PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 23 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Dae Hwi yang mengirimkan pesan pada Tae Woon “Lokasi pertemuannya berubah. Bukan di aula, tapi di ruang musik.” Akhirnya Tae Woon berjalan pergi dan saat itu juga bertemu dengan sosok yang sama mengunakan jaket yang sama. Dae Hwi lebih dulu membuka penutup kepalanya lalu Tae Woon.
Keduanya saling menatap dingin, Saat itu juga Dae Hwi terkena lampu senter dari petugas keamanan sekolah lalu memberitahu kalau ada yang datang, Mereka pun bergegas pergi dan bersembunyi didalam ruang kelas. Keduanya mencoba untuk tak bersuara saat Petugas berjalan melewati ruangan. 

Tae Woon mengintip dari celah pintu memastikan si petugas sudah pergi, setelah itu keduanya bisa bernafas lega. Tae Woon langsung mencengkram baju Dae Hwi bertanya apa yang sedang dilakukanya. Dae Hwi meminta agar Tae Woon melepaskan tanganya.
“Apa yang kau lakukan sebenarnya?” ucap Tae Woon marah. Dae Hwi meminta Tae Woon agar bisa melepaskanya.  Akhirnya Tae Woon melepaskan tanganya.
“Hee Chan sudah tahu.” Ucap Dae Hwi duduk dibangku. Tae Woon tak percaya kalau Hee Chan yang mengirim pesan.
“Lantas apa kau kira tidak akan ada yang tahu siapa orang di balik aksi bodohmu selama ini?” kata Dae Hwi. Tae Woon pun ingin tahu yang dilakukan Dae Hwi sekarang.
“Kenapa kau pakai jaket ini? Jangan bilang..” ucap Tae Woon berpikir Dae Hwi menyelamataknya.
“Jangan salah paham kau. Aku hanya tidak mau berhutang budi padamu. Aku takut kau akan membuat perjanjian besar karena apa yang terjadi di kompetisi Matematika waktu itu. Eun Ho mungkin saja akan berada dalam bahaya karena kau.” Kata Dae Hwi
“Apa lagi yang diketahui Kim Hee Chan? Apa dia sudah yakin, atau hanya ingin mengujiku?” kata Tae Woon khawatir.
“Dia hampir yakin kalau X memang kau. Sepertinya dia ingin mengujimu karena dia tidak punya bukti. Dia langsung kaget waktu aku yang muncul. Tapi dia itu pintar, jadi dia tak akan percaya dengan mudah. Dan jangan beritahukan apapun pada Eun Ho dan Jangan buat dia cemas.” Ucap Dae Hwi. Tae Woon ingin tahu Sejak kapan Dae Hwi  tahu. Dae Hwi pikir itu bukan urusan Tae Woon.  Akhirnya Tae Woon pergi lebih dulu meninggalkan ruangan. 



Dae Hwi keluar dari ruangan dengan jaket hitam ditanganya, menatap ke arah kontainer tempat Tae Woon bersembunyi.
Flash Back
Eun Ho, Bo Ra dan Tae Woon keluar dari kontainer. Bo Ra seperti khawatir dengan Tae Woon karena Sekolah sedang menggila untuk mencari X. Tae Woon tahu dan menurutnya  Alangkah bagusnya kalau seseorang ya ng tidak ada yang membuat masalah dengan mengejek Eun Ho
“Benar-benar tidak masuk akal kau ini. Siapa yang duluan main-main seperti ini memangnya?” ejek Eun Ho.
Saat itu Dae Hwi bersembunyi dibalik containter tahu kalau Tae Woon adalah X yang selama ini dicari oleh Kepala sekolah. 

Dae Hwi berdiri di depan kontainer seperti terlihat gugup, saat itu pintu sudah terbuka. Tae Woon mengaku sudah tahu kalau Dae Hwi selalu mengawasi tempat ini dan menyuruhnya masuk saja.  Dae Hwi mengejek Tae Woon yang berani membuka pintu untuknya.
“Memangnya aku selama ini kelihatan pemalu di matamu?” ucap Tae Woon membuka pintu lebar-lebar.
“Apa yang sedang kau lakukan sebenarnya? Apa yang ada..” kata Dae Hwi melihat semua barang yang X gunakan dan melihat foto mereka bertiga diatas meja. Tae Woon pikir itu bukan urusan Dae Hwi.
“Jangan bilang.. ini karena Joong Gi.” Kata Dae Hwi. Tae Woon yang mendengarnya meminta Dae Hwi agar diam saja.
“Apa kau melakukan ini untuk menebus kejahatan yang sudah dilakukan oleh kau dan sekolah ayahmu ini?” kata Dae Hwi. Tae Woon makin marah mendengarnya sambil mengummpat.
“Apa aku salah? Ini supaya kau bisa merasa tenang, benar'kan pengecut?” kata Dae Hwi.
Tae Woon tak bisa menahan amarah ingin memukul Dae Hwi dengan kepalan tanganya, tapi mencoba ditahan. Dae Hwi pikir Tae Woon belum paham kalau Dulu dan sekarang kepengecutan temanya  selalu membuat orang lain tersudut. Tae Woon menyuruh Dae Hwi agar tak banyak bicara lagi. “Memang benar... Eun Ho jadi tersudut karena kau. kalau kali ini Ra Eun Ho terluka lagi, maka kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri lagi.” Ucap Dae Hwi
“Urus saja urusanmu sendiri. Lalu Siapa yang lebih dulu membuat Ra Eun Ho dalam bahaya? Dia adalah Hee Chan, orang yang sama busuknya denganmu. Berani sekali.. Bagaimana bisa orang yang brengsek Sepertimu mencemaskan Eun Ho?” ejek Tae Woon.
“Lantas kenapa kau tidak mengaku saja kalau kaulah X-nya? Orang-orang sudah menganggap Eun Ho sebagai kaki tangan. Pengakuanmu akan membuat hidupnya lebih tenang.” Kata Dae Hwi lalu keluar dari ruangan.

Saat keluar ruangan, Dae Hwi melihat ponselnya yang berdering dan itu telp dari Kim Hee Chan, dengan wajah kesal memilih untuk tak mengangkat telpnya. Sementara Tae Woon terdiam memikirkan ucapan Dae Hwi “Lantas kenapa kau tidak mengaku saja kalau kaulah X-nya? Pengakuanmu..  akan membuat hidupnya lebih tenang.” Lalu melihat pesan yang diterimanya dari Hee Chan “Aku tahu kaulah X. Datanglah ke aula jam 10. Atau Ra Eun Ho yang akan terluka.” 


Esok pagi
Tae Woon datang menemui Jung Il dengan tatapan dingin menanyakan keberadaan Hee Chan. Jung Il dengan wajah ketakutan memberitahu kalau Hee Chan pergi dengan Dae Hwi akhirnya Tae Woon pun memilih untuk keluar dari kelas.
Dae Hwi bertemu Hee Chan di belakang sekolah,  Hee Chan mengejek mengetahui bahwa Dae Hwi benar-benar X. Dae Hwi pikir Hee Chan sudah melihat sendiri. Hee Chan menegaskan tidak akan percaya itu, karena Dae Hwi ada bersamanya sampai sore di hari saat hasil evaluasi mereka dibongkar. Tae Woon diam-diam mendengar pembicaran keduanya
“Apa hanya itu alasannya..” kata Dae Hwi. Hee Chan menegaskan Tentu saja tidak.
“Kau kira aku siapa? Kau menjilatku supaya kau bisa.. membebaskan diri dari tempatmu yang rendah itu. Kau adalah orang yang sangat memalukan. Bagaimana bisa kau yang jadi X? Ini Sama sekali tidak masuk akal.” Ucap Hee Chan dengan sengaja mendekat menarik dasi Dae Hwi
“Mungkin aku melakukannya.. demi bisa menikammu dari belakang seperti ini.” Kata Dae Hwi
“Apa menurutmu aku bisa percaya itu? Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau membodohiku?” ucap Hee Chan marah
“Karena kau tidak bisa merendahkanku setiap saat. Seperti yang kau bilang, aku harus melindungi apa yang kumiliki. Aku setidaknya harus tahu satu saja kelemahanmu.” Kata Dae Hwi 


Hee Chan tak percaya Dae Hwi yang Berani sekali sekarang. Dae Hi bertanya Kenapa harus Ra Eun Ho dan apa yang akan didapatkan dengan mengganggu gadis lemah. Hee Chan menegaskan karena iytu maka ingin menyiksanya dan Untuk mengajari Eun Ho apa artinya kekuasaan itu.
“Berani sekali dia bikin masalah denganku? Dia bukan apa-apa.” Kata Hee Chan.
“Apa kau masih gugup dan ketakutan setengah mati saat menerima telepon dari ayahmu? Coba saja kau ungkapkan semuanya. Aku akan menemui ayahmu dan membongkar semua rahasiamu.” Tegas Dae Hwi. Hee Chan pun hanya diam saja mendengar ancaman Dae Hwi.
Saat itu Tae Woon agar beranjak pergi dan berpapasan dengan Dea Hwi. Dae Hwi seperti kaget dan berpikir kalau Tae Woon pasti mendengar pembicaraan dengan HEe Chan. Sementara Hee Chan seperti tak curiga. 


Tae Woon bertemu dengan Eun Ho meminta agar harus berhati-hati. Eun Ho bertanya apakah itu Karena Hee Chan. Tae Woon menegaskan bahwa tidak ada salahnya berhati-hati. Saat itu pria yang sebelumnya datang kembali menemui Eun Ho, Tae Woon mengibaskan tanganya ingin Eun Ho tak menemuinya, tapi tak bisa melakukanya.
“Aku sudah lihat hasil sidang Komite Kekerasan Sekolah. Aku senang kau menang.” Ucap Si pria. Eun Ho tersenyum bahagia mendengarnya.  Si pria memberikan sekotak coklat pada Eun Ho.
“Terima kasih... Ini ada suratnya juga. Apa Kau yang menulisnya? Aku sangat tersentuh.” Ucap Eun Ho tersipu malu sambil mendoron si pria. Tae Woon terkabar api cemburu mengeluh Eun Ho agar tak berlebihan.
“Siapa kau ini? Kenapa kau mengekorinya ke mana-mana? Omong-omong. memangnya Eun Ho sudah menerima cintamu ?” ejek Si pria. Tae Woon terdiam. Eun Ho mengaku belum menerimanya.
“Jadi kenapa kau berlebihan sekali?” ejek Si pria.
“Apa Kau kira aku dan kau sama? Jangan muncul lagi di depannya.” Kata Tae Woon.
Si Pria seperti tak peduli mengajak Eun Ho untuk  mau nonton film. Tae Woon seperti uring-uringan seperti mondar-mandir. Sementara Eun Ho terlihat bahagia mendengarnya. Si pria mengetahui Ada banyak film bagus yang sedang tayang, jadi akan beli tiketnya dan menghubunginya lagi segera. Eun Ho mengangguk setuju dan terus menatap si pria yang pergi meninggalnya lebih dulu. Tae Woon langsung menarik dagu Eun Ho agar bisa menatapnya. 


“Sudah sejak lama aku tidak pernah nonton film lagi.” Kata Eun Ho senang
“Apa Kalian akan menempel berdua di tempat gelap dan menonton film bersama?” ucap Tae Woon panik
“Sepertinya ini bukan urusanmu.” Kata Eun Ho lalu membuka coklat dan ingin memakanya tapi Tae Woon langsung memakan semuanya.
“Hei.. Kenapa kau makan makanan milik orang lain?” kata Eun Ho kesal. Tae Woon beralasan agar Jangan dimakan, karena Giginya bisa sakit.
“Jangan berani kau pergi dengannya.” Kata Tae Woon lalu beranjak pergi tapi akhirnya kembali lagi.
Tae Woon ingin tahu kenapa tidak menjawab, Eun Ho bertanya menjawab apa maksudnya. Tae Woon mengingatkan kalau ia yang lebih dulu  mengungkapkan perasaannya dari pada pria tadi dan kenapa Eun Ho  tidak menjawab. Eun Ho terlihat gugup dan bertanya balik Apa harus menjawab, Tae Woon menegaskan kalau memang harus.  Eun Ho mengatak akan menjawab kalau jawabannya sudah ketemu lalu bergegas pergi.


Semua anak berkumpul melihat pengumuman, Eun Ho dkk melihat  Pengumuman dari Komite Kekerasan Sekolah. Mereka memuji Eun Ho yang keren karena dan juga Keputusan dalam kasusnya Bit Na juga berubah. Bo Ra ikut tersenyum melihatnya. Jung Il dan Ho Young seperti tak suka karena Bit Na terkena hukuman.
“Tidak salah lagi, Keadilanlah yang akan menang. Melegakan sekali.” Ucap Dal Soo. Sa Rang pikir ini namanya kesetaraan
Bit Na datang melihat pengumuman,  kalau ia harus ikut Pelatihan kepekaan dan bantuan psikiater. Tatapan masih sinis pada Bo Ra, lalu berjalan pergi dengan sengaja menyenggol Bo Ra, Jung Il dkk pun mengikutinya pergi. 

Eun Ho dkk berjalan bersama, sampai akhirnya melihat Hee Chan yang sengaja berjalan didepannya. Eun Ho memberitahu Hasil sidangnya sudah keluar lalu menyarankan agar Hee Chan minta maaf. Hee Chan malah mengumpat Eun Ho yang bodoh, karena akan melakukan pengaduan.
“Kita masih belum dapat hasil yang benar. Jadi mau Minta maaf apa?” ucap Hee Chan angkuh.
“Kau benar-benar tak punya malu. Apa sebegitu susahnya bagimu untuk minta maaf?” kata Eun Ho sinis
“Aku tidak melakukan kesalahan.” Kata Hee Chan merasa selalu benar.
“Kau terus saja membantah, tapi kesalahan yang kau lakukan tidak akan berubah jadi benar, dan tidak akan bisa dilupakan begitu saja. Bagaimana bisa kau tidak tahu caranya meminta maaf?” ucap Eun Ho marah
“Kalian sungguh tahu.. bagaimana caranya membuat orang lain melakukan hal buruk.” Kata Hee Chan lalu berjalan pergi. Sa Rang yang melihatnya mulai mengumpat dan berharap  mendapatkan semua balasannya. Eun Ho pun mengajak dua temanya untuk tak  memperdulikan lagi. 

Hee Chan hanya tertunduk di rumah. Ibunya menyuruh aga melupakan semua dan fokus saja pada belajarnya saja, dan apabila Hee Chan terus ada di peringkat kedua, itua tidak berusaha cukup keras. Hee Chan mengerti dan berjalan pergi. Ibunya mengeluh kalau semua seperti kurang dan membuatnya capek sekali.
“Aku juga capek... Jadi Kumohon.. Kumohon berhentilah. Kenapa Ibu selalu meneriakiku? Aku juga lelah. Aku sudah bertahan semampuku, kenapa?” ucap Hee Chan meluapkan perasaan tertekannya.
“Aku mencoba menyiapkan hidup yang sempurna untukmu.” Teriak Ibu Hee Chan dengan nada tinggi
“Bagaimana bisa sampah ini, Ibu sebut sempurna?Aku juga ingin hidup. Aku juga perlu bernapas. Kenapa Ibu tidak mengizinkanku bernapas sedikit saja? Kenapa terus mencekikku?” ucap Hee Chan sambil menangis. Ibu Hee Chan tak percaya anaknya bisa berteriak marah sambil menangis.
“Aku juga mau gila rasanya. Aku juga hampir kehilangan akalku!” kata Hee Chan. 


Rapat Guru
Guru Park menegaskan Pokoknya anggap saja perubahan ini sebagai permulaan dari proses untuk menegakkan keadilan di sekolah. Guru Jang seperti sudah tertunduk malu, dengan nadan sinis pada Guru Shim mengucapkan Terima kasih banyak karena dapat pemotongan 6 bulan gaji dan hukuman.
“Kau sudah meninggalkan sesuatu di catatanku yang bersih ini.” Kata Guru Jang sinis
“Aku menyesal, tapi tidak begitu menyesal.” Kata Guru Shim
“Jangan hanya anak-anak yang dievaluasi. Guru-guru juga perlu dievaluasi. Untuk melihat apa mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik atau tidak.” Sindir Guru Jung. Guru Jang terlihat kesal
“Dia benar... Orangtua juga harusnya dievaluasi. Kantin sekolah juga harus dievaluasi.” Kata Guru Koo dan saat itu seseorang masuk seperti ingin menemui Guru Shim. 


Pria itu masuk ke kelas dengan tulisan di papan tulis “Percakapan tentang Impian”. Ia mengatakan kalau yang terakhir ingin disampaikan yaitu berharap mereka lebih fokus dalam mengejar impian daripada hanya fokus untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil. Eun Ho dan yang lainya pun mencoba untuk mendengarkan dengan wajah serius.
“Kita akan mendiskusikan tentang kampus mana yang ingin kalian masuki jadi pikirkan juga tentang impian kalian.” Ucap Guru Shim setelah si bapak itu keluar dari ruang kelas. 

(Episode 11 - Impian, Bersinar namun Melemahkan)
Eun Ho melihat webtoonya dengan wajah bahagia kalau  Jumlah pembacanya naik dan berpikir kalau dirinya nanti akan terkenal. Tae Woo mengejek kalau pembacanya hanya 13 orang. Eun Ho melihat Responnya bagus, dengan membaca semua komentar yang masuk  "Seru gila Kece banget."  Tae Woon tersenyum mendengarnya.
“kira-kira Siapa yang menulis ini ? Dia pasti adalah penggemar berat webtoon kita.” Ucap Eun Ho
“Kau bilang Penggemar.. Terserahlah, tapi Murahan sekali... yang bagus itu Pembaca setia.” Kata Tae Woon dengan nada sinis.
“Hei, Nice Guy...”kata Eun Ho, Tae Woon tiba-tiba menyahut. Eun Ho tertawa karena Tae Woon menyahut. Tae Woon mencoba untuk tak terlihat gugup.

“Apa kau kaget karena aku menangkap basah dirimu?” ejek Eun Ho. Teae Woon dengan gugup mencoba menyangkal kalau itu bukan tertangkap. “Ayolah, Tuan Nice Guy.... Yang benar saja.” Ejek Eun Ho. Tae Woo mengaku tak tahu akan mengatakan apa.
“Apa kau tidak tahu harus bilang apa, Tuan Nice Guy?” ejek Eun Ho. Tae Woo menyuruh Eun ho menghentikan dan merasak tak pernah menuliskanya.
“Pokoknya, terima kasih... Penggemarku yang pertama.” Kata Eun Ho bahagia.
“Aku sedang tidak ada kerjaan makanya menulis komentar.” Akui Tae Woon. Eun Ho merasa tak peduli dengan semua alasan Tae Woon.
Eun Ho pun bertanya apakah Tae Woon tidak punya impian. Tae Woon pikir  kalau Impian itu hal yang kampungan. Eun Ho melihat Tae Woon yang jago menggambar. Tae Woon sudah mengatakan sebelumnya bahwa  Di saat punya impian, maka itu artinya kau kalah.
“Sepertinya kau benar.” Kata Eun Ho dengan tatapan sedih. Tae Woon binggung Eun Ho seperti pasrah dan ingin tahu alasanya.

Keduanya keluar dari kontainer dan Tae Woon memberikan minuman. Eun Ho meneriman dan membahas kalau  Pembaca Webtoonya hanya 13, itulah kenyataannya dan Situs tempat mengunggah webtoon menerbitkan ratusan cerita setiap harinya.
“Aku harus bersaing dengan ratusan orang itu. Tapi sekarang.. aku ragu apakah aku ini berbakat atau tidak.” Kata Eun Ho
“Begitulah orang-orang meraih impian mereka Dengan kompetisi yang berat.” Ucap Tae Woon mencoba memberikan semangat
“Aku penasaran apa aku bisa bertahan? Apa yang kukuasai.. dengan apa yang kusukai, mungkin adalah 2 hal berbeda. Bagaimana kalau aku hanya jadi pengikut dan kemudian menghilang suatu saat? Ini benar-benar membuatku cemas.” Kata Eun Ho. Tae Woon pun tak banyak berkata-kata. 


Eun Ho duduk di meja belajar dengan wajah gelisah, lalu melihat ada satu komentar dibawa webtoonya.
“Keren sekali. Penulisnya pasti sangat jenius. Ada satu kritik, karakter utama ceweknya sepertinya tidak tahu, siapa orang yang dia sukai. Sepertinya karakternya akan jadi lebih hidup. kalau kau mencoba berkencan dengan seseorang. -Nice Guy.-“ 
Eun Ho bisa tersenyum membacanya karena tahu itu komentar yang dituliskan Tae Woon untuknya. 

Jung Il memberikan sekotak hadiah pada Bit Na dan mengucapkan selamat ulang tahun dengan Hak Joong. Nam Joo yang duduk dibelakang terlihat gugup. Bit Na membuka kotak hadiah, dengan megejeknya kalau tak membawa hadiah maka habislah temanya itu.
“Wah... ini Cantik sekali... Terima kasih.” Ucap Bit Na melihat isi barang dari merek yang mahal
“Apa pestanya akan ditunda sampai ujian akhir?” tanya Jung Il. Bit Na menganguk. Jung Il ingin tahu kali ini akan diadakan dimana. Bit Na dengan bangga kalau akan diadakan di Hotel. Jung Il dan Hak Joong bahagai mendengarnya karena bisa makan enak dan mahal.
Nam Joo akhirnya memberiakn hadiah Bit Na. Bit Na memuji temanayang baik lalu membukanya dan merasa heran karena isinya hanya Lilin aroma terapi bahkantidak pernah lihat merek itu sebelumnya, lalu berpikir kalau itu dari Perancis. Nam Joo terlihat binggung.
Hak Joong yang langsung mencari di internet mengatakan kalau lilin itu banyak dijual dan Hanya lilin murahan yang tidak bermerek dan berpikir Mungkin Nam Joo sedang mencoba menghina Bit Na seperti Mengikuti jejaknya Bo Ra. Nam Joo mengaku Bukan begitu.
“Kudengar aromanya enak dan sangat terkenal.” Ucap Nam Joo membela diri
“Apa keluargamu benar pemilik Shingang?” ucap Jung Il masih penasaran. Dae Hwi yang duduk disamping ikut mendengarnya. Nam Joo pikir kenapa menanyakan hal itu lagi.
“Kudengar bosnya benar belum menikah. Aku penasaran apa mereka punya CEO baru.” Kata Jung Il
“Mungkin saja itu hanya gosip.Hei. Omong-omong, apa kau benar putus dengan Dae Hwi?” kata Hak Joong
Bit Na tak percaya dan langsung menanyakan pada Dae Hwi apakah emang putus dengan Nam Joo dan ingin tahu alasanya. Dae Hwi pikir tak ada urusanya dengan mereka. Nam Joo ingin tahu apakah mereka berdua sudah putus.  Dae Hwi mengaku kalau Sudah putus jadi meminta mereka agar jangan ikut campur.
Nam Joo yang mendengarnya terlihat sangat sakit hati,  Bit Na tak percaya mendengarnya dan langsung berpikir kalau Nam Joo dicampakkan, padahal banyak pria yang mengejar-ngejarnya. Dua pria seperti tak yakin kalau Nam Joo dicampakan, tapi Bit Na melihat wajah Nam Joo yakin kaalu pasti dicampakkan oleh Dae Hwi. 


Nam Joo menuruni tangga melihat Dae Hwi langsung berteriak memanggilnya dan mengomel karena menurutnya tak perlu Dae Hwi  mengatakannya pada semua orang. Dae Hwi mengaku kalau dirinya  hanya berusaha jujur. Nam Joo dengan nada mengejek membernakan ucapan Dae Hwi.
“Kau 'kan suka kejujuran. Makanya kau tidak peduli kalau harga diri mantan pacarmu sedang diinjak-injak.” Ucap Nam Joo marah
“Maaf... Aku tidak bermaksud begitu.” Kata Dae Hwi merasa bersalah.
“Terima kasih... Setidaknya kau tidak bermaksud begitu.” Kata Nam Joo lalu bergegas pergi. Dae Hwi seperti merasa tak enak hati dengan mantan pacarnya. 

Eun Ho menahan Tae Woon yang akan keluar sekolah memastikan lebih dulu kalau Ayah Tae Woon yang suka ayam dari toko oran tuanya. Tae Woon membenarkan. Eun Ho kembali mengatakan, karena itu Tae Woon mau datang untuk belajar menggoreng ayam Sekarang. Tae Woon membenarkan. Eun Ho menyuruh Tae Woon agar Pesan sajalah dari rumah..
“Begitukah? Haruskah aku pulang dan memesan ayam? Mungkin 5 ekor? Ahh.. Tidak. Aku punya kupon, jadi mungkin 6 ekor.” Kata Tae Woon mengoda.
“Kau akan memesan 6 ekor secara terpisah, 'kan?” ucap Eun Ho tahu sikap licik Tae Woon.
“Tentu saja!... Sudah kubilang. Hobiku adalah memesan ayam.” Kata Tae Woon.
“Baiklah. Satu ayam. Kau gorenglah satu ekor ayam kemudian pergilah dan  dilarang melakukan pesan antar.” Tegas Eun Ho, Tae Woon pun setuju. 


Eun Ho menerima pesanan ayam dari ibu yang harus diantar dan merengek agar bisa menaikan uang jajanya. Ibunya mengeluh pada anaknya tapi berjanji akan menaikanya. Lalu memberitahu Milik teman Eun Ho  mungkin akan sedikit lama. Tae Woon menunggu di depan restoran dengan senyuman bahagia.
“Aku akan berikan miliknya saat kembali nanti.” Ucap Eun Ho lalu berjalan pergi dan berkata pada Tae Woon kalau akan segera kembali. Tae Woon bergegas menaiki motornya.
“Ini bukan punyamu. Apa kau mau pergi?” ucap Eun Ho binggung. Tae Woon mengaku kalau mau mengantar ayam.
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Eun Ho. Tae Woon menegaskan Eun Ho yang tidak boleh pergi sendirian karena Ada banyak orang aneh di luar sana.
“Seperti cowok yang terus-terusan memesan ayam, mengerjaimu, meminta kupon.. Bagaimana kalau kau bertemu pria seperti itu? Ini terlalu berbahaya, jadi Biar aku pergi denganmu.” Ucap Tae Woon.
“Sepertinya aku sudah ketemu dengan cowok seperti itudan aku kenal juga dengannya.” Ejek Eun Ho. Tae Woon dengan bangga kalau pria itu ganteng. Keduanya hanya tertawa dan akhirnya pergi mengantar ayam. 


Sesampai disebuah apartement, tiga orang remaja langsung terpana melihat Tae Woon yang sangat keren, seperti tak percaya kalau u ada tukang antar seganteng Tae Woon dan  Mulai sekarang  akan pesan ayam dari restoran Eun Ho saja.
Eun Ho terlihat kesal melihat tiga wanita yang terkesima dengan ketampanan Tae Woon. Tae Woon hanya bisa tersenyum puas melihat Eun Ho yang cemburu. Mereka pun melihat sekolah Tae Woon di  Geumdo, Eun Ho langsung menutupi name tag nama Tae Woon.
Ketiganya masih memuji Tae Woon keren sekali. Tae Woon yang percaya diri mengaku sudah sering mendengarnya dan memohon agar pesanlah ayam yang banyak, lalu pamit pergi. Eun Ho langsung menarik Tae Woon agar pergi. 

Ketiga remaja tak mau melepaskan Tae Woon begitu saja sampai mengantar ke depan apartement. Eun Ho terlihat kesal melihatnya dan mengejak Tae Woon pasti senang ada yang memujinya. Tae Woon membalas kalau Eun Ho cemburu melihatnya.  Eun Ho menyangkalnya.
“Kau cemburu. Kenapa? Melihat cewek-cewek cantik dan lucu itu terpesona padaku apa kau jadi marah? Apa Kau kesal?” goda Tae Woon.
“Aku tidak peduli kalau mereka imut. Kau Kencani saja mereka.. Silahkan.. Kencani cewek yang mungil-mungil itu... Pergilah.” Ucap Eun Ho tak peduli.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Kau pikir Kenapa aku mau mengantar ayam jam segini? Karena aku ingin bertemu denganmu. Karena aku ingin kau selalu di sampingku dan selalu melihatmu.” Ucap Tae Woon dan langsung mengajak Selfie Eun Ho yang sedang cemberut.
Setelah itu ia dengan bangga kalau akan akan menyimpannya sendiri. Eun Ho berteriak mengejarnya agar bisa melihat foto yang diambilnya. Tae Woon enggan memberikanya karena lebih ingin menyimpanya sendiri. 

Keduanya menaiki motor untuk kembali pulang, tapi tiba-tiba motor Tae Woon seperti tak berjalan semestinya. Eun Ho bertanya ada apa dengan motornya. Tae Woon pun menyuruh Eun Ho untuk turun lebih dulu. Tae Woon binggung karena Motor sekarang tidak mau menyala.
Keduanya akhirnya sampai bengkel, Si montir memberitahu kalau  Karena ini suku cadangnya impor jadi sepertinya butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Tae Woon memohon agar bisa memperbaiki secepatnya. Si montir pikir Setidaknya butuh waktu 3 hari dan menyuruh Tae Woon melihat bengkel saja karena akan menghubungi pabrik. 

Eun Ho sudah melihat motor gede dan duduk diatasnya, Tae Woon merasa kalau Sudah lama sekali tidak ke bengkel itu.  Eun Ho merasa motor didalam itu keren Semuanya kelihatan beda. Tae Woon mengaku kalau itu Tentu saja karena Semuanya punya model yang berbeda.
“Inilah motor pria sejati. Ini dibuat.. saat mesin pertama kali dikembangkan tahun 1909. Silindernya miring 45 derajat. Dan Kau pasti pernah melihat ini.” Ucap Tae Woon. Eun Ho binggung.
“Di musim panas orang-orang tua yang berjaket kulit.. menyetir seperti stang motor yang lebih tinggi” cerita Tae Won. Eun Ho mulai mengerti.
“Aku tahu ada tulisan Meme "Min Shik, apa itu kau?"” kata Eun Ho. Tae Woon malah bingung siapa Min Shik berpikir kalau itu Teman satu sekolah mereka
“Ya, sebenarnya tapi Yang ini keren. Setiap komponennya dibuat dengan tangan. Satu hal yang tidak begitu kusukai. Kalau aku yang membuatnya, maka aku akan menaikkan dudukannya dan membuatnya kelihatan seksi. Dan Juga menurunkan sedikit pegangannya, dan membuat seolah-olah kau sedang memeluk motornya. Tapi, keseimbangannya jadi akan sedikit hilang.” Ucap Tae Woon terus mengoceh tentang motor. Eun Ho melihat Tae Woon tersenyum bahagia melihatnya.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar