PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 13 Juli 2017

Sinopsis Fight My Way Episode 16 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Tahun 1996 "Asal Mula sang Empat Jagoan"
Dong Man duduk di permainan sendirian sementara Ae Ra duduk bersama Sul Hee. Dong Man merengek kalau takut naik sendiri. Ae Ra pun membalasnya kalau Apakah Dong Man membiarkan ia naik sendiri, dan menegaskan bahwa dirinya perempuan.
Seorang petugas bertanya apakah Ada yang naik sendiri, lalu menyuruh duduk disamping Dong Man. Joo Man yang gembul berlari dan duduk disamping Dong Man. Ibu Joo Man memanggil anaknya meminta agar tersenyum lalu mengambil gambar ke empatnya. 

Ae Ra membantu Sul Hee membungkus kardus dan Sul Hee sibuk memasukan arak pada botol lalu berbicara pada ponselnya  Kirim pesan kepada Nona Pemabuk, "Terima kasih atas ekstrak premnya." Dan ponsel pintarnya langsung mengirimkan pesannya.
“Sul Hee. Kenapa kau membuat arak padahal tidak meminumnya?” tanya Ae Ra heran
“Ayahku. Kau. Dong Man. Joo Man. Semua orang yang kusukai adalah pemabuk. Semua orang menjadi bahagia saat minum-minum.” Kata Sul Hee bangga
“Benar. Kami bahagia berkat arak premmu.”ungkap Ae Ra
“ Yang lainnya tidak ada masalah, tapi aku rindu kita berempat minum-minum di Bar Namil dan sarapan bersama. Saat itulah kita menjadi kembali bersemangat.” Ungkap Sul Hee
“Kenapa kamu merindukan hal sebodoh itu? Satunya bertindak bodoh dan satu lagi pergi agar bisa bertarung.” Kata Ae Ra kesal 


Dong Man masuk ke rumah sambil mengeluh pada Joo Man yang bertingkah aneh dan memasak untuknya. Joo Man mengunakan celemek dan sibuk didapur. Dong Man kembali mengeluh dengan pakaian Joo Han yang membuatnya geli.
“Aku akan membuka bisnis katering dan Kau belum makan, kan? Makanlah ujungnya”Ucap Joo Man menyuapi Dong Man ujung kimbap. 

Keduanya menuruni tangga, Joo Man mengaku kalau selalu memakan masakan Sul Hee, tapi tidak pernah memasak untuknya. Dong Man berkomentar Sepertinya diafragma temanya sudah sadar sekarang. Joo Man mengatakan akan membuatkannya sarapan dan memilih makan malam dari restoran terbaik.
“Jangan begitu.” Kata Dong Man melarangnya. Joo Man bertanya memangnya kenapa.
“Itu membuatku terlihat buruk.” Ucap Dong Man sinis.
“Benarkah kau mengencani Ae Ra? Apa Kau tidak memikirkan itu?” balas Joo Man. Dong Man ingin rasanya menghajar temanya.
“Aku baru tahu. Kenapa kalian putus secepat ini?” ejek Joo Man 

Ae Ra dan Sul Hee keluar dari rumah, Dong Man memalingkan wajahnya begitu juga Ae Ra. Dong Man melihat Sepertinya ekstrak prem Sul Hee sudah laris sekarang. Ae Ra melihat kotak makan Joo Man mengatakan  tidak akan memakannya jadi Tidak usah repot-repot. Joo Man ingin bicara tapi Ae Ra kembali bicara kalau
“Ini urusan mereka berdua.Itu makan siang yang kubuat untuk Sul Hee.” Kata Joo Man. Dong Man menghela nafas mendengarnya
“Apa Kau membuatnya?” tanya Sul Hee mengambilnya. Joo Man membenarkan.
“Selain itu, bisakah kita berbicara sebentar?” kata Joo Man lalu mengajak Sul Hee pergi. Dong Man dan Ae Ra yang sedang putus masih saling memalingkan wajah kesal. 

***
Joo Man menarik Sul Hee ke depan rumah lalu mengeluakan kunci mobil dan membuka kuncinya lalu menawarkan Sul Hee tumpangan.  Sul Hee binggun Dong Man yang memperlihatkan mobil padanya.
“Pak Choi dari tim dua ditugaskan ke cabang luar negeri. Aku membelinya dengan harga murah.” Kata Joo Man membuka pintu mobilnya.
“Bukankah Pak Choi itu laki-laki? Kenapa semuanya berwarna merah muda?” tanya Sul Hee binggung melihat pernak pernik warna pink.  Joo Man mengaku sedikit mengubahnya.
“Apa Supaya aku bisa menumpang denganmu?” tanya Sul Hee. Joo Man menjelaskan kalau Negara mereka tidak menghasilkan bensin, jadi...
“Aku tidak mau masuk.” Kata Sul He lalu berjalan pergi. Joo Man merasa kesal sendiri karena Seharusnya tidak usah membahas bensin.
Joo Man akhirnya masuk ke dalam mobil dengan kebinggungan mencoba mundurkan mobilnya tapi seperti belum bisa mengemudikan mobil dengan benar karena tiba-tiba berhenti. Sampai akhirnya Sul Hee mengetuk pintunya dan menyuruh agar Joo Man segera keluar, mereka pun bergantian tempat duduk.
“Kapan kau belajar mengemudi?” tanya Joo Man melihat Sul Hee yang bisa menyetir mobil
“Restoran orang tuaku. Kami mengantar makanan dengan mobil.” Ucap Sul Hee. Joo Man memuji Sul Hee-nya yang makin keren setelah memulai bisnis sendiri.
“Aku bukan Sul Hee-mu” kata Sul Hee memundurkan mobil dan pergi dengan mobil. 


Ae Ra menyuruh Dong Man makan bubu Dong Man yang ada di kulkas dan menunggu sampai meleleh, lalu didihkan. Dong Man ngeluh melihat Ae Ra yang begitu tenang dan apakah berbicara lagi dua pekan setelah putus. Ae Ra pikir tidak pernah bilang begitu.
“Aku tidak bisa menerimanya. Perasaanku terhadapmu masih sama seperti dua pekan yang lalu. Aku ingin menggenggam tanganmu dan mengajakmu pulang. Tapi kau tetap ingin putus.” Ungkap Dong Man
“Memangnya menyuruhmu makan makanan di kulkas tidak boleh?” kata Ae Ra
“Jangan. Jika kau berada di sekitarku dan berbicara denganku, aku tidak kuat menahannya. Jadi... Kecuali kau berniat berkencan lagi denganku, jangan berbicara denganku.” Tegas Dong Man
“Kenapa dia begitu terus terang?” keluh Ae Ra kesal lalu berjalan pergi ke lantai atas. 

Bibi Ganako mengeluh ada apa Ae Ra datang ke tempatnya lagi. Ae Ra membalas kalau Bibi Ganako yang mengembalikan pancinya. Bibi Ganako kesal dianggap seperti ingin menyimpannya dan Kenapa selalu naik ke rumhanya. Ae Ra mengaku kalau Hanya itu panci besar yang dimiliki.
“Hei.. Kau membawakan itu untukku? Kenapa kau sungguh usil?” keluh Bibi Ganako. Ae Ra menatap sedih pada Bibi Ganako.
“Apa kau mengidap kanker?” tanya Ae Ra penasaran. Bibi Ganako tak percaya Ae Ra adalah orang yang menanyakan itu secara terus terang. Ae Ra memastikan kalau Bibi Ganako yang tidak sakit keras.
“Kanker payudaraku sudah hilang. Aku sudah pulih total.” Ucap Bibi Ganako. Ae Ra pun bisa mengucap syukur lalu berjalan ke sisi lain.
Bibi Ganako menyindir Ae Ra yang tak turun. Ae Ra berdiri didepan AC mengaku Cuacanya panas dan mau menyejukkan diri. Bibi Ganako mengejek kalau rumahnya bukan Bank lalu menyalahkan AC. Ae Ra melihat ke rak dan melihat sebuah boneka yang tergeletak. 

Flash Back
Ae Ra pulang sambil membanting tasnya, Tuan Choi heran melihat anaknya yang baru pulang langsung melempar tasnya. Ae Ra mengaku kalau sangat kesal dan tidak mau berangkat sekolah. Tuan Choi pikri Ae Ra tidak terpilih sebagai ketua kelas.
“Kenapa setiap pekerjaan rumah ada hubungannya dengan ibu? Kami harus menggambarnya, menulis untuknya, dan membantunya. Jika begitu, seharusnya hanya anak yang punya ibu yang boleh bersekolah. Kenapa hanya aku yang tidak punya ibu? Sul Hee dan Dong Man punya ibu. Kenapa aku tidak punya?” ucap Ae Ra kesal.
“Tapi kau tetap bos di antara kalian bertiga.” Kata Ayah Ae Ra menenangkan.
“Aku tidak mau menjadi bos. Bawakan ibuku kepadaku.” Ucap Ae Ra kesal. Ayah Ae Ra hanya bisa diam saja. 

Ayah Ae Ra berbaring sambil menopang dagu. Ae Ra bertanya pakah ibunya sudah meninggal. Ayah Ae Ra mengatakan kalau ibu Ae Ra sudah menjadi bidadari dan melindunginya bahkan menjadikan Ae Ra bos di kota ini. Ae R mendengar dari teman Go spot memberitahukanya kalau ibunya itu diusir.  Ayah Ae Ra mengelak kalau ibunya itu pasti sudah pikun.
“Apa Ayah yakin Ibu ada di atas sana?” tanya Ae Ra. Ayahnya bertanya kenapa apakah Ae Ra merasa sedih.
“Entahlah... Aku belum pernah melihatnya.” Ucap Ae Ra lalu menyuruh Ayahnya membuah semua yang ada dalam kotak.
Tuan Choi binggung apa itu, Ae Ra sambil berbaring memberitahu kalau Semua anak lain membuatnya. Tuan Choi melihat isi kotak adalah boneka dan sebuah kartu dengan bertuliskan "Ibu, Selamat Natal.”. Ae Ra menceritakan kalau membuatnya untuk berjaga-jaga.
“Anjing kita juga pulang setelah beberapa waktu. Kukira Ibu juga akan pulang.” Ucap Ae Ra.
“Ae Ra... Apa Kau mau ayah buatkan kudapan?” ucap Tuan Choi seperti menahan rasa sedihnya. Ae Ra pun meminta untuk dibuatkan dua porsi agar mereka bisa berbagi.



Ae Ra menekan boneka dengan terdengar suara “Aku sayang Ibu... Ae Ra sayang Ibu.” Bibi Ganako panik karena Ae Ra bisa mendengarkan suaranya. Ae Ra bertanya siapa sebenarnya Bibi Ganako, lalu melihat foto-foto di figura.
“Foto-foto itu... Apa itu fotoku?” ucap Ae Ra merasa itu foto dirinya saat masih bayi.
“Aku akan menjelaskan semuanya dan Aku terpaksa melakukan ini.” Ucap Bibi Ganaka menahan Ae Ra sebelum pergi.
“Ini aneh... Aku akan mengerti seandainya kau sudah meninggal. Kau sangat sehat, menua dengan cantik. Kenapa?” ucap Ae Ra
“Tidak. Ae Ra... Aku tidak meninggalkanmu. Bukan begitu. Apa Kau mengawasiku sebagai pemilik rumah? Kau tidak ada saat aku membutuhkan sosok ibu. Apa Kini kau mengawasiku secara diam-diam? Itu tidak adil.” Tegas Ae Ra
“Aku hanya sangat merindukanmu.”ungkap Bibi Ganako.
“Aku merasa dibuang dan Rasanya sangat aneh. Akan kuingat bahwa kau masih hidup. Tapi aku enggan melihatmu.” Tegas Ae Ra. Bibi Ganako ahanya bisa menangis melihat Ae Ra pergi. 


Dong Man membaca pesan diatas panci "Jangan lupa memakannya!" lalu menuangkan bubur ke dalam mangkuk, lalu mengeluh Ae Ra yang peduli memakannya atau tidak, menurutnya Jika Ae Ra khawatir, sebaiknya jangan putus.
“Jangan memasak untukku jika kita putus.” Keluh Dong Man lalu merasakan sesuatu buburnya dan terdengar bunyi bel dirumahnya. Hye Ran membawa kotak makan dan diberikan pada Dong Man.
“Apakah Bisa meminta Ae Ra agar tidak berlebihan?” ucap Hye Ran. 

 Flash Back
Ae Ra datang memberikan kotak makan, Hye Ran binggung tiba-tiba Ae Ra memberikan kotak makan padanya. Ae Ra mengatakan kalau Bubur dan memberikannya karena ada sisa. Hye Ran mengeluh kalau  itu tak masuk logika alasanya.
“Itu bubur yang juga dia buat saat kau akan mengikuti wajib militer dan saat kau sakit di Angkatan Darat.” Akui Hye Ran 
Flash Back
Ae Ra menuliskan note diatas panci “Makanlah. Pulihlah sebelum mengikuti wajib militer. Akan kutunggu. Ibu Negaramu, Choi.” Lalu pergi menuruni tangga dan saat itu Dong Man keluar rumah dengan Hye Ran yang baru datang tanpa sadar kalau note sudah hilang.
Hye Ran membawa panci, Ae Ra heran karena membawa panci bubur yang dibuat olehnya. Hye Ran merengek agar Dong Man tetap tinggal dan tidak bisa hidup tanpanya.
“Aku tahu kau pikir aku menunggumu karena bubur ini, tapi itu bukan buatanku. Ae Ra menunggumu saat kau menjalani wajib militer dan dia membujukku untuk menikah.” Ungkap Hye Ran. 


Flash Back
Ae Ra menahan Hye Ran saat menaiki tangga. Hye Ran menyuruh Ae Ra agar melepaskanya,  Ae Ra mengingatkan Hye Ran yang akan menikah besok. Hye Ran mengaku kalau dirinya tidak bisa. Ae Ra tahu kalau Dong Man itu bodoh.
“Dia tidak peduli dengan apa yang menguntungkannya. Dia menyukaimu sepenuh hatinya. Jika kau bimbang dan menikah besok,maka Dong Man tidak akan bisa hidup.” Ucap Ae Ra
“Aku juga tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa.” Ucap Hye Ran sambil menangis.
“Aku tahu kau menyukai Dong Man. Aku paham kau ingin menikahi pria kaya. Tapi jangan ganggu Dong Man. Tinggalkan dia agar dia bisa hidup.” Pinta Ae Ra. 

Ae Ra mengetuk pintu dengan membawa bantal dan selimut, Dong Man membuka pintu bertanya kenapa datang. Ae Ra mengaku Pemanasnya rusak sementara Sul Hee pergi ke kamar Joo Man. Don Man mengartikan apakah Ae Ra ingin menginap di kamarnya.
“Apakah Tidak boleh?” ucap Ae Ra lalu menerobos masuk.
Beberapa saat kemudian, Dong Man melihat Ae Ra yang sudah tertidur lalu mengejeknya yang bisa tidur senyenyak bahkan tertidur begitu membaringkan kepalanya. Ae Ra membuka matanya saat mendengar Dong Man yang sudah tertidur dengan dengkuran. 

Ae Ra menendang Dong Man untuk bangun dan mengajak makanan. Dong Man menolak, Ae Ra heran Dong Man yang tak mau makan dan bertany apakah ingin mengumumkan perpisahannya ke semua orang, lalu memperingatakan agar Jangan berlebihan dan Makan semur iga buatanya.
“Memangnya ada pesta? Kenapa kau memasaknya?” keluh Dong Man melihat masakan Ae Ra.
Ae Ra berada di depan toilet bertanya apa yang dilakukan Dong Man didalam. Dong Man yang sedang berkonsentrasi,  kesal Ae Ra yang terus menganggunya. Ae Ra berpikir kalau Dong Man sembelit karena memeriksa dengan tidak mendengar suara air mengalir. Dong Man menyuruh Ae Ra pulang saja. 

Ae Ra melihat Dong Man yang terbaring di atas tempat tidur lalu panit dengan mendengar Detak jantungnya terlalu cepat dan melihat ada botol obat dan berpikir sudah meminum sesuatu lalu berteriak panik. Dong Man akhirnya bangun.
“Ini obat untuk pencernaan. Kau memberiku banyak makanan sampai perutku sakit.” Kata Dong Man.
“Kenapa meminumnya dengan dosis besar?”keluh Ae Ra. Dong Man akhirnya bangun menatap Ae Ra.
“Ae Ra... Pemanasmu tidak rusak, kan? Kau mengawasiku karena takut aku akan mati. Apa Kau pikir aku akan gantung diri? Apa Kau pikir aku akan minum obat?” kata Dong Man
“Pemanasku memang rusak.” Teriak Ae Ra tak mau dianggap bohong.

“Kenapa kau menginap di kamar pria karena pemanasmu rusak saat musim panas? Kau tahu tidak sepintar itu.” Ucap Dong Man lalu melihat tas yang dibawa Ae Ra dan bertanya apa isinya.
“Sup ayam. Kutambahkan abalone, Dua abalone.” Kata Ae Ra. Dong Man meminta Ae Ra agar  Berhentilah memberinya makanan.
“Aku diputuskan dan bobotku naik 3 kg karena kau.” Keluh Dong Man frustasi. Ae Ra menyuruh Dong Man diam saja dan jangan banyak bicara. 

Hye Ran tahu keduanya  sama-sama naif, jadi ia ikut campur Ia pun menasehati agar Dong Man Fokus dengan hal yang penting. Jangan kehilangan Ae Ra menurutnya Orang bodoh seperti Dong Man memang  butuh orang bodoh seperti Ae Ra.  Dong Man hanya bisa terdiam. 

Direktur Choi bersama Joo Man dalam pantry, dengan bangga mengatakan kalau Joo Man kandidat kuat kali ini, menurutnya Jika Joo Man  naik jabatan, maka ada restoran ayam pedas yang baru ingin meminta traktir. Joo Man pikir mereka bisa bicarakan setelah sudah pasti.
“Tapi Bukan ayam lagi. Aku akan mentraktirmu steak.” Ucap Joo Man bangga. Direktur Choi senang menurutnya Joo Man sungguh pandai merangkai kata dan terlihat bahagia. 

Joo Man masuk ruang foto kopi, seorang pegawai dengan wajah kotor merengek sedih kalau merusak mesinnya dan terus membuat masalah, seperti yang dilakukan Sul Hee dan Hye Ran sebelumnya. Joo Man menatapnya seperti ingin tergerak lagi hatinya seperti dulu.
“Baiklah.... Kau Berdiri. Jangan berjongkok di ruang fotokopi, Sekarang Kau bisa memperbaikinya sendiri. Ada panduannya di atas mesin dan Kau bisa membacanya dan tidak mengulangi kesalahan serupa lagi.” Kata Joo Man lalu keluar melihat Sul Hee yang masuk ruangan bersama managernya.

Managernya pikir Sul Hee pantas mendapat jabatan pegawai tetap, menurutnya Orang selalu mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya Tapi... Sul Hee sudah tahu dan meminta maaf harus mengatakanya lalu menyerahkan sebuah surat. Manager melihat "Surat pengunduran diri" dari Sul Hee.
“Jangan lakukan ini karena marah.” Pesan Managernya.
“Ini bukan karena marah. Ekstrak premku laku keras, jadi, aku butuh waktu untuk mengemasinya.” Jelas Sul Hee.
“Jadi, Apa kau akan berhenti bekerja?” tanya Managernya. Sul Hee meminta maaf begitu mendadak memberitahukanya.
“Sul Hee, dari semua surat pengunduran diri... Ini sangat memuaskan. Apa penjualannya selaris itu?” ucap Managernya terlihat bangga.
“Rasanya sangat enak jika kamu mencampurnya dengan soju.” Ungkap Sul Hee.
“Sul Hee... Tolong lakukan dengan baik dan kunjungi saluran belanja kami. Perintah semua orang seolah-olah kau pemiliknya. Ya?” pesan Managernya. Sul Hee pun mengangguk setuju. 

Nam Il pulang terlihat ibunya hanya tertunduk di depan meja, lalu mengeluh kalau ibunya sampai tak ingin melihatnya yang baru pulang.  Bibi Ganako hanya bisa tertunduk menahan tangis, Nam Il bertanya apakah terjadi sesuatu.
“Nam Il... Bisakah kau mengambilkan ponsel lipat ibu?  Kau bertanya-tanya tentang itu. Mari kita kembali ke Jepang.” Kata Bibi Ganako.

Nam Il menemui Pelatih Hwang mengambil ponsel milik ibunya dan bertanya apa sebenarnya isi ponsel itu dan berpikir kalau itu Uang atau Dokumen. Pelatih Hwang pikir Nam Il mungkin bisa mengetahui kode sandinya. Nam Il bingung mendengarnya.
“Dia bilang itu ulang tahun putri dan putranya. Ini surat wasiat yang dia buat saat menderita kanker.” Kata Pelatih Hwang. 


Nam Il melihat sendiri isi ponsel dengan folder foto "Siluman kecil" terlihat gambar Ae Ra yang masih kecil, setelah itu di folder "Karyawisata Ae Ra" dengan gambar Foto Ae Ra yang masih kecil dan banyak foto Ae Ra.
Setelah itu terlihat folder foto "Saudara laki-lakimu Nam Il, lahir pada bulan Maret" wajah dirinya disimpan oleh Bibi Ganako, saat ada di Samudra,  dan menuliskan kalau Nam Il sebagai putranya.
Nam Il datang ke rumah Ae Ra memberikan ponselnya, memberitahu kalau itu milik Ae ra dan itu dari ibunya. Ae Ra mengaku tidak menginginkannya dan Apa pun itu,  tidak ingin melihatnya. Nam Il memberitahu kalau Ibunya  berada di sisi Ae Ra selama 30 tahun. Ae Ra benggong mendengarnya.
“Itulah sebabnya dia menyimpan ponsel ini, jadi, cobalah kamu lihat.” Ucap Nam Il
Ae Ra menangis melihat isi ada foto-foto dirinya, lalu sudah ada dalam bus menelp kalau akan pergi. Ternyata ia bertemu dengan ayahnya di restoran mengaku sedang melihat sesuatu sekarang dan memperlihatkan ponsel milik Bibi Ganako bertanya apa semua ini dan Siapa bibi Ganako.

Tuan Choi melihat foto-foto Ae Ra pada "Hari Orang tua, lalu "Boneka Beruang Ae Ra, Hari Natal" Lalu mengaku kalau Ini bukan segalanya, karena Bibi Ganako selalu menghadiri upacara kelulusan, karyawisata, dan piknik dan selelu muncul di semua acara khusus.
“Dia menutupi wajahnya dengan kacamata hitam dan topi, tapi dia malah makin menonjol. Ibuku benar-benar jahat kepadanya.” Cerita Tuan Choi
“Jadi, semua orang selain aku tahu.” Kata Ae Ra dengan nada tinggi.
“Jangan membencinya. Untuk setiap dolar yang dia hasilkan saat di Jepang, maka dia mengirimimu 80 sen. Dia bahkan tidak bisa melakukannya saat bisnisnya bangkrut, tapi dia sering mengirimkan uang saat kau tumbuh dewasa.” Jelas Tuan Choi
“Uang apa? Aku tidak pernah mendapatkan sepeser pun darinya.” Kata Ae Ra tak pernah merasakanya.
“Ada kalanya saat ayah hanya menjual dua sup makerel dalam sehari. Lalu Bagaimana ayah bisa menyekolahkanmu ke perguruan tinggi? Kau juga tangguh dan mengalami banyak masalah saat tumbuh.” Kata Tuan Choi. Ae Ra merasa tak seperti itu.
“Kau mengendarai motor di perguruan tinggi dan menggores mobil seseorang.” Ucap Tuan Choi. Ae Ra mengaku Itu bahkan bukan kecelakaan.
“Saat SMP, kau bermain dengan korek api, dan membakar lapangan. Kau membakar 30 hektar lahan.hampir dipenjara Kau menghabiskan ratusan ribu dolar.” Ucap Tuan Choi. Ae Ra tak mau membahasnya karena merasa bersalah. 


Ae Ra melihat nama “pemilik rumah” lalu mengantinya "Ibu" lalu dengan senang hati Sekarang, ada nama "Ibu" tercantum di ponselnya. Dong Man melihat Ae Ra saat baru turun bus dan langsung mengambil tas yang dibawa Ae Ra. Ae Ra mengeluh kalau  Dong Man yangtidak ingin bicara, tapi bisa membawa makanannya.
“Hei.. Bubur Telur. Kau bertemu ayahmu selarut ini. Itu berarti kau bertemu ibumu.” Kata Dong Man. Ae Ra binggung kalau Dong Man mengetahuinya.
“Aku tahu segalanya tentangmu selama 23 tahun.” Ucap Dong Man. Ae Ra mengeluh kalau Dong Man Jangan berpura-pura mereka dekat.
“Kau.. Bersembunyilah selama kira-kira dua bulan. Jangan melakukan kencan buta, atau berkencan dengan orang lain selama dua bulan.” Pesan Dong Man
“Aku akan pergi ke kelab. Untuk saat ini, kami berjalan masing-masing.” Ucap Ae Ra lalu berjalan pergi. 

Ae Ra melihat beberapa pakaian, Seorang pria memberitahu kalau Ae Ra  adalah penyiar wanita pertama dalam sejarah MMA Korea. Jadi Konsep pemotretan sampul adalah "pelopor" atau "panutan". Ae Ra bertanya Kenapa seorang panutan harus memakai sesuatu yang mini.
“Kau akan memakai ini, dan memegang mikrofon dan sarung tangan.” Kata si pria
“Kenapa penyiar memakai rok pendek dan memegang mikrofon? “Kurasa kau tidak diberi tahu tentang aku sebelumnya.” Ungkap Ae Ra bangga.
“Ae Ra menjadi pembawa mikrofon bodoh dengan suara lebih keras.”
 “Tanpa pangeran tampan atau perombakan wajah Sul Hee menjadi mandiri.”
Sul Hee kembali mengirimkan pesan Peri Mabuk. Dengan mengirmkan gambar botolnya “Peri Mabuk, ekstrak prem lezatmu akan segera diantar.” Dengan senyuman bahagia melihat selembar kertas ditanganya yaitu  surat "Izin Usaha"


Sul Hee keluar kamar melihat Joo Man yang membawa sekotak pizza dan juga boneka.
“Joo Man telah meminta maaf selama 61 hari”
Sul Hee menerima pizza untuknya, Joo Man mengatakan kalau  Itu pizza ukuran keluarga dan bisakan Sul Hee menghabiskan semuanya. Sul Hee masuk rumah seperti masih tak memperdulikan Joo Man. Sementara Joo Man hanya bisa menahannya karena usahanya makan bersama tak berhasil. 

“Dong Man berlatih seperti monster seolah-olah dia telah diperbarui.”
Dong Man kembali berlatih dan mengaku sudah lelah. Jhon yang terus melatihnya menegaskanTidak ada kata lelah karena tidak punya waktu untuk itu dan ingin mengulangnya. Dong Man kembali berlatih teknik oleh Jhon dan menegaskan  Tidak ada berdiri saatbelajar darinya.
“Dengar, Dong Man... Kita hanya punya waktu dua bulan agar kamu siap. Aku akan mengajarimu hanya tiga teknik untuk kau kuasai.” Ucap Jhon. Dong Man mengerti.
“Hanya tiga. Guru, ayo... Ini semua adalah teknik penyelesaian, dan kau hanya butuh satu teknik untuk memenangkan pertarungan.” Ucap Dong Man

Joo Man datang ke restoran ayah Ae Ra membawakan sesuatu, Ayah Ae Ra heran melihat Joo Man yang peduli dengannya. Joo Man tahu kalau harus berkunjung karena Ini hari ulang tahunya. Ibu Ae Ra masuk sambil bertanya siapa yang memesan ukuran besar. Joo Man langsung membawakan pesanan Jokbal.
“Aku akan mengantar itu. Kemana aku harus pergi ?” tanya Joo Man. Ibu Ae Ra melihat Joo Man merasa sangat canggung.
Kakak Ae Ra datang dengan tubuhnya besar. Joo Man menyapa kakak Ae Ra. Ibu Ae Ra mengeluh melihat anaknya menyuruh agar Kenakan pakaian yang berlengan karena menjijikan. Saat itu kakak keduanya datang mengetahui kalau Joo Man dan adiknya  sudah putus dan kenapa harus datang. Sul Hee baru masuk melihat Joo Man yang harus bertemu dengan kakaknya.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

                                                                                                                                                                                  

1 komentar: