PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 Oktober 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Ho Rang berkomentar kalau Se hee itu tega membuat Ji Ho kerja sambilan, padahal mereka sudah suami istri. Soo Ji piki Punya penghasilan ganda itu suatu keharusan dalam masyarakat zaman sekarang dan bertanya apakah nanti Ho Rang menikah, takkan bekerja.
“Tentu saja aku bekerja, yaitu Pekerjaan rumah tangga, Aku akan melahirkan anak-anak dan menghabiskan waktu bersama mertuaku.” Ucap Ho Rang
“Hei, kau juga butuh profesionalisme... Lalu Won Seok bilang apa? Apa dia menjawab lamaran anehmu itu?” kata Soo Ji. Ho Rang mengeluh dengan pacarnya itu.
“Dia tidak berhak menjawab. Tapi Dia malah membuat wanita duluan yang melamar. Llau Waktu aku bangun paginya, dia sudah tak ada. Mungkin dia sudah sadar apa kesalahan dia.” Kata Ho Rang percaya diri.
“Ho Rang... Apa Kau yakin dia ingin menikah denganmu? Apa kau sudah... bicara serius dengan dia tentang pernikahan?” ucap So Ji.
“Apa yang perlu dibicarakan? Woo Soo Ji, kami sudah pacaran selama tujuh tahun. Dia harusnya sudah berpikiran ingin menikah. Jika tidak, berarti dia itu bajingan.” Kata Ho Rang kesal. 


Sang Goo menyuruh Won Seok agar menikahi Ho Rang saja,  dengan menunjuk pada Se Hee dengan sifat yang aneh saja bisa menikah, kenapa Won Seok yang terlihat normal tidak bisa. Won Seok pikir Se Hee itu punya pekerjaan dan rumah.
“Kalau aku menikah, kami mau tinggal dimana? Mana mungkin aku menunjukkan lotengku pada orang tuanya.” Kata Won Seok
“Apa Kau masih belum dapat investasinya?” kata Sang Goo. Won Seol memberitahu kalau akan ketemu hari ini tapi tak yakin dengan hasilnya.
“Mereka mungkin memutuskan tidak berinvestasi..., karena mereka selalu kasih harapan palsu.” Kata Won Seok pasrah.
“Jangan salah paham soal apa yang akan kukatakan ini, tapi Dengar saja dulu. Apa kau mau bergabung dengan perusahaanku? Aku tahu kau juga CEO dari perusahaanmu. Tapi kau harus menjadi bagian dari suatu perusahaan agar bisa menikah dengan nyaman.” Ucap Sang Goo membantu.
“Terima kasih atas tawarannya, tapi aku ingin melihat hasilnya dulu. Apalagi aku telah mengorbankan banyak waktu dalam hal ini juga. Yang lebih pentingnya, aku tidak tahu apa itu pernikahan. Apa Hyung tahu, apa itu pernikahan?” kata Won Seok. Sang Goo terlihat gugup.
“Entahlah...Pernikahan itu pasti menyenangkan, Bersama lebih baik daripada sendirian. Seperti Punya seseorang yang memahamimu tanpa syarat, Punya orang yang selalu menemani kita. Bukankah itu hal baik?” kata Sang Goo.
“Kenapa mendadak kau jadi begini? Kenapa kau jadi lembut sekali? Apa akhir-akhir ini, ada orang yang seperti itu di dekatmu?” ejek Sang Goo.
“Pernikahan itu lebih dari apa yang kau bayangkan... Hei.. Tn. Nam, pernikahan itu apa? Pernikahan itu apa,... pria yang sudah menikah? Apa Karena kau sudah menikah, kau senang?” ucap Sang Goo berteriak memanggil Se Hee. Se Hee datang melepaskan earphonye. 


“Sudah kuperingatkan jangan bicara denganku selagi aku bekerja. Dan Gara-gara kau, logikaku jadi tidak jalan.” Tegas Se Hee. Sang Goo menganguk mengerti dan terlihat ketakutan.
“Dan juga, jangan bawa-bawa masalah pribadi di tempat kerja.” Ucap Se Hee. Sang Goo mengerti dan Se Hee pun pergi meninggalkanya.
“Aku baru sadar orang bisa meludah lewat mata mereka. Dia memang tak ada ramah-ramahnya.” Ucap Won Seok
“Tapi dia sudah menikah, jadi kenapa kita tidak bisa?” kata Sang Goo menyakinkan temanya yang tak normal saja bisa menikah. 

Ji Ho bertemu dengan pegawai cafe untuk mencari pekerjaan Si pegawai melihat Ji Ho masih muda dibanding umurny, lalu Apakah sedang mempersiapkan ujian. Ji Ho mengaku hanya beristirahat sejenak. Si pegawai seperti tak percaya kalau Ji Ho melakukan diusia sudah kepala tiga.
“Kau dulu seorang penulis.” Ucap si pegawai. Ji Ho mnegaku sebagai asisten penulis drama.
“Kau bilang Asisten penulis? Aku baru tahu ada pekerjaan seperti itu. Sepertinya aku tidak bisa mempekerjakanmu. Kami sebenarnya mencari orang berusia 20-an.” Kata si pegawai meminta maaf.
Ji Ho mencari dan melihat didepan restoran kalau mencari pekerja sambilan, ketika ingin bertanya seorang paman keluar dari restoran memanggil Bok Nam dan bertanya apakaha Ji Ho mau melamar kerja sambilan?. Ji Ho membenarkan.
“Padahal lagi sibuk, tapi kemana dia itu? Maaf, bisakah kau cari Bok Nam?” ucap paman. Ji Ho binggung siapa Bok Nam.
“Dia bayiku. Dia pergi waktu aku lagi di dapur. Aku harusnya mengikatnya atau apapun itu” keluh Si Paman. Ji Ho bertanya apakah Bok Nam pergi sendiri.
“Dia penampilannya seperti... rambutnya cokelat, tekstur Rambutnya lembut, dan pakai baju merah muda. Dia suka berada di pojokan. Kalau cari di area itu, maka kau pasti bertemu denganya” ucap Si paman. Ji Ho mengingat cirinya Cokelat, lembut, dan merah muda.
Si paman bergegas masuk karena harus mengantar pesanan dengan menambahkan kalau yang carinya adalah sangat cantik. 

Ji Ho berteriak memanggil Bok Nam disekitar restoran, sambil mengeluh kalau tadi tidak tanya anjing jenis apa. Ia terus memanggil Bok Nam berpikir kalau itu anjing pudel coklat. Sampai akhirnya seorang pria seperti merasakan namnya di panggil, Ji Ho terus memanggil Bok Nam di balik terpal. Pria itu bertanya apa yang dicari oleh Ji Ho.
“Aku lagi cari anjing punya pemilik restoran di sana. Kurasa dia pergi sendirian. Namanya Bok Nam.” Ucap Ji Ho polos. Si Pria agak kaget mendengar nama Bok Nam.
“Apa Kau ada melihatnya? Rambutnya coklat. Dia pakai baju merah muda. Pokoknya dia cantik.” Ucap Ji Ho. Bok Nam hanya tersenyum. Ji Ho kembali bertanya apakah pria itu melihatnya.  Pria itu menjawab tidak, Ji Ho pun pamit pergi.
“Apa kau Bisa kasih nomormu? Kalau ketemu anjingnya, nanti kutelepon kau.” Ucap si pria. Ji Ho pun memberikan nomor ponselnya dan pria itu pun pergi. Tapi setelah itu Ji Ho binggung kenapa harus memberikan nomor ponsel pada orang yang baru dikenal pada bukan pemiliknya.


Ji Ho kembali datang ke restoran merasa tak enak harti kalau Bok Nam tak ketemu. Paman mengucapkan terimakasih karena Bok Nam sudah kembali datang. Ji Ho pun mengucap syukur. Paman mengajak Ji Ho duduk karena sebelumnya ingin melamar kerja sambilan.
“Terima kasih telah membantuku menemukan Bok Nam. Dia menyelinap keluar kapan pun dia ada kesempatan.” Ucap  Paman. Ji Ho mengaku kalau menyukai namanya.
“Apa Kau bawa CV?” kata Si paman. Ji Ho memberikan amplopnya, saat tu pria yang ditemuinya sedang menyusun minuman dalam kulkas dengan mana Bok Nam di celemeknya. 

Sang Goo membawa dua plastik sandwich berjalan dengan Bo Mi yang asik minum kopi. Bo Mi memberitahu Asisten Park menelepon, memberitahu  kalau mereka akan makan malam perusahaan hari ini. Sang Goo tak percaya mendengarnya kalau Sudah jelas apa yang mereka incar.
“Mereka ingin aku datang dan membayar makan malam mereka. Asisten Park yang bekerja di Phoenix itu, 'kan?” ucap Sang Goo
“Bukan, Asisten Park yang bekerja di HK.” Kata Bo Mi. Sang Goo langsung terlihat bersemangat ingin tahu dimana dan jam berapa.

“Aku sudah SMS lokasi dan waktunya.” Kata Bo Mi. Sang Goo menganguk mengerti.
“Tapi, kenapa aku terus yang jadi relawan membawa-bawa barang? Mengingat usia dan status sosial, bukankah seharusnya kau yang bawa ini?” kata Sang Goo. Bo Mi tiba-tiba melihat Ji Ho sebagai istri Se Hee ada didepan gedung.
Sang Goo langsung menyapa Ji Ho, bertanya ada apa datang, dan bepikir untuk bertemu dengan Se Hee. Ji Ho mengelak karena ada urusan didekat kantor Se Hee. Sang Goo mengajak Ji Ho makan bersama mereka akan makan malam. Ji Ho menolak. Bo Mi mengajak Ji Ho untuk ikut masuk saja. 


Ji Ho akhirnya ikut masuk ke dalam ruangan, Sang Goo meminta agar Ji Ho menganggap saja rumah sendiri dan belum pernah datang sebelumnya dan ingin tahu pendapatnya. Ji Ho melihat tempat Se Hee itu nyana,
“Ya, aku memang berusaha membuatnya nyaman... Se Hee pasti ada rapat, tapi kurasa sebentar lagi selesai dan Tempat duduk dia di sini. Kau Lihat-lihat saja dulu. Aku mau menyajikan makanan ini dulu.” Ucap Sang Goo memberikan semangat.
Ji Ho melihat meja Se Hee yang bersedih dengan dua layar didepanya dan keyboard berwarna putih. Lalu ada papan bertuliskan [Ini aku.] seperti semua pegawai yang berkerja di kantor. Foto mereka dibuat poloroid dan candid dengan profile pada sebuah kertas [Ma Sang Goo: Nama panggilan, Mavely, Suka wanita dan lembur]
Lalu Foto Se Hee terlihat sedang makan dari belakang, profilenya bertuliskan [Nam Se Hee: Tidak ada nama panggilan, Suka kucing dan benci hal-hal seperti ini]. Ji Ho terlihat senang datang ke tempat Se Hee seperti mulai mengenalnya. 

Se Hee duduk diruang rapat terlihat memarahi anak buahnya, karena sebelumnya memberitahu tidak ada yang bisa diperbaiki minggu lalu dan sudah jelas bertanya apa ada yang perlu diperbaiki untuk versi akhirnya bahkan bertanya dua kali.
“Itu karena begitu banyak orang menyuarakan hal ini.” Jelas anak buahnya Se Hee bertanya apakah ia harus tahu semuanya/
“Seharusnya kau mengatasinya sebelumnya. Kuharap kedepannya kau takkan lagi merusak ritme kerjaku dengan masalah kecil seperti ini.” Kata Se Hee. 

Se Hee terlihat kaget saat keluar dari ruang rapat, Ji Ho sudah ada didepanya. Mereka pun makan sandwich bersama, Se Hee duduk denganw wajah kaku disamping istrinya. Pegawai yang lain berpikir kalau yang dilihat seperti hologram, karena tak menyangka bisa melihat istrinya Se Hee dengan mata kepala sendiri. Sang Goo meminta anak buahnya agar Jangan berlebihan.
“Tapi Boleh aku ambil foto untuk dokumentasi kerjaan?”kata Bo Mi “kata Bo Mi. Ji Ho binggung kenapa harus difoto, tapi Bo Mi akhirnya bisa mengambil foto Ji Ho. Ji Ho ingin tahu kenapa harus mengambil gambarnya.
“Kau 'kan tipe idamannya Se Hee. Jadi aku akan memasukkanmu dalam database kami.” Kata Sang Goo. Ji Ho binggung kenapa jadi Tipe idamannya.
“CEO Ma bilang dia menikahimu karena kau cantik. Benar, 'kan?”kata Bo Mi
“Aku belum pernah dengar Se Hee pakai kata sifat seperti itu, saat menggambarkan seorang wanita. Dia bilang.. Sangat. Sangat cantik. Aku senang kau ada di sini, Ji Ho Kapan lagi kami bisa meledek Se Hee seperti ini lagi?.” Ungkap Sang Goo.  Pegawai yang lain meminta Ji Ho agar sering mampir dengan memanggilnya Nyonya Nam. Semua tertawa hanya Se Hee tetap terlihat kaku. 

Soo Ji minum bersama dengan Manager Park, lalu berpikir kalau akan pulang sekarang. Manager Park meminta agar menunggu, dan saat itu Sang Goo melambaikan tangan saat Manager Park memanggilnya. Soo Ji terlihat kesal karena Sang Goo kembali datang dengan mencari-cari cara lain.
“Apa Kabarmu baik? Dan Kumpul-kumpul apa ini?” ucap Sang Goo menyapa semua temanya.
“Ini makan malam untuk rekrutan baru karena ini hari terakhir mereka.” Kata Manager Park
“Dia... CEO Gyeol Mal Ae, Ma Sang Goo.” Kata Manager Park. Sang Goo pun memperkenalkan nama dengan memberikan semangat pada tim Manager Park.
“Karena CEO Ma sudah datang dan sama kita, ayo pergi ke restoran lain. Kenapa kita tidak pergi makan sashimi sapi mentah saja?” kata Manager Park. Sang Goo setuju dan akhirnya mereka pun pergi untuk ronde kedua. 
 
Sang Goo keluar dari restoran ingin membayar tagihan, Soo Ji datang meminta agar membayar dengan kartunya saja.  Sang Goo heran karena seharusnya ia yang bayar. Soo Ji pikir kenapa harus Sang Goo karena yang makan adalah teman-teman satu kantornya. Pegawai memberitahu totalnya 260 ribu won dan meminta tanda tangan Soo Ji.
“Aku tahu gajimu banyak tapi jangan buang-buang uang untuk orang yang memanfaatkanmu. Jika kau punya uang buat bayar ini, pergi saja main mesin capit boneka.” Kata Soo Ji lalu meninggalkan restoran.
“Kenapa wanita itu? Apa dia memamerkan daya tariknya? Jantungku jadi berdebar-debar.” Kata Sang Goo. 
Mereka saling bertukar kartu nama dan juga account facebook untuk menerima pertemanan. Manager Park meminta pada Soo Ji  karena tidak menerima permintaan Pertemanannya padahal sudah dua minggu. Soo Ji berpura-pura tak tahu.
“Cek saja sekarang.” Kata Manage Park. Soo Ji Pikir Nanti saja.
“Kenapa? Apa Kau tak mau berteman dengan orang yang sudah menikah?”ejek Manager Park yang mabuk, Soo Ji terlihat binggung memberikan alasan.
“Aku juga belum lama ini permintaan pertemananku ditolak oleh karyawanku. Dia sangat marah karena atasannya memintanya menjadi temannya.  Jadi... Kurasa budaya di perkantoran seperti itu. Janganlah berteman dengan rekan kerja. Itulah budayanya.” Kata Sang Goo.
“Bukankah karyawan itu seorang wanita?” tanya Manage Park. Sang Goo membenarkan.
“Sudah kuduga, Wanita memang seperti itu. Aku tahu alasannya. Pasti di akunnya banyak foto Soo Ji dengan pacarnya. Jika bukan karena itu, kenapa dia tidak menerima permintaan pertemanannya?” ucap Manager Park. Soo Ji membenarkan.
“Aigoo, baiklah. Aku akan menerimanya. Apa Kau puas sekarang? Hei.. Asisten Woo...,kau memang keren. Jadi jangan hapus foto bikinimu yang di hotel itu.” Kata Manager Park. Soo Ji pun dengan menahan rasa amarah meminta agar jangan dilike karena nanti jadi aneh.  Mereka pun mulai minum. 

Soo Ji merokok diluar restoran, Sang Goo datang dan Soo Ji menawarkan rokok. Sang Goo mengeluh dengan sikap Soo Ji karena tidak marah saat mereka membicarakan omongan sampah seperti itu. Soo Ji meminta Sang Goo agar bisa mengendalikan dirinya.
“Kau bisa dengan ku, bersikap blak-blakkan. Tapi kenapa kau hanya tersenyum di depan mereka? Apa Kau pura-pura bodoh di depan mereka?” ucap Sang Goo terlihat marah karena Soo Ji seperti direndahkan sebagai wanita.
“Kau mungkin tidak mengerti karena kau CEO, tapi makan malam seperti ini juga merupakan pekerjaan bagi orang sepertiku. Dan Jika para senior bertengkar di depan para pemula, apa kata orang nanti?” kata Soo Ji
“Justru itu, harusnya kau lebih tegas di depan mereka. Kau harus buat mereka sadar kalau perilaku seperti itu tidak bisa ditolerir.” Ucap Sang Goo.
“Kenapa aku harus begitu? Apa kau bisa bayangkan hidup seorang pekerja wanita di perusahaan besar? Jika ada rumor, maka aku terus yang akan digosipkan. Jadi berhenti mencampuri urusanku, CEO Ma.” Tegas Soo Ji lalu bergegas pergi. 


Ji Ho berjalan pulang dengan Se Hee terlihat wajahnya sangat sumringah berkomentar kalau CEO Ma ternyata orangnya jauh lebih menyenangkan dari yang diduga, lalu bertanya apkah Se HEe melihat wajah Bo Mi wakatu CEO Ma menyembunyikan sandwichnya,
“Kurasa Bo Mi cukup menggemaskan.” Ucap Ji Ho. Se Hee hanya berkomentar “Oh, begitu”
“Apa kau tahu? Berjalan seperti ini pulang bersama, ini pertama kalinya untukku.” Kata Ji Ho terlihat bahagia. Tapi Se Hee terlihat tak begitu senang.
“Tinggal sendirian di Seoul memang tak masalah kecuali saat aku harus pulang sendiri. Jadi aku membayangkan hal ini saat aku masih sekolah. Aku berpikir aakan pulang dengan seseorang jika sudah menikah dan Pasti senang sekali rasanya.”ucap Ji Ho. Se Hee hanya menjawab “ya”


Mereka pun masuk rumah, Kucing kesayangan Se Hee sudah menunggu. Ji Ho langsung memanggilnya “Woori” dengan mengajak bicara apakah tak bosan tinggal dirumah sendirian. Se Hee terdiam didepan pintu. Ji Ho memberitahu kalau ia yang memberinya nama karena sebelmnya Se Hee hanya memanggilnya “kucing/kitty”
“Kurasa lebih baik kalau dia punya nama. Memanggilnya Kitty (Kucing) agak aneh. Sama saja seperti ibuku memanggilku Nak, seperti "Nak, makanlah."” Kata Ji Ho. Se Hee hanya diam dengan menuangkan makanan di piring kucingnya.
“Apa Kau tak suka... namanya?” tanya Ji Ho binggung melihat wajah Se Hee yang berbeda.
“Bukannya aku tidak suka... Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman.” Kata Se Hee. Ji Ho kaget karena Se Hee merasa tidak nyaman.

“Ya. Dia 'kan kucingku, tapi orang lain memanggilnya pakai nama yang lain. Jadi rasanya tidak nyaman.” Kata Se Hee. Ji Ho terlihat agak shock tapi bisa mengerti.
“Berarti karena aku datang ke kantormu hari ini, apa kau juga merasa tidak nyaman?” kata Ji Ho
“Ya, jujur, aku tidak nyaman... Kita memang sudah menikah. Jadi jika kau menginginkan lebih dari hubungan pemilik-penyewa, maka itu sangat tidak nyaman bagiku. Aku ingin menghindari situasi seperti hari ini, sebisa mungkin.” Kata Se Hee. Ji Ho mengaku bisa mengerti.
“Kurasa kau benar... maka Ke depannya, aku akan mencobanya.” Kata Ji Ho. Se Hee pun meminta izin agar bisa memegang kucingnya karena sudah saatnya potong kuku kakinya. Ji Ho pun memberikan Woori pada Se Hee. 


Ho Rang duduk disofa sambil mengingat ucapan Soo Ji sebelumnya “Ho Rang, apa Won Seok ingin menikahimu? Jadi apa kalian sudah bicara serius tentang pernikahan?”. Won Seok pulang sambil mengeluh sangat lelah dan berbaring di pangkuan Ho Rang.
“Katanya kau ada pertemuan sama para investor. Kau sudah kerja keras.” Ungkap Ho Rang
“Ya, aku sudah kerja keras. Tadi mereka semua berlagak seperti Steve Jobs. Mereka ingin kita mulai dari garasi. Memangnya ini Amerika ? Aku saja tidak punya mobil. Jadi Mana mungkin aku punya garasi?” keluh Won Seok den merasa nyaman berbaring di pangkuan Ho Rang.

“Won Seok... Soal pernikahan... Bagaimana pendapatmu?” ucap Ho Rang dengan wajah serius. Won Seok pun duduk terlihat gugup.
“Aku belum pernah mendengar pendapatmu soal itu. Apa kau ingin menikah juga?” tanya Ho Rang
“Soal itu...,sejujur, aku belum tahu. Jadi, aku sungguh sangat mencintaimu. Aku selalu ingin bersamamu. Makanya aku tinggal bersamamu sekarang. Tapi... Aku belum tahu bagaimana soal menikah.” Akui Won Seok.
“Tapi kau 'kan mencintaiku.” Kata Ho Rang heran.

“Tentu saja. Kau tahu sendiri aku tidak bisa hidup tanpamu. Tapi aku tidak tahu apa menikah sama halnya dengan mencintai seseorang. Pernikahan itu soal punya anak-anak dan bertanggung jawab. Aku saja tidak bisa berhasil mengatur investasi saat ini. Jadi mana bisa aku memikirkan soal menikah” jelas Won Seok.
“Jadi itu pendapatmu.” Kata Ho Rang. Won Seok membenarkan.
“Makanya aku juga akhir-akhir ini, banyak merenungkannya dan Banyak yang harus dikhawatirkan. Ho Rang,  kau pasti kecewa, kan?” ucap Won Seok. Ho Rang mengaku tidak karena Won Seok  juga pasti khawatir.
“Menjalin hubungan dan menikah memang berbeda. Benark, 'kan?” kata Ho Rang berbohong
“Makanya, ini sulit buatku... Ho Rang, aku kadang berpikir, cinta dan pernikahan itu dua hal yang terpisah.” Ungkap Won Seok. 



Ji Ho duduk di meja makan sambil melihat foto album dirinya yang diberikan ibunya pada Se Hee.
“Kami anak-anak tak beruntung yang lahir tahun 1988. Kami lahir di masa kejayaan Republik Korea. Tapi kami juga mengalami penurunan terparah juga. Kami mengalami kemakmuran dan kemiskinan. Karena itu, kami...”
Ho Ran duduk didepan papan dengan semua foto kebersaaman dengan Won Seok selama tujuh tahun. Note Won Seok masih ditempel [Aku sayang kau, Ho Rang.] sementara Won Seok sudah tertidur dengan banyak kerjaan diatas tempat tidur.
“... merupakan anak-anak tak beruntung yang lahir tahun 1988. Tidak ada yang mudah bagi kami. Menikah, berkencan dan menjadi diri kita sendiri, semua itu sulit bagi kami.”
Soo Ji pulang naik taksi, pesan dari Sang Goo masuk “ Maaf. Kadang aku bertingkah seperti orang congkak.” Soo Ji pun membalasnya kalau itu tak masalah bagianya dengan helaan nafas panjang.
“Menjadi romantis dan menjalin hubungan merupakan hal yang tidak bisa kau impikan tanpa menghabiskan uang dan tenaga. Karena itu aku salah paham kali ini.”
Ji Ho mengingat saat Se Hee mengatakan “Aku akan bersamamu. Sekarang ini bukan kekhawatiranmu saja. Tapi kekhawatiran kita.” Yang berpikir kalau Se Hee sudah menganggap dirinya itu miliknya. Ia memegang sebuah kalung berbentuk kucing dengan ukiran dibelakanganya "Kita" lalu membuang ke tempat sampah. 
“Karena kata-kata yang kau ucapkan..., kukira akhirnya aku berhasil dengan mudah kali ini. Kukira aku akhirnya menemukan orang yang bisa kupanggil "kita" bersamaku. Untuk sejenak..., aku merasa senang.” 


Pagi hari
Se Hee melihat Ji Ho yang membuat sarapan enak lagi, lalu menaruh sendok dan sumpit didepanya. Ji Ho dengan wajah dingin sambil mengeluarkan kimchi merasa kalau kemarin malam pasti berlebihan. Se Hee pikir tak masalah.
“Setelah aku berhenti bekerja..., maka harga diriku sudah jatuh. Maaf karena membuatmu tak nyaman. Sebenarnya, sudah lama sekali aku tak mendengar kata-kata seperti "kita". Seperti Rumah kita, Lingkungan rumah kita. Kata-kata seperti itu, belakangan ini, jarang ada yang bilang seperti itu.” Kata Ji Ho. Se Hee hanya terdiam.
“Aku Sudah lama tak merasa seperti dianggap di suatu tempat. Makanya aku agak berlebihan. Aku salah mengira kalau kau dan aku memang "kita". Aku pasti salah paham. Jadi mulai sekarang, jangan enteng sekali bilang "kita" lagi. Karena aku mungkin salah paham nantinya.” Kata Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti.
“Aku tahu kenapa sekarang...merasa sangat marah.” Gumam Ji Ho menaruh mangkuk nasi diatas meja dan meminta memberikan sendok dan sumpitnya.
Se Hee pun memberikan dan terlihat cangung, akhirnya ia memilih untuk duduk disofa dengan kucingnya.
“Itu karena aku salah paham, dan harga diriku terluka dan merasa malu. Mungkin ada banyak alasannya...,”
Ponsel Ji Ho berdering, Ji Ho dengan tangan belebotan dengan saus kepiting mengangkat dengan speakr. Karena tak menyimpan ponselnya Ji Ho bertanya siapa itu. Bok Nam mengaku sebagai cowo yang ada digang. Ji Ho mengingat kalau orang itu yang ditemuinya saat mencari Bok Nam. Bok Nam membenarkan. Ji Ho pun bertanya ada apa menelpnya.
“Ada yang mau kukatakan. Apa Ada kertas di sampingmu?” ucap Bok Nam. Ji Ho mencari note. Bok Nam meminta pulpen. Ji Ho bisa menemukanya.
“Kalau pacar? Apa.... Pacar, punya?” ucap Bok Nam. Ji Ho terdiam dan Se Hee yang duduk di kursi menatapnya terlihatkaget.
“Mungkin ada banyak alasannya. tapi aku yakin satu hal. Sekarang, aku ingin menyakitimu. Gravitasi kita kini...sudah runtuh.”
Ji Ho dengan tegas mengatakan kalau ia tak punya pacar, dengan menatap Se Hee.
Bersambung ke episode 7

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

6 komentar:

  1. Wah makin seru, Bok nam ganteng.😍

    BalasHapus
  2. Wah makin seru, Bok nam ganteng.😍

    BalasHapus
  3. Uhui... Ad boknam... Lo ud ad saingan gne,, bru ngrasa tuh se hee nantinya...

    BalasHapus
  4. Gumaman dan kata Ji ho yang terakhir mantap 👊👊👊...

    BalasHapus
  5. Bok Nam (Kim Min Kyu) selain ganteng juga punya suara bagus, dia pernah ikut I Can See Your Voice bagus bgt

    BalasHapus
  6. Ak kira lead male nya si boknam ini 😃
    Salah ternyata

    BalasHapus