PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 03 Oktober 2017

Sinopsis Andante Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Shi Kyung bertemu dengan gurunya di kantor. Pak Guru memuji Shi Kyung  benar-benar beradaptasi di lingkungan ketika sampai didesa, menurutnya itu bagus, lalu memberitahu kalau ia dan Kim Bom melewati "pengalaman kematian" dan ia sekarang harus melakukannya sendiri.
“Apa aku harus melakukannya?” tanya Shi Kyung ragu. Pak guru membenarkan.
“Hal lain bersifat opsional,  tapi ini wajib bagi semua junior. Peraturan sekolah.” Kata Pak Guru.
“Astaga, aku punya trauma di peti mati.” Kata Shi Kyung. Pak guru pikir belum pernah mendengarnya. Shi Kyung menyakinkan kalau memang memiliki itu.
“Baiklah, aku tidak bisa memaksamu. Mari kita pikirkan itu dan Ada tugas. Kau harus datang dengan batu nisan.” Kata Pak Guru. Shi Kyung kaget apakah itu Batu nisan. 

Ibu Shi Kyung mengeluarkan semua bahan makanan diatas meja. Bibi Oh masuk rumah kaget karena tahu kakaknya yang tidak punya uang tapi membeli bahan makanan begitu banyak. Nyonya Oh tahu tapi menurutnya harus mendapatkan poin dengan Ibu mertuanya.
“Apa Dengan kemampuan memasakmu?” ejek Bibi Oh. Nyonya Oh bertanya Apa masakannya buruk?
“Tidak, maksudku anak-anak dan aku tidak punya  pilihan selain memakannya.” Kata bibi Oh.  Nyonya Oh makin kesal adiknya mengatakan Tidak ada pilihan.
“Kau membuat makanan sendiri mulai hari ini.  Apa artinya "tidak ada pilihan"?” kata Nyonya Oh.
“Tidak, maksudku makananmu sesuai dengan selera kita, tapi...” kata Bibi Oh seperti serba salah.
“Aku tahu. Ibu mertuaku itu pilih-pilih makanan. Dia seorang juru masak yang hebat,  jadi kurasa dia juga pemilih. “ kata Nyonya Oh
“Kenapa tidak memasak sesuatu yang dia tidak tahu  daripada sesuatu yang dia bisa masak?” kata Bibi Oh.
“Apa ada sesuatu yang bagus untuk dibuat?” tanya Nyonya Oh. Bibi Oh menjawab ramen. Nyonya Oh pikir tak perlu membahasnya lagi.
“Biar aku coba dulu. Kau tak pernah tahu. Aku bisa memenangkannya, dan dia mungkin  menyerahkan dapur itu padaku. Dia mungkin membiarkanku mengelola rumah tangga.” Kata Nyonya Oh yakin
“Saudariku pasti sudah tua. Dia menolak situasi yang sedang dia hadapi.” Ejek  Bibi Oh.
“Diamlah dan bantu aku memasak. Anggap saja seperti menyiapkan makanan untuk royalti. Aku akan menang dengan pikiran yang  kumasukkan ke dalamnya.” Kata Nyonya Oh.
Bibi Oh pikir memang terkadang makananknya  enak dan Hari ini bisa jadi hari yang baik jika beruntung. Nyonya Oh menyuruh masuk saja kalau memang tak mau menolongnya. 


Mereka makan malam bersama, Nenek Yoon mencicipi masakan yang dibuat oleh menantunya. Ibu Yoon dengan penuh semangat ingin tahu komentarnya. Apa makanannya sesuai dengan keinginannya. Nenek Yoon menunjuk ke arah sup yang asin lalu lauk yang  Tidak ada rasanya menurutnya Rasa makanan yang dibuat Nyonya Oh ada di mana-mana.
“Apa tidak tahu makanan apa yang kau sukai?? Kau tidak tahu apa-apa saat menikah 20 tahun yang lalu. Tidak ada yang aneh dengan seleraku. Kau memberi mereka makanan seperti ini dan Tak heran anak-anak sangat kurus.” Ucap Nenek Yoon sinis. Nyonya Oh pun hanya bisa diam saja.
“Nenek.. Apa yang akan kau masukkan  ke batu nisanmu saat kau mati?” tanya Shi Kyung.
“Hei, Lee Shi Kyung. Pertanyaan kasar macam apa itu yang kau tanya pada nenekmu?” kata Ibunya menegur.
“Ini untuk PRku... Aku harus membuat batu nisanku dan batu nisan keluargaku.” Kata Shi Kyung, Nenek Yoon pikir tak masalah.
“Di kota ini, kita berbicara tentang orang  yang sekarat saat kita makan. Aku akan dikremasi, jadi tidak  membutuhkan batu nisan.” Kata Nenek Yoon.
“Tapi Tetap saja, jika kau punya satu,  jadi tulisannya apa?”tanya Shi Young penasaran.
“Aku bilang aku akan dikremasi!” kata Nenek Yoon dengan nada tinggi dan lantang. Shi Young mengeluh pada neneknya tidak mengatakan apapun pada Shi Kyung dan malah marah padanya padahal mereka menanyakan hal yang sama.
“Hentikan itu. Aku sudah menyuruhmu untuk tidak memanggilnya Shi Kyung.” Ucap Nenek Yoon karena seperti tak sopan. Shi  Kyung tersenyum bahagia karena dibela oleh neneknya. Shi Young marah memilih untuk masuk kamar. Ibunya meminta anaknya untuk kembali makan.
“Dia tidak punya sopan santun... Sama sepertimu.” Ucap Nenek Yoon menyindir ibu mertuanya.
“Ibu, kapan aku pernah...” kata Nyonya Oh lalu seperti tersadar kalau baru saja melawan orang tuanya. 



Shi Kyung seperti kebinggungan dalam kamar dan ingin mendengar sesuatu diluar kamar menurutnya tempat ini sangat gelap, dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang bahkan harus memikirkan sebuah batu nisan.
“Aku tidak dapat mendengar satu hal pun. Malam hari di kota pedesaan membuatku merasa tercekik.” Gumam Shi Kyung dan saat itu adiknya masuk langsung memberikan ubi rebus. Shi Kyung memarahinya karena menyuruhnya agar mengetuk pintu lebih dulu.

“Aku sangat bosan hingga bahkan hampir senang melihat Shi Young.” Gumam Shi Young seperti masih ada kehidupan.
“Pasti bagus jika punya kamar sendiri.” Ejek Shi Kyung lalu keluar dari kamar setelah melepar ibu. Shi Kyung hanya bisa berteriak marah merasa kalau hidupnya sama seperti ubi jalar, lalu melihat tulisan di figura ayahnya [Aku tahu jika aku tinggal cukup lama,  hal seperti ini akan terjadi.]

Pak Guru menulis di papan tulis, Shi Kyung binggung karena tulisan batu nisanya ditulis di papan lalu berpikir tertangkap karena sedang menyalin tulisan Ayah. Lalu bertanya pada Eom Yong Gi, apakah pendapat tentang kalimat di papan.
“Kau menulisnya dengan sangat buruk.” Ucap Yong Gi memicingkan matanya untuk mengejek. Semua anak pun tertawa
“Ya, tulisanku berantakan. Tapi, katakan bagaimana perasaanmu tentang apa yang tertulis di sana.” Kata Pak guru.
“Sedang dalam pelarian. Jika seseorang tidak bisa melarikan diri dan tertangkap, dia mungkin akan mengatakan hal seperti itu.” Kata Yong Gi
“Itu adalah interpretasi yang menyenangkan. Jadi seperti kamu, Eom Yong Gi. Selanjutnya, Lee Shi Young.” Kata Pak Guru.
“Sepertinya hidup orang lain... Melekat, hidup senang, dan saat hidup berakhir... Kupikir itulah yang akan dia katakan.” Jawab Shi Young. 
“Aisshh.. Lihatlah dia yang terang-terangan menghinaku. Dia benar-benar” gumam Shi Kyung marah. Pak guru pun bertanya siapa yang dimaksud.

“Dia mungkin tahu siapa dia. Dia mungkin sudah sangat marah sekarang.” Kata Shi Young. Pak Guru pun ingin tahu  pendapat Park Ga Ram.
“Aku tahu yang ini... Ini batu nisan Bernard Shaw.” Kata Ga Ram. Shi Kyung kaget mendengarnya bahkan tak bisa mengulang nama dengan lafal inggris. Pak guru bertanya siapa Bernard Shaw.
“Dia adalah seorang penulis Inggris yang memenangkan Hadiah Nobel. Dia adalah seorang penulis sampai usia 94 tahun. Dia menikmati humor, kecerdasan, dan sindiran. Aku pribadi berpikir bahwa karyanya lucu dan nakal.” Ucap Ga Ram. Semua terkesia medengar jawaban Ga Ram. Pak guru meminta mereka agar bisa Tepuk tangan.
“Sama seperti yang Ga Ram katakan, kutipan ini... Adalah yang tertulis pada batu nisan Bernard Shaw. Tapi, seseorang di kelas kita menggunakan ini untuk batu nisannya. Dia memakainya seperti ini. Jadi Bernard Shaw yang palsu bisa mengajukan yang baru. Itu tidak perlu unik, tapi ada yang jujur, mengerti?” kata Pak Guru.
Saat itu Bom masuk tanpa banyak berkata-kata langsung duduk dikursi kosong. Shi Kyung langsung terkesima. Pak Guru melihat Bom datang,  menyuruh keduanya datang ke kantornya setelah kelas berakhir dan memberitahu kalau Ada pernikahan di rumah sakit jadi Siapa saja yang punya waktu meminta agar bisa bantu.
Ga Ram eminta mereka agar Datang padanya untuk mendaftar menjadi sukarelawa, Pak guru lalu  memanggil ketua kelas.  Seok Joo Yeon berdiri untuk memberi aba-aba agar memberikan hormat pada guru. Setelah Pak guru keluar, Shi Kyung langsung mengejak kalau kakaknya itu adalah Bernard Shaw. Shi Young berusaha menyangkal, tapi semua temanya seperti percaya dan langsung mengejeknya.


Shi Kyung menatap tulisan ayahnya, mengeluh pada ayahnya yang tidak menandainya biar tahu kalau itu kutipan, karena membuat anaknya terlihat seperti orang bodoh. Shi Young masuk dengan mengejek memanggilnya Bernard dan bertanya apa yang dilakukanya. Shi Kyung kesal menyuruh adiknya untuk keluar saja.
“Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa mengetuk?” keluh Shi Kyung.
“Bernard, apa yang terjadi di kantor dengan gadis itu, Kim Bom? Dia tidak datang.” Kata Shi Young.
“Dia datang ke sekolah saat dia mau dan hanya jika dia menginginkannya. Apa yang dia lakukan?” ejek Shi Kyung
“Apa kau punya hak untuk mengatakan itu?” ejek Shi Young. Shi Kyung membela diri kalau ia tidak seburuk itu...
“Kim Bom juga dipindahkan ke sini dan Ternyata, dia sangat aneh. Hei.. Bernard, anak-anak akan membeli beberapa barang untuk pernikahan besok. Apa kau mau pergi?” kata Shi Young
“ Kenapa aku pergi? Karena hari Sabtu, aku akan bermain game...” kata Shi Kyung
Shi Young mendengar kakaknya yang menyampaikan surat dan membuat mereka menikah. Shi Kyung kesal adiknya terus saja memanggilnya  Bernard menurutnya Tidak seperti itu tapi hanya menjalankan tugas untuk seseorang.Shi Young makin mengejak kelau Bernard tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bijaksana. Shi Kyung langsung mendorong adiknya untuk keluar dari kamar.
“Bernard, masih banyak yang harus kukatakan.” Ucap Shi Young.
“Keluar. Berhenti memanggilku Bernard!” teriak Shi Kyung kesal.


Malam hari
Nenek Yoon terus mendengkur dengan keras, Shi Young tak bisa tidur akhirnya menyalakan lampunya. Nenek Yoon akhirnya terbangun karena merasakan lampu menyala. Shi Young pergi ke dalam lemari seperti mengambil sesuatu. Nenek Yoon pun dibuat kaget melihat Shi Young mengunakan topeng.
“Oh, kenapa kau tidak tidur? Kupikir jantungku akan berhenti.” Keluh nenek Yoon. Shi Young mengeluh tidak bisa tidur.
“Kau menyalakan lampu dan mengenakan masker, jadi bagaimana kau bisa tidur?” kata Nenek Yoon. Shi Young mengaku menyalakan lampu karena tidak bisa tidur.
“Kau harus mematikan lampu agar bisa tidur adji Matikan lampu sekarang, dan masukkan masker itu.” Kata Nenek Yoon..
“Nenek, tidak bisakah kau berhenti mendengkur?” keluh Shi Young. Nenek Yoon menyangkal kalau tak mendengkur.
Shi Young berani berkomentar dengan mengatakan “Heol”. Nenek Yoon pikir omongan bodoh apa dan berpikir itu kata umpatan. Shi Young mengatakan kalau bukan seperti itu tapi Itu hanya sebuah pepatah. Nenek Yoon mengaku saja dengan mengejek kalau tak menikmatinya.
“Nenek, kau membuatku mengatakan "Heol” keluh Shi Young
“Aku belum pernah melakukannya. Cepat, dan matikan lampu.” Tegas Nenek Yoon
“Aku tidak mau. Kau akan mulai mendengkur lagi jika aku melakukannya.” Kata Shi Young
“Nyalakan lampu sepanjang malam dan Kau bisa pakai masker sepanjang malam dan mengatakan "heol" kapanpun kau inginkan.” Kata Nenek Yoon tak peduli lalu kembali tertidur. 


Shi Kyung keluar dari rumah melihat Ga Ram datang dengan sepedanya. Ga Ram heran melihat Shi Kyung masih tidur. Shi Kyung pikir kalau Ini hari Sabtu. Ga Ram tahu kalau Shi Kyung tidak perlu melakukan apa-apa di malam hari, karena tidak punya komputer.
“Tidur larut malam adalah kebiasaan, jadi aku tidak bisa tertidur.” Kata Shi Kyung
“Kau pergi ke pasar hari ini, kan? Aku ingin pergi juga dan ingin melihatnya.” Shi Young keluar rumah sudah berpakaian rapih
“Tentu. Bagaimana denganmu, Shi Kyung?” kata Ga Ram. Shi Kyung engejek kakaknya, bernard yang tak mau ikut, Shi Kyung pun setuju akan datang.
“Aku sudah menyuruhmu untuk menghentikan itu.” Kata Shi Kyung kesal lalu masuk ke dalam rumah. Ga Ram  bertanya apakah Shi Kyung punya jas. Shi Kyun binggung kenapa ia membutuhkan jas. 

Mereka semua pergi ke pasar, Shi Kyung mengeluh kalau ini tak masuk akal karena harus berjalan menyusuri lorong. Ga Ram memberitahu Pengantin wanita tidak punya orang tua atau saudara kandung. Joo Yeon pikir wanita itu akan menikah berkat Lee Shi Kyung jadi itu sebebanya memilih dia. “Banyak hal yang tidak masuk akal terjadi di rumah sakit.” Kata Ga Ram. Shi Kyung pikir Ia Bukan adalah keluarganya.
“Aku akan melakukannya dengan senang hati jika aku jadi kau. Kau tidak tahu kapan dia bisa mati.” Kata Min Suk
“Mungkin sulit bagimu untuk mendapatkan jas. Kau sangat tinggi.” Kata temanya berkacamata
“Bukankah itu salah satu setelan Ayah yang di rumah? Dia juga tinggi.” Pikir Shi Young.
Shi Kyung tak tahu adiknya mengingat hal itu. Shi Young mengejek kakaknya bahkan tak tahu, dengan mengejeknya Bernard. Shi Kyung kesal mencubit pipi adiknya kalau sudah menyuruhnya untuk berhenti. Shi Young pun membalasnya, dua temanya hanya bisa mengeleng melihat kelakuan adik dan kakak. 


Bibi Oh melihat pemukul kayu di tanganya merasa kalau Mereka pasti sudah menggebrak cucian dengan ini. Nyonya Oh sambil melipat baju merasa harus mulai bekerja. Bibi Oh pikir apa Tidak ada pekerjaan. Nyonya Oh mengejek kalau adiknya itu juga harus berkerja dan menyuruhnya agar Pulang saja ke Pulau Jeju.
“Tidak, aku tidak bisa melakukan itu. Ibu akan mencoba menjebakku dengan laki-laki. Aku mohon Tunggu saja, aku akan segera mendapat kontrak.” Pinta Bibi Oh.
“Hei, kita punya saudara perempuan lainnya. Kenapa kau hidup denganku?” kelu Nyonya Oh.
“Aku paling nyaman denganmu.” Kata Bibi Oh. Nyonya Oh pikir itu dianggap sebagai penyokong hidupnya. Bibi Oh menyakinkan kalau itu tidak benar.

Saat itu Shi Young masuk membawa sebuah jas dan memastikan kalau itu jas milik ayahnya. Nyonya Oh bertanya dimana menemukanya karena suaminya itu sudah memakainya sejak lama. Shi Young mengatakan kalau Itu ada di lemari nenek.
“Ini akan cocok dengan Shi Kyung, bukan?” kata Shi Young. Bibi Oh bertanya kenapa Shi Kyung butuh jas.
“Apa Kau belum dengar? Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Shi Kyung adalah bintang dari sebuah dongeng.” Kata Shi Young. 

Saat itu Nenek Yoon masuk melihat dengan sinis kalau itu jas Shi Yoon dan memarahi karena Shi Young mengambil itu. Shin Young mengaku kkalau perlu menggunakannya untuk sesuatu. Jadi bertanya apakah  menggunakannya, Nenek Yoon ingin tahua apa yang lakukan dengan itu dan berpikir akan membuangnya.
“Tidak, Shi Kyung akan memakainya.” Ucap Shi Young. Nenek Yoon kaget kalau Shi Kyung akan memakai jas.
“Apa itu sesuai dengan dia? Itu perlu disetrika.” Kata Nenek Yoon lalu menatap Nyonya Oh kalau perlu bicara denganya. 

Keduanya duduk di dalam kamar. Nenek Yoon langsung bertanya pa yang direncanakan. Nyonya Oh pun balik mengenai apa. Nenek Yoon mengatakan dengan sinis kalau Nyonya Oh menghabiskan sepanjang hari di rumah... Apa uang tumbuh dari tanah atau turun dari langit.
“Aku mencari pekerjaan, tapi tidak ada yang cocok.” Kata Ibu Oh.
“Kau belum cukup menderita. Apa kau dalam posisi untuk memilih?” kata Nenek Yoon
“Tetap saja, ada pekerjaan yang akan aku hadapi dan pekerjaanku akan menjadi buruk.” Kata Ibu Oh
“Apa ini saatnya bagimu untuk memilih pekerjaan? Pergi ke rumah sakit dan bantu di sana.” Tegas Nenek Yoon. 

Ibu Oh memasangkan dasi untuk anaknya, seperti bangga melihat Shi Young yang gagap memakai jas, lalu menatapnya. Shi Kyung pikir kalau ada yang aneh dengan pakaianaya. Nyonya Oh mengatakan tak ada menurutnya Setelan Ayah Shi Young sangat cocok untuk anaknya, walaupun agak kuno.
“Kenapa itu penting? Aku hanya akan memakainya sekali. Dan Kenapa kau repot-repot datang kesini? Apa kau punya urusan di sini?” ucap Shi Kyung. Ibunya mengatakan bukan itu. 



Saat itu Ga Ram datang bertanya apakah Shi Kyung sudah siap. Shi Kyung balik bertanya apa ia harus pergi sekarang. Ga Ram mengangguk kalau Shi Kyung untuk  bawa pengantin wanita dan keluar ke lobi.
“Kudengar ada lagu ucapan selamat. Siapa yang menyanyikannya? Bibiku adalah penyanyi yang baik.” Kata Shi Kyung
“Pengantin mempersiapkan sesuatu.” Ucap Ga Ram
Upacara penikahan dimulai, semua anakn mengikutinya bahkan nenek Yoon. Shi Kyung mendorong kursi roda pengantin masuk ke altar layaknya sebagai  ayahnya. Setelah itu memberikan pada calon suami, si tentara yang menitipkan surat. Lagu yang dikumandangkan pun terdengar, dengan mata berkaca-kaca pengantin pria menyanyikan dengan merdu. 


Di lorong rumah sakit
Dokter binggung karena Nyonya Oh menanyakan pekerjaan yang berhubungan dengan Seorang terapis seni dan menurutnya itu bukan sesuatu yang mereka butuhkan saat ini, lalu bertanya apakah punya lisensi sebagai perawat rumah sakit. Nyonya Oh mengaku tak punya.
“Kita membutuhkan perawat, orang untuk membersihkan, memasak, dan mencuci pakaian. Tempat ini begitu jauh sehingga orang tidak mau datang ke sini.” Kata Dokter
“Apa pekerjaan embersihkan dan mencuci bisa dilakukan dengan segera?” kata Ibu Oh. Saat itu Shi Young baru keluar melihat ibunya ternyata sedang mencari pekerjaan di rumah sakit.
“Tapi, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan siapapun juga. Pekerjaan di sini bisa sangat sibuk. Sulit bagi semua orang jika ada satu orang berjuang.” Kata Dokter.
Tiba-tiba dokte lain bergegas dan memberitahu si dokter perempuan kalau  Lee Myung Ji sedang mengalami keadaan darurat. 


Min Suk menceritakan Myung Ji pingsan tepat setelah pernikahan. Dan benar-benar mengkhawatirkannya. Joo Yeon pun juga kaget tapibersyukur kalau tidak dalam bahaya sekarang dan menyakinkan kalau pasti baik-baik saja. Min Suk juga yakin karena Mereka sangat mencintai satu sama lain.
“Omong-omong, kakakmu... Kudengar Shi Kyung adalah kakakmu.” Kata Temany yang berwajah bulat. Shi Young bertanya apakah kakaknya yang mengatakan hal itu.
“Tidak, Ga Ram memberitahuku. Dia terlihat sangat tampan di sana. Ketika dia mendorong kursi roda pengantin wanita, dia benar-benar hebat...” kata si wanita kagum.
“Kau benar-benar akan menyesal mengatakannya nanti... Tunggu saja sebentar... Kau akan segera melihat sifat sejati Bernard.” Kata Shi Young.
Bom masuk rumah sakit seperti sangat dingin tanpa menyapa teman-temanya,  mereka pun kaget karena tidak biasa melihatnya di rumah sakit dan bertanya-tanya kenapa ada diruma sakit. 

Ga Ram merasa bersyukur karena Myung Ji tidak lagi dalam bahaya.  Shi Kyung seperti masih khawatir memastikn keadaan Myung Ji baik-baik saja. Ga Ram pikir mereka tidak pernah tahu di rumah sakit. Shi Kyung pikir Myung Ji baru saja menikah jadi harus hidup lama. Ga Ram pun setuju.
“Kenapa kau tidak melakukan "Pengalaman Kematian" sekarang?” kata Ga Ram
“Apa aku harus melakukan itu? Apa yang terjadi jika aku tidak mau?” kata Shi Kyung. Ga Ram mengaku tahu tahu.
“Tidak ada yang pernah mengulurkan tangan dan menolak.”kata  Ga Ram. 

“Sejujurnya... Aku tidak pernah trauma pada peti mati. Aku mungkin terlalu malas untuk melakukan semua ini. Menemukan makna dalam hal seperti ini.” Gumam Shi Kyung akhirnya terpaksa berbaring di peti mati.
“Aku akan menutup peti mati itu. Istirahatlah dengan nyaman. Jangan memaksakan diri untuk memikirkan batu nisanmu.” Kata Ga Ram menutup peti mati lalu menerima pesan di ponselnya.
“Aku meminta Lee Shi Kyung, Dengarkan saja... Baru saja ... Lee Myung Ji meninggal dunia, Dia ingin kau tahu bahwa dia bersyukur.” Ucap Ga Ram dan Shi Kyung langsung keluar dari peti mati.
“Aku benar-benar membenci hal semacam ini. Apa yang aku lakukan? Apa bedanya jika aku berbaring di peti mati ini dan memikirkan batu nisanku? Aku hanya ingin pergi ke sekolah dan tidur di kelas. Aku ingin bermain game di warnet. Aku hanya ingin hidup seperti itu.” Ucap Shi Kyung kesal saat itu Bom ada didalam peti mendengarnya.
“Kenapa aku berbaring di sini? Kenapa aku harus mendengar tentang kematian seorang mempelai yang baru saja menikah? Dia sangat senang menerima surat itu. Kenapa aku harus mendengar tentang kematiannya!” kata Shi Kyung kesal

Saat itu Bom keluar dari peti mengeluh Shi Kyung itu sangat berisik. Keduanya melonggo karena ternyata ada Bom di dalam peti. Bom mengeluh kalau Shi Kyung itu membuatnya melupakan tulisan batu nisan yang di pikirkan. Shi Kyung melonggo binggung. Bom menyurh Shi Kyung agar melakukan tugas itu untuknya. 

Shi Kyung dengan seragam sekolahnya berjalan ke ruangan tempat terakhir Myung Ji menangis menerima surat darinya lalu menarik tanganya dan mengucapkan terimakasih.
“Air mata hangat, Tangan hangat. Seseorang dengan senyum cerah, sekarang hilang dari dunia ini. Tapi Tetap saja, pagi hari selalu seperti biasa”
Lalu Ia pergi ke bagian lobby rumah sakit, terakhir kali Myung Ji melakukan pernikahanya dengan pria yang dicintainya. Seperti ada rasa bahagia, tapi di hari itu juga Myung Ji menghembuskan nafas terakhirnya. 

“Seperti aku, yang masih hidup, Aku membuka mataku untuk aroma sup kedelai.” Gumam Shi Kyung sudah lelah tertidur dikamarnya. Terdengar suara ibunya memanggil untuk bangun dan makan.
Ibunya membuka tutup panci memberitahu kalau ada Rebusan kedelai hari ini spesial, jadi nikmati saja. Shi Young pikir Rebusan kedelai tetaplah rebusan kedelai lalu mencoba kuahnya dan matanya langsung melotot, kalau itu Luar biasa. Lalu bertanya apakah ibunya yang membuatnya. Nyonya Oh mengaku kalau Nenek Yoon yang memasak. Shi Young mengejek itu Pantas saja.
“Shi Kyung, kamu coba juga.” Kata Nenek Yoon. Shi Young memberitahu kalau Shi Kyung tidak menyukai rebusan kedelai.

“Coba satu sendok saja. Ini bukan rebusan kedelai yang sangat enak.” Kata Nenek Yoon. Shi Kyung dengan malas mencobanya lalu melotot kaget
“Bagaimana bisa rasa kedelai seperti ini? Ini adalah seni...?” kata  Shi Kyung. Shi Kyung pikir kalau  rebusan kedelai tak pernah dibuat Ibu mereka.
“Aku masih hidup dan masih nafsu makan juga.” Gumam Shi Kyung dan sangat lahap memakan masakan buatan neneknya.
“Kau terlihat seperti benar-benar menikmatinya. Melihat seberapa baik kau makan, cucuku akan hidup dengan baik. “ kata Nenek Yoon tersenyum bahagia.
“Kau pasti tahu makanan enak.” Ejek Shi Young ingin mencoba bersama bibinya. Tapi Nenek Yoon langsung mendekatkan panci pada Shi Kyung agar bisa menghabiskanya.
“Tidak peduli berapa banyak yang kau makan, kau tidak akan bosan dengan itu.” Kata Nenek Yoon. 



Shi Young lalu mengaku pada ibunya Ibu kalau Lee Shi Kyung pergi ke warnet kemarin. Nyonya Oh mengomel anaknya melakukan lagi, Nenek Yoon menyuruh menantunya berhenti dengan menyindir kalau Manusia bahkan tidak mengganggu seekor anjing saat sedang makan dan menyuruh agar cucunya makan sampai kenyang.
“Ibu, apa kau memberi uang pada Shi Kyung? Dia tidak punya uang untuk warung internet.” Keluh ibu Shi Young.
“Warnet atau apapun itu, aku bilang berhenti saat sedang makan.” Ucap Nenek Yoon.
“Ini tidak akan terjadi lagi.. Lee Shi Kyung, kau tidak aka mendapatkan uang saku mulai hari ini.” Kata Nyonya Oh. Shi Kyung berteriak mengeluh pada ibunya.
“Kau tidak bisa memberikan uang pads Shi Kyung nanti.” Kata Nenek Yoon membela

“Kenapa aku harus mendengarkanmu? Ibu, dia akan berada dalam masalah.” Kata Ibu Shi Kyung
“Kau berada dalam masalah yang lebih besar, menurut pendapatku. Kenapa kau tidak bisa mempercayai anakmu sendiri? Dia anak Shi Yoon. Aku yakin dia bisa mengurus dirinya sendiri.  Jangan ganggu dia!” tegas Nenek Yoon membela. Shi Kyung senang karena dibela oleh neneknya.
“Kau tidak bisa mempercayai suamimu, dan kau mengganggunya.” Sindir Nenek Lee.
“Aku mencemaskannya Karena dia putra Lee Shi Yoon.” Balas Nyonya Oh dengan nada tinggi.

Nenek Lee seperti merasakan kepalanya sangat sakit, berpikir kalau sudah cukup hari ini dan merasa bisa bernapas karena punya dua lubang hidung. Shi Young pun menyindir neneknya kalau bilang manusia bahkan tidak mengganggu anjing saat sedang makan. Nenek Yoon tak habis pikir kalau cucunya bisa berkata seperti itu padanya. 

“Bagiku, siapa yang masih hidup...Aku benar-benar butuh uang untuk pergi ke warnet hari ini.” Gumam Shi Kyung mencari keseluruh ruangan agar bisa menemukan uang peninggalan ayahnya.
Ia mengeluh kalau tak ada satu koin pun didalamnya,  lalu matanya melihat ke arah koleksi piringan hitam milik ayahnya. Pagi hari, Shi Young seperti biasa tertidur didalam bus dengan mulut terbuka.
Yong Gi berdiri didepan Shi Kyung dengan sudut piringan hitam mengenai pahanya karena bus melewati jalan yang bergelombang. Bus berhenti, Bom turun dengan sengaja mendorong Shi Kyung yang berdiri didepan pintu.
Tanpa sengaja bagian piringan hitam langsung menyentuh bagian selangkangan Yong Gi. Shi Kyung berjalan ke bagian jendela bus dan mengeluarkan kepalanya. Bom melihat Shi Kyung yang terang-terangan menatapnya.
“Ada apa dengan dia? Wajahnya berbeda setiap kali melihatnya. Dia melakukan sesuatu yang aneh setiap kali aku melihatnya. Lihatlah dia sekarang. Dia membuatku mengerjakan PR-nya. Kemana dia?” gumam Shi Kyung benar-benar terpana dengan Bom
Bersambung ke episode 3

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar