PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 22 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Nyonya Han berada di ruangan dokter menceritakan  terkadang merasa sedih Tapi tidak merasa tertekan dan juga tidak kesepian. Ia berpikir melakukannya dengan cukup baik. Dokter menyarankan agar Nyonya Han bisa berbicara dengan nyaman. Nyonya Han mengaku merasa nyaman.
“Kau tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain akan pikirkan jika mereka mendengarmu. Dan Kau harus jujur disini.” Ucap Dokter. Nyonya Han mengaku sudah jujur.
“Permasalahannya adalah... Aku ingin mati. Jika aku mati, maka Aku tidak harus hidup lagi. Apa gunanya hidup?” ucap Nyonya Han lalu mendenagr bunyi ponselnya.
Ia mengangkat dengan mengaku dari Taman Gapyeong kalau ada yang ingin melakukan reservasi sebanyak 32 orang dan menunya adalah bebek diasinkan. Ia berbicara di telp akalu  akan memberikanselimut, tapi harus membawa kartu Go Stop sendiri.
“Jadi Sampai mana kita tadi?” ucap Nyonya Han seperti terlupa. Dokter mengulang Nyonya Han yang ingin mati.
“Aku benar-benar ingin mati.” Kata Nyonya Han dan telp kembali berhenti dan langsung diangkat olehnya lalu meminta maaf pada Dokter karena mendapatkan banyak reservasi pada akhir pekan dan memberitahu kalau memiliki sebuah restoran.


Flash Back
[Taman Gapyeong]
Nyonya Han sibuk melayani pelanggan yang datang ke restoranya, salah satu pelanggan yang datang adalah Ma Roo dan juga Nyonya Oh berserta teman satu Timnya
“Demi dunia farmasi kita, yang tersebar di seluruh dunia.” Kata Kepala Yoon
“Ini untuk Kepala, yang memberi waktu untuk kita pada akhir pekan demi kesatuan tim kita!” ucap Maknae. Semua pun bersulang termasuk Ma Roo.
Si Maknae meminta agar memberikan gelas bir lagi dan soju. Nyonya Han yang ada didapur bergegas mengambilkanya dan memberikan pada Ma Roo dkk. Saat itu Ma Roo dengan Nyonya Han belum saling mengenal.
“Kami ditipu, dan uang sewa kami meningkat pesat. Kami tidak bisa menghemat banyak uang. Suamiku bekerja keras selama bertahun-tahun. Wanita merasa senang meski pria itu tetap di sisinya tanpa melakukan apapun.”
Nyonya Han sibuk melayani tamu akan kembali ke dapur dan melihat suaminya hanya tertidur dimeja kasir tanpa membantunya.


“Tapi sebenarnya, Aku merasa tidak nyaman saat berada bersama suamiku. Dia memiliki kepribadian yang sulit Bahkan saat dia mengatakan sesuatu yang benar. Dia tahu bagaimana membuat pendengar merasa tidak enak.” Ungkap Nyonya Han tentang suaminya.
Flash Back
Ma Roo memapah seniornya yang mabuk keluar dari restoran.  Tuan Oh menghitung tagihan makan merekan 650.000 won. Kepala Yoon memberikan kartu kreditnya meminta agar membayar 1 juta Won dan memberikan uang tunai 300.000 won saja dan Tuan Oh bisa mengambil 50.000 won.
“Ini adalah kartu perusahaan. Kau tidak dapat melakukannya dengan kartu perusahaan.” Ucap Tuan Oh
“Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan di Korea.” Kata Kepala Yoon yang licik
“Aku tidak akan menerima kartu perusahaanmu.” Tegas Tuan Oh


“Kau pasti menjalankan bisnismu dengan cara yang aneh. Jadi Cepat dan bayar.” Kata Kepala Yoon
“Aku sudah bilang  tidak akan menerimanya! Dari mana kau belajar sopan santunmu itu?” ucap Tuan Oh dengan nada tinggi.
“Hei, bawa atasanmu keluar. Aku ingin berbicara dengan atasanmu!” ucap Kepala Yoon melawan.

Tuan Oh keluar dari meja kasir memberitahu kalau orang yang dicari sudah ada didepanya.  Nyonya Han keluar dari dapur panik melihat suaminya kembali marah. Tuan Oh memberitahu kalau Kepala Yoon sedang bermain curang dengan kartu perusahaannya
“Inilah sebabnya kenapa negara kita tidak bisa bersatu kembali!” ucap Tuan Oh marah. Nyonya Han meminta suaminya berhenti saja.
“Apa itu? Kenapa kita tidak bisa bersatu kembali?” keluh Kepala Yoon. Tuan Oh hanya ingin agar dibayar dengan uang Tunai saja.
“Aku membayar dengan kartuku karena aku tidak punya uang tunai!” tegas Kepala Yoon
“Dimana atasanmu? Berapa nomornya?” ucap Tuan Oh marah 

Nyonya Oh pikir sudah cukup sering mengatakan “Tolong hentikan pada suaminya saat tinggal bersama. Saat suaminya marah-marah dibandara, ia meminta suaminya berhenti bicara. Lalu ia meminta agar Tuan Oh berhenti saat Tuan Oh marah-marah karena So So yang tak juga datang,
“Kau selalu menyuruhku berhenti, wanita ini.” Keluh Tuan Oh saat mendengarnya di Paris
“Dan ketika aku melakukannya, dia menjadi marah. Dia membuatku merasa tidak enak.” Cerita Nyonya Han pada suaminya.
“Apa kau ingin mati karena suamimu?” tanya Dokter. Nyonya Han mengatakan tidak seperti itu.
Di dalam bus
Tuan Oh marah meminta So So agar memanggil atasanya, karena tak suka dengan berlibur seperti ini bahkan Orang tidak pergi jalan-jalan seperti ini. Nyonya Han melihat suaminya marah-marah hanya bisa bergumam dalam hati kalau harusnya mati saja.
Flash Back
“Lalu kenapa kau mau mati?” tanya Dokter, Nyonya Han menatap ke arah luar jendela ruangan praktek.
“Semuanya cantik,, Pegunungannya cantik, dan pepohonannya cantik,  Langit juga cantik. Aku merasa seperti satu-satunya yang tidak hidup cantik.” Ungkap Nyonya Han. 

 [Episode 3- Jangan menangis, atau seekor ular akan keluar.]
Ma Roo berlari mengejar bus agar tak meninggalkanya dan akhirnya berhenti karena kelelahan, Si PM ikut berhenti lalu memastikan kalau Ma Roo mengenal So So. Ma Roo tersadar kalau Si PM ikut berlari bersama dibelakangnya dan ingin menjawabanya. Si PM mengancam akan membunuhnya Jika berbicara bahasa Jepang, Ma Roo akhirnya hanya bisa kabur dari PM melewati jalanan kecil dan PM mengikutinya.
“Kau menelantarkan kami di bandara pada hari pertama! Lalu Kau membuat kami berlari maraton hari ini! Kami di sini untuk bersenang-senang, bukan untuk latihan nasional!” ucap Tuan Oh sangat marah dan kelelahan.
“Aku minta maaf. Kita terlambat makan siang.  Di Perancis, mereka sangat ketat dalam pemesanan, jadi kita bisa melewatkan makan siang.” Ucap So So mencari alasanan.
“Kalau begitu kita harus bertemu lebih awal!” kata Tuan Oh marah

“Ahjushi! .Tidak bisakah kau berbicara dengan tenang?” keluh Ho Ran tak tahan melihat sikap Tuan Oh yang selalu bicara dengan nada tinggi.
“Nona, jangan bosan dengan ini!” kata Tuan Oh. Nyonya Han ingin bicara tapi Ho Ran lebih dulu mengeluh Tuan Oh yang  terlalu berisik.
“Aku punya alasan untuk berisik! Apa kita datang ke sini untuk ini?”kata Tuan Oh. Keduanya terus ada mulut sampai akhirnya Nyonya Han berteriak.
“Aku sudah bilang untuk diam saja!” teriak Nyonya Han. Semua terlihat kaget karena Nyonya Han yang terlihat penyabar tiba-tiba berteriak

“Aku pikir kita melupakan seseorang.” Ucap Nyonya Han. Mereka lalu tersadar kalau Ma Roo tak ada ditempat duduknya. So So pun mulai panik. Ma Roo masih saja kejar-kejara dengan Si PM.
“Astaga, selamat bekerja, Nona pemandu... Kau akan ada di berita!” ucap sindir Tuan Oh.
“Permisi, bukankah seharusnya kita balik?” kata Yeon Jung.
“Kenapa kau tidak memanggilnya dulu? Dia pasti terkejut bahwa dia tertinggal.” Kata Nyonya Han.
“Aku minta maaf. Aku akan mencoba memanggilnya.” Kata So So duduk dibangku depan mencoba menelp Ma Roo. 
Ma Roo masih berlari sambil mengangkat ponselnya. Tapi itu telp dari Kepala Yoon yang mengumpat marah karena Ma Roo yang belum mengirim filenya. Ma Roo mengatakan kalau Ada masalah mendesak. Kepala Yoon ingin tahu Apa yang lebih mendesak dari pekerjaannya.
“Aku minta maaf! Aku akan mengirimkannya segera!” kata Ma Roo. So So bingung karena telp Ma Roo yang sibuk.
“Permintaan liburanmu belum disetujui. Kau tidak hadir tanpa pemberitahuan.” Kata Kepala Yoon. Ma Roo kesal karena terus dikejar oleh PM dan sempat mengumpat
“Kau bilang "Sialan"?” ucap Kepala Yoon marah. Ma Roo menjelaskan kalau tidak mengatakan itu pad atasan dan punya alasan. So So tetap tak bisa menelp Ma Roo akhirnya kembali berdiri diatas bus.


“Telponnya sibuk. Restorannya sudah dekat. Jadi kalian bisa makan sementara Aku akan membawanya kembali.” Ucap SoSo
“Apa akan baik-baik saja? Kau bilang Perancis tidak memberi makan kita jika kita terlambat.” Kata Nyonya Han khawatir
“Tidak apa-apa. Di Perancis, ada pepatah, "ça dépend." Misalnya, jika kalian pergi ke suatu tempat dan mereka menolak untuk melayani. Ada kalanya tempat sebelah akan melakukannya untukmu. Hasilnya berbeda tergantung orang dan situasinya. "Ça dépend." Jadi Ulangi setelah aku, "ça dépend."” Kata So So dan hanya Nyonya Han ikut mengulangi ucapan So So
“Itu omong kosong. Kau bilang kita tidak bisa terlambat, tapi sekarang kita bisa. Ini Tidak konsisten!” keluh Tuan Oh dengan nada tinggi
“Aku harap kau bisa berhenti.” Ucap Nyonya Han kesekiaan kalinya. Tuan Oh menyuruh istrinya diam saja. 

Flash Back
Dokter memberikan sebuah permen dari topless. Nyonya Han menolaknya. Dokter menasehati kalau Nyonya Han  sedih, sedih atau marah,m maka Makan sesuatu yang manis dan tutup mata lalu akan merasa jauh lebih baik. Nyonya Han akhirnya makan permen pemberian dari  Dokter dan melakukan hal yang sama saat di dalam bus.
“Kenapa kau makan permen? Kau akan kehilangan nafsu makan. Cepat Muntahkan!” kata Tuan Oh memarahi istrinya. Nyonya Han pun menurun dengan mengeluarkan kembali permen dari mulutnya.
Semua sudah sampai di dalam restoran, dengan duduk di meja masing-masing. Kyung Jae terlihat senang melihat makanan mereka yang lebih dulu datang di meja. 

Ma Roo berlari cukup jauh dan masuk ke dalam parkiran, seperti sudah tak bisa menahan amarah memilih untuk berhenti saja. Si PM siap melayani Ma Roo untuk berkelahi. Saat itu So So akhirnya bisa menelp Ma Roo yang sedari tadi sibuk. Ma Roo memberitahu kalau ketinggalan bus.
“Aku tahu. Kenapa telponmu sibuk?” ucap So So. Ma Roo mengatakan  Ada masalah mendesak.
Apa yang lebih mendesak dari ini?” kata So So heran. Ma Roo pun bertanya  Apa orang itu baik dalam berkelahi.
“Kenapa? Apa dia masih mengejarmu? Jangan melawan dia. Dia adalah petarung yang sangat baik.” Pesan So So. Ma Roo merasa kalau  sering bertengkar.
“Dia adalah seorang petinju profesional.” Kata So So. Ma Roo kaget membalikan badanya, tanpa sengaja bisa menghindari pukulan PM dan membuatnya terjatuh.
So So ingin tahu keberadan Ma Roo sekarang. Ma Roo memberitahu kalau sedang ada di Tempat parkir. So So menyuruh Ma Roo untuk naik taksi dan akan berbicara dengan supir jadi bisa memberikan petunjuknya. Ma Roo mengambil tas dan jaket yang sempat dilepas lalu kabur meninggalkan PM yang terjatuh.

Nyonya Han berjalan mendekati meja Kyung Jae dan So Ran, lalu bertanya apakah ia seorang Nona atau Nyonya. So Ran binggung tiba-tiba Nyonya Han mengatakan hal itu. Nyonya Ha memberikan kotak makanan dengan memberitahu bahwa memiliki restoran, dan itu adalah lauk yangpaling terkenal direstoranya.
“Ah... Anda tidak perlu melakukannya. Anda sudah membawanya selama ini. Anda harus memakannya.” Ucap Kyung Jae
“Tidak apa-apa. Kami sudah makan beberapa, Bebek diasinkan. Ini bagus untuk kulit dan sirkulasimu. Ini sangat sehat.” Kata Nyonya Han.
“Apa Anda bisa memasak bebek seperti ini?” kata Kyung Jae terlihat senang.
“Aku tidak tahu apa kalian akan menyukainya. Tadi pasti berisik karena suamiku, kan?” kata Nyonya Han. Kyung Jae mengaku tak sama sekali tapi pacarnya berkata dengan jujur.
“Ya, itu sangat bising.” Kata So Ran. Kyung Jae meminta So Ran tak membicara jujur karena tak enak
“Aku minta maaf, tapi dia tidak punya hak untuk berteriak hanya karena dia lebih tua.” Ucap So Ran kesal
“Dia selalu seperti ini, tapi dia lebih buruk akhir-akhir ini. Aku minta maaf. Aku akan membuatnya lebih berhati-hati. Tolong makan makananmu.” Kata Nyonya Han lalu pindah ke meja Yeon Jung. 

So Ran berbisik kalau tidak akan bisa hidup bersama dengan orang seperti Tuan Oh yang suka marah-marah. Kyung Jae membela kalau  pria paruh baya itu memang seperti itu. So Ran pikir Wanita itu mengalami depresi, karena terlihat sedih saat tersenyum.
“Pasti karena suaminya... Wah.. Aku merasa tidak enak.” Ungkap So Ran merasa bersalah.
“Bisakah aku makan ini? Apa bau ?” ucap Kyung Jae seperti tak peduli dengan ucapan pacarnya.
“Aku tidak bisa makan bebek.” Kata So Ran. Kyung Jae mengaku sangat suka. 

Nyonya Han pindah ke meja Yeon Jung memberikan kotak makan yang sama minta mereka agar bisa memakanya juga, karena Ini bagus untuk kulit dan pencernaan bahkan makanan kesehatan terbaik. Yeon Jung melihat kalau itu sangat berharga.
“Aku bertanya-tanya bagaimana Kau memiliki kulit yang bagus.” Ungkap Yeon Jung memuji. Nyonya Han merasa kalau kulit Yeon Jung lebih baik.
“Apa kalian belum menikah?” kata Nyonya Han. Hyun meminta agar Nyonya Han menebak saja.
“Dia adalah seorang yang berpura-pura menjadi Papa. Dia adalah penipu.” Kata Hyun blak-blakan. Yeon Jung langsung menutup mulut Hyun dan mengucapkan terimakasih pada Nyonya Han. 

Nyonya Han kembali duduk didepan suaminya dan melihat belum mulai makan. Tuan Oh kembali mengomel kalau banyak orang  berbicara tentang makanan Perancis, tapi  menurutnya tidak ada yang bisa dimakan dan Tidak enak rasanya. Nyonya Han pikir suaminya sedang sakit.
“Kenapa kau memberi mereka makanan? Dia adalah Bajingan muda itu kasar dan Dan apa hubungan mereka?” ucap Tuan Oh sinis melihat pasangan yang diberikan makanan oleh istrinya.
“Tolong hentikan. Mereka akan mendengarmu.” Kata Nyonya Han. 

So So masuk ke dalam restoran memberitahu kalau Ma Roo akhirnya datang dan memberikan sebotol minuman karena pasti haus. Ma Roo langsung meminum satu botol dan langsung habis semua melonggo karena terlihat Ma Roo seperti baru saja pergi jauh.
Ma Roo tersadar semua hanya menatapnya, lalu meminta merkea agar bisa menikmati makanannya. Tuan Oh menjawab sinis kalau sudah selesai. Ma Roo pun hanya bisa membungkuk karena telah selesai menikmati makan mereka. 

Semua kembali ke dalam bus dan memasukan seperti jalan pedesaan. Ma Roo menatap foto PM dan So So yang terjatuh dan sempat diambil olehnya.
“Auvers-sur-Oise adalah sebuah desa kecil dimana ada kuburan pelukis besar. Yaitu Vincent van Gogh. Potret dari Dr. Gachet dari Van Gogh, Bernilai 58 miliar won.” Ucap So So memberikan penjelasan. Tuan Oh kaget mendengarnya.
“Sebenarnya, dia hanya bisa menjual satu lukisan saat dia masih hidup. Dia adalah pelukis yang malang. Dia hanya diakui setelah meninggal.” Jelas So So.
 “Aku ingin tahu apa artinya diingat setelah kematian.” Gumam Nyonya Han melamun seperti mengingat pertemuanya dengan dokter.

Flash Back
“Aku tahu tidak ada gunanya Tapi aku merasa serakah. Aku ingin foto pemakamanku menjadi indah. Aku tidak ingin menjadi generik dari studio foto.” Kata Nyonya Han.
Saat di depan menara Eiffel, Nyonya Han meminta suaminya agar mengambil gambar dari pinggang ke atas karena ingin foto untuk kematianya nanti.
“Aku pikir "Orang itu pasti menjalani kehidupan yang indah." Sebuah gambar yang akan membuat orang berpikir seperti itu.” Ungkap Nyonya Han. 

“Banyak paket perjalanan tidak termasuk Auvers-sur-Oise karena tidak begitu menyenangkan. Tapi aku pastikan untuk memasukkannya.” Kata So So. Tuan Oh pun bertanya kenapa mereka harus pergi kesana.
“Ini akan menjadi saat yang tepat untuk meditasi. Dan Ini adalah buku harian. Aku akan memberikannya kepadamu sebagai hadiah.” Kata So So membagikan buku harian pada semua anggota turnya. Ma Roo buru-buru menyembunyikan foto di dalam saku jaketnya.
“Kita harus menghabiskan waktu perjalanan selama satu jam lagi, jadi ayo istirahat.” Kata So So dan semua mengangguk mengerti. Ma Roo menatap So So seperti merasakan kepedihan yang dialami oleh So So. 

PM kembali ke kantor melihat jadwal kalau Orang-orang yang berada di Montmartre berpisah dan membaca semua tempat dengan nama “Rouen, Auvers-sur-Oise, Mont Saint-Michel lalu ingin tahu kemana So So pergi. Direktur memberitahu kalau itu  adalah situs yang paling terkenal di Pegunungan Alpen Perancis dan meminta PM membaca tulisan yang diberikanya.
“Apa ini Mont Blanc?” ucap PM seperti mengucap bahasa korea.
“Hei.. Aku tidak merendahkanmu sekarang. Tapi jika kau ada di sini untuk menemukan seseorang, bukankah seharusnya kau bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas? Bukan Mont Blanc, tapi Mont Blanc.”kata Direktu dengan lidah seperti ada di langit-langit.
PM seperti kesusahan mengatakan “Mont Saint-Michel.” Dengan logat orang Prancis. Direktur mencoba mengajarkanya, sampai akhirnya PM mengaku sudah mengerti menyebutkan nama “Mont Saint-Michel.” Dan ingin tahu apakah So So pergi kesana.
“Aku tidak mengatakan itu” kata Direktur. PM terlihat kesal karena seperti dipermainkan oleh Direktur.
“Kau seharusnya tidak memperlakukan sesama orang Korea seperti itu.” Ucap Direktur.
“ Aku tidak peduli keluargaku terkoyak dan aku dipenjara karena dia! “kata PM marah
“Begitu juga dengan karyawan dan anggota keluargaku.Jika kau datang ke sini dan menakut-nakutiku dan mengancamku. Apa kau pikir aku akan memberitahumu di mana dia berada? Dalam hidupku, aku juga telah dipukuli, apa kau tahu itu? Jadi Keluar dari sini!” ucap Direktur berusaha untuk melawan.
Si PM berteriak marah, Direktur sedang minum kopi terlihat gemetar ketakutan. Si PM mengejek Direktur gemetar dan ingin tahu keberadaan So So sekarang. Direktur kembali mengajarkan untuk bisa mengatakan “Mont Saint-Michel.” Dengan benar. Si PM melotot kalau Direktur sedang bermain main dengannya. 


So So mengajak mereka semua keluar dari bus dengan melewati sebuah bangunan dan memberitahu kalau itu adalah Église Notre-Dame d'Auvers dan Van Gogh melukis gereja jadi kalau mereka masuk akan  melihat buku catatan.
“Mereka mengatakan jika kalian menulis keinginan, itu akan menjadi kenyataan. Tolong tuliskan sebuah harapan dalam perjalanan kita saat kembali.” Ucap So So kembali berjalan menyusuri jalan pedesaan.
“Tidak ada yang mencintai atau mengakui Van Gogh. Tidak ada wanita yang mencintainya juga. Bahkan Tidak ada yang membeli lukisannya. Van Gogh sangat kesepian sampai dia meninggal. Itulah hidupnya.” Ucap So So
“Seberapa bagusnya untuk mati? Aku tidak akan kesepian, atau takut.” Gumam Nyonya Han. 

So So akhirnya mengajak mereka ke tempat pemakaman,  menjelaskan Van Goghadalah pelukis terkenal di dunia, tapi makamnya lusuh dan menunjuk sebuah gedung kalau bisa melihat lukisan Van Gogh di sana. Ia pun memperbolehkan mereka jalan-jalan dan berkumpul di bus dalam satu jam.
“Kita tidak butuh satu jam. Mereka bukan nenek moyang kita.” Keluh Tuan Oh, Ma Roo sedikit menjauh karena ponselnya kembali berdering.  Ia berbicara pada Kepala Yoon kalau  hampir selesai dan hanya perlu menyelesaikannya jadi butuh waktu lima menit.

Nyonya Han melihat tempat Van Gogh di makamkan, berkomentar kalau tempatnya itu sangat bagusnya jadi meminta suaminya agar menguburkan juga kalau nanti mati.
“Apa yang kau katakan? Kenapa kau mengatakan itu seusiamu? Ayo turun saja” kata Tuan Oh dengan nada tinggi. Nyonya Han meminta agar mereka menunggu saja.
“Ayo turun. Ini kuburannya sama.” Keluh Tuan Oh. Nyonya Han akhirnya menyuruh Tuan Oh pergi lebih dulu saja.
“Kenapa kau seperti itu?” kata Tuan Oh kesal. Nyonya Han melihat suaminya sangat keras kepala. Tuan Oh pun pergi lebih dulu meninggalkan istrinya. 

Hyun mengambil gambar dari ponselnya, Yeon Jung melihatnya mengambil Hyun agar tak mengambil video orang lain. Hyun  meminta agar Yeon Jung mengembalikan. Yeon Jung ingin tahu apa yang direkam oleh Hyun, Hyun meminta agar Yeon Jung segera mengembalikanya.
“Kau memfilmkanku di bak mandi, kan?” ejek Yeon Jung bangga. Hyun dengan gaya imut meminta agar bisa dikembalikan ponselnya. Yeon Jung pun mengembalikanya.
“Aku peringatkan Jika kau melakukannya lagi, Aku akan membunuhmu. Mari saling menghormati privasi masing-masing.”ucap Hyun lalu bergegas pergi. Yeon Jung bertanya kemana Hyun pergi dan memberitahu kalau akan tetapn tinggal lebih lama.
Tuan Oh keluar lebih dulu dari pemakaman, dan menoleh kebelakang ternyata istrinya tak mengikutinya. Hyun kelua dari pemakaman, Tuan Oh pun mau tak mau terus berjalan sendirian. 

Kyung Jae dan So Ran berjalan menuruni pemakaman, Kyung Jae pikir So Ran ingin melihatnya karena  menyukai Van Gogh. So Ran menegaskan aklau suka lukisannya, bukan kuburannya. Kyung Jae mengeluh So Ran itu selalu terus terang tentang kehidupan dan kematiannya.
“Hidup dan kematiannya berdampak baik.” Kata So Ran lalu mengeluh kedinginan.
“Silangkan lenganmu.” Kata Kyung Jae dengan memberikan lenganya. Tapi So Ran melipat tangan di dada dan Kyung Jae mengikutinya sambil menuruni jalanan. 

So So menerima telp dari bosnya. Direktur mengatakan kalau tidak memberitahunya bahwa So So pergi kesana. So So terus mendengarnya dengan wajah gelisah. Direktur pikir PM  sangat sopan dan dibesarkan dengan baik.

Flash Back
PM menngaku kalau dirinya adalah mantan narapidana. Direktu seperti tak peduli menyuruh PM agar Hiduplah dengan baik. PM mengaku  hampir membunuh seseorang. Direktur menyuruh agar PM Hiduplah sebagai manusia yang baik. PM meminta agar Direktur bisa menolongnya.
“Aku membantumu dengan tidak melaporkanmu ke polisi. Jadi Keluar dari sini.” Ucap Direktur
“Tolong bantu aku, Bos.... Aku benar-benar perlu mencarinya.” Kata PM. Direktur binggung karena tak melihat PM tapi bisa mendengar suaranya.
“Astaga, Kenapa kau melakukan ini padaku?” keluh Direktur melihat PM sudah berlutut memohon padanya.
“Aku datang ke sini karena aku sangat membencinya sehingga ingin membunuhnya. Tapi jika aku tidak menemukannya, Aku mungkin akan mati. Aku perlu tahu apa dia tersenyum atau menangis. Aku harus melihatnya sebelum aku pergi.” Ucap PM. 

Direktur pikir kalau PM sangat masuk akal. So So seperti tak mau mendengarnya lagi milih untuk segera menutup telp saja.  Direktur kembali menasehati So So kalau Dengan keluarga, bahkan jika melarikan diri maka tetap tidak bisa melarikan diri.
“Dan itulah sebabnya keluarga, lebih kuat dari apapun.” Ucap Direktur
“Aku tidak punya keluarga.” Tegas So So lalu menutup telpnya dengan penuh amarah. 

Ma Roo berbicara di telp  mengeluh aklau Tidak adil kalau liburanku dibatalkan bahkaan sudah ada di tempat tujuan jadi sebaiknya jangan menyebutnya tanpa pemberitahuan. Kepala Yoon bertanya apakah Ma Roo membenci kerja di kantornya sekarang.  Ma Roo mengaku tidak.
“Lalu apa yang harus kau lakukan?” kata Kepala Yoon. Ma Roo menjawab Kerja yang bagus. Kepala Yoon ingin tahu apa artinya.
“Itu berarti aku harus mendengarkan dengan baik dan melakukan apa yang diperintahkan. Dengan referensi.” Kata Ma Roo
“Lalu kenapa kau tidak melakukan itu? Aku tidak akan meneleponmu lagi. Ayo mulai bekerja besok, saat aku meminta dengan baik.” Ucap Kepala Yoon menutup ponselnya. 

“Hei.. Apa? Apa kesalahan yang ku perbuat? Baiklah, lakukan apa yang kau mau!” teriak Ma Roo kesal dan tanpa sadar So So sudah ada dibelakangnya. Ketika membalikan badan mencoba menyapa dengan santai.
“Ini tempatnya. Lapangan Barley dengan Crows.” Kata Ma Roo. So So memperbaiki kalau namanya “Wheatfield dengan Crows.” Ma Roo menganguk mengerti.
“Aku minta maaf sebelumnya. Aku tidak tahu kau ketinggalan bis. Aku minta maaf.” Ucap So So. Ma Roo pikir tak masalah.

“Berkelilinglah dan kembali. Kami akan menunggu bahkan jika kau terlambat.” Kata So So akan pergi meninggalkan Ma Roo.
“Tunggu, saat orang itu jatuh...” kata Ma Roo ingin memberikan foto So So tapi So So lebih dulu menyela pembicaraanya.
“Tolong jangan bicara tentang dia. Aku minta maaf. Aku tidak ingin mendengarkan atau mengetahuinya.” Kata So So. Ma Roo mengerti menaruh kembali foto dalam saku jaketnya dan mengajak pergi. 

Keduanya berjalan bersama, So So bertanya apakah pria itu terjatuh. Ma Roo membenarkan. So So kembali bertanya apakah pria itu terluka. Ma Roo pikir kakinya terlihat sakit. So So ingin tahu apakah terluka cukup parah. Ma Roo merasa hanya sedikit
“Apa dia berdarah?” tanya So So. Ma Roo mengelengkan kepala, seperti melihat So So tak ingin tahu tapi khawatir.
“Aku sering menjerit di sini.” Cerita So So. Ma Roo pikir tempat itu memang bagus untuk menjerit, karena Tidak ada orang di sekitar sini.
“Kadang-kadang, Aku berharap orang-orang ada di sekitar. Aku ingin mereka bertanya kepadaku apa ada yang tidak beres.” Cerita So So. Ma Roo bertanya apakah maksudnya siapa saja orang itu. So So membenarkan.

“Mereka bilang orang yang datang sendiri itu menyedihkan karena mereka sendiri. Tidakkah kau merasa seperti itu?” kata So So
“Aku tidak pernah merasa seperti itu.” Ungkap Ma Roo 

So So mengingat saat naik komidi putar Ma Roo menangis sendirian, jadi ia merasa Ma Roo itu pasti memiliki rasa seperti itu.  Ma Roo pikir So So terdengar seperti sudah mengenalnya sejak lama.
“Pemandu mengetahui banyak hal tanpa melihat. Kau melewatkan segalanya karena tadi sedang berbicara di telepon. Aku akan menunjukkannya padamu.” Ucap So So. Ma Roo pun menyetujuinya. 


Yeon Jung melihat sebuah pemakaman didepanya lalu berkata kalau seharusnya menguburnya di tempat seperti ini yaitu di tempat yang cantik. Nyonya Han kembali mendatangi tempat Van Gogh lalu berjongkok sambil berbicara didepan makam.
“Kenapa kau bunuh diri? Kau melukis begitu indah.” Ungkap Nyonya Han.
Bersambung ke part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar