PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 14 Juni 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 20

PS : All images credit and content copyright : SBS
Bong Hee dkk mendengar dari balik jendela, Bong Hee merasa  itu dilema  Dan Tuan Bang pikir Eun Hyuk harus mengikuti aturan industr dengan menjaga rahasia klien. Tuan Bang menurutnya Siapa yang mau menyewa pengacara jika tidak mau menjaga rahasia?
“Tak peduli apapun yang diputuskan.., biarkan saja mereka. Semua anak berkelahi saat tumbuh dewasa.” Komentar Tuan Byun. Ketiganya pun memilih untuk diam. 


Sidang di mulai
“Pada 6 Juni, 2017, Terdakwa Park Seong Eun... berdebat dengan suaminya, Kang Jin Ho, di rumah dan mendorongnya selama mereka berdebat. Dia jatuh lalu kepalanya terbentur anak tangga dengan keras. Sebagai hasilnya, Dia meninggal karena pendarahan otak dan patah tulang tengkorak.” Ucap Ji Hae sebagai jaksa
“Terdakwa tidak selesai di situ. Meski korban sudah meninggal.., dia menusuk korban dengan senjata tajam. Oleh karenanya, menurut Pasal 259 Bab 1 dan Pasal 161 Hukum Pidana, Jaksa ingin mengajukan Tuntutan atas pembunuhan dan perusakan mayat.” Jelas Ji Hae.
Hakim pun menanyakan apakah Pengacara Nyonya Park  mengakui tuduhan itu. Eun Hyuk membenarkan kalau Terdakwa mengakui tuduhannya dan menurutnya kalau  ini disebabkan stres karena trauma dan depresi yang didapat secara fisik, atau secara verbal selama 20 tahun dan memintapertimbangannya.


Ji Wook datang duduk disebelah Bong Hee pada persidangan. Bong Hee pikir Ji Wook datang untuk mengacaukan. Ji Wook mengaku tidak karena ini sidangnya Eun Hyuk, jadi harus menyerahkannya padanya jadi kenapa harus mengacaukannya. Bong Hee pun bisa tenang. 

“Mempertimbangkan betapa brutalnya korban dibunuh.., kami tidak dapat menerima klaim Penasihat Hukum bahwa terdakwa pikirannya lemah atau cacat secara mental. Dan Juga, kami tidak dapat menemukan bukti maupun luka yang memperlihatkan bahwa terdakwa dilecehkan secara fisik oleh korban pada hari tersebut. Dengan kata lain, pada saat itu suami terdakwa tidak melakukan apapun terhadap terdakwa.” Ucap Ji Hae sebagai jaksa penuntut.
“Memang benar dia tidak dilecehkan secara fisik.., tapi dilechkan secara verbal dan fisik selama 20 tahun memberinya banyak depresi. Oleh karenanya, kondisi mentalnya dapat menjadi pertimbangan.” Jelas Eun Hyuk membela.

Sidang selesai, Bong Hee memanggil Jae Young dan ingin menanyakan sesuatu. Jae Young menatapnya. 

Bong Hee memanggil Tuan Bang meminta agar memberikan  semua dokumen yang berhubungan dengan Park Seong Eun. Tuan Bang pun memberikan banyak berkas diatas meja, Bong Hee melihatnya berhari-hari dan dari meja Ji Wook, Eun Hyuk bertanya-tanya ada apa dengan Pengacara Eun.
“Aku bekerja terlalu keras saat dia jadi bawahanku saat itu. Saat ada terlalu banyak yang dia urus, atau saat dia menggunakan otaknya terlalu keras maka itu terjadi.” Ucap Ji Wook.
“Dia benar. Aku ingat itu... Rambutnya tampak seperti buket bunga.” Ucap Tuan Bang  
“Rambutnya akan segera berminyak. Jadi saat dia bekerja... maka dia tidak mandi.” Kata Ji Wook sudah mengetahui kebiasaan Bong Hee. 

Ji Wook sedang membaca buku dikagetkan dengan melihat Bong Hee yang datang dengan rambut acak-acakan. Bong Hee mengaku  banyak pekerjaan tiga hari terakhir ini. Ji Wook tahu kalau sudah terlihat dari penampilanya.
“Aku bertemu Park Seong Eun, anaknya, Kang Jae Young, dokter dan yang melakukan otopsi dan aku mengunjungi TKP juga.” Kata Bong Hee. Ji Wook merasa kalau Bong Hee banyak bekerja.
“Itu bagus, tapi rambut ini, dan... Apa Kau keluar rumah seperti ini?” tanya Ji Wook. Bong Hee membenarkan dan menurutnya tak masalah.  Ji Wook hanya bisa menyetujuinya walaupun agak merasa jijik.

“Kalau begitu, dengarkan ini. Pertama, aku sadar akan sesuatu yang aneh di sidang. Aku tahu ini karena pernah ada di situ, dan hal terakhir yang kuinginkan adalah agar ibuku khawatir kepadaku. Ibuku dan aku berpura-pura semuanya baik-baik saja.” Ucap Bong Hee mengingat
“Tapi aku sadar kalau Park Seong Eun dan Kang Jae Young melakukan hal yang sama. Mereka kelihatan seperti sedang mengatakan, "Jangan khawatir. Aku baik-baik saja."” Cerita Bong Hee mengingat saat sidang Nyonya Park dengan anaknya.
“Itu aneh. Jika mereka sangat dekat... kenapa dia membiarkan ibunyacmenerima hukumannya? Aku tidak paham itu.” Ucap Bong Hee.

Flash Back
“Aku menyesalinya dan seharusnya tetap di rumah. Lalu ini takkan pernah terjadi.” Ungkap Jae Young. Bong Hee binggung menanyakan maksudnya.
Jae Young datang ke rumah, dengan mengumpat kesal kalau  selalu seperti ini dan berahap  agar ayahnya menghilang. Tuan Kang sanat marah dengan anaknya yang berani bahkan berpikir kalau memukulnya agar sadar. Jae Young pun langsung bertanya pada ayahnya kenapa harus memilikinya.
“Jika Ayah tidak mau bertanggung jawab, kenapa Ayah memilikiku? Jika Ayah tidak menghilang, maka aku yang akan menghilang.” Ucap Jae Young marah lalu keluar dari rumah.
“Kang Jae Young bilang dia bertengkar dengan ayahnya hari itu. Itulah saat terakhir Kang Jae Young melihat ayahnya. Tetapi di sisi lain, saat terakhir Park Seong Eun melihat suaminya adalah saat dia mati.” Ucap Bong Hee yang mengetahui Nyonya Park datang. 

“Park Seong Eun berasumsi kalau yang melakukannya adalah anaknya yang pulang. Karena itulah, agar dia yang dituduh membunuhnya, dia menusuk tubuh suaminya.” Jelas Bong Hee bisa membayangkan Nyonya Park membawa pisau dari dapur.
“Tapi jika itu yang terjadi, apa yang terjadi di antara dua kejadian yang menyebabkan kematian Kang Jin Ho? Aku memikirkan setiap kemungkinan skenario yang dapat terjadi.”jelas Bong Hee. Ji Wook menatapnya dalam-dalam.
Flash Back
Bong Hee bertemu dengan Jae Young dirumahnya, Jae Young memberikan sebotol obat yang biasa dikonsumsi ayahnya, Bong Hee melihat Botol dengan teliti.
“Tapi kenapa tidak ada orang yang berpikir untuk melihat rekam medis Kang Jin Ho? Dokter yang mengurusnya berkesimpulan bahwa Kang Jin Ho... Mengalami pendarahan otak yang disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah otak.” Jelas Bong Hee bisa membayangkan Tuan Kang yang jatuh tak sadarkan diri lalu membentur lantai.
Bong Hee pun meminta agar Ji Wook mengajukan otopsi lain karena mungkin salah mengira dengan lukanya, tapi jika ini benar, hasilnya akan muncul di pemeriksaan kedua. Ji Wook sedari tadi menatapnya hanya meminta Bong Hee agar bisa mendekat. Bong Hee binggung, Ji Wook langsung mendekap Bong Hee dalam pelukanya. 
“Jangan salah paham. Aku melakukan ini sebagai mentor.” Ucap Ji Wook. Bong Hee seperti tak yakin dengan alasan itu. Ji Wook menyakinkan dan dengan berat hati mengelus rambutBong Hee.
“Eun Bong Hee, kau sungguh kotor, tapi... kau cantik.” Ungkap Ji Wook memujinya.

“Apa aku sudah membayar dengan kerja keras?” tanya Bong Hee. Ji Wook membenarkan kalau sudah membayarnya dan tumbuh dengan baik. Bong Hee tersenyum bahagia mendengarnya. 

Yoo Jung memberikan Hasil otopsi yang sudah keluar, yaitu Pendarahan otak korban disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah otak Jadi tuduhan cedera yang mengakibatkan kematian akan dibatalkan dan Nyonya Park tetap bersalah karena merusak mayat. Eun Hyuk mengucap syukur mendengarnya.
“Oh, aku mencoba menelepon Park Seong Eun untuk memberitahunya soal hasil otopsinya. Beritahu dia sendiri jika mau.” Kata Yoo Jung
“Terima kasih, Jaksa Cha.”ucap Eun Hyuk. Ji Wook yang ada didepanya dengan canggung mengucapkan Terima kasih.
“Lupakan. Aku tahu terima kasihmu tidak ikhlas.” Komentar Yoo Jung karena tahu Ji Wook masih sakit hati. 

Jae Young bertemu dengan ibunya, keduanya saling menangis dalam ruang interogasi. Ji Wook dan Eun Hyuk hanya bisa menatap terlihat simpati. Bong Hee menunggu diluar dan Ji Hae melihat bertanya apa yang sedang di lakukan di kantor Jaksa. Bong Hee tak mengubrisnya. Ji Hae menahanya  bertanya kemana akan pergi. Bong Hee meminta Ji Hae agar melepaskanya.
“Kenapa kau jadi sangat ramah? Apa yang kau mau dariku?” ucap Bong Hee. Ji Hae mengaku tak mau apapun. Bong Hee mengejek Ji Hae seperti hyena. Ji Hae menahan amarahnya.
“Aku penasaran, sejak kapan kau dekat dengan Pengacara Noh? Hei, tidak bolehkah aku bertanya pertanyaan sederhana?” kata Ji Hae
“Sudah kubilang kepadamu untuk tidak bicara tentang Pengacara Noh kapanpun itu.” Tegas Bong Hee.
“Itu dimulai di hotel, kan? Apa Kau ingat saat kau datang ke hotel untuk mencari Hee Joon? Itu awalnya, kan?” kata Ji Hae menebak
“Bagaimana bisa kau tahu itu?” kata Bong Hee binggung, Ji Hae tiba-tiba mengaku melihat. 
Bong Hee makin curiga kalau Ji Hae melihatnya. Ji Hae gugup mengaku kalau mendengarnya. Bong Hee bisa menebak kalau Wanita berbaju kuning yang bersama Hee Joon adalah Ji Hae. Ji Hae membela diri kalau tak penting setelah sekian lama berlalu,  Bong Hee pikir membenarkan kalau memang itu tidak penting.
“Aku tidak peduli itu kau apa bukan dan tidak tertarik dengan itu. Tapi... kenapa kau membullyku setelah kau melakukan itu? Apa Kau sungguh manusia?” ucap Bong Hee mencengkram baju Ji Hae
“Hei, lebih baik kau tidak memukulku. Aku akan membalasmu!” kata Ji Hae siap membalas.
Keduanya akhirnya saling menjambak rambut dan menyuruh agar melepaskan tangan lebih dulu. Ji Wook dkk datang, langsung mencoba merelai. Ji Wook menarik tangan Ji Hae agar tak menarik rambut Bong Hee. Ji Hae marah karena Bong Hee masih menarik rambutnya. Ji Wook menyuruh Bong Hee agar melepaskan tanganya. Bong Hee pun melepaskan dengan wajah kesal.


Ji Wook heran melihat keduanya malah bertengkar. Ji Hae makin menyerang Bong Hee yang terlihat sangat dekat dengan Ji Wook. Bong Hee membalas kalau Ji Hae lebih baik memikirkan urasanya sendiri. Keduanya pun pergi dengan wajah sinis, Yoo Jung yang melihatnya mengejek kalau keduanya itu tidak berkelas. Eun Hyuk juga merasa kalau itu memalukan.
Semua berdiri didepan lift, Bong Hee dan Ji Hae masih saling menatap sinis. Saat pintu lift terbuka, Ji Wook langsung menyerobot masuk menarik tangan Bong Hee dan menyuruh mereka semua  Naik lift berikutnya. Yoo Jung tak percaya melihat Ji Wook hanya ingin berduaan dengan Bong Hee.
“Astaga, kenapa dia bertingkah seperti itu?” keluh Yoo Jung. Tapi Eun Hyuk merasa kalau itu enak dilihat dan memilih untuk turun tangga. Dua jaksa pun mau tak mau memilih untuk menaiki tangga. 


Didalam lift
Ji Wook sengaja menatap Bong Hee dengan memegang bagian rambutnya, Bong Hee mengaku kalau baik-baik saja, karena punya banyak rambut, jadi tidak masalah jika ada yang rontok. Ji Wook menegaskan kalau membenci. Bong Hee ketakutan meminta agar jangan memukulnya.
“Apa ini berhasil?” kata Ji Wook mengoda dengan menatap Bong Hee. Bong Hee mengaku Tidak sama sekali.
“Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku?” kata Ji Wook semakin mendekatkan wajahnya. Bong Hee hanya bisa diam.
“Apa Kau lupa bernafas lagi?” ejek Ji Wook. Bong Hee hanya diam saja bergegas langsung keluar lift. Sementara Ji Wook merasa kalau sekarang  berhasil. 

Bong Hee pikir dirinya sangat bangga. Ji Wook pikir Bong Hee memang harus bangga dan layak untuk bangga. Bong Hee rasa para ibu sangat mengesankan dan bertanya-tanya bagaimana bisa mereka berkorban untuk anaknya. Ji Wook pikir Mereka mengesankan.
“Aku menyukaimu juga, tapi aku rindu ibuku hari ini.” Ungkap Bong Hee.
“Hei, kau baru saja mengatakan kau suka kepadaku. Benar, kan?” kata Ji Wook tersenyum bahagia. Bong Hee mengelak kalau tidak ingat. Ji Wook pikir lebih baik menemui ibunya juga hari ini. 

Nyonya Park sambil membersikan meja dengan bangga kalau  Putrinya menjanjikan perjalanan keliling dunia. Nyonya Hong tak mau kalah kalau Anaknya sudah mengirimkanya perjalanan yang tidak terhitung jumlahnya. Nyonya Park pikir Putrinya punya hati yang baik dan Itulah yang penting.
“Caranya selalu memikirkan ibunya.” Ucap Nyonya Park bangga.
“Putraku juga memikirkanku. Apa Kau tahu seberapa khawatirnya dia kepadaku?” kata Nyonya Hong
“Sama juga dengan putriku!” tegas Nyonya Park. Nyonya Hong kesal Nyonya Park yang sekarang bicara informal kepadanya.
“Astaga, aku muak karena dia panggil aku "Ahjumma."” Kata Nyonya Park
Saat itu Bong Hee datang memanggil ibunya, keduanya pun saling berpelukan karena sangat merindukanya. Nyonya Hong mengejek padahal keduanya saling bertemu setiap hari dan seperti melakukan pertunjukan.
Nyonya Park pun menanyakan alasan anaknya datang, Bong Hee mengatakan hanya datang untuk menemuinya. Nyonya Hong terlihat sedih karena ingin bertemu putranya juga.
Ji Wook berjalan ke dalam krematorium, lalu memanggil ibu pada sebuah foto wanita dengan ayah dan dirinya saat masih kecil. Tertulis nama [Kim Mi Hyun - 1960 - 1994]

“Ibu... Aku di sini.... Putramu, Ji Wook... Maafkan aku tidak sering mengunjungimu.” Ungkap Ji Wook yang sangat merindukan ibunya hari ini dengan air mata mengalir. 

Hyun Soo berjalan sambil menelp, lalu wajahnya terlihat tegang dan menutup telpnya. Ji Wook mengemudikan mobilnya, melihat nama Jung Hyun Soo yang menelpnya, wajahnya sedikit tegang. Akhirnya keduanya bertemu di sebuah cafe.
“Apa Kau ingat kasus penyerangan lamaku? Aku baru saja dapat telepon dari wanita yang kubantu itu. Dia bilang ada seseorang yang bertanya tentangku dan insiden itu.” Ungkap Hyun Soo
“Bagaimana bisa kau tahu itu?.. Astaga, maafkan aku karena membuatmu tidak nyaman.” Ungkap Ji Wook merasa bersalah.
“Tidak, tidak perlu minta maaf, tapi aku penasaran akan sesuatu. Kenapa kau ragu dan mengawasiku? Apa kesalahan yang kubuat? Apa yang sudah kulakukan? Aku sungguh menyukaimu dan pengacara lainnya, tapi kenapa kau tidak mempercayaiku?” kata Hyun Soo mencoba menahan amarah.
“Karena kau berbohong.” Akui Ji Wook. Hyun Soo seperti tak percaya mendengar pengakuan Ji Wook.
“Pengacara Noh, bukankah kau juga pernah berbohong dalam hidupmu? Rata-rata, orang berbohong 10 sampai 200 kali sehari. Orang-orang tidak bisa hidup tanpa berbohong. Itulah kebenarannya.Apa Kau tahu itu?” ucap Hyun Soo. 

Ji Wook mengaku tidak tahu itu kalau orang-orang berbohong sebanyak itu., tapi akhirnya akan menganggap saja itu benar dan menurutnya  itu tergantung kepada bohong seperti apa itu. Hyun Soo pun ingin tahu kebohongan apa itu.
“Apa Kau bahkan tidak tahu?” kata Ji Wook sengaja memancing. Hyun Soo mengaku tidak tahu karena kalau memang tahu maka tidak bisa ada di sini.
“Tapi jika kau merasa tidak nyaman, aku akan minta maaf. Ini hanya kebiasaanku saat masih jadi jaksa. Jika sesuatu menggangguku, maka aku harus memeriksanya sendiri. Dan itulah yang kulakukan. Tapi aku tidak menemukan apapun Dan kasusnya sudah ditutup. Ini sudah berakhir. Aku takkan berkeliaran untuk menanyai tentangmu lagi, aku berjanji.” Kata Ji Wook
Hyun Soo merasa terdengar seperti kebohongan. Ji Wook memuji perasaan Ji Wook memang bagus sekali dan sering mendengar itu. Keduanya tertawa, Hyun Soo pikir bukan ini yang terbaik lalu mengajak untuk bertemu Pengacara Eun lain kali.

Ji Wook juga menginginkanya tapitak bisa beberapa hari ini karena sibuk. Jadi akan memikirkannya. Hyun Soo pikir Ji Wook itu bisa memikirkanya. Ji Wook menyuruh Hyun Soo menyelesaikan minumnya sebelum esnya meleleh.


Bong Hee keluar dari kamar memikirkan Ko Chan Ho adalah pelaku sebenarnya, seperti tak percaya. Ji Wook baru saja pulang ke rumah dengan wajah sendi. Bong Hee bertanya  Apa sesuatu yang buruk terjadi, Ji Wook mengaku Tidak.
“Tapi kau kelihatan sangat khawatir sekarang.” Kata Bong Hee. Ji Wook tetap mengaku Tidak sama sekali.
“Apa kau... ingin mengatakan sesuatu kepadaku?” kata Bong Hee. Ji Wook bergumam kalau itu belum. Bong Hee merasa kalau Ji Wook  mau bilang sesuatu. Ji Wook mengelengkan kepala.
“Untuk menyembunyikan kebohongan besar, orang-orang sering. mengungkapkan kebenaran kecil.” Gumam Ji Wook
“Eun Bong Hee... Aku ingin bicara sesuatu denganmu. Haruskah kita bicara soal keluarga?” kata Ji Wook dengan tatapanya. 


Keduanya duduk bersama, Ji Wook menceritakan mengunjungi ibunya hari ini. Bong Hee pikir Pasti Ibu Ji Wook senang melihat wajahnya. Ji Wook mengingat saat datang ke tempat kerja Nyonya Hong.
Flash Back
Nyonya Hong senang melihat Ji Wook yang datang ke tempat kerjanya, Ji Wook sambil makan pizza menceritakan kalau baru saja  kembali setelah mengunjungi ibunya tadi. Nyonya Hong pikir Karena sekarang kau membahasnya, mengaku kaalu memimpikan ibu Ji Wook semalam. Ji Wook seperti tak percaya.
“Aku... punya dua ibu... Ibuku yang sekarang... adalah teman ibu kandungku.” Cerita Ji Wook 


Flash Back
Saat Ji Wook lahir, Nyonya Hong menjengukknya dengan memuji anak temanya yang sangat ganteng, bersinar, bahkan patut disayangi dan pintar. Ibu Ji Wook heran melihat temanya yang bisa tahu kalau anaknya yang masih bayi itu pintar. Nyonya Hong pikir bisa tahu hanya dengan melihatnya dan akan menganggap Ji Wook seperti anaknya juga.
“Aku kehilangan orang tuaku karena kebakaran saat aku masih kecil. Ayahku pergi dulu dan, ibuku, yang dilarikan ke RS lalu meninggal belum lama setelah sampai.”
Ji Wook masih kecil menangis sendirian dengan kematian orang tuanya, Nyonya Hong memberitahu Ji Wook kalau mulai sekarang sebagai ibunya dan memeluknya dengan erat seperti anaknya sendiri. 


Nyonya Hong merasa bahagia Ji Wook datang dan memeluknya dengan erat menganggap putra yang paling berharga walaupun hanya melihatnya saja. Ji Wook meminta Nyonya Hong menghentikanya karena takut Orang-orang akan bilang anak mama. Nyonya Hong pikir tak ada yang salah.
“Aku takkan mengijinkannya!”ucap Tuan Byun tiba-tiba datang. Nyonya Hong mengeluh Tuan Byun yang terus datang.
“Hei, apa aku dilarang masuk ke restoranku sendiri? Bagaimana menurutmu, Ji Wook?” kata Tuan Byun meminta pembelaan.
“Aku yakin dia punya alasan tersendiri.” Ucap Ji Wook.
“Ibumu jadi kejam. Aku bahkan tidak diijinkan masuk ke rumahnya.” Kata Tuan Byun mengadu.
“Kapan aku melarangmu masuk ke rumahku? Aku hanya bilang kepadamu untuk enyah dari pandanganku.” Kata Nyonya Hong
Tuan Byun ingin tahu alasanya, Ji Wook  merasa  tak tahu apa yang terjadi, tapi  menurutnya ini salah Ketua Byun. Tuan Byun kesal Ji Wook memanggilnya seperti atasanya, padahal memanggil Nyonya Hong itu "Ibu.". Ji Wook mengatakan kalau ada di pihak Nyonya Hong apapun yang terjadi.Nyonya Hong senang mendengarnya lalu menyuruh Tuan Byun membeli 10 pizza lagi. 

Bong Hee bisa mengerti dengan keadaan Ji Wook dan mengaku kalau punya dua ayah. Ji Wook seperti tak percaya mendengarnya. Bong Hee berjanji akan menceritakannya lain kali, jika ada kesempatan. Ji Wook mengangguk mengerti.
“Kalau begitu, haruskah kita tidur?” ucap Ji Wook. Bong Hee terlihat ketakutan dengan menutupi tubuhnya.
“Hei, maksudku, mari masuk ke kamar masing-masing... apa yang kau pikirkan? Apa Kau gila? Eun Bong Hee, benar-benar...”ucap Ji Wook. Bong Hee melepaskan tanganya. Keduanya akan masih kamar masing-masing.
“Seandaninya... Jika kau tidak bisa tidur, bayangkan saja aku ada di sisimu jika kau mau.” Kata Bong Hee bergegas masuk kamar.
“Tidak bisakah kau di sisiku saja?” ungkap Ji Wook mengoda. Bong Hee berteriak dari kamar “Tidak!” 
Ji Wook tersenyum bahagia mengingat dengan Bong Hee, sampai akhirnya bermimpi kembali saat melihat ayahnya terjebak dalam api, lalu seseorang masuk seperti menyelamatkanya, dan kembali terbangun dengan wajah ketakutan dan panik.
Bong Hee melihat sepasang boneka yang menurutnya terlihat bagus bersama. Lalu melihat scrap booknya, gambar “Nyonya Park Young Soon, sebagai ibunya dan foto dirinya saat masih kecil. Di halaman berikutnya terlihat foto Ayah dan mengucapkan Selamat malam.


Epilog
Bong Hee memutar koin, dengan berkata  Jika mendapat gambar ekor maka akan menerimanya, tapi mendapat kepala maka takkan menerimanya. Beberapa kali koin jatuh dibagian gambar kepala. Ji Wook melihat Bong Hee yang melakukan sepanjang hari, membuatnya sangat berisik lalu mencoba memutar koinya.
Koin langsung jatuh di gambar Ekor, padahal hanya sekali mencoba. Bong Hee hanya bisa tersenyum melihat hasilnya karena bisa menerima Ji Wook.
Bersambung ke episode 21  

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted


Tidak ada komentar:

Posting Komentar