PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 12 Oktober 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS

Ji Ho memberanikan diri untuk mencium lebih dulu Se Hee dihalte dan saat bus datang lalu naik lebih dulu. Se He masuk terlihat sangat shock tiba-tiba wanita menciumnya, lalu di layar informasi memberitahu kalau tadi adalah bus terakhir.
Setelah itu ia bangun pagi hari dan sempat terlihat masih shock karena dicium oleh seorang wanita yang dikenalnya beberapa jam. Ia keluar dari kamar melihat pintu kamar terbuka, akhirnya ia menutup dengan melihat kamar yang masih rapih dengan tumpukan buku yang masih diikat oleh tali. 

Se Hee duduk sambil makan nasi kotak. Sang Goo mengajak Se Hee makan bersama. Se Hee menolak menurutnya tak ada alasan  menghabiskan akhir pekan sama temanya. Sang Goo mengatakan kalau ingin menjalin hubungan dengan perempuan yang ingin ditemuinya, tapi sepertinya malu apabila hanya mereka berdua saja.
“Bagian yang terbaiknya temannya itu benar-benar cantik. Apa Kau sudah lihat foto yang kukirim?” ucap Sang Goo. Se Hee mengaku belum
“Ayolah... Aku tahu kau juga nantinya makan siang yang tidak enak. Jadi kenapa kau tidak mau datang?” kata Sang Goo
“Jangan remehkan bagaimana aku menggunakan waktuku. CEO Ma... Kau tak punya belas kasihan. Kau baru punya harga diri kalau melalui hubungan sosialmu. Menurutmu, mungkin sepertinya makan siangku tak enak..., tapi bagiku, makananku seperti oasis. Aku saja harus makan sambil mendengarkan orang sepertimu sepanjang minggu. Apa kau tahu  tingkatan stres yang kau buat untuku?” ucap Se Hee marah
Sang Goo akhirnya meminta maaf, dan mengajak untuk mulai reset, format, dan reboot. Se Hee meminta agar Sang Goo tak mengangguk kalau sedang makan sendirian setelah lima hari. Sang Goo mengatakan kalau itu sangat penting dan juga genting.
“Tapi..., siapa orang yang tinggal di rumahmu? Apa namanya Si Ji Ho? Dia tidak seberapa dibandingkan dengan kau, tapi aku lebih baik menarik dia sebagai teman serumahmu. Semua temanku sibuk, Apa kau Yakin tidak mau? Dia pria yang baik,  Aku payah soal urusan kencan buta..” Ucap Sang Goo terus merengek.  Se Hee segera menutup ponselnya dan kembali makan

Ji Ho berbelanja di supermarket sambil menelp Soo Ji , So Ji mengejek kalau Ji Ho sebagai seorang penulis drama tidak punya pengalaman berkencan?, bahkan menulis adegan ciuman, padahal temanya itu belum pernah berciuman menurutnya Ji Ho itu harusnya diliput dalam acara "TV dalam TV".
“Hei, itu 'kan acara lama... Tapi Selain itu, ciuman bukan hal penting.” Ucap Ji Ho. Soo Ji bertanya apa maksud ucapan temanya itu dan bagaiman tahu tentang hal itu.
“Aku... Aku banyak menontonnya di acara seperti "TV dalam TV".” Kata Ji Hogugup karena sebelumnya sudah melakukan ciuman dengan pria yang baru dikenal. Soo Ji makin penasaran apa yang dilakukan temanya.
“Ji Ho, sebaiknya jangan sampai kau berpacaran tanpa memberitahuku.” Tegas Soo Ji
“Tidak. Aku tidak pacaran.. Hei, Soo Ji. Ada panggilan masuk. Nanti kutlepon lagi.” Ucap Ji Ho buru-buru menutup telp karena gugup.
Ji Ho menghela nafas panjang karena Hampir saja dan bodoh bisa mengatakan itu pada temanya. Lalu melihat barang yang diambilnya, alat Pembersih ubin dan juga harganya. Ia pun memasukan ke dalam trolly berpikir menganggapnya sebagai hadiah buat si pemilik apartemen.



 Ji Ho pulang sambil makan es dan berhenti di taman, lalu melihat sepasang pria dan wanita yang berciuman. Ia menyakinkan dirinya alau ciuman itu tak perlu harus pacaran dan juga punya ciuman pertama.
“Heei.. Apa Kau gila?? Itu sama sekali bukan hal yang perlu dibanggakan. Dasar... Parah sekali tapi Untung dia orang asing.” Ungkap Ji Ho mencoba agar bisa menenangkan dirinya. 
Ji Ho akan masuk apartement dan Se Hee baru saja keluar untuk membuang sampah. Ji Ho masuk lift dan saat itu seseorang ingin masuk. Ji Ho pun menekan tombol untuk membuka pintu, Se Hee masuk akan menekan tombol lantai tapi Ji Ho lebih dulu menekanya.
Tiba-tiba keduanya sama-sama menatap dan sangat kaget karena kembali bertemu. Lift terbuka dilantai empat, Se Hee memutuskan untuk keluar dari lift. Ji Ho yang kebingungan memilih untuk kembali menutup lift dan kembali turun.
“Apa? Dia... si ciuman... Kenapa neokorteks... Kenapa?” ucap Ji Ho berjongkok kebingungan lalu bertanya-tanya Se Hee yang turun di lantai yang sama.
“Jangan bilang... Apa dia tinggal disini?” ucap Ji Ho panik tanpa sadar pintu lift terbuka di lantai bawah.
Seorang anak kecil melihat Ji Ho dengan tatapan heran. Ji Ho langsung berdiri berpura-pura kalau Dompetnya ketinggalan. 


Ji Ho keluar dari lift memikirkan nanti akan bertemu dengan Se Hee lagi, tapi menurutnya harus pulang dulu, karena itu tempat teraman saat ini. Akhirnya Ji Ho buru-buru masuk rumah dan bisa bernafas lega dengan menutup pintu rumah
“Inilah yang harus dilakukan saat ini. Karena aku sudah aman di rumah sekarang, jadi tak masalah Aku bisa tenang sekarang.” Gumam Ji Ho lalu melihat ada sepatu didepan pintu berpikir kalau itu milik Si pemilik rumah.
Saat itu terdengar suara Bel, Ji Ho melihat dari lubang pintu kalau tetangganya yang membeli makanan. Ia mulai berpikir Se Hee yang tinggal di lantai yang sama denganya, tapi menurutnya tak mungin. Ia sadar dirinya sial tapi  menurutnya Seoul itu sangat besar dan tak mungkin ada di lantai yang sama.
“Aku harus tanya sama si pemilik apartemen.< Dia pasti tahu siapa tetangganya.... Tapi kaki dia besar juga. Apa Ukurannya 275mm? Apa dia ini pemain bola basket?” gumam Ji Ho melihat sepatu didepan pintu.
Suara seseorang menyapa Ji Ho yang baru pulang, Ji Ho kaget melihat sosok Se Hee pria yang berusaha dihindarinya malah ada didalam rumah. Lalu bertanya kenapa ada dirumahnya. 

[Episode 2: Karena ini Ciuman Pertamaku]
Se Hee pikir Itulah yang harus ditanyakan, kenapa Ji Ho bisa masuk ke dalam rumahnya. Ji Ho pikir Ini kamar 401, Se Hee menegaskan kalau ia yang tinggal dirumah ini.  Ji Ho panik merasa kalau itu tak mungkin dan berpikir kalau salah masuk dan bergegas ingin keluar dari rumah.
Se Hee mengeluarkan ponselnya. Ji Ho melihat ponselnya dengan nama [Se Hee: Pemilik Apartemen] lalu mengangkat telp. Se Hee bertanya apakah Yoon Ji Ho. Ji Ho mentap Se Hee yang ada dibelakangnya, keduanya pun sadar selama ini mereka saling berbicara lewat pesan tanpa tahu suara masing-masing. 

Won Seok membawakan handuk panas dan menarik kaki Ho Rang yang sedang menonton video dari telpnya. Ho Rang pikir tak perlu karena kakinya itu bau. Won Seok tak peduli karena sudah mencium baunya selama tujuh tahun, dan mulai mengompresnya.
“Coba Lihat. Semuanya urat kakimu kaku. Apa yang pernah kusuruh kau? Kau harus beristirahat dan seringlah duduk. Dasar bodoh” omel Won Seok yang khawatir.
“Oh, iya. Apa  kau ingat hari ini ?” ucap Ho Rang mengoda. Won Seok bingung hari apadan berpikir kalau hari istimewa.
“Bukan apa-apa... Kemarin hari istimewanya.” Kata Ho Rang. Won Seok binggung karena tak mungkin kemarin dan sudah cek semuanya, kalau itu bukan hari jadi atau hari yang lainya.
“Itu memang bukan hari jadi kita, tapi Masa datang bulanku sudah selesai.” Ucap Ho Rang berisik sambil mengoda.
Won Seok terlihat marah,  karena tak memberitahu dari tadi lalu menurunkan celananya dan langsung melompat ke atas tempat tidur. Ho Rang senang menerima ciuman dari Won Seok tapi tiba-tiba terdengar bunyi ponsel mereka diatas meja. Won Seok pun turun dan memberikan ponsel Ho Rang juga yang berbunyi. 

Ho Rang menerima telp dari Ji Ho sementara Won Seok dari Sang Goo. Sang Goo menelp dari kantornya mengatakan kalau keadaan gawat, karena teman serumah yang diberikan  Won Seok itu wanita. Ho Rang kaget kalau ternyata pemilik apartemennya itu laki-laki, lalu saling berpandangan dengan pacarnya. 

Sang Goo melihat Profile facebook Yoon Ji Ho dengan wajah pria sementara Won Seok melihat profile Yoon Ji Ho yang dimiliki oleh temanya Ho Rang. Keduanya tak habis pikir karena selama ini salah menduga
“Kau bilang namanya Ji Ho dan dia tampan, selain itu berhenti merokok.” Keluh Sang Goo menyalahkan Won Seok.
“Ya, Ji Ho. Dia tampan.. Dia sungguh sudah berhenti merokok.” Ucap Won Seok. Sang Goo pikir Won Seok sedang bercanda sekarang.
“Bukannya kau yang bercanda denganku? Kau bilang namanya Se Hee. Orang yang tenang, memelihara kucing, dan lahir tahun 1980. Lalu Kau bilang dia orang yang berdiri di sampingmu.” Ucap Won Seok memperlihat foto Sang Goo ada disebelah Bo Mi dan Se Hee.
“Ya, dia orangnya tenang, dan dia punya kucing. Dia berdiri tepat di sampingku, dan Itu si Se Hee.” Kata Sang Goo merasa tak bersalah.
“Hyungnim.. Mana ada yang menyangka ada pria yang tenang memelihara kucing.” Kata Won Seok.
“Lalu siapa yang menyangka wanita tampan berhenti merokok? Tamatlah kita.” Kata Sang Goo dan keduanya benar-benar terlihat sangat frustasi. 

Ji Ho berbicara di telp dengan Soo Jin, ditanganya sudah ada ID Card nama Nam Se Hee dan Se Hee memegang milik So Jin. Sampai akhirnya Soo Jin pun mengembalikan dengan wajah gugup, bahkan sampai duduk dilantai.
“Temanku bilang dia akan mengurusnya. Dia bilang minta maaf.” Ucap Ji Ho. Se Hee ingin tahu bagimana mereka bisa mengurusnya padahal mereka berdua yang mengalami masalah ini. Ji Ho pikir benar juga.
“Waktu kudengar namamu, kukira kau itu wanita.” Ucap Ji Ho
“Aku juga kenal pria yang namanya seperti kau. Dia dulu satu angkatan militer denganku.” Jelas Se Hee. Ji Ho bisa mengerti lalu terdengar bunyi suara perutnya yang kelaparan.
“Aku ada kerjaan, jadi sebaiknya segera keluar.” Ucap Se Hee. Ji Ho berusaha menutupi dengan cara batuk.
Suara perutnya malah makin kencang, Se Hee meminta agar Ji Ho bisa menelpnya setelah tahu cara bereskan masalah ini. Ji Ho mengerti sambil terbatuk menutupi suara perutnya. Se Hee pun akhirnya keluar dari rumah. 


Ji Ho frustasi dan malu mengacak-ngacak rambutnya lalu berbaring di karpet, Kitty mendekat dengan mata yang berkilau menatapnya. Ji Ho pikir  Sebaiknya makan lebih dulu dan hidup ini harusnya diakhiri saja. 

Ji Ho bertemu dengan dua temanya. Ho Rang merasa kasihan dengan Ji Ho menawarkan untuk makan steak. Ji Ho menolak, karena makanan itu sudah cukup. Ho Rang akhirnya hanya bisa meminta maaf.
“Bong Hee dan Ok Hee itu 'kan nama perempuan. Jadi Mana mungkin Se Hee itu nama laki-laki? Nama itu 'kan cantik sekali.” Keluh Ho Rang heran

“Hei, tidak semua nama cantik itu nama perempuan.” Ucap Soo Ji. Ho Rang pikir benar juga karena nama temanya So Ji sama seperti nama pria. JiJi Ho sedikit tersedak dan meminta minum. Ho Rang pun buru-buru mengambil ke dapur.
“Soo Ji...., si pemilik apartemen itu... Kurasa dia... Aku...” ucap Ji Ho kebingungan untuk mengatakannya.
“Kenapa? Apa Dia mendekatimu?” kata  Soo Ji. Ho Rang baru saja dari dapur bisa mendengar ingin tahu apakah pria itu mendekati temanya.
“Apa dia tampan? Berapa penghasilannya?” kata Ho Rang mengebu-gebu.  Ji Ho memilih untuk mengelengkan kepala tak ingin membahasnya lagi. 



Se Hee akhirnya duduk didepan Sang Goo sedang makan jajangmyun. Sang Goo membahas kepala staf tinggal di Namcheon-dong, jadi akan mengurus semuanya, Se Hee diam dengan tatapan dingin melihat Sang Goo makan jajangmyun yang sudah dingin.
“Kau ingin aku bagaimana? Aku ingin berdiri di samping wanita yang kusuka. Tapi aku malah makan jjajangmyeon di kantor saat akhir pekan. Jadi Apa yang kau inginkan?.. Pukullah aku jika itu bisa menenangkanmu.” Ucap Sang Goo tak bisa menahan amarah.
“Tak usah, itu takkan berhasil... Tapi Tusuklah nadiku pakai ini.” Kata Sang Goo memberikan sumpit. Se Hee sudah siap tapi membuat gebrakan diatas meja dengan sumpit.
“Maksudku, sulit dipercaya orang yang begitu teliti tidak memastikan semuanya. Kau itu 'kan sangat teliti.” Kata Sang Goo membela diri.
“Apa itu hal yang harus dikatakan seorang CEO? “Cinta itu sains. Dunia dimana setiap orang bisa mencintai. Jalinlah hubungan dengan seseorang melalui data, bukan telepon atau SMS” kata Se Hee membaca motto perusahan.
Ia  pikir Semua data itu sempurna, bahkan memeriksa wajahnya di Facebook. Yang paling penting isi kontrak, termasuk daur ulang dan merawat kucingnya, bahkan Semuanya sudah sempurna. Sang Goo pikir kalau Se Hee tak tahu bahwa teman satu rumahnya adalah wanita dan penasaran apakah ia cantik atau manis. Se Hee hanya diam sama
“Kenapa kau tidak jawab?” keluh Sang Goo. Se Hee hanya diam lalu menerima pesan dari Ji Ho di ponselnya “Aku akan tidur di rumah temanku malam ini. Jadi jangan merasa tak nyaman.Sang Goo terus mengoceh kalau berpikir wanita itu cantik.


Soo Ji mengantar Ji Ho sambil bertanya Apa sutradara sudah menelponnya. Ji Ho baru mengingatnya dan berpikir kalau sutradara itu sedang berpergian,
“Apa menurutmu kau bisa mempercayai sutradara itu? Dia selalu bilang kalau mau menggunakan skenario darimu.” Ucap Soo Jin merasa tak yakin, saat itu ponselnya berbunyi.
“Ya, Ketua Tim... Nanti kuperbaiki kalau sudah di kantor. . Sampai jumpa besok.” Ucap Soo Ji di telp sambil mengeluh
“Apa itu Kerjaanmu? Apa kau harus balik lagi ke kantor?” ucap Ji Ho. Soo Ji pikir seperti itu.
“Sebenarnya besok aku bisa memperbaikinya, tapi perasaanku tak tenang.” Kata Soo Ji. Ji Ho juga berpikiran yang sama.
“Jika itu hal yang harus Kau lakukan...,lebih baik selesaikan  hari ini juga.” Ujar Ji Ho.
“Ini harus kulakukan. Lagipula tak ada  yang mau membantuku.” Gumam Ji Ho lalu meminta agar menurunkan di halte bus saja.
Soo Jin meminta kalau nelpnya apabil terjadi sesuatu dan apabila pria itu mencoba bereaksi maka harus menyingkirknya. Ji Ho menganguk mengerti, setelah temanya pergi berpikia kalau ia malah yang mencoba  beraksi pada pria itu tapi menurutnya sudah terlanjur terjadi. 




Se Hee pulang ke rumah dan melihat ada sepatu didepan pintu. Ji Ho berdiri saat Se He masuk dan langsung membungkuk. Keduanya akhirnya duduk dengan wajah tegang. Ji Ho meminta maaf dengan gugup dan itu alasanya datang.
“Waktu...di halte bis...disana... Aku menciummu... Aku...sungguh minta maaf.” Ucap Ji Ho gugup.
“Itu offside... Itu bukan serangan biasa... Rasanya seperti offside saat kau  menyerangku saat aku tidak berdaya.” Kata Se Hee menatap  ke arah depan dengan tatapan kosong
“Ya, kau benar. Rasanya seperti offside... Aku sungguh minta maaf. Apa kau sangat marah? Aku juga pasti begitu...” kata Ji Ho
“Mara itu pasti  banyak perasaan yang memuncak. Saat orang diserang, maka mereka merasa bingung dan tidak nyaman.” Kata Se Hee
“Kau bilang Terserang? Apa Kau bilang aku menyerangmu? Bukan seperti itu. Aku hanya... Aku hanya begitu  terbawa suasana malam itu..., tapi bukan berarti aku ingin melecehkanmu atau apapun dan Bukan niatku untuk menyerangmu. Aku bica Serius. Percayalah padaku.” Ucap Ji Ho berusaha menjelaskan walaupun sangat gugup
“Aku tahu sebaiknya...aku harus keluar dari sini sekarang...,tapi... Aku tak punya tempat tujuan. Aku menunggu pengumuman penerimaan  pekerjaan, dan kalau sudah dapat kerja..., maka aku pasti langsung pindah. Aku sungguh minta maaf.” Ucap Ji Ho lalu bergegas pergi ke kamarnya. 



Ji Ho duduk didepan laptop melihat folder “Turtle Study Room” setelah itu mengirimkan pesan melalui email “Pak Sutradara, apa hari Bapak lancar? Aku sudah memperbaiki lagi  skenario yang Bapak sukai. Jangan merasa tertekan dan segera hubungi aku.” Akhirnya pesan pun terkirim.
Se Hee masuk kamar dengan mematikan ruangan tengah, lalu mengunci pintunya. Ji Ho bisa mendengar hanya bisa melonggo tak percaya kalau Se Hee yang mengunci kamar bukan ia yang melakukan sebagai wanita karena ketakutan. 

Ji Ho tertidur di kamarnya dan dibangunkan dengan telp dari Sutradara Park. Sutradara Park seperti mengetahui Ji Ho yang baru bangun tidur. Ji Ho langsung terbangun mengelak kalau baru bangun. Dengan rambut yang masih basah ia merapihkan rambutnya didepan restoran lalu melihat sosok pria yang disukainya selama 3 tahun duduk dalam restoran.
“Apa ini Drama buat hari Jumat dan Sabtu?” ucap Ji Ho agak kaget.
“Ya. Atasan ingin menayangkan melodrama masa muda yang ceritanya unik. Dan Lagipula, karena kau sudah menulis sebanyak ini jadi tak ada salahnya kalau kita coba.” Ucap Sutradara Park yang duduk bersama Yong Suk.
“Aku... sangat berterima kasih.” Kata Ji Ho bisa tersenyum bahagia.
“Hei.. Kau tahu ini drama pertamaku yang akan aku sutradarai. Semoga kalian berdua bekerja sama dan membuatku menjadi mahakarya.” Ucap Sutradara Park pada Yong Suk. Yong Suk pun memberikan senyumanya.


Yong Suk duduk bersama dengan Ji Ho di dalam mobil. Ji Ho siap menulis. Yong Suk merasa pasti ada lebih banyak cerita  dan rahasia lagi di tiap karakternya Dan di antara peran pendukungnya, ada satu orang yang memerankan pelajar yang ingin menjadi penulis. Ji Ho bingung ingin tahu alasanya.
“Maksudku...tidak realistis namanya orang lulusan Univ. Seoul ingin jadi penulis skenario.” Kata Yong Suk seperti menyindir
“Kau bilang Tidak realistis? Tapi, ada beberapa sutradara ikut beberapa ujian, untuk menjadi sutradara.” Kata Ji Ho
“Tapi itu lain cerita... Itu berbeda karena mereka belajar buat dipekerjakan. Namun kalau soal penulis, Mereka tidak pernah tahu  kapan mereka akan menjadi penulis. Seakan berjalan di terowongan gelap. Kenapa seseorang yang punya masa depan menonjol melakukan itu?” kata Yong Suk. Ji Ho hanya bisa tertunduk diam. 


Ji Ho masuk kamar dengan kesal melihat bukunya tertulis,  Yoon Ji Ho, Universitas Nasional Seoul, lalu teringat dengan Yong Suk untuk membuat sejarah dengan  pekerjaan berbayar pertama merek dan tahu kalau Ji Ho ingin menjadi seorang penulis terkenal.
“Ya, ini bisa jadi kesempatan terakhirku... Aku bisa mewujudkannya... Aku akan menjadi legenda.” Ucap Ji Ho memakai kacamata dan siap menuliskan naskah hanya berganti pakaian.
Ketika ia sedang tak ada ide memilih untuk membereskan urmah dari menyikat lantai kamar mandi semua sudut ruangan dibersihkan, saat ada ide datang langsung kembali ke dalam kamarnya.
Se Hee duduk didepan mejanya pesan dari bank masuk “Pembayaran pinjaman Anda akanjatuh tempo pada tanggal 29 September. Suku bunga akan menjadi 3,2%. Jumlah total pinjaman Anda 187.260.000 won..., dan angsuran Anda sebesar 865 ribu won.”
Ia hanya diam melihat cicilan yang harus dibayar, lalu berjalan pergi keruangan rapat. Sang Goo melihat temanya terlihat binggung. 

Se Hee menuliskan di papan bagian atas “Neohee Bank, Pendapatan, Biaya, Cicilan pinjaman, asuransi, makana, Upah dan sewa  dari penyewa, Makanan Kucing dan acara keluarga.
“Jika begitu... Penghasilan dikurangi biaya hasilnya negatif 300 ribu, Tidak ada biaya asuransi kesehatan, Tidak ada biaya rekreasi, lalu Mengubah biaya makanan menjadi, 45 ribu won dan Tidak ada perubahan  makanan kucing” Se Hee sibuk sendiri dengan angka-angka diatap. 

Sang Go melonggo dari depan pintu bertanya apa yang sedang dikerjakan oleh temanya. Se Hee mengatakan sedang mencoba menyesuaikan  biaya hidupnya untuk bulan depan. Sang Goo berpikir apakah orang seperti See Hee bisa dapat penyewa di tempatnya.
“Aku tidak pernah bisa  membayangkanmu sebagai orang yang bisa hidup dengan  manusia lain.” Ejek Sang Goo
“Aku butuh uangnya. Jika sewa dibayar selama 10 tahun,  maka jadinya 36 juta. Jika upah bulananku dan  uang sewa terjamin..., maka aku bisa mengembalikan  pinjamanku 12 tahun lagi.” Kata Se Hee. Sang Goo kaget mendengarnya.
“Jika aku pensiun usia 50 tahun,  berarti 12 tahun lagi sisaku bekerja. Harapan hidup rata-rata orang Korea  81,2. tahun. Aku pasti bisa menghabiskan  32 tahun di rumahku setelah aku pensiun. Lagipula aku tidak akan berada di rumah  selama aku bekerja dan menghasilkan uang. Oleh karena itu, lebih baik  mencari penyewa dan membayar kembali pinjamanku dengan uang sewa sesegera mungkin. Itulah tujuanku.” Jelas Se Hee seperti membuat semua seperti yang ada dibuku.
Sang Goo hanya bisa mengangguk mengerti,  lalu melihat kalau Se Hee yang tidak akan dapat uang sewa bulan depan. Se Hee balik bertanya itu karena siapa. Sang Goo pun hanya diam karena salah informasi kalau teman sekamar itu adalah wanita. 


Se Hee pulang kantor dan kaget melihat Ji Ho tertidur tengkurap tanpa menutup pintu, akhirnya perlahan menutup pintu. Lalu ia berjalan ke dapur binggung karena semua terlihat bersih, bahkan lantai kamar mandi, tempat sampah, kucingnya juga terawat dengan baik.
Akhirnya Se Hee pergi ke kamar mulai memberikan nilai mulai dari Kerajinan, Penyortiran Sampah, Kedewasaan, Kebersihan, Kucing. Dari Penyewa 1, Han Ji Sang, kalau kepribadian yang tak sesuai dan Penyewa 2, Sim Jun Ho, perokok dan bawa pulang wanita.
Akhirnya ia membuat juga untuk Ji Ho dari Kerajinan, Penyortiran Sampah, Kedewasaan, Kebersihan, Kucing, pada tabel Alasan diskualifikasi adalah kelalaian tugas, ia kebingungan menuliskan lalu berpikir apa Ji Ho tu alkoholik, Penggemar Chelsea, marah ke kucing dan terlihat hasilnya Yoon Ji Ho, Penyewa 7

Sang Goo kaget mengetahui hasilnya 4,7 menurutnya masuk akal dan menyarakan harus tinggal bersamanya, karena mendapatkan nilai tinggi  dari orang gila seperti Se Hee lebih sulit daripada  dapat nilai UN yang sempurna.
“Tapi aku tidak bisa tinggal bersamanya.” Ucap Se Hee.
“Kenapa? Ada banyak pria dan  wanita yang serumah belakangan ini. Dan Kau saja tidak tertarik  menjalin hubungan dengan siapa pun.” Kata Sang Goo.
“Tetap saja aku tak bisa, Ini Terlalu berisiko.” Kata Se Hee. Sang Go heran resiko seperti apa.
“Memang apa yang bisa terjadi?” taya Sang Goo heran. Se Hee mengingat kejadian semalam

Se Hee mengingat kejadian semalam. Ia menulis Alasan diskualifikasi adalah, karena Ji Ho seorang wanita. Saat esok paginya, Se Hee melihat Ji Ho sedang menginjak kaleng agar bisa dibuat ke tempat sampah. Keduanya saling menatap tampak canggung, Se Hee akhirnya mendekat. Ji Ho pun menyapa Se Hee akan pergi ke kantor.
“Kau tidak perlu menyortir sampahnya lagi.” Ucap Se Hee. Ji Ho pikir kalau ini tugasnya sebelum pindah.
“Permisi... Apa kau memperbaiki ubin di kamar mandi?” ucap Se Hee.
“Ya. Karena sepertinya sudah lama sekali tak dibersihkan., Jadi aku membersihkannya akhir pekan lalu. Apa aku harus perlu izinmu buat membersihkan ubin itu?” kata Ji Ho. Se Hee mengatakan bukan seperti itu maksudnya.
“Apa kau juga membersihkan  jendela di ruang tamu?” tanya Se Hee.

“Ya. Aku membersihkannya  sebelum aku menulis...” jelas Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti.
“Tapi... kenapa kau menciumku?” kata Se Hee. Ji Ho kaget dan hanya bisa bergumam kalau Se Hee sudah gila.
“Kenapa kau menanyakan itu?” tanya Ji Ho dengan banyak nenek dan kakek yang sedang berkumpul untuk membuang sampah.
“Itu sangat penting bagiku... Ini 'kan karena aku tinggal bersamamu.” Kata Se Hee. Ji Ho pikir kalau  ini tidak masuk akal.
“Menurutku bukan itu  yang bisa kita bicarakan saat ini.” Tegas Ji Ho melirik kalau banyak orang. Se Hee melihat ada banyak orang dan bisa mengerti.
Bersambung 2 ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar