PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 23 Agustus 2017

Sinopsis School 2017 Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Keduanya duduk ditaman, Eun Ho berkomentar Tae Woon itu  ternyata ahli dalam urusan sepeda motor, Tae Woon mengaku dulu sangat tertarik pada motor. Eun Ho menganguk mengerti lalu mengaku penasaran, karena Sejujurnya, dirinya tidak bisa naik bus lagi sejak kecelakaan itu.
“Sepertinya aku sudah tidak trauma tapi aku hanya mencari-cari alasan agar tidak teringat dengan luka itu lagi. Aku terlalu takut menghadapinya. Aku penasaran bagaimana kau bisa naik motor lagi setelah kejadian itu.” Kata Eun Ho
“Itu.. karena aku menganggap motor itu seperti Joong Gi. Dia adalah alasanku belajar naik motor dan dia adalah alasanku mulai bermimpi bisa merancang sepeda motor sendiri suatu saat nanti.” Cerita Tae Woon. Eun Ho bisa mengerti.
“Setelah apa yang terjadi padanya, aku sempat takut beberapa saat Aku sempattidak bisa menaikinya lagi. Tapi aku juga merasa seperti sedang berusaha membuang Joong Gi dari hidupku. Waktu-waktu yang kami lalui bersama. Kenangan-kenangan itu Semuanya. Makanya aku memaksakan diriuntuk bisa naik motor lagi. Saat aku mengendarainya aku merasa seperti sedang bersama Joong Gi..” Cerita Tae Woon
“Lalu Kenapa kau menyerah pada impianmu? Kau bisa saja meneruskan.. mimpimu merancang sepeda motor.” Kata Eun Ho 


Tae Woon memikirkan tentang impianya, lalu mengaku kalau sempat tidak tahu apa itu bermimpi dan Kalau impiannya jadi nyata, apakah ia akan  memahaminya atau apakah hidupnya akan berubah. Eun Ho juga tak tahu soal itu tapi berharap kalau Tae Woon bisa melakukan sesuatu.. yang membuat jantungnya berdebar.
“Sesuatu yang membuatmu Senang dan menikmatinya. Itulah yang kuinginkan.” Ucap Eun Ho.
“Aku sudah melakukannya.” Kata Tae Woon. Eun Ho binggung dan berpikir kalau Tae Woon baru saja memiliki mimpi yang lain.
“Sudah kubilang, kaulah yang membuat jantungku berdebar. Melihatmu membuatku merasa senang dan aku menikmatinya. Apa itu artinya kau adalah impianku?” kata Tae Woon. Eun Ho hanya diam dan keduanya menikmati malam dengan bintang yang bertebaran. 


Diatas meja banyak makanan dan juga sangat lengkap, Ayah Eun Ho mengajak mereka makan bersama. Ibu  Eun Ho binggung melihat menu makanan mereka, Daging sapi. Kerang, padahal tidak bisa membeli makanan mahal. Tae Sik pikir mereka seharusnya membuat keadaan keluarga mereka ditingkatkan.
“Mungkin aku akan segera dipekerjakan oleh sebuah perusahaan besar atau apalah.” Kata Tae Sik. Eun Ho mengejek kakaknya untuk mimpi saja.
“Ibu tidak perlu perusahaan besar, tapi harap taman dekat sini akan mempekerjakanmu.” Kata Ibu Eun Ho. Tae Sik meminta agar menunggu saja.
“Mungkin kami berdua bisa dapat pekerjaan bersamaan.” Kata Ayah Eun Ho. Ibu Eon Ho merasa itu hanya Omong kosong karena keduanya tak mungkin dipekerjakan bersamaan
“Jangan mencemaskan apapun. Makanlah kerang yang mahal ini.” Kata Ayah Eun Ho menyuapi suaminya begitu juga Eun Ho yang disuapi oleh kakaknya. 

Tae Woon masuk ke ruangan melihat sebuah majalan dengan note yang dituliskan Eun Ho “ Kuharap kau tidak melupakan impianmu juga. seperti kau tidak melupakan Joong Gi.” Lalu dibawahnya ada tambahan.
“Ini sangat mahal. Jadi sebaiknya, kau bekerja keraslah. Lakukan yang terbaik dan berjuanglah demi impianmu.”
Tae Woon merasa kalau Eun Ho selalu saja membuatnya gila, lalu melihat majalah yang dibelikan Eun Ho adalah tentang design motor. Seperti satu-satunya orang yang mendukung impianya. 

Nam Joo berjalan tak sengaja melihat Dae Hwi yang baru keluar kelas, Keduanya seperti tak saling kenal, dengan wajah acuh memilih untuk tak bertegur sapa. Diam-diam Tae Woon melihat dari kejauhan, lalu berjalan mendekati Dae Hwi.
“Apa kau bertengkar dengan Nam Joo?” ucap Tae Woon. Dae Hwi pikir Tae Woon Tidak usah ikut campur urusannya.
“Aku sedang mencobanya, tapi aku tetap merasa ada yang aneh. Aku ini terlalu pintar.” Kata Tae Woon
“Bagaimana denganmu? Kapan kau akan mengakui  kalau kau adalah X? Kau tidak berani, 'kan? Eun Ho juga akan tahu segera tentang seberapa egoisnya kau ini.” Kata Dae Hwi
“Egois masih jauh lebih baik daripada jadi sampah.” Kata Tae Woon. Dae Hwi tak mau membahasnya menyuruh Tae Woon minggir, dengan sengaja menyenggol pundak Tae Woon.
Tae Woon tak terima membalasnya, Dae Hwi tak bisa menahan amarah mendorong Tae Woon. Keduanya saling mencengkram dan sudah siap berkelahi. Terdengar suara menyuruh keduanya untuk berhenti, Guru Koo keluar dari balik pohon dengan kayunya. 


Keduanya sudah ada diruangan yang berantakan. Guru Goo dengan sengaja bersandar pada pundak dua anak muridnya. Dae Hwi tak percaya merkea harus membersihkan semuanya. Guru Goo menatap Dae Hwi yaitu Ketua Osis yang mencuri soal ujian. Sementara Tae Woon adalah anak direktur sekolah yaitu sudah melakukan kesalahan besar.
“lalu belum cukup dengan itu saja, apa sekarang kalian malah berkelahi? Bapak akan memberikan kalian kesempatan untuk menurunkan pengurangan poin kalian.” Ucap Guru Goo.
“Aku akan menyelesaikannya perlahan-lahan, Pak.” Kata Tae Woon.
“Jantanlah, lakukan semua sekaligus. Mulai dari ruang seni ini kemudian. ke ruang sains, kafetaria kemudian ruang UKS. Bersihkan semua dengan baik.” Perintah Guru Goo
“Pak... Haruskah aku melakukan ini bersamanya?” kata Dae Hwi tak ingin bersama Tae Woon.
Guru Goo memberitahu kalau Ini butuh kerja sama tim dan keduanya memang sama bersalahnya. Dae Hwi merasa kalau Tae Woon  tidak akan berguna sama sekali. Tae Woon mengumpat marah. Guru Goo menyuruh keduanya untuk diam saja dan mulai berkerja.
“Kalau kalian mau bersih-bersih sambil berbaikan akan lebih bagus lagi.” Ucap Guru Goo sebelum keluar dari ruangan. 


Dae Hwi mengambil sapu, Tae Woon yang kesal tak suka Dae Hwi yang menatapnya dan mulai membereskan papan untuk melukis dan dengan sengaja menyenggol papan dan mengenai kepala Dae Hwi. Dae Hwi terlihat marah, Tae Woon pun berpura-pura kalau itu tak sengaja.
Keduanya mulai mengepel, Dae Hwi membalas dengan sengaja menabrak kain pel ke kaki Tae Woo, lalu meminta maaf kalau yang dilakukan tak sengaja. Tae Woon hanya bisa menahan amarahnya saja.
Keduanya mengangkat meja, Tae Woon menyuruh Dae Hwi agar bergerak ke kiri, Dae Hwi bergeser ke kiri. Tae Woon kesal kalau yang dimaksud, kiri dari dirinya dan mengumpat Dae Hwi itu bodoh.
“Hei. Apa dunia ini berputar mengelilingimu? Kenapa aku harus mengikuti kirimu dan kananmu?” ucap Dae Hwi kesal. Tae Woon menyuruh Dae Hwi tak banyak bicara dan bergeser.
Akhirnya ruangan kembali rapih dengan maja yang berjejer, Tae Woon keluar dari ruangan. Dae Hwi melihat tumpukan buku gambar dengan tulisan pada label “Ruang Seni, Kelas 10-3, Hyun Tae Woon” lalu membuka seperti takjub melihat gambar yang sangat bagus.
“Hei... Apa yang kau lakukan? Panggil Pak Guru.” Ucap Tae Woon tiba-tiba masuk. Dae Hwi yang gugup bergegas keluar untuk memanggil Guru Goo. 


Keduanya duduk sambil minum soda, Dae Hwi bertanya apakah Tae oon  sangat mencemaskan Eun Ho. Tae Woon mengaku kalau sangat Menyebalkan sekal melihat Eun Ho terluka dan Tidak masalah kalau hanya aku yang terluka asal jangan Eun Ho. Saat itu ponsel Dae Hwi bergetar, keduanya melihat nama Hee Chan yang muncul. Dae Hwi memilih untuk tak mengangkatnya.
“Apa Kau sudah menyelesaikan semua dengan dia? Apa Kau tidak akan menyesal?” ucap Tae Woon.
“Ya.. Aku sudah menghabiskan banyak waktu Dengannya jadi aku tahu beberapa kelemahannya.” Kata Dae Hwi
“Hee Chan, si gila itu. Dia terlalu pendiam. Ini saatnya dia membuat masalah.” Kata Tae Woon 

Kepsek Yang sibuk melihat semua petunjuk dan merasa yakin salah satu anak adalah yang paling mungkin menjadi X, dengan bangga kalau Titik terangnya mulai terlihat. Saat itu Hee Chan menemui mantan kepseknya. Kepsek yang bertanya ada ada datang menemuinya.
“Aku punya petunjuk besar tentang X yang sebenarnya.” Ucap Hee Chan. Kepsek Yang kaget kalau Hee Chan mengetahui Petunjuk besar tentang X. 

Kepsek Yang bertemu dengan Tuan Hyun memberitahu kalau  Eun Ho menggambar webtoon dengan Judulnya, "Murid X" menurutanya Itu tidak akan mungkin kalau Eun Ho itu tidak mengenal X secara pribadi.
“Kalau kau mengembalikan posisiku sebagai kepala sekolah, maka aku akan menangkap X dalam seminggu.” Ucap Guru Goo menyakinkan.
“Maksudmu kau akan segera menangkapnya, 'kan?” kata Tuan Hyun. Guru Goo mengangguk dengan sangat yakin. 

Dae Hwi baru saja keluar dari sekolah, Ibu Hee Chan melihat Dae Hwi yang mau pulang dengan nada angkuhnya mengajak masuk karena akan mengantarnya pulang. Hee Chan membuka pintu agar Dae Hwi bisa masuk. Dae Hwi dengan segenap hatinya langsung menolak karena ingin pulang jalan kaki saja. Tae Woon melihat dari kejauhan kalau Dae Hwi berusah menjauh dari Hee Chan. 

Dae Hwi heran melihat Tae Woon yang berjalan mengikutinya. Tae Woon pikir dirinya itu gila kalau mengikuti Dae Hwi tapi memang ingin pulang. Dae Hwi tahu kalau rumah Tae Woon ke arah yang berlawana. Tae Woon tahu tapi tetap ingin melewati jalan yang dilalui Dae Hwi.
“Apa yang terjadi dengan sepeda motormu?” tanya Dae Hwi
“Aku terlalu sering mengendarainya. Jadi dia sakit dan Sebelum semuanya jadi semakin parah tentu harus segera diperbaiki.” Ucap Tae Woon berjalan lebih dulu.
Dae Hwi tak habis pikir dengan Tae Woon mau kemana sebenarnya, Tae Woon menegaskan bahwa ingin pulang, Dae Hwi menujuk rumah Tae Woon yang berlawanan arah, Tae Woon pikir terserah dirinya kalau memang  ingin berjalan memutar pulang ke rumahnya. 

Guru Shim memberikan segelas teh pada Young Gun ingin tahu alasan  sering bolos, karena nanti bisa dikeluarkan. Young Gun pikir Keluarkan saja dari sekolah. Guru Shim kaget Young Gun malah memang sengaja ingin dikeluarkan.
“Datang ke sekolah juga tidak dapat apa-apa. Biar aku yang urus hidupku sendiri.” Ucap Young Gun. Guru Shim pikir bukan seperti maksudnya.
“Kalau kau sehebat itu, lakukanlah sesuatu. Kau merasa cemas. Makanya kau ke sekolah hanya dengan setengah hati. Karena kau ingin bersungguh-sungguh di sekolah.” Ucap Petugas Han. Guru Shim panik karena Petugas Han membuat anaknya seperti makin melawan.
“Kau ini pengecut. Kalau kau memang mau sekolah, maka lakukan dengan sepenuh hati Kalau tidak, bermainlah dan lakukan pemberontakanmu dengan benar.” Kata Petugas Han. Young Gun menyetujuinya lalu keluar dari ruangan dengan wajah marah kalau akan memberontak kalau begitu. Guru Shim panik memanggil Young Gun yang pergi.
“Tapi.. haruskah kau.. bicara sekejam itu padanya?” ucap Guru Shim heran
“Bagaimana dia bisa dewasa kalau tidak terluka? Kau sudah setuju.. untuk menggenggam tangan mereka saat sedang terluka. Bukan begitu?” jelas petugas Han. Guru Shim sempat binggung lalu menangguk setuju.
“Sepertinya kau sudah melakukannya.” Kata Petugas Han. Guru Shim merasa seperti itu tapi masih dibuat binggung.
Petugas Han berjalan di lorong melihat Young Gun dkk akan pergi lalu bertanya mau kemana mereka. Young Gun dengan sinis merasa kalau tak ada urusanya dengan petugas Han. Petugas Han pikir ada urusanya karena setelah ini kelasnya. Young Gun tahu kalau kelas mereka  selanjutnya adalah olah raga. Petugas Han membenarkan. 


Petugas Han membuat kelas gabungan dengan Guru Jung, memebritahu kalau Melakukan perlawanan untuk membela diri memang dianjurkan tapi lari lebih disarankan lagi dan tidak ada salahnya juga belajar bagaimana caranya an mengajak mereka untuk memulai
Ia meminta agar Guru Jung memeluk dari belakang, semua akan memberikan sahutan karena seperti keduanya sangat dekat. Guru Jung memberikan pelukan walaupun terlihat kaku. Petugas Han meminta aga Guru Jung memeluknya lebih erat. Guru Jung pun dengan senang hati melakukanya, tapi setelah itu Guru Jung langsung kena banting oleh Petugas Han.
“Selanjutnya adalah saat penjahatnya datang padamu dari depan.” Ucap Petugas Han menyuruh Guru Jung seperti mencengkram bajunya, dan kembali memberikan jurus untuk melawanya.
Eun Ho dkk hanya bisa bergidik karena pasti Guru Jung merasakan sakit karena dibanting beberapa kali. Petugas Han akhirnya menyuruh Young Gun akan mencobanya dengan melawan guru Jang. Guru Jang mulai bersiap dan Young Gun bisa membuat gurunya itu jatuh lemas. Petugas Han memuji Young Gun pintar dan  bisa jadi polisi.

Eun Ho baru pulang, Ibunya terlihat sangat marah pada ayah dan juga kakaknya. Tuan Ra dan Tae Sik hanya bisa tertunduk.  Ibu Eun Ho tak percaya keduanya yang menggunakan semua dana darurat. Tuan Ra mencoba menjelaskan maksudnya.
“Ibu, kami sudah memastikan semuanya. Kami sudah memeriksanya tanda pengenalnya Bagaimana bisa kami tidak percaya padanya?” Kata Tae Sik
“Apa kau kira penipu tidak akan mempersiapkan tanda pengenal? Dasar bodoh kalian. Kalian ini tolol sekali! Cepat tangkap dia!” ucap Ibu Eun Ho marah
“Apa Kakak kena tipu dan Ayah juga?” kata Eun Ho. Ibu Eun Ho langsung duduk menangis merasa hidupnya sangat busuk dan lebih memilih kalau mereka seharusnya menghabiskan uang untuk makan dan minum.
“Setidaknya uang itu tidak akan sia-sia karena dihabiskan untuk keluarga.” Ucap Ibu Eun Ho. Semuanya merasa kasihan pada ibu mereka karean mengecewakan kembali. 

Ibu Eun Ho menelp seseorang seperti ingin meminjam uang karean situasinya sangat kepepet, tapi malah di tutup begitu saja telpnya. Eun Ho pun menatap ibunya di luar restoran dan menghampirinya
“Ibu pasti kesal,  Kita harus membayar pinjaman bulanan mulai sekarang.” Ucap Eun Ho
“Astaga. Apa yang kau tahu soal urusan orang dewasa? Jangan cemas. Ibu yang akan mengurusnya.” Kata Ibu Eun Ho menenangkan anaknya.
“Dan bagaimana kalau malah Ibu yang hancur?” kata Eun Ho khawatir
“Kenapa juga Ibu harus hancur? Ibu 'kan masih punya keluarga kita. Pergilah belajar sana.” Kata Ibu Eun Ho.
Eun Ho pun berjalan masuk dan bisa mendengar ibunya berusaha mencari pekerjaan dengan bisa mulai bekerja pagi sekali, bahkan bisa mengupas bawang atau apa saja yang dibutuhkan oleh restoran. 

Eun Ho melihat daftar yang lulus les komik, Si pengajar melihat Eun Ho yang sudah berusaha sekeras jadi kenapa harus berhenti. Eun Ho menaku kalau tidak berhenti selamanya dan akan mendaftar lagi dalam beberapa bulan. Gurunya memberitahu kalau Berlatih itu penting.
“Tanganmu akan jadi kaku meski kau hanya berhenti selama 3 hari. Kalau kau ke sini setelah beberapa bulan, maka semua bakatmu akan hilang. Kalau kau berhenti sekarang, maka semuanya akan berakhir.” Ucap gurunya. Eun Ho hanya bisa diam saja. 

Eun Ho keluar dari kamar melihat kakaknya yang akan pergi, lalu menanyakanya. Tae Sik mengaku seperti tak punya tujuan tapi  harus melakukan sesuatu dan akan mencobanya hari ini, lalu apabila tak sanggup maka berhenti saja. Eun Ho menatap kakaknya berpikir kalau mau kerja jadi buruh.
Eun Ho pergi ke tempat paruh waktu mengambil brosur tapi meminta dua kali lipatnya. Si pegawai merasa khawatir karean Eun Ho juga harus belajar. Eun Ho pikir Tidak masalah karena akan melakukannya dengan cepat dan belajar.
Ia membawa kardus berisi selembaran untuk les, saat berjalan di ruang pendaftaran ada anak yang merengek pada ibunya kalau tak ingin les tapi selalu dipaksa untuk mendaftar. Eun Ho terlihat sedih karena ada anak yang menolak les, padahal orang tuanya mampu, sementara ia harus berkerja keras agar bisa les. Eun Ho hanya bisa menangis sendirian ditaman malam hari.  

Eun Ho membereskan semua barang di ruang kontainer. Tae Woon heran melihat Eun Ho yang  membawa banyak sekali barang seolah tidak akan kembali ke sini lagi. Eun Ho pikir Sementara waktu  akan sangat sibuk jadi tak mungkin datang. Tae Woon menaruh kembali kotak pensil ingin tahu ada apa memangnya.
“Komputerku di rumah rusak,  jadi sementara aku tidak akan menggambar webtoon. Aku akan belajar hidup dengan baik untuk sementara. Hidup macam apa yang bisa kupelajari dari ruangan sempit ini? Kalau aku mau jadi seniman webtoon yang baik, aku butuh pengalaman hidup.” Kata Eun Ho
“Hei. Apaan ini? Apa Jadi kau tidak akan kembali ke sini lagi?” ucap Tae Woon dengan nada tinggi
“Aku akan kembali, tapi tidak dalam waktu dekat. Begitulah. Aku akan sangat sibuk dan juga harus melakukan beberapa pekerjaan.” Kata Eun Ho dan Tae Woon melihat ada lembaran gambar komik yang dibuang. 

Eun Ho sibuk menghitung belanjaan di minimarket, tapi karena belum terbiasa membuatnya gugup dan membuat banyak antrian. Setelah itu seorang ibu yang ingin membeli rokok dibuat jengkel karena Eun Ho tak bisa mengambil rokok yang dirak.
Akhirnya Eun Ho keluar dari minimarket dengan punggung yang lelah, lalu dikejutkan dengan Tae Woon sudah ada didepan minimarket. Tae Woon mengaku sudah memeriksa semua swalayan di kota ini. Eun Ho hanya bisa diam saja. 

Tae Woon memberikan minuman di cafe, lalu bertanya alasan Eun Ho yang mendadak kerja sambilan dan Kerja di swalayan itu melelahkan. Eun Ho pikir sudah mengatakan bahwa butuh pengalaman hidup. Tae Woon ingin tahu alasan seorang anak SMA mempelajari kehidupan dengan cara sekejam itu.
“Anak SMA 'kan biasanya memang bekerja sambilan. Kau pasti tidak pernah membayangkan akan melakukannya.” Kata Eun Ho
“Jangan lakukan itu. Itu melelahkan dan kau harus melanjutkan webtoon-mu. Waktumu akan banyak terbuang. Dan Kau juga tidak akan punya waktu untuk belajar.” Kata Tae Woon. Eun Ho tahu 
“Makanya jangan lakukan.” Ucap Tae Woon. Eun Ho  merasa juga tidak mau melakukannya Tapi tidak punya pilihan.
“Hidupku tidak mudah seperti hidupmu.” Ucap Eun Ho
Tae Woon binggung sebenarnya ada apa dan apakah Eun Ho  tidak mau menggambar lagi padahal Itu impiannya dan kenapa malah  buang-buang waktu seperti ini. Eun Ho meminta maaf kalau keluarganya sedang ada masalah Jadi tidak bisa buang-buang waktu dan Komputernya rusak. Makanya tidak bisa menggambar lagi, dan.... Tae Woon hanya bisa menatap Eun Ho seperti menahan sesuatu. Eun Ho meminta agar meninggalkan sendiri dan pamit pergi. 


Dae Hwi pulang dengan bus, mengingat kembali ucapan Nam Joo yang menyukai sesuatu yang jujur dan Makanya tidak peduli meski harga diri mantan pacarnya diinjak-injak orang.
Flash Back
Nam Joo dudk sendirian di cafe, seorang pria datang memberikan minuman dan meminta nomor telpnya. Nam Joo terlihat binggung dan saat itu Dae Hwi datang dengan tatapan marah memberitahu kalau Nam Joo adalah pacarnya. Si pria meminta maaf mengambil kembali minuman dan bergegas pergi.
“Duduklah di depanku... Tidak nyaman belajarnya kalau begitu.” Ucap Nam Joo melihat Dae Hwi yang langsung duduk disampingnya
“Tidak... Mulai sekarang aku akan duduk di sebelahmu.” Kata Dae Hwi
“Astaga. Pacarku benar-benar membuatku merasa aman.”ejek Nam Joo. Dae Hwi mengaku kalau itu karena Nam Joo terlalu cantik.
“Aku jadi terganggu...Mulai sekarang pakailah kacamata masker dan topi. Mengerti?” ucap Dae Hwi. Nam Joo hanya bisa tersenyum melihat Dae Hwi yang cemburu.
Dae Hwi mengingat kenangan seperti merasakan sesuatu yang berbeda. 


Eun Ho berjalan ke taman mengingat saat duduk bersama Tae Woon, berpikir kalau Tae Woon yang punya impian baru. Tae Woon mengaku kalau Eun Ho yang membuat jantungnya berdebar.
“Melihatmu membuatku senang dan aku menikmatinya. Apa itu artinya kau  adalah impianku?” ucap Tae Woon
Tae Woon duduk di meja melihat note yang ditempal pada foto bersama Joong Gi dan Dae Hwi “Aku harap kau tidak lupa juga pada impianmu.” Lalu merasa kalau Eun Ho yang memintanya agar jangan menyerah lalu bergegas pergi dengan membawa sebuah kantung belanja. 

Eun Ho berjalan pulang melihat Tae Woon yang sudah menunggunya. Tae Woon mengatakan Tidak akan ada yang mati besok, dan langit juga belum runtuh jadi tak ada yang sulit. Ia tahu kalau komputer Eun Ho yang rusak,  jadi tidak bisa menggambar.
“Kalau begitu, menggambarlah dengan ini. Kalau begitu kau tidak perlu.. bekerja sekeras itu 'kan?” ucap Tae Woon memberikan laptopnya.
“Kenapa segalanya sangat mudah bagimu? Apa Kau kira luka orang lain, harga diri dan kerja keras adalah hal yang mudah? Siapa kau yang dengan seenaknya menganggap impian dan harga diriku sebagai hal yang mudah?” ucap Eun Ho marah
“Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin membantumu. Tidak mudah bagi orang lain melindungi impiannya sepertimu.” Kata Tae Woon.
“Yang kubutuhkan sekarang bukan kebaikanmu. Jadi Tae Woon, jangan datang lagi... Menjauhlah... Jangan berpikir untuk terlibat dalam masalah hidupku lagi dan Ini.. adalah jawabanku.” Kata Eun Ho lalu berjalan pergi. Tae Woon hanya diam saja seperti tak percaya Eun Ho tak mau menerima perasaanya.
Bersambung ke episode 12

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar