar dari lamunannya lalu membenarkan melihat lingkungan rumahnya.
“Terima kasih karena sudah mengantarku. Aku tidak ingin kau khawatir. Selain hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan atau berjumpa denganmu tiba-tiba, Aku akan menjauh setidaknya 100 m dari mu setiap saat.” Ucap Bong Hee. Ji Wook tak mengerti maksud ucapan Bong Hee.
“Seperti yang aku katakan. Dan... ini salah paham. Aku tidak menyukaimu Aku mungkin tampak seperti itu karena merasa bersyukur dan berhutang budi denganmu tapi jangan khawatir atau salah paham. Aku benar benar tidak memiliki perasaan untukmu, Aku berkata serius. Tolong percaya padaku” kata Bong Hee dan segera pamit pergi. Ji Wook heran melihat tingkah Bong Hee yang pergi begitu saja.
Bong Hee masuk ruangan sebagai tempat kerja dan tempat tinggalnya lalu membanting tubuhnya di sofa dan sambil menangis kalau tidak bisa berkencan dengannya.
“Berapa kali aku harus di situasi putus cinta seperti ini?” ucap Bong Hee sedih lalu akhirnya terbangun dan berjalan ke meja kerja lalu melihat sebuah kotak hadiah. 

Ia membuka ternyata berisi sepatu dan tertulis dibagian tutupnya “Jika kau terus mencari ku, aku yang akan menemukanmu pertama kali.” Bong Hee teringat saat duduk sedang menunggu sepatunya, lalu memasang spanduk yang sengaja untuk memancing si pelaku. Wajah Bong Hee pun terlihat panik ketakutan.
Bersambung ke episode 7

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted



2 komentar:

  1. Aura kegantengan ji wook makin hari makin nambah,makin cinta aja nih. Makasih k'dyah...

    BalasHapus
  2. Makin tua makin gantannggg ya oppa ji wook ini šŸ˜˜šŸ˜˜

    BalasHapus