PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 Juli 2017

Sinopsis School 2017 Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS

Eun Ho melihat keduanya mencoba untuk merelai tapi malah membuat dirinya terdorong. Tae Woon dan Dae Hwi sudah siap untuk saling memukul dengan kursi sampai akhirnya Guru Goo datang berteriak menyuruh keduanya agar berhenti. Tae oon dan Dae Hwi terrlihat masih penuh amarah ingin terus berkelahi. 

Ketiganya duduk diruang guru seperti disedang, Guru Goo memanggil nama Dae Hi dan Tae Woon kalau keduanya sudah menggunakankekerasan serius satu sama lain di dalam area sekolah. Keduanya pun mengakui kalau sudah melakukanya.
“Kalau aku.. Aku hanya mencoba melerai mereka.” Ucap Eun Ho membela diri.
“Ra Eun Ho, kau tidak melaporkan perkelahian mereka pada pihak sekolah padahal kau tahu itu. Sikapmu itu juga melanggar aturan.” Kata Guru Goo. Eun Ho melonggo kaget mendengarnya.
“Dia benar-benar tidak melakukan sesuatu yang salah.” Kata Dae Hwi membela diri. Eun Ho membela diri kalau hanya mencoba menghentikan
“Haruskah kuulangi lagi apa kesalahanmu? Ini adalah kekerasan serius! Tapi kali ini aku akan memberikan pilihan pada kalian. Mau menyelesaikan kasus kekerasan ini lewat komisi sekolah atau kalian langsung dihukum saja secara tak resmi.” Ucap Guru Koo. Tae Woon hanya tersenyum dengan senyuman sinis. 


Ketiga berada di lapangan basket dengan baju olahraga. Guru Goo menyuruh Dae Hwi dan Tae Woon lari keliling aula sebanyak 50 kali dan Eun Ho lari sebanyak 30 putaran.
“Kalian akan dihukum 10 hari mulai dari sekarang, Jadi Lakukan.” Tegas Guru Goo.
“Yang bertengkar 'kan kalian, kenapa aku harus lari juga?” keluh Eun Ho setelah Gurunya pergi. Dae Hwi pun hanya bisa meminta maaf.
“Aku sudah bilang berulang kali pada Malaikat Maut, tapi dia tidak mau mendengarkan aku.” Ucap Dae Hwi
“Kaulah sana yang bicara padanya.” Kata Eun Ho pada Tae Woon. Tae Woon mengeluh Eun Ho yang berisik jadi lebih baik lakukan saja.
“Cobalah keluar dari masalah ini dengan menggunakan kekuatan ayahmu.” Ejek Dae Hwi pada Tae Woon sedang mengikat sepatunya.
“Kalau kau tidak mau mati, sebaiknya kau jaga mulutmu itu.” Ucap Tae Woon tak bisa menahan amarah ingin memukul. Guru Goo melihatnya menyuruh mereka segera berlari.

Mereka pun berlari dengan Dae Hwi dan Tae Woon saling mendorong seperti saling tak mau mengalah. Eun Ho pun melihat keduanya yang terus berlari saling mendorong, akhirnya berhenti lebih dulu.
“Hari itu, mereka berdua kelihatan aneh. Meski kelihatannya mereka saling melampiaskan amarah satu sama lain, mereka sepertinya juga sedang menyiksa diri dengan cara berlari seperti orang gila. Dan saat itu aku tidak tahu..kalau masalah pribadi mereka berdua sebenarnya adalah masalahku juga.” Gumam Eun Ho melihat keduanya. 

[Episode 4 - Sebuah Pertemuan]
Eun Ho melihat surat dengan logo Universitas Hanguk, wajahnya terlihat bahagia dengan Guru Shim didepanya. Guru Shim mulai membuka, Eun Ho merasa kalau seperti ini bercanda. Guru Shim juga merasa tak tahu kalau Eun Ho bisa sehebat ini.
“Kalau kau masuk 3 besar, kau akan diterima di Universitas Hanguk. Kau mungkin saja akan benar-benar bisa masuk ke sana.” Ucap Guru Shim memperlihatkan lembaran.
“Tapi.. Ada sedikit masalah, Guru Shim.. jadi mohon bantu aku.” Kata Eun Ho memohon. 

Keduanya pergi ke ruang kepala sekolah, Guru Shim memberitahu kalau  Eun Ho akan masuk tanpa tes ke Hanguk kalau masuk 3 besar dalam  kontes. Tapi pihak juga akan mengevaluasi portofolio dan nilai sekolahnya. Jadi Ia memohon, kurangi pengurangan poinnya.
“Aku benar-benar harus masuk ke Hanguk.” Kata Eun Ho
“Makanya.. kau bawakan dulu si kunyuk  itu padaku. Kau 'kan juga sudah janji.” Ucap Kepsek Shim tak peduli.
“Itu 'kan bukan sesuatu yang bisa kulakukan sesuka hatiku.” Keluh Eun Ho.
“Nilaimu akan tetap sama..kecuali kau.. berhasil menangkap si X itu.” Tegas Kepsek Yang, 
Guru Shim keluar bersama Eun Ho mengingatkan Tenggat penyerahan dokumennya masih 10 hari lagi jadi mereka bisa mencari jalan keluarnya. Eun Ho penasaran gimana caranya. Guru Shim terlihat binggung.
“Maksudku..Bapak kelihatannya tidak akan menemukan jalan keluar bagaimanapun caranya.” Ucap Eun Ho. Guru Shim membenarkan.
“Pokoknya kita pikirkan sajalah caranya. Lalu Bagaimana portofoliomu? Itu juga 'kan penting.” Kata Guru Shim. Eun Ho pun teringat dengan portofolionya, karena Kalau ada itu pasti beres lalu segera pamit pergi. 

Eun Ho menemui Guru Goo berteriak kaget karena buku gambarnya hilang. Guru Goo membenarkan, Eun Ho merengek meminta Guru Goo jangan bercanda karena akan dapat masalah kalau kehilangan buku itu. Ia mengingat saat Guru Goo yang menyita bukunya dan menyuruh agar mengambil kalau sudah lulus nanti.
“Pasti buku itulah alasanmu masuk ke sini. Sepertinya X mengambil buku sketsamu.. saat dia diam-diam masuk ke sini waktu itu.” Ucap Guru Goo. Eun Ho mengumpat kesal pada si X.
“Eun Ho... Datanglah ke aula bersama Tae Woon dan Dae Hwi.” Perintah Guru Goo. Eun Ho makin kesal mendengarnya. 

Eun Ho mengeluh dengan keduanya karena hidupnya sekarang jadi seperti ini, karena harus ikut dihukum setiap hari. Tae Woon dan Dae Hwi berjalan lebih dulu. Sa Rang berjalan bersama Eun Ho merasa kalau lihat saja sisi baiknya.
“Kau bisa menjadikan saat krisis ini sebagai kesempatan. Tetaplah dekat dengan mereka dan temukan siapa X yang sebenarnya.” Ucap Sa Rang, Eun Ho pun mengangguk mengerti. 

Guru Goo memberikan perintah kalau Selama 10 hari mulai hari ini, mereka harus membersihkan setiap sudut sekolah , adalah tanggung jawab mereka bersama. Ia memperingatakan Kalau sudah selesai, mereka bertiga harus mendapatkan persetujuan darinya.
“Pekerjaan kalian tidak akan kuanggap sah.. kalau salah satu dari kalian  ada yang tidak ada di sini.” Kata Guru Goo.
“Tidak bisakah poinku saja yang dikurangi?” ucap Tae Woon tak peduli. Eun Ho langsung memukulnya karena tak boleh ada pengurangan niat.
“Mohon jangan kurangi poin kami.” Ucap Eun Ho pada Guru Goo
“Kau bisa saja keluar dari masalah ini dengan meminta bantuan dari ayahmu. Tapi Kalau kau mau terus hidup bergantung pada ayahmu, lakukan saja.” Ucap Guru Goo pada Tae Woon. 

Eun Ho mulai mengomel kalau ia ada di tempat ini karena keduanya.  Dae Hwi kembali meminta Maaf dan memperbolekan Eun Ho tidak usah ikut membersihkan dan bagian akan mengerjakan. Tae Woon mengeluh kalau  Eun Ho seharusnya tidak usah melibatkan diri waktu itu, dan mengejeknya Bodoh.
“Kalau kau menyesal, lakukan sesuatu untukku. Bantu aku menemukan X.” Ucap Eun Ho. Tae Woon pikir Eun Ho itu gila.
“Kalian juga sudah tahu 'kan.. kalau aku hampir saja diterima di Hanguk. Tapi semua rencana akan gagal karena catatan nilaiku di sekolah. Dan si X, si berengsek itu, juga mengambil buku sketsaku.” Kata Eun Ho
Tae Woon mulai mengejek kalau itu buku kekanakannya, Eun Ho mengumpat kesal mendengarnya,  karena Semua idenya ada di sana dan mengomel karena si X harus mengambilnya. 
“Mungkin saja itu adalah bagian dari tindakan kekanakannya. Karena dia selama ini tidak berani muncul di depan umum.” Kata Dae Hwi menatap sinis pada Tae oon.
“Atau mungkin saja itu karena dia tidak punya kepercayaan diri.” Balas Tae Woon tak mau kalah.
“Menurutku.. Dia itu cuma seorang psikopat. Dia kelihatan normal di luar.. bersembunyi di tengah keramaian. Tapi.. dia membunuh orang dan menyimpan mayatnya di sekolah.” Ungkap Eun Ho membayangkan si pelaku menarik karung yang berisi karung.
“Lantas apa hubungannya dengan apa yang dia lakukan selama ini?” tanya Dae Hwi
“Mungkin saja untuk membuat orang terganggu.” Pikir Eun Ho. Dae Hwi mengingat kalau Eun Ho yang bilang psikopat tapi menurutnya sepertinya salah.


Eun Ho pun seperti mulai mencurigai ucapan Dae Hwi ingin berjalan mendekatinya, Ia ingin tahu pendapat  Dae Hwi kalau si pelaku tidak akan sampai melakukan hal mengerikan itu. Dae Hwi pikir memang seperti itu. Saat itu Tae Woon memilih untuk pergi, Eun Ho langsung menahanya
“Kenapa? Apa kau merasa kesal?” ucap Eun Ho dengan gayaimut yang mengejeknya.
“Aku tidak kesal.Apa semua omong kosongmu itu harus kudengarkan?” keluh Tae Woon. Eun Ho menegaskan kalau bukan omong kosong.
“Dia mungkin saja lebih buruk dari yang kita bayangkan. Melebihi bayangan jidatmu. Jadi.. bantu aku menemukan X. Apa menurutmu aku akan minta tolong kalau aku tidak seputus asa ini?” ucap Eun Ho sengaja mendekatkan wajahnya.

“Apa Kau mau pacaran denganku?” ucap Tae Woon blak-blakan,  membuat Eun Ho terdiam. Tae Woon pikir Eun Ho menolaknya,
“Lalu bagaimana kalau ciuman denganku?” ucap Tae Woon. Eun Ho dengan terbata-bata merasa Tae Woon itu sudah gila.
“Ini semua membuatmu sinting 'kan? Begitulah yang kurasakan sekarang. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Kenapa juga aku harus mencari X denganmu?” tegas Tae Woon.
Eun Ho memperingatkan Tae Woon untuk tak kabur,  karena adalah tanggung jawab bersama. Tae Woon kesal kalau ia ingin mengambil sapun untuk membersikanya. Eun Ho pun melepaskan tanganya, lalu mulai membersihkan ruangan dan sempat mengoda Tae Woon dengan sapu, keduanya pun kejar-kejaran dalam lapangan basket. 

Petugas Han berjalan disekitar sekolah lalu melihat seperti sebuah kontariner yang sudah tak terpakai dengan kursi rusak lalu bertanya Tempat apa itu. Guru Shim mengatakan kalau itu cuma gudang biasa. Petugas Han bertanya apakah Guru Shim memiliki kuncinya. Guru Shim juga tak tahu.
“Sudah lama sejak terakhir kali kami memakainya. Sekolah berencana menghancurkannya segera. Mereka akan membangun ruang kelas lagi di sini.” Jelas Guru Shim.
“Mohon cari kuncinya.” Ucap Petugas Han. Guru Shim mengangguk mengerti. 

Eun Ho berjalan ke parikiran sambil mengomel kalau keduanya seperti anak kecil yang terus bertengkar, Tae Woon memegang tangan Eun Ho, Eun Ho heran dengan yang dilakukan temanya. Tae Woon memperlihatkan siku Eun Ho yang luka. Eun Ho binggung karena tak merasakan tanganya luka.
“Kau tidak pernah berhati-hati, Benar'kan? Lukanya lumayan dalam.” Ucap Tae Woon. Eun Ho pikir benar juga. Tae Woon memberikan satu kantung obat.
“Kau sama sekali tak cocok.. bawa-bawa beginian.” Ejek Eun Ho melihat Tae Woon membawa obat untuk luka.
“Temanku memberikan itu padaku karena dia bilang naik aku bisa saja terluka saat naik motor.” Cerita Tae Woon.
“Kau bilang Temanmu? Apa temanmu itu juga suka naik motor?” tanya Eun Ho. Tae Woon seperti tak ingin membahasnya memilih untuk segera pergi dengan motornya. 

Sa Rang memberitahu Eun Ho kalau Tae Woon dan Dae Hwi adalah  teman baik, yaitu sekelas waktu kelas 1 dulu dan sangat dekat satu sama lain, tapi setelah sebuah pertengkaran besar, maka persahabatan mereka hancur. Eun Ho ingin tahu alasan keduanya bisa bertengkar.
“Katanya itu karena Im Joong Gi.” Ucap Sa Rang. Eun Ho tak mengenal nama Im Joong Gi dan ingin tahu kenapa dengan orang itu.
“Dia sudah meninggal, yaitu  Im Joong Gi. Kejadiannya di hari yang sama.. dengan hari di mana kau mengalami kecelakaan bus.” Ucap Sa Rang sedikit gugup menceritakanya.
“Apakah maksudmu Bus nomor 431?” kata Eun Ho memastikan dengan mengingat saat dirinya yang terluka didalam bus. 
“Mereka bertiga adalah teman dekat. Mungkin waktu itu peringatan Kematiannya, Mereka bertengkar sengit.” Cerita Sa Rang. Eun Ho binggung ingin tahu alasan yang sebenarnya merekabertengkar.
“Ini juga gosip,  tapi katanya kecelakaan itu terjadi karena Tae Woon. Dan ayahnya melimpahkan kesalahan pada Joong Gi.” Cerita Sa Rang . 


Eun Ho pun mencari berita ponselnya, sementara Dae Hwi melihat kembali berita “Balapan liar mengakibatkan korban jiwa” dan Joong Gi sebagai korban meninggal.
Flash Back
(1 tahun yang lalu)
Bus terlihat terbakar, korban mulai dibawa ke dalam ambulance. Tae Woon duduk dengan tatapan kosong dengan luka, lalu menelp ayahnya sambil menangis, kalau ia dan Joong Gi mengalami kecelakaan. Tuan Hyun terlihat kaget meminta anaknya agar mengatakan yang jelas. Tae Woon seperti tak bisa bicara dengan jelas, Tuan Hyun menanyakan keberadaan anaknya.
Dae Hwi baru saja datang langsung ingin menerobos masuk mencari Joong Gi, polisi menahanya agar tak masuk TKP. Ia melihat Tae Woon berteriak memanggilnya, tapi Tae Woon seperti langsung dibawa anak buah bapaknya. 

Dae Hwi masih menyimpan foto dengan Joong Ki tapi menutup wajah Tae Woon. Nyonya Na masuk kamar membawa minuman sambil mengeluh anaknya yang kau terus melihat foto orang yang sudah meninggal menurutnya Keluarga Joong Ki mungkin saja sudah mendapatkan uang kompensasi yang besar. Dae Hwi hanya diam saja.
“Maksud Ibu anak yang kecelakaan bersamanya dan selamat itu.. katanya anak Pak Direktur? Semua koran memberitakan tentang dia. Anak yang meninggal itu harus menanggung semuanya. Pasti mereka dapat banyak uang 'kan?” ucap Nyonya Na.
“Ibu keluar sajalah. Aku harus belajar.” Kata Dae Hwi. Nyonya Na mengeluh kalau anaknya  tidak sopan sekali padahal selalu ranking satu n dan kenapa harus belajar sekeras ini.
“Kalau tidak begini, aku akan diinjak-injak. Kalau kita tidak punya kekuasaan, maka kita akan disalahkan atas semuanya.” Tegas Dae Hwi. Nyonya Na meminta anaknya agar lebih santai. 


Eun Ho mencari informasi saat kecelakan bus menemukan artikel “ Balapan liar mengakibatkan korban jiwa” Ia pun tak percaya kalau semua media  tidak menyebutkan Tae Woon sama sekali.

Eun Ho mengambil buku di loker sambil mengumpat pada Tae Woon sedang berbaring diatas meja kalau temanya itu memang brengsek tapi tidak menyangka ternyata orang jahat. Sa Rang pikir Tae Woon yang benar-benar jahat, karena menggunakan uang untukmenyelamatkan dirinya sendiri.
“Bagaimana dengan kasusnya X? Kenapa juga orang jahat seperti dia melakukan itu?” ucap Eun Ho.
“Mungkin karena bosan. Lagian kalau dia tertangkap, mak ayahnya bisa menyelamatkan dia.” Kata Sa Rang
Eun Ho mengingat perkataan Dae Hwi pada Tae Woon “Kau bisa menggunakan ayahmu untuk keluar dari masalah ini.” Tae Woon mengumpat agar Dae Hwi bisa menjaga mulut karena akan menghabisinya. Akhirnya mereka bertiga membersihkan laboratorium. Eun Ho yang mulai bosan mulai menatap Tae Woon. 

“Yah. Benar juga. Apakah Dia pelakunya? Demi keadilan? Mana mungkin. Tidak mungkin dia yang melakukannya.” Ucap Eun Ho lalu mencoba mendekati Dae Hwi.
“Ini soal pengurangan poin.. Kapan lagi mereka akan mengumumkannya?” tanya Eun Ho. Dae Hwi mengatakan kalau masih ada seminggu lagi.
“Pokoknya, aku berharap X akan muncul dan menghukum kepala sekolah. Kita harus mengambil Foto dia.. saat sedang melakukan hal memalukan dan biarkan dia kena pengurangan poin juga. Kalau dia membuatnya jadi video, pasti akan lebih seru lagi benar'kan?” kata Eun Ho. Dae Hwi pikir itu seru sekali dengan sedikit gugup. 

Sa Rang pun bertanya apakah memang Dae Hwi adalah X. Eun Ho pikir Si egois Tae Woon itu tidak akan pernah berjuang demi keadilan. Menurut Sa Rang Dae Hwi juga sama, tapi Eun Ho pikir Dae Hwi adalah  orang yang selalu mengutamakan orang lain..
“Di hari pemakamannya Joong Gi.., Tae Woon datang ke sekolah mencari Dae Hwi..tapi karena ada ujian, dia tidak mau keluar dari sekolah sama sekali.” Cerita Sa Rang 

Flash Back
Dae Hwi mengerjakan tesnya mencoba menjawab semua pertanyaan, saat itu Tae Woon datang dengan penuh amarah langsung memberikan pukulan, lembaran soal pun langsung terkena coretan merah.
“Karena itu, Tae Woon marah besar. Saat itu Teman terbaiknya meninggal. Bagaimana bisa dia ujian di saat-saat seperti itu? Kadang aku merasa dia seperti monster..” Ungkap Sa Rang
“Tae Woon 'kan juga tidak punya hak untuk marah” Pikir Eun Ho.
“Sepertinya ada sesuatu di antara mereka, tapi tidak orang yang tahu apa itu.” Pikir Sa Rang

“ Pokoknya, kalau Dae Hwi itu X, apa alasannya melakukan itu? Dia bahkan tidak punya waktu selain untuk belajar.” Komentar Eun Ho. Sa Rang pikir mungkin saja Pelampiasan stres
“Anak-anak pintar juga pasti mengalami stres. Hei. Omong-omong, si Dae Hwi itu.. sepertinya agak sedikit aneh, benar'kan?” kata Sa Rang
“Dia juga sepertinya tidak akan mau memperjuangkan keadilan.” Pikir Eun Ho. 

Beberapa orang berkumpul dalam ruangan, salah seorag mengirimkan pesan seperti ragu untuk  mempercayai Dae Hwi menurutnya Sepertinya Dae Hwi sangat putus asa. Si pelaku pun berpikir kalau saatnya membereskan semuanya.
Papan pengumuman kembali di tempal. Eun Ho melihat poinya di kurang 55, ia mengeuh kalau poinya bisa berkurang 100. Sa Rang merasa Sistem pengurangan ini mungkin tidak akan dihentikan sampai mereka menemukan X.

Guru Shim melihat kembali foto-foto dan itu laporan Pengurangan Poin Siswa Kelas 11-1, akhirnya ia masuk ke dalam kelas. Semua murid seperti tak memperdulikannya, Guru Shim meminta mereka tenang, tapi tetap saja semua sibuk mengobrol.
“Anak-anak, poin kalian semuanya akan dikurangi!” teriak Guru Shim. Semua pun langsung diam menatap guru mereka didepan kelas.
“Bapak berharap tidak ada lagi dari kelas kita yang dapat pengurangan. Dengan Diam-diam melaporkan temanmu sendiri, Aku  berharap setidaknya kalian tidak akan melakukannya.” Ucap Guru Shim. Mereka semua tak mempercayainya.
“Bapak percaya pada kalian, anak-anak. Jadi, untuk setiap laporan yang dibuat oleh kelas kita, maka aku yang akan lari keliling lapangan. Sampai tidak ada satupun laporan yang muncul lagi dari kelas ini.. maka Bapak akan..” ucap Guru Shim
Semua seperti tak peduli dan tak masuk akal. Guru Shim menegaskan kalau mereka Melaporkan  atau tidak itu adalah pilihan mereka lalu bergegas pergi. Eun Ho terlihat sedih melihat gurunya seperti diabaikan oleh teman-temanya. 

Eun Ho mengejar guruny dan memberikan sekotak susu, Guru Shim pun mengucapkan terimakasih pada anak muridnya,  Eun Ho bertanya apakah Guru Shim memang benar-benar akan lari. Guru Shim pikir tak akan melakukan kalau mereka tidak saling melaporkan satu sama lain.
“Anak-anak dari kelas lain akan tetap melakukannya. Apa untungnya kalau hanya  anak kelas kita yang tidak melapor?” ucap Eun Ho
“Orang-orang dewasa di sini benar-benar mengerikan. karena membuat keadaan jadi begini.” Kata Guru Shim. Eun Ho pikir kalau Guru Shim seperti ini maka.. Guru Shim menenangkan Eun Ho kalau dirinya akan baik-baiks aja.
“Bagaimana X bisa ditangkap?” tanya Guru Shim. Eun Ho pikir kalau sepertinya hampir menemukannya, tapi masih belum bisa.
“Apa kau akan melaporkannya?” tanya Guru Shim.  Eun Ho mengingatkan kalau tidak bisa masuk kuliah karena si pelaku jadi mungkin akan terus menyalahkanya seumur hidup.
“Kalau aku tidak kuliah, orang-orang akan menyepelekanku. Jadi.. Aku 'kan tidak melakukan kesalahan apapun. Benar 'kan?” ucap Eun Ho. Guru Shim pun hanya diam saja. 


Eun Ho membuka loker dan dikagetkan dengan buku sketsa miliknya, padahal masih ingat buku itu diambil oleh Guru Go kalau boleh diambil saat sudah lulus nanti.
Nyonya Kim berbicara di telp membahas anaknya yang sudah sampai di Penilaian akhir dan hampir berhasil masuk Hanguk, dengan bangga kalau akan mentraktir temanya. Sementara Eun Ho dan Sa Rang duduk di depan memegang buku ditanganya. 
“ini "Mari berbaikan." Mungkin itu maksudnya. Dia tahu kau mencarinya, jadi dia ketakutan.” Ucap Sa Rang. Eun Ho pikir seperti itu.
“Hanya mereka berdua yang tahu kalau aku membutuhkan buku ini. Aku yakin salah satu dari mereka adalah X.” Kata Eun Ho.
“Tapi  mereka berdua memang mengecewakan, Yang satunya melimpahkan kesalahan.. pada temannya yang sudah meninggal. Yang satunya sibuk ujian. padahal temannya mau dimakamkan.” Pikir Sa Rang
“Kenapa orang yang egois seperti mereka.. harus menjadi X? Membuat kekacauan di sekolah dan menyelamatkanku dengan  Drone. Kukira dia memang ingin menegakkan kesetaraan di sekolah.” Ungkap Eun Ho.
Sa Rang tak setuju, menurutnya Yang satunya melakukan itu karena dan belajar Dan yang satunya melakukan itu karena dia kekanakan. Saat itu Tae Sik dan ayahnya berusaha untuk kabur dari restoran, Ibu Eun Ho memanggil keduanya bertanya mau kemana mereka berdua.
Tae Sik mengaku kalau Ada pertemuan bisnis penting, Nyonya Kim menegaskan kalau ada yang harus diantar. Tuan Ra mengaku juga ada bisnis jadi meminta agar memberikan waktu istirahat. Nyonya Kim pasti akan minum-minum lagi dengan pengangguran-pengangguran itu, Tae Sik mengeluh ibunya yang menebak dengan benar lalu bergegas pergi.
“Wahh.. Dia masih saja belum sadar.” Ungkap Tuan Ra dan ikut bergegas pamit pergi.
“Dasar kunyuk-kunyuk itu. Masih banyak pesanan yang harus diantar”kata Nyonya Kim. Eun Ho langsung mendekati ibunya bertanya Apa ada yang harus diantar. 

Eun Ho dengan sepedanya mengantar pesanan ayam, Nyonya Na di salonya berjanji pada pemilik gedung kalau Mulai bulan depan, akan bayar tepat waktu. Si Bibi mengeluh kalau itu hanya Omong kosong dan tak ingin tertipu lagi.
“Terserahlah. Sebaiknya kita tidak usah buang waktu. Keluarlah dari sini akhir bulan depan.” Ucap Si Pemilik
“Tunggu. Kau mana bisa mendadak begini. Lalu Aku harus ke mana? Kumohon, sekali ini saja.” Ucap Nyonya Na memohon tapi malah didorong oleh si pemilk.
Dae Hwi melihat ibunya yang jatuh membantunya untuk bangun, lalu memarahi si pemilik. Si pemilik pikir tidak seharusnya marah. Nyonya Na pikir Dae Hwi harusnya belajar, Dae Hwi pikr tak mungkin bisa belajar sekarang. Saat itu Eun Ho masuk membawa sekotak ayam, Dae Hwi pun menatapnya. 

Keduanya duduk ditaman dengan wajah gugup. Dae Hwi pikir Eun Ho pasti kaget. Eun Ho merasa Tidak sama sekali, karena keluarganya kehilangan rumah disebabkan ayahnya menggadaikannya menurutnya Semua orang mengalami masalah dan Semua orang hidup seperti itu. Dae Hwi mengucapkan terimakasih. Eun Ho bertanya untuk apa.
“Kau bahkan menjelek-jelekkan ayahmu yang tak berdosa demi membuatku baikan.” Ucap Dae Hwi.
“Setidaknya kau pintar di sekolah. Hidupmu akan sedikit lebih baik sebentar lagi. Kenapa kau harus cemas?” ucap Eun Ho.
“Aku harap kau benar, kalau pintar di sekolah. artinya aku tidak perlu mencemaskan soal uang lagi. Aku yakin itu. Karena kau bekerja lebih keras dari siapapun..yang kukenal.” Ucap Eun Ho.
“Kalau aku bekerja keras.. Kalau aku bekerja keras.. apakah aku bisa benar-benar bebas? Aku mungkin berlari seperti orang gila, tapi anak-anak lain memulai semua ini dari garis start yang berbeda. Apa aku masih bisa mengejar mereka?” kata Dae Hwi seperti tak pecaya diri. Eun Ho hanya bisa menatap sedih.
Saat itu Nam Joo baru saja turun dari bus dan berjalan pulang, lalu melihat Eun Ho dan Dae Hwi duduk ditaman, wajahnya langsung berubah cemburu melihat keduanya, seperti melakukan selingkuh dibelakangnya.
Bersambung ke part 2

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar