PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 Oktober 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
 “Jangan menangis, Ji Ho....” ucap Ji Ho pada dirinya sendiri mencoba agar bisa berhenti. Tiba-tiba Se Hee kembali datang masuk ke dalam ruang tunggu
“Apa susah... berhenti menangis?Kalau demikian...,kita harus masuk bersama. Dengan kau Menangis pun, tak masalah. Kita harus bersama dan .. Karena aku di sampingmu... Aku akan bersamamu.” Ucap Se Hee mengulurkan tanganya.
Flash Back
Tahun 1988, Ibu Ji Ho terlihat sedang mengandung menonton siaran olimpiade.
“Mata dunia tengah tertuju pada Korea. Pada hari perayaan global yang dimulai tahun 1988...,aku tengah bersiap lahir ke dunia.”
Ayah Ji Ho baru saja pulang terlihat bahagia ingin mendengar suara bayinya. Tiba-tiba Ibu Ji Ho merasakan perutnya merasakan mulas.
 “Demikianlah, aku lahir sebagai bayi 1988, dimana dunia tengah memperhatikan Korea."

Ibu Ji Ho berdiri dengan Ji Ho didepan rumah yang cukup besar, ayahnya pulang dengan mobil dan mengendong Ji Ho, wajahnya terlihat sumringah.
“Pada masa kejayaan Korea-lah, aku terlahir. Punya rumah dan mobil pada saat itu sangatlah wajar. Aku menghabiskan masa kecilku selama masa pertumbuhan dan kelimpahan yang pesat.”
“Lalu ada perubahan selama waktu itu. Tadinya yang namanya Sekolah Rakyat, kini berubah menjadi Sekolah Dasar. Tentu saja, krisis juga menimpa kami. Namun, ada harapan Jika seseorang berusaha keras, maka mereka bisa bangkit kembali.”
Spanduk krisis dipasang dimana, seperti banyak demo yang dilakukan di Korea pada saat itu. Dan Ji Ho pun minum bersama dengan dua temanya, seperti mereka sudah mulai dewasa dan masuk kuliah.
“Aku meyakini bahwa harapan putus asa akan selalu terwujud. Namun, keyakinan itu pun cepat sirna. Bahkan impian pun ada golongannya sendiri. Kami bukan anak tahun 1988 lagi, tapi Kami menjadi generasi 880 ribu won.
“Pemungutan suara yang dilakukan orang usia 20 tahun tidak ada pengaruhnya. Dunia tidak lagi memandang Korea. Dalam dunia persaingan, teman-temanku mengantri melamar kerja untuk menambah CV mereka. Di antara mereka..., aku masihlah siput yang masih mengejar mimpi.”
Ji Ho menjadi asistant Penulis Hwang dari membawakan secangkir kopir dn kerja lembur dengan bayaran telat.
“Aku mungkin sedikit lamban, tapi aku terus meyakini jika aku bekerja keras, impianku akan terwujud. Jika aku bisa menceritakan hal ini pada diriku sendiri kelak tentang penampilanku sekarang..., apa dia akan mempercayaiku?” Gumam Ji Ho sudah berdiri dalam ruangan. 



Sang Goo meminta agar Mempelai wanita, dipersilakan masuk. Se Hee pun mengulurkan tangan agar masuk bersama. Ji Ho memegang tanganya, Se Hee langsung menaruhnya di lengan agar berjalan masuk bersama. Semua tamu memberikan tepuk tangan yang meriah. Ho Rang melihat Ji Ho menikah hanya bisa menahan sedih,
“Yoon Ji Ho yang berusia 30 tahun, lahir tahun 1988, tidak bisa menjadi penulis...,tapi dia menggenggam tangan seorang pria yang memberikan diskon sewa padanya. Aku benar-benar sudah menikah karena tempat tinggal.” Gumam Ji Ho bahagia.
Setelah melakukan pemberkataan, Ji Ho dan keluarganya mengambil foto keluarga bersama dan Bo Mi yang bertugas mengambil foto. 

Ho Rang menangis di kursinya, Soo Ji meminta temanya berhenti menangis karenaOrang pasti mengira ada hubungannya sama mempelai pria. Ho Rang mengeluh pada Soo Ji karena seperti dibayar untuk datang ke pesta pernikahan temanya.
“Bisa-bisanya kau tak menangis satu tetes air mata pun? Dasar tak berperasaan.” Ucap Soo Ji kesal.
Terdengar dari pengeras suara kalau saatnya teman-teman kedua mempelai foto bersama. Soo Ji dan Ho Rang akan bergegas maju. Soo Ji kaget melhat Sang Moo ternyata temanya Se Hee sudah berdiri didepan podium. Ho Rang melihat Wan Seok sudah berdiri bergegas menarik temanya untuk segera maju. Soo Ji memperingatakan kalau setelah foto mereka harus bergegas pergi. 

Soo Ji dan Ho Rang berdiri disamping Ji Ho,  Sang Goo sengaja melihat Soo Ji dari belakang sementara, Ho Rang ingi melihat Won Seok dari depan. Tapi keduanya seperti tak bisa membuat orang yang disukai menatapnya. Bo Mi melihat pisisi bagian kiri yang kosong lalu bertanya pada Ji Ho apakah temanya hanya mereka saja. Ji Ho membenarkan. Bo Mi mengatur agar posisinya pas.
“CEO Ma dan yang cebol pakai sol tambahan dalam sepatu. Kalian bisa Geser ke sebelah mempelai wanita.” Ucap Bo Mi. Won Seok binggung kalau ia yang dipanggil
“Ya, kalian berdua.” Kata Bo Mi. Won Seok dan Soo Ji langsung berteriak menolaknya. Soo Ji mengaku kalau itu tak muat. Won Seok menegaskan kalau tak pakai sol tambahan.
“Tolong kerja samanya agar pernikahan ini lancar. Jadi CEO Ma, sol tambahan, geser ke kanan.” Kata Bo Mi sopan.
Sang Goo pun menarik Won Seok agar pindah agar bisa menyempurnakan fotonya.  Bo Mi melihat Won Seok yang tertutup oleh Soo Ji dan meminta agar bertukar tempat. Won Seok bertukar tepat dengan memalingkan wajahnya. Akhirnya Bo Mi mengambil gambar dan hasilnya, Sang Goo menatapa Soo Ji dan Ho Rang berusaha menatap Won Seok. 

Sang Goo memeluk Won Seok sambil berjalan ingin membahas tentang pacarnya itu. Won Seok meminta seniornya untuk tak ramah karena mereka masih bertengkar. Sang Goo mengerti dan ingin tahua  Siapa si wanita jangkung yang di samping pacar Won Seok itu, apakah mengenalnya.
“Dia sahabatnya Ho Rang, jadi aku juga dekat dengannya.” Ucap Won Seok.
“Apa Berarti dia lahir tahun 1988? Wah.. Beraninya dia memblokir kontakku?” kata Sang Goo
“Hyung... Ayo kita makan saj dan Jangan sok kenal dia. Paham?” ucap Won Seok. Sang Goo pikir tak mungkin menyapa lebih dulu karena ia adalah orang yang pemalu.


Sang Goo membawa piringnya dan melihat bangku kosong yang diduduki Ho Rang, allau bertanya apakah ada orang yang duduk disana. Soo Ji mengaku ada tapi Ho Rang mengatakan tak ada seperti ingin Won Seok duduk bersama.
Soo Ji langsung melirik sinis, Won Seok tak ingin duduk sebelah pacarnya memilih untuk duduk disamping Soo Ji. Sang Goo terlihat kesal tapi akhirnya berusaha uduk disamping Ho Rang. Ho Rang terlihat kesal melihat pacarnya seperti mengindar.
Won Seok pun menghilangkan rasa gugupnya bertanya apakah rasa buah melonya enak. Soo Ji dengan sengaja menyuapi agar Won Seok bisa mencobanyak. Dua orang didepanya terlihat kesal melihat tingkah keduanya.
“Halo. Kurasa ini pertama kalinya kita bertemu. Aku banyak dengar cerita tentangmu.” Kata Sang Goo lebih dulu. Ho Rang mengaku kalau ia  juga banyak dengar tentang Sang Goo.

“Dia temanku Woo Soo Ji...” ucap Ho Rang dan Sang Goo langsung menyebut nama Soo Ji. Won Seok kaget kalau  Sang Goo sudah mengenal Soo Ji lebih dulu, begitu juga Ho Rang.  Sang Goo mengaku tak mengenalnya.
“Lalu kenapa kau tahu namanya?” tanya Won Seok heran. Sang Goo mengaku itu hanya mirip Soo Ji saja yang dikenalnya.
“Dia kelihatan tajam dan bergaya. Lalu Dia kelihatan seperti seseorang yang akan memblokirmu dalam obrolan. Dari wajahnya, sudah kutahu bahwa dia orangnya seperti itu.” Ucap Sang Goo sengaja menyindir. Keduanya terlihat benar-benar kaget.
“Aku pernah bertemu dia lewat kerjaan. Apa Kabarmu baik, CEO Ma?” ucap Soo Ji dengan sopan. Sang Goo mengaku berkat Soo Ji maka kabarnya baik.
“Tapi Karena ini musim dingin, aku jadi kena flu. Setelah diblokir olehmu, aku juga mengalami depresi. Jadi aku sangat senang dan penuh emosi. Soo Ji si pemblokir.” Ucap Sang Goo. 


Sebelum pertengkaran terjadi, Ho Rang memberitahu kalau Ji Ho akhirnya keluar untuk menyapa semua tamu. Sang Goo sengaja memberikan tepuk tangan paling bersemangat dan berteriak keduanya sangat serasi. Soo Ji yang mendengarnya terlihat kesal
“Siapa sangka dia akan menikah duluan?” kata Ho Rang. Won Seok juga berpikiran yang sama.
“Rasanya baru kemarin dia mabuk dan muntah di rumah kita.” Kata Won Seok
“Lalu keesokan harinya, banyak burung dara berkumpul.” Ucap Ho Rang. Won Seok mengeluh kalau Ini Merepotkan sekali.
“Kau pun mengejarnya seolah kau rajawali.” Ungkap Ho Rang.  Won Seok menegaskan kalau itu Elang bukan rajawali. Keduanya saling menatap seperti tak sadar kalau sebelumnya mereka saling berbicara dan kembali menatap sinis. 

Sang Goo melihat ke arah Se Hee berpikir kalau sedang  makan camilan. Soo Ji pun bertanya-tanya apa yang ada di mulutnya. Sang Goo pikir Sepertinya itu sambal. Soo Ji pikir kenapa harus keluar dengan keadaan berlebotan.
“Tapi kenapa sambal terus menetes dari hidungnya?” kata Soo Ji. Sang Goo juga bisa melihatnya. Se Hee seperti tak sadar kalau hidungnya itu mimisan. Ji Ho melihat Se Hee memberitahu dengan wajah panik. 

Hidung Se Hee pun di sumpal dengan tissue, Ji Ho membersihkan darah di hidung dengan handuk, merasa kasihan karean pasti lelah sekali. Se Hee pikir kalau ini karena jumlah aktivitas fisik meningkat beberapa hari terakhir ini. Ji Ho pikir juga seperti itu jadi  hidungnya mimisan.
“Kukira kalau hidung berdarah itu karena ditonjok sama orang saja.” Kata Ji Ho
“Aku juga sama bingungnya dengan orang yang ditonjok. Ini sama sulitnya dengan mengembangkan sebuah proyek.... Yang kumaksud pernikahan.”kata Se Hee.
“Ini sebentar lagi acaranya selesai, jadi bersabarlah.” Kata Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti.
“Aku ingin cepat-cepat istirahat di rumah kita.” Kata Se Hee. Ji Ho terdiam mendengar kata “kita” kalau itu mereka berdua.
“Apa? Apa aku salah omong?” ucap Se Hee binggung melihat wajah Ji Ho. Ji Ho mengaku tidak lalu pamit pergi ke toilet karena harus mencuci handuknya. 


Ji Ho mencuci handuk kembali mengingat ucapan Se Hee “Aku ingin cepat-cepat istirahat di rumah kita.” Wajahnya langsung sumringah karena menganggap dirinya sudah jadi milik Se Hee.  Saat akan kembali ke ruangan ibunya sudah duduk bersama Se Hee dan ia sengaja menungu diluar untuk mendengarkanya.
“Itu karena kau lelah. Jadi kalau lelah, kau harus minum makan apapun ada.” Ucap Ibu Ji Ho memberikan minuman penambah energi. Se Hee pun menerima minuman dari ibu mertuanya.
“Kenapa kau kurus sekali? Apa makanan kesukaanmu? Apa Kau bisa makan sup ular?” ucap Ibu Ji Ho
“Aku belum pernah makan itu.” Kata Se Hee. Ibu Ji Ho mengerti kalau Orang-orang Seoul tidak makan seperti itu dan berpikir apa yang harus dimasak untuk anak menantunya. Se Hee tiba-tiba bicara dengan wajah serius.
“Ji Ho itu wanita yang penuh tekad.” Ucap Se Hee. Ibu Ji Ho terlihat binggung.
“Aku memang belum kenal betul dengan Ji Ho, tapi ketika dia memutuskan menulis naskah, atau ketika dia memutuskan berhenti dan ketika dia memutuskan menikah maka dia membuat semua keputusan itu untuk dirinya sendiri.” Ucap Se Hee. Ji Ho masih mendengar dari depan ruangan.
“Dia mungkin di luarnya kelihatan lemah dan pemalu tapi dia orang yang penuh tekad. Dia sangat tegar. Dia tidak melakukan apapun yang membuatnya tidak bahagia. Karena itu, Ji Ho pasti akhirnya akan memilih jalan yang membuatnya bahagia.” Ucap Se Hee. Ibu Ji Ho berkaca-kaca mendengarnya.
“Dan selama masa pernikahanku dengan dia kelak, aku takkan menghalangi jalannya. Hanya itu janji yang bisa kubuat sekarang.  Aku mohon maaf.” Ucap Se Hee. Ibu Ji Ho pikir meminta maaf untuk apa.
“Karena aku tidak bisa berjanji membuatnya bahagia atau melindunginya dan Hanya itu yang bisa kujanjikan.” Kata Se Hee.
“Memangnya kenapa? Ucapanmu itu benar. Hanya karena kau sudah menikah, bukan berarti kau harus membuatnya bahagia. Siapa orang yang bisa membuat orang lain bahagia? Zaman sekarang ini, susah untuk bahagia. Hal terbaik yang bisa dilakukan hanyalah tidak menghalangi orang lain.</i> Itu jauh lebih baik daripada berucap janji palsu. Dan Lain kesempatan, akan kubuatkan kau sup ular. Kau harus Coba memakannya” kata Ibu Ji Ho. Se Hee terlihat kaget diminta untuk makan Sup ular. Ji Ho bisa tersenyum mendengarnya. 

Tuan Yoon menjabat tangan Tuan Nam merasa kalau sudah bertahan dari masa-masa sulit di zaman mereka tumbuh dewasa, Tuan Nam membenarkan. Tuan Yoo pikir Anak-anak mereka semua lahir di masa-masa yang menyenangkan. Tapi mereka selalu mengeluh bagaimana sulitnya keadaan.
Ibu Ji Ho melihat suaminya banyak bicara mengajak segera pergi karena besanya itu pasti lelah. Ji Sook pun menarik ayahnya untuk segera pergi. Tuan Yoon berpesaan walaupun putrinya itu banyak kekurang meminta agar diperhatikan. Tuan Nam menganguk mengerti. Tuan Yoon pergi dipapah oleh Ji Sook karena setengah mabuk.
Eun Sol pamit pergi pada kakak iparnya, Ji Ho meminta maaf pada Eun Sol karena harus datang padahal sedang hamil. Eun Sol pikir tak masalah lalu berbisik pada Ji Ho kalau suami kakak iparnya itu sangat tampan. Ji Ho seperti tak menyadarinya, karena yang dipikirkan adalah memiliki tempat tinggal, lalu mengajak mereka untuk segera pergi. 

Ji Ho duduk di halte bus menatap Se Hee merasa kalau suaminya itu memang tampan sekali. Se Hee tiba-tiba memegang dibawah hidungnya, Ji Ho panik bertanya ada apa. Se Hee mengaku penasaran apakah hidungnya berdarah karena Ji Ho sedari tadi terus menatap wajahnya.
“Apa ada yang aneh di wajahku?” tanya  Se Hee. Ji Ho mengelengkan kepala dengan wajah gugup.
“Tadi ada nyamuk.” Kata Ji Ho. Se Hee bingung apakah Di cuaca seperti ini. Ji Ho juga mengaku binggung.
“Nyamuk-nyamuk itu pasti pintar bertahan hidup.” Ungkap Ji Ho mencari alasan dan mengucapkan Terima kasih pada Se Hee.
“Tadi aku mendengarnya dari luar. Terima kasih sudah berkata hal-hal seperti itu pada ibuku. Aku merasa membuatmu khawatir. Seharusnya aku yang mengatasinya sebelumnya.” Kata Ji Ho
“Itu tidak hanya menyangkut dirimu. Jika orang tua khawatir kita hidup bersama...,tugaskulah sebagai yang pemilik rumah untuk membuatnya merasa lega. Tepatnya, itu sekarang bukan hanya kekhawatiran dirimu. Tapi, kekhawatiran kita.” Kata Se Hee.
Ji Ho kembali merasakan sesuatu yang aneh karena Se Hee mengatakan “Kekhawatiran kita” Se Hee memberkankan kalau itu kekhawatiran merkea dan akan menjadi masalah kita. Ji Ho tersenyum seperti memiliki seorang yang bisa menyelesaikan masalah bersama. 


[Episode 6: Karena ini Saat Pertama Kita]
Soo Ji bertanya pada bibi pemilik restoran apakah ada meja kosong, Bibi yang sedang sibuk mengatakan sudah tidak ada. Saat akan keluar Ho Rang melihat Sang Goo duduk dengan Won Seok. Soo Ji kesal karena Ho Rang pasti sudah tahu sebelumnya dan sengaja datang ke restoran yang sama.
“Apa maksudmu Kalau tempat ini enak-enak  makanannya? Tentu saja aku sudah tahu.” Ucap Ho Ran berdalih.
“Ho Ran... Kebetulan sekali bertemu kau di sini... Seoul memang sempit sekali.” Ucap Sang Goo menyapa lebih dulu. Ho Rang juga merasakan hal yang sama.
“Karena sempit, ayo kita duduk bersama.” Ajak Sang Goo. Soo Ji langsung menolaknya.
“Astaga, aku ini lagi sibuk, tapi kalian ini malah menghalangiku. Sudah Cepat duduk.” Kata Si bibi melihat keduanya di tengah jalan dan mendorongnya. Akhirnya  Soo Ji terpaksa duduk bersama. 

Mereka mulai bersulang bersama, Ho Rang langsung meminum habis satu gelas penuh. Won Seok sebelumnya hanya memalingkan wajah seperti tak percaya. Sang Goo yang melihat berkomentar Ho Rang itu jago minum Bir dicampur dengan Soju, karena berpikir haanya bisa minum soju.
“Aku dulu tak jago, tapi baru-baru ini aku makin terlatih. Itu karena aku putus dengan pacarku.” Ucap Ho Rang. Won Seok terlihat menahan kesal dan beusaha untuk tak peduli, Sang Goo hanya bisa mengulang kalau Ho Rang baru saja putus dengan pacarnya
“Apa aku juga harus mendaftarkan namaku di aplikasi buatanmu?” pikir Ho Rang
“Tapi, jika wanita cantik sepertimu... mendaftar di aplikasi kami, itu sungguh suatu kehormatan. Lalu Pria macam apa yang kau suka?” tanya Sang Goo.
“Aku tidak terlalu peduli dengan apapun, asal jangan mahasiswa teknik.” Kata Ho Rang sengaja menyindir.
“Seorang mahasiswa teknik. Tapi dia... Memangnya ada apa dengan mahasiswa teknik?” ucap Sang Goo menunjuk temanya dengan wajah binggung.
“Apa sebenarnya salah dari mahasiswa teknik itu? Bisakah kau tanya itu ke dia? Aku ingin mendengarnya.” Kata Won Seok. Sang Goo pikir Ho Rang sudah bisa mendengar pertanyaan sendiri.
“Karena kami sudah putus, aku tidak ingin membicarakannya. Kau Bilang begitu ke dia.” Ucap Ho Rang. Sang Goo mengeluh pada keduanya membuat posisinya jadi tak nyaman.
“Kau Bilang juga ke dia, kalau aku berharap dia bisa cepat peka di kehidupan selanjutnya. Karena kurasa, dalam kehidupan ini, dia tak bisa peka.” Ucap Ho Rang
“Ho Rang, kau ini benar-benar...Aku sudah mencoba memahamimu..., tapi kau sudah kelewatan kali ini, Apa kau tahu itu”kata Won Seok marah
“Memang apa yang kau coba pahami? Bagaimana kau bisa memahamiku?” ucap Ho Rang terlihat sinis.
“Jangan senyum sinis seperti itu. Aku benci melihatnya.” Ucap Won Seok.
“Apa Kau tahu kenapa aku marah dan apa alasan sebenarnya?” kata Ho Rang dengan nada tinggi.
“Aku tahu alasannya... Aku tahu kenapa kau marah.” Tegas Won Seok. Ho Rang terdiam, Sang Goo meminta keduanya agar bisa tenang lebih dulu.
“Won Seok juga merasa tidak karuan, saat dia tahu kenapa kau kesal. Dia tahu kau marah karena dia membelikanmu sofa yang dipajang.” Kata Sang Goo. 


Ho Rang kaget mendengarnya,  Sang Goo menjelaskan kalau Won Seok khawatir jika sofa itu ada nodanya karena itu sofa untuk display, bahkan  mencoba mencucinya sebisa mungkin, bahkan ototnya jadi kaku di lengannya. Soo Ji mendengarnya berbisik meminta agar Sang Go berhenti bicaranya.
“Dia juga ingin menghemat biaya pengiriman, jadi dia membawa sofa itu jauh-jauh dari stasiun. Dia sudah berusaha yang terbaik.” Kata Sang Goo. Soo Ji memohon agar Sang Goo bisa berhenti bicara.
“Ho Rang... Won Seok sudah melakukan semua yang dia bisa.” Kata Sang Goo mencoba menyakinkan.
“Apa hanya itu alasan yang bisa kau pikirkan? Apa Kau pikir aku kesal karena kau membelikanku sofa yang dipajang? Kau pasti berpikir kalau aku hanyalah orang yang kesal dengan hal semacam itu. Padahal kita sudah 7 tahun menjalin hubungan.” Ucap Ho Rang dengan menahan air matanya keluar dari restoran. 

Sang Goo dan Won Seok binggung dan Won Seok akhirnya mengejar Ho Rang keluar dari restoran.  Won Seok berhasil menahan Ho Rang ingin tahu kalau bukan itu alasan lalu apa alasan pacarnya itu marah. Ho Rang benar-benar tak habis pikir dengan pacarnya itu.
“Waktu pernikahannya Ji Ho, aku menangkap karangan bunganya. Apa Kau tahu itu?” ucap Ho Rang
“Ya, aku melihatnya... Aku bahkan melihatmu hampir terjatuh.” Kata Won Seok lal meminta agar jangan bertele-tele dan Katakan saja kenapa  marah.
“Apa kau juga tahu kalau menangkap karangan bunga artinya kau harus menikah dalam enam bulan?” ucap Ho Rang. Won Seok seperti masih belum mengerti meminta Ho Rang berkata yang jelas saja.
“Setelah menangkap karangan bunga itu, jika kau tidak menikah dalam enam bulan., itu artinya kau tidak bisa menikah selama tiga tahun.” Ucap Ho Rang
“Kenapa kau jadi melantur soal takhayul konyol itu? Itu tidak penting sekarang.” Kata Won Seok
Ho Rang tak bisa menahan amarahnya memilih untuk memukul Won Seok dengan buket bunga. Won Seok menjeritk kalau pacarnya itu sudah gila. Sang Goo dan Soo Ji bergegas keluar, tapi saat itu Ho Rang berteriak sambil menangis kalau yang dimaksud adalah “Pernikahan!”
“Aku ingin menikah!.. Pernikahan.” Jerit Ho Rang sambil menangis. Won Seok kaget dan langsung memeluk Ho Rang untuk menangis pelukanya.  Sang Goo dan Soo Ji tak percaya melihat keduanya akhirnya bisa kembali bersama. 


Sang Goo heran Kenapa itu bisa berubah jadi hal romantis, saat Ho Rang mengatakan "Aku ingin menikah!" dan Won Seok memeluknya. Ia merasa kalau Itu lebih mengejutkan daripada liku-liku plot lainnya. Soo Ji melihat Sang Goo berpikir kalau pasti jarang pacaran. Sang Goo terlihat sedikit gugup
“Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa.. Apa Tahu kenapa namaku Ma Sang Goo? Itu karena hubunganku selalu berjalan lancar, sejak umurku 18 tahun. Akulah Ma Sang Goo.” Kata Sang Goo bangga.

“Yang kumaksud bukan hanya kirim dan balas pesan. Maksudku hubungan sebenarnya. Kau tidak tahu apa kalian saling mencintai atau terlalu dekat layaknya keluarga. Kau mungkin merasa terintimidasi. Pernahkah kau menjalin hubungan jangka panjang seperti itu? Maksudku, seperti pasangan yang tadi kita lihat barusan.” Ucap Soo Ji menyindir.
“Aku pernah berkali-kali menjalin hubungan dengan seseorang selama 4 atau 5 bulan. Lalu bagaiman dengan Kau sendiri? Apa kau pernah menjalin hubungan yang sebenarnya?” kata Sang Goo.
“Aku Tak pernah. Karena bisa buat frustrasi... Aku tidak menjalin hubungan. Aku hanya membuat kenangan bersama pria saja.” Kata Soo Ji lalu menunjuk taksi di pinggir jalan dan bertanya apa yang akan dilakukan Sang Goo.

Sang Goo tiba-tiba berjalan dan berjongkok didepan mesin boneka. Soo Ji heran melihatnya memilih untuk segera naik ke dalam taksi. Sang Goo menahan pintu taksi dan memberikan sebuah bonek yang berhasil diambil dari mesin boneka.
“Anakmu menangis di sana. Jadi aku membantunya.” Ucap Sang Goo. Soo Ji binggung apa maksudnya itu
“Kau pikir Apa lagi? Kalian mirip sekali.” Kata Sang Goo. Soo Ji pikir tak membutuhkanya.
“Kau Simpan saja.. Kau bilang hanya membuat kenangan bersama pria. Maka ini bisa menjadi kenangan yang kau buat hari ini. Dan..bisakah tidak jangan blokir kontakku? Aku janji tidak akan mengirim pesan konyol lagi.” Ucap Sang Goo lalu menyuruh supir taksi segera pergi setelah menutup pintunya.
Soo Ji melihat boneka yang diberikan Sang Goo mengeluh kalau itu mirip darimananya, tapi wajahnya bisa tersenyum. 

Di kamar
Ho Rang masih saja terus menangis karena  Ji Ho baru saja menikah. Dan Seul Bi juga akan menikah. Won Sek memeluk pacarnya mengaku sangat mengerti lalu meminta agar berhenti dan menyuruh agar tidur. Ho Rang berbaring tapi  tetap saja menangis. Won Seok terus memeluk Ho Rang agar  tertidur.
Setelah Ho Rang tertidur, Won Seok keluar dari kamar dan duduk disofa yang dibelikanya, wajahnya terlihat memikirkan sesuatu tentang dirinya.

Se Hee kelua dari kamar, Ji Ho menyapa Se Hee yang baru bangun. Se Hee melihat menu Sarapan Ji Ho sepertinya enak. Ji Ho pikir memang biasa selalu sarapan dengan malu-malu mengatakan kalau  ini hari pertama setelah pernikahan mereka. Se Hee mengaku tahu tapi wajahnya tetap terlihat datar.
“Kalau begitu, selamat menikmati.” Ucap Se Hee akan pergi ke kantor.
“Kau juga boleh makan sarapannya.” Kata Ji Ho. Se Hee langsung menolak.
“Tapi tetap saja ini hari resmi pertamaku pindah kesini. Aku kebanyakan membuat sarapannya karena kukira kita akan makan bersama.” Kata Ji Ho terlihat kecewa.
“Kalau begitu, aku akan memakannya.” Kata Se Hee. Ji Ho terlihat penuh semangat memberikan mangkuk nasi untuk Se Hee. 

Se Hee mencoba sup lebih dulu saat memakan nasinya, Ji Ho menunggu tanggapan Se Hee tapi suaminya itu hanya diam saja. Se Hee mengambil telur gulung dan memakanya, lalu berkomentar kalau rasanya Enak. Senyuman Ji Ho terlihat bahagia mendengarnya.
“Aku tahu, kalau aku memang pandai masak.” Ucap Ji Ho bangga.
“Ya.. aku juga setuju... Kau punya bakat memasak.” Balas Se Hee dengan wajah datarnya.
“Ini sebenarnya pertama kalinya kita bukan makan ramyeon, tapi makanan sungguhan.” Kata Ji Ho bahagia. Se Hee membenarkan. 

Ji Ho makan dengan lahap steak direstoran Ho Rang, Soo Ji terus menatap temanya lalu bertanya apa saja yang dilalukan temanya semalam dengan tatapan mengoda. Ji Ho mengaku kala setelah acara resepsi, mandi menonton bola, lalu tidur.
“Apa Kau menonton bola sama dia?” tanya Soo Ji penasaran.
“Kami kelelahan. Jadi kami menontonnya di kamar masing-masing.” Jawab Ji Ho. Soo Ji kaget kalau mereka itu berbeda kamar.
“Maksudku, kami menontonnya lewat ponsel masing-masing.”jelas Ji Ho lalu mengalihkan dengan meminta Soo Ji mencicipi steaknya yang rasanya sangat enak.
“Tak usah. Kau saja yang makan, Mempelai Wanita. Kau butuh tenaga sebagai pengantin baru.... Lalu Menurutmu, dia paling seksi waktu dia sedang melakukan apa?” ucap Soo Ji. Ji Ho terlihat binggung.
“Kalian itu 'kan pengantin baru. Apa kau tidak menginginkan dia sepanjang waktu?” kata Soo Ji. Ji Ho rasa kalau mereka bukan pasangan seperti itu.
“Ji Ho, jangan bilang kalian itu pasangan tanpa seks.” Kata Soo Ji menebaknya. Ji Ho mengelak kalau bukan seperti itu.
“Lalu kenapa kau tidak cerita apapun? Padahal aku selalu cerita tiap detil apa yang terjadi dengan teman kencanku. Tapi kau tidak menceritakan apapun tentang suamimu.” Keluh Soo Ji kecewa. 


“Saat dia bilang "kita." Aku suka mendengarnya membicarakan tentang "kita". Waktu dia bilang rumah "kita" atau urusan "kita". Aku sangat suka.” Ungkap Soo Ji dengan senyuman bahagia.
“Jadi kau merasa senang tiap kali dia bilang "kita"? Apa itu jimatmu?” kata Soo Ji mengoda.
Ji Ho mengaku Bukan seperti itu. Ho Rang datang dengan wajah penasaran ingin tahu apa jimatnya. Ji Ho menegaskan kalau itu bukan jimatnya. Soo Ji memberitahu kalau Ji Ho merasa senang tiap kali suaminya bilang "kita". Ho Rang pikir Jimat bagi seorang penulis memang beda dengan sengaja mengoda Ji Ho dengan panggilan"Kita".
“Tapi ini hari pernikahan pertamamu. Kenapa kau keluar?” tanya Ho Rang
“Aku mau cari kerja sambilan.” Kata Ji Ho. Ho Rang kaget mendengarnya dan ingin tahu alasanya.
“Aku harus bekerja untuk Biaya hidup dan tagihan nirkabel kami.” Kata Ji Ho. Soo Ji pikir suami Ji Ho itu kejam sekali,  Ji Ho terlihat binggung.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar