PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 24 Oktober 2017

Sinopsis Andante Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Shi Kyung terlihat senang karena akan pergi dengan Bom dan mereka juga bisa melihat laut. Bom melihat ponselnya berdering dan itu telp dari  Shi Kyung yang diberi nama “Bernard” lalu menerima sebuah pesan “ Mari kita melihat laut. Aku akan menunggumu pada hari Sabtu jam 8:00 pagi di terminal.” Saat itu juga ibunya menelp tapi Bom seperti enggan mengangkatnya. 

Nyonya Oh melihat Tuan Kim yang sudah mengunakan setelah jas dan tampak sangat cerita, tak terlihat seperti orang sakit dan ingin bunuh diri. Ia pun membahas tentang ibu Tuan Kim yang akan datang. Tuan Kim membenarkan.
“Kudengar dia tidak bisa datang sendiri. Kurasa ada yang membawanya kesini. “ kata Nyonya Oh
“Ya, tapi aku tidak tahu siapa itu.” Kata Tuan Kim
“Aku akan berterimakasih kepada siapa pun itu. Kau pasti bersemangat.” Kata Nyonya Oh
“Aku tidak bisa tidur, bahkan untuk mengedipkan mata. Jujur saja, aku masih tidak percaya ini benar-benar terjadi.” Ungkap Tuan Kim.
“Aku merasa lega melihat cuaca yang sangat bagus.” Kata Nyonya Oh terlihat ikut senang melihat Tuan Kim. 

“Perjalanan kami ke laut sangat berbeda dari apa yang semula aku bayangkan.” Gumam Shi Kyung sudah sampai di halte bus.
Saat itu Shi Kyung baru keluar rumah, ibunya tiba-tiba datang mengeluh Shi Kyung yang  tidak menjawab teleponnya dan mengajak bicara di dalam. Shi Kyung mengatakan harus pergi ke suatu tempat sekarang. Ibunya terlihat marah karena berangkat pagi-pagi hanya untuk menemuinya jadi menyuruh untuk segara masuk ke dalam rumah. 

“Ibu mendapat telepon dari sekolah dan mendengar kalau kau beberapa hari tidak berangkat sekolah. Kenapa kau di sini jika tidak ingin sekolah? Apa karena ayahmu yang hebat itu?” ucap Ibunya marah setelah masuk kamar anaknya.
“Jika aku tidak di sini, apa yang bisa Ibu lakukan untukku? Apa yang akan Ibu lakukan? Yang harus kulakukan adalah tetap berada di luar penglihatan Ibu. Kenapa Ibu bersikap seperti ini?” kata Bom marah. Ibu Shi Kyung tak percaya anaknya bisa mengatakan hal itu.
“Apa aku pernah meminta sesuatu pada Ibu? Ibu tidak tertarik padaku, jadi kenapa Ibu melakukan ini padaku? Apa Karena kau adalah ibuku atau Karena kita keluarga?” ucap Bom meluapkan semuanya. Ibu Shi Kyung kaget anaknya bisa mengatakan hal itu.
“Aku tidak tahu apa arti sebuah keluarga. Ibu membesarkanku seperti ini, jadi apa yang Ibu harapkan dariku?” kata Bom
“Apa yang akan kuharapkan? Hiduplah seperti siswi SMA biasa. Dengan Pergi ke sekolah, belajar, dan jangan membuatku kesal.” Kata Ibu Shi Kyung
“Apa itu yang tampak normal bagi Ibu? Hal seperti itu sangat sulit bagiku. Apa kau tahu yang diharapkan?” kata Bom. 


Shi Kyung sudah menunggu di halte merasa sedih karena tidak datang dan hatinya terasa seperti musim dingin. Ia pun menariki bus measa Pada akhir perjalanan ini, seperti telah dikhianati. Bom berlari ke halte bus dengan sepeda motornya, tapi tak bisa menemukan Shi Kyung.

Di rumah sakit
Dokter menanyakan keadaan Tuam kim lebih dulu,  dan meminta agar menaarik napas dalam-dalam. Tuan Kim terlihat tegang sebelum masuk ke dalam ruanga mengikuti petunjuk dokter, lalu pintu pun bergeser. Terlihat seorang wanita tua dengan pipi yang bersemu merah.

Tuan Kim langsung bersimpuh di kaki ibunya, memohon ampun. Ibunya pun menangis memeluk anakya yang sudah lama tak ditemuinya. Nenek Kim dan Nyonya Oh melihat kalau Shi Kyung yang membawa ibu Tuan Kim sampai kerumah sakit.
“Aku melihat kedua orang itu menangis keras sekali. Ada sesuatu yang membuatku merasa kasihan. Dan juga... Aku tahu... apa yang perlu kukatakan pada Bom.” Gumam Shi Kyung keluar dari ruangan. 

Shi Kyung mengirimkan pesan pada Bom “ Aku perlu bertemu denganmu sekarang. Dimana kau? Di mana kau sekarang?” lalu pesan diterima. Shi Kyung tak percaya kalau Bom mengingat saat pertama kali bertemu lalu berlari keluar dari rumah sakit dan melihat Bom sudah berdiri dengan bersandar di pohon.
“Apa perjalananmu menyenangkan?” tanya Bom. Shi Kyung mengangguk dengan memberitahu  sudah menunggu lama di terminal pagi ini.
“Aku pergi ke terminal. Tapi Aku terlambat, dan kau sudah pergi.” Kata Bom.
“Seharusnya kau menelepon.” Ucap Shi Kyung. Bom pikir  Sudah dilakukan. Shi Kyung akhirnya berjalan mendekati Bom sambil bergumam kaalu  tidak perlu mengatakan sesuatu yang keren.
“Mengenai kita berkencan...” kata Shi Kyung merasa kalau tidak perlu berlatih.
“Aku ingin memberikan jawabanku sekarang.... Ayo berkencan..” kata Shi Kyung. Bom setuju dengan mengulurkan tangan untuk saling berjabat tangan.
“Jika kau meneleponku sambil menangis, maka aku akan lari untuk menemuimu seperti orang gila.” Kata Shi Kyung. Bom pun menganguk setuju, keduanya saling bertatapan.
“Satu kata yang mengikat kami itu sudah cukupm yaitu “Baik. Ayo berkencan.” 


Shi Kyung pergi menemui Nenek Oh mengembalikan uang yang diberikan selama ini mengaku kalau Alasan mengajari cara bermain Go-Stop karena itu adalah sesuatu yang dikuasai dan juga senang melakukannya.
“Tapi, dibayar untuk melakukannya... Memang benar kalau aku tidak punya uang, tapi dibayar untuk melakukannya... Aku merasa sangat buruk. Dan Aku menggunakan 10.000 won untuk makan hamburger dan minum dengan temanku. Nanti Aku akan membayar Anda kembali.” Kata Shi Kyung
“Aku ingin kau memiliki ini.” Ucap Nenek Oh memberikan cincinya. Shi Kyung melonggo kaget. 

Shi Kyung keluar dari rumah sakit terlihat binggung, lalu menerima telp dari Joo Yeon sebagaiKetua kelas. Joo Yeon terlihat marah pada ia dan juga Bom. Semua berkumpul di ruang latihan.
“Kau dan Bom bertanggung jawab atas tarian itu, tapi kalian menghancurkannya. Sekarang, kalian meninggalkan kami seperti ini.” Ucap Joo Yeon marah

“Aku tidak pernah mengatakan akan bertanggung jawab.” Kata Shi Kyung
“Meskipun begitu, kita tidak bisa menari, jadi perlu melakukan sesuatu yang lain.” Kata Joo Yeon. Shi Kyung ingin tahu kenapa mereka harus melakukannya.
“Shi Kyung dan Bom mungkin tidak terbiasa dengan hal-hal ini. Mereka berasal dari Seoul.” Kata Min Suk
“Selain itu, mereka berdua sibuk akhir-akhir ini.” Ungkap Ga Ram dengan senyuman penuh arti.
“Apa kalian berdua berkencan?” tanya si wanita berwajah tambun. Bom langsung membenarkanya.
Semua langsung menjerit bahagia karena akan makan Ayam, Joo Yeon terlihat kesal meminta mereka untuk tenang. Shi Kyung binggung melihat mereka bertanya kenapa teman-temanya seperti bertingkah berlebihan.  Shi Kyung menjelaskan Wakil kepala sekolah mengatakan kalau akan mentraktir ayam untuk kelas yang punya pasangan pertama kali.
“Bernard, kau harus tahu apa yang akan kita lakukan untuk talent show kita besok. Kita bertemu di sini lagi besok.” Tegas Joo Yeon lalu keluar dari ruangan. Temannya pun mengikutinya keluar dari ruangan. 



Shi Kyung keluar dengan Bom dan Ga Ram, sambil mengeluh Ga Ram itu jadi bermulut besar. Ga Ram pikir hanya mengatakan kalian sibuk. Shi Kyung pikir itu hanya lelucon kalau tidak pernah ada pasangan. Ga Ram mengatakan Bukan begitu, kalau Ada satu pasangan,tapi sudah lulus dan menikah.
“Kami semua seperti keluarga juga dan Keluarga tidak bisa berkencan satu sama lain.” Kata Ga Ram. Bom mengeluh merasakan lapar.
“Benar, 'kan? Apa Kau lapar? Haruskah kita makan sesuatu?” kata Shi Kyung bersemangat
“Aku harus pergi ke Hospice, karena Ayahku ingin aku datang.” Ucap Ga Ram sudah mengerti.
“Hei.. Tunggu... Aku juga harus mampir ke Hospice.” Kata Shi Kyung, Ga Ram heran Shi Kyung akan kesana padahal masih pagi.
“Temukan tempat seperti terakhir kali, dan kirimi aku fotonya. Itu menyenangkan.” Kata  Shi Kyung. Bom pun setuju membiarkan Shi Kyung pergi dengan Ga Ram lebih dulu. 

Joo Yeon menangis seperti sangat sedih mendengar Shi Kyung sudah berkencan dengan Bom. Temanya tak percaya kalau Joo Yeon itu menyukai Shi Kyung, ingin tahu apa yang disukai dan sudah berapa lama menyukainya. Joo Yeon mengaku Sejak berlutut di depan Yong Gi. Temannya ingin tahu alasanya.
“Dia terlihat sangat keren saat itu.”ungkap Joo Yeon. Temanya mengartikan kalau Joo Yeon yang mengirim surat itu
“Ya, aku khawatir dia sebenarnya adalah gangster pengganggu.” Ungkap Joo Yeon. Temanya terlihat benar-benar tak percaya kalau Joo Yeon benar-benar menyukai Shi Kyung.
“Aku sangat iri padamu. Aku juga ingin menyukai seseorang... Maksudku bukan Park Bo Gum, tapi seperti dalam kehidupan nyata.” Ungkap temanya.
“Apa pendapatmu tentang Yong Gi? Ji Hye dan Yong Gi terlihat sangat serasi saat bersama.” Kata Joo Yeon. Ji Hye menegaskan kalau Yong Gi menakutkan. Joo Yeon pikir bisa dengan Ga Ram. 

Nenek Oh terlihat tertidur di ranjangnya, Nenek Kim memijat kaki temanyanya, sementara Menantunya terlihat gelisah mondar mandir. Nenek Kim menyuruh menantu Nenek Oh diam karena Ibu mertuanya sudah  tertidur. Shi Kyung memegang cincin milik Nenek Oh ingin dikembalikan tapi  menundanya. 

Pesan dari Shi Kyung masuk “Datanglah ke tempat kerjaku.” Shi Kyung sudah duduk di meja sambil berharap ada pesan masuk ke dalam ponselnya. Shi Young datang menemui kakaknya. Shi Kyung bertanya apa lagi sekarang.
“Ini 10.000 won yang kuambil darimu sebelumnya. Dan ini Hanya mencoba untuk mengucapkan terima kasih.” Kata Shi Young membelikan kakaknya Youghurt dan juga mengembalikan uanganya.
“Coba Lihat? Kakakmu adalah yang terbaik.” Katat Shi Kyung banga. Shi Young seperti tak yakin kakaknya bisa melakukan ini untuknya.
“Oh ya, apa kau sudah meminta maaf kepada Nenek?” kata Shi Kyung. Shi Young pikir Kenapa harus meminta maaf
“Nenek tinggal di Hospice sampai malam atau bersama temannya setiap malam karena dirimu.” Kata Shi Kyung
“Kenapa itu karena aku? Nenek sedang sibuk.” Kata Shi Young tak peduli.
“Aku jelas mendengarnya mengatakan kalau kau menyukainya saat dia pulang terlambat. Jadi Bersikaplah baik padanya.” Kata Shi Kyung lalu menerima pesan dari Bom
Ia bertanya pada adiknya dimana tempat itu. Shi Young memberitahu  Ada sungai di belakang sekolah. Shi Kyung bergegas pergi, Shi Young tahu kakaknya itu mau menemui Bom dan sudah mendengar keduanya resmi berkencan.
“Butuh satu menit 30 detik untuk rumor menyebar di sekolah ini. Ada apa dengan selera Bom pada pria?” ejek Shi Young. Shi Kyung hanya bisa mengumpat pada adiknya yang kembali menyebalkan. 


Shi Kyung memperlihatkan cincin pemberian Nenek Oh kalau itu Harganya miliaran. Bom bertanya kenapa Shi Kyung bisa memilikinya, Shi Kyung juga tak tahu.
Flash Back
Nenek Oh memberikan cincin pada Shi Kyung dan bisa menerimanya. Shi Kyung pikir Nenek Oh bercanda dan kenapa harus memberikan ini padanya. Nenek Oh berpesan agar  Jangan beritahu siapapun tentang hal itu karena akan menjadi masalah besar jika anak-anaknya mengetahui hal itu.
“Tidak, saya tidak menginginkannya.” Kata Shi Kyung dan saat itu mertuanya datang menyambut nenek Oh dengan senyuman palsu. 

“Kudengar nafsu makanmu kembali. Aku membawakan bubur wijen hitam yang sangat Ibu sukai. Aku membuatnya dengan sangat baik.” Ucap Si menantu.
“Aku tidak menginginkannya. Kau mungkin sudah memasukkan racun.” Kata Nenek Oh
Menantunya meminta Nenek Oh agar tak bersikap seperti itu dan ingin menyuapi karena makanannya masih hangat. Tapi Nenek Oh langsung mendorongnya sampai jatuh ke lantai. Shi Kyun menatap si bibi seperti pernah bertemu.
Ia mengingat saat di restoran, Bibi itu yang menyiram Shi Kyung dengan es kopi dan dengan sinis ingin tahu nama sekolah dan wali kelasnya, bahkan meminta untuk orangtuanya sekarang. Shi Kyung pun bisa mengenal si bibi yang membuat Shi Kyung hampir dipecat. Si bibi pun panik melihat Shi Kyung ada bersama ibu mertuanya.  Nenek Oh pun menyuruh Shi Kyung, pergi lebih dulu. 


Shi Kyung keluar dari ruangan, tiba-tiba si anak menantu memanggilnya. Shi Kyung dengan suara lantang bertanya apa yang dinginkanya. Si anak menantu menyuruh Shi Kyung untuk memelankan suaranya.
“Kau siapa? Kenapa kau bersama ibu mertuaku? Apa yang kau inginkan?” ucap si bibi. Shi Kyung berteriak marah
“Kau akan terluka jika kau macam-macam. Jangan main-main.” Kata si Anak menantu memperingatinya. 

Bom bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita itu. Si Kyung juga ingin tahu Apa alasannya si wanita disekitar nenek itu dan yang inginkan. Bom  mengetahui Si wanita yang menginterogasi tentang hal-hal sesuatu yang salah. Shi Kyung pikir seperti itu.
“Apa kau akan menyimpan cincin ini?” tanya Bom
“Tidak! Aku tidak akan melakukan itu. Aku akan mengembalikannya padanya. Tapi, dia belum sadar. Aku mengkhawatirkannya.” Ucap Shi Kyung
“Ini sangat cantik.” Ungkap Bom melihat cincin ditanganya. Shi Kyung mengambil cincin dan ingin memakaikan dijari Bom. Bom terlihat marah dan menarik tanganya, cincinya pun melayang.
Shi Kyung berteriak panik  mencari cincin berlian disemak-semak dan tepi sungai. Bom terlhat merasa bersalah karena membuat cincin Shi  Kyung hilang. 

Bibi Oh berjalan pulang seperti sambil menghitung, Nyonya Oh sudah menunggu didepan pintu  melihat adiknya langsung menahannya karena sudah menyembunyikan sesuatu. Bibi Oh menyangkal dengan menaruh dibelakang badanya. Nyonya Oh ingin adiknya berkata jujur saja.
“Aku mendapat posisi sebagai guru kontrak. Ini Masih terlalu dini untuk merasa senang. Aku harus mengikuti tes mengajar di kelas dan harus lulus tes itu untuk bisa dipekerjakan. Tapi...” kata Bibi Oh gugup. Nyonya Oh ingin tahu apa itu.
“Ini kebetulan kelasnya Shi Kyung dan Shi Young.” Kata Bibi Oh. Nyonya Oh pikir itu bagus sekali karena Siswanya sangat sedikit.
”Aku merasa sangat gugup memikirkan mengajar Shi Kyung dan Shi Young. Ini Aneh sekali.” Kata Bibi Oh
“Ah, kau bisa berlatih di depan mereka. Dan Itu juga cara yang bagus.” Kata Nyonya Oh. 


Bibi Oh mulai mengajar didepan keponakannya, dengan membahas tentang Lagu String Quartet miliknya Tchaikovsky, No.1. Shi Young tak mendengarnya bertanya pada kakanya apakah menurutnya  melakukan cosplay adalah ide yang buruk juga.
“Apa Menurutmu itu tidak akan berjalan dengan baik? Aku mungkin akan mencobanya jika berhasil dengan baik.” Kata Shi Young. Shi Kyung dengan rambut terlihat frustasi mengatakan tak tahu.
“Apa yang kelompokmu lakukan? Kudengar kau dan Bom menjadi beban karena tidak bisa menari.” Kata Shi Young. Shi Kyung hanya menjawab “Entahlah.” Shi Kyung pikir harus memikirkannya.
“Hei.. Kenapa kalian tidak mendengarkanku?” keluh Bibi Oh. Shi Young mengatakan kalau Bibinya itu membosankan dan membuatnya mengantuk.
“Bibi, maafkan aku... Aku sibuk, dan sepertinya aku harus pergi.” Kata Shi Kyung.
Bibi Oh menahan agar mereka tak pergi,  Shi Kyung menegaskan akalu Ada yang harus dilakukan. Bibi Oh meminta agar mereka duduk saja. Shi Young menyuruh Bibi Oh agar  Berlatih di depan Nenek saja, karena kala bisa melakukannya di depan Nenek, maka bisa melakukannya di depan siapa saja.
“Katakan saja padaku untuk mati sebagai gantinya.” Keluh bibi Oh. Saat itu nyonya Oh keluar kamar mendengar nama ibu mertuanya dan bertanya.
“Nenek sedang tidur. Ada apa dengan dia?” kata Nyonya Oh. Shi Kyung kaget neneknya sudah pulang dan kapan masuk ke rumah.
“Dia langsung tidur begitu masuk.” Kata Nyonya Oh. Shi Kyung khawatir kalau Neneknya itu sakit.
“Aku harus melakukan sesuatu di kamar itu.” Ucap Shi Kyung. Ibunya menyuruh anaknya agar melakukan saja di ruang tengah.
“Jangan menyalakan lampu saat dia sedang tidur. Dan juga, apa kau sudah meminta maaf kepadanya?” kata Nyonya Oh. Shi Kyung terlihat kesal memilih untuk pergi. Nyonya Oh mengeluh pada anaknya yang belum tumbuh dewasa.
“Lalu Bagaimana denganmu? Apa latihannya membantu?” kata Nyonya Oh. Bibi Oh binggung apa yang harus dilakukan sekarang. Diam-diam Shi Kyung pun keluar. Nyonya Oh khawatir melihat adiknya yang tak khawatir.
Shi  Young masuk kamar, duduk didepan meja belajar lalu seperti menuliskan sesuatu di selembar kertas “Nenek. Ini aku, Shi Young.” 



Bom duduk dikamarnya, melihat jari tanganya seperti masih tak menyangka kalau Shi Kyung ingin memberikan cincin padanya, lalu menatap foto ayahnya. Ia seperti tak ingin menerima cincin karena itu artinya seseorang akan pergi.
Sementara Shi Kyung sibuk mencari cincin di semak-semak dengan senter, saat itu Yong Gi melihatnya mengumpat karena melihat Shi Kyung yang selalu bersikap gila. 

Ga Ram menelp ingin tahu apakah Shi Kyung memikirkan tentang talent show,  Shi kyung tahu harus memikirkannya, lalu menutup  telp sambil mengeluh kalau tidak punya waktu untuk memikirkan talent show.  Ia berjalan ke bagian rak dan melihat sebuah video peninggalan ayahnya dengan label
"Seseorang yang bisa tertawa itu hebat." Seseorang yang bisa membuat orang lain tertawa lebih hebat lagi."
Pagi hari, Nyonya Oh memanggil ibu mertuanya untuk sarapan. Nenek Oh sibuk membersihkan tempat penyimpanan fermentasi, Shi Kyung pergi bergegas ke sekolah  tanpa sarapan, lalu memberikan surat untuk neneknya. 

Semua berkumpul, Shi Kyung bergumam kalau  merasa gugup, karena menggunakan ide Ayah, dan ternyata hasilnya seperti prasasti batu nisan sebelumnya. Joo Yeon kaget kalau Shi Kyung ingin melakukan sesuatu. Gi Hoon pikir itu yang dilakukan nenek moyang ratusan tahun yang lalu di Zaman Batu
“Reaksi apa ini?” keluh Shi Kyung dalam hati lalu mengaku kalau sulit ditemukan dan sama sekali tidak bisa tidur.
“Kupikir pasien yang lebih tua akan menyukainya. Ini akan lucu.” Kata Ga Ram
“ Hei.. Lee Shi Kyung, apa kau benar-benar dari Seoul?.. Aku sangat menyukainya.” Ungkap Ji Hye. Ki Hoon juga berpikiran sama.
“Tariannya akan mudah, jadi itu bagus.” Kata Bom. Shi Kyung bahagia sambil bergumam kalau itu Jawaban yang bagus dengan memberitahu ayahnya kalau ide dari sang ayah berhasil untuk saat ini.
“Kenapa tidak mencari bus wisata? Dengan beberapa musik norak.”kata Joo Yeon
“Ide yang bagus! Kita harus menggunakan musik seperti itu.” Ucap Shi Kyung penuh semangat
“Oh, tunggu.. Kenapa aku bertingkah seperti ini?” gumam Shi Kyung seperti menyadari kalau sikapnya berlebihan. Ga Ram menatap temanya seperti merasakan sesuatu.


Bom berdiri sendirian, Ga Ram berjalan mendekat dan menanyakan keberadaan Shi Kyung dan apakah  sudah pergi. Bom pikir Shi Kyung pergi ke Hospice. Ga Ram ingin tahu Apa ada yang terjadi dengan Shi Kyung.
“Si Nenek Cincin belum bangun. Apa yang harus kulakukan?” gumam Shi Kyung berdiri didepan ruangan. Ga Ram memanggilnya. 

Mereka berada di dalam dapur, Tuan Park membawakan sup kacang kedelai. Shi Kyung tak percaya kalau Tuan Park  membuat semua makanan sendiri. Tuan Park menganguk dengan bangga dan bertanya apakah Shi Kyung sudah memastikan untuk menutup pintu dengan baik., Shi Kyung binggung kenapa dengan pintunya.
“Pasien tidak bisa makan dengan baik. Aku akan merasa tidak enak jika baunya sampai keluar. Terkadang saat aku sibuk, bersama dengan Ga Ram makan di sini seperti ini.” Ucap Tuan Park melepas celemek mengajak mereka untuk segera makan.
“Ikan ini ternyata sangat enak dan Ga Ram, ini untukmu. Hati-hati dengan duri kecil.” Ucap Tuan Park memisahkan duri dan menaruh di mangku nasi anaknya. Shi  Kyung terdiam seperti tak pernah merasakan itu dari ayahnya.
“Ikan ini di panggang dengan sangat baik... dan Shi Kyung. Ini untukmu... Makan yang banyak.” Kata Tuan Park memberikan ikan juga di sendok Shi Kyung.
Shi Kyung seperti sedih memilih untuk keluar dari ruangan dan berjalan dilorong.
“Jadi, begitulah seorang ayah.Pada saat seperti ini, aku berharap juga punya seorang ayah.” Gumam Shi Kyung

Saat itu terdengar suara si anak menantu kalau Cincin ibu mertuanya hilang jadi ingin tahu Dimana anak laki-laki yang selalu ada di kamar ibunya. Ketua perawat mengataakn tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi pasien jadi lapokan saja kalau memang sangat curiga.
“Kau menyebut mereka sebagai keluarga dan bukan pasien. Sekarang, kau akan bertindak seperti ini? Tidakkah sebaiknya kau melaporkannya ke polisi terlebih dahulu?”kata si anak mertua. Shi Kyung sengaja bersembunyi agar tak terlihat 
“Ibu mertuamu mungkin sudah melakukan sesuatu dengan cincin itu. Jadi Tanyakan padanya saat dia bangun tidur.” Kata kepala perawat.
“Kau tidak tahu apa-apa. Aku belum pernah melihatnya melepas cincinnya.” Ungkap si ibu mertua. Shi Kyung terdiam dengan wajah kaget karena si Nenek melepaskan cincin dan memberikan padanya, lalu setelah itu belum terbangun.
Bersambung ke episode 6

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar