PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 29 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
“Jadi Itukah sebabnya kau terus mengendarai komidi putar? Tidak peduli berapa lama kau mengendarainya, maka Kau kembali ke tempat yang sama. Tempat dan waktu yang sama yang ingin kau kembali. Bukankah itu sebabnya kau mengendarainya?” kata Ma Roo
“Aku mengendarainya untuk membuang waktu.” Ucap So SO
“Kalau begitu jangan menangis. Jika kau menangis, Kau tidak bisa memulai lagi dari awal. Jangan menyalahkan diri sendiri, dan saat cinta yang ditakdirkan muncul. Jangan menyalahkan dia karena muncul  begitu terlambat. Mengerti?” saran Ma Roo
“Aku tidak pernah percaya pada takdir.” Kata So So yakin
“Kau akan bertemu pria yang keren, bahkan jika kau tidak mempercayainya. Karena kau wanita yang keren.” Ucap Ma Roo.  So So tiba-tiba mencium Ma Roo seperti terbawa perasaan.
“Wanita sering melakukan kesalahan saat mereka kesepian. Pria melakukan itu juga. Terkadang, kesalahan tersebut disebabkan oleh keinginan untuk melakukan kesalahan.” Gumam Ma Roo
Ma Roo tak bisa menahannya juga balik untuk mencium So So lebih dalam. Tiba-tiba So So memukul bagian belakang kepalanya, Ma Roo mengaduh kesakitan dan melepaskan ciumanya.  So So panik bertanya kedaan  Ma Roo, apakah itu sangat menyakitkan. Ma Roo pikir So So bisa menggunakan kata-kata  bukan botol wine. So So mengaku kalau mulutnya sedang sibuk.
“Terkadang, "kesalahan" adalah kata pengecut yang kita gunakan untuk menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya.” Gumam Ma Roo.
Keduanya saling menatap, lalu Ma Roo meminta maaf lebih dulu karena sudah membuat kesalahan, So So pikir juga membuat kesalahan,lalu mengucapkan Terima kasih untuk hari ini dan bergegas menuruti tangga sambil mengumpat kesal dirinya yang tak waras, Ma Roo memanggil So So karena tasnya yang tertinggal. So So merasa malu segera bergegas menuruni tangga. 


Kyung Jae duduk dengan bertopang dagu, Yeon Jae melihat Kyung Jae kalau harus kembali ke atas. Tuan Oh pikir jika ia adalah seorang pria, Semuanya berakhir setelah menutup pintu dan pergi jadi menurutnya Wanita yang harus datang dan meminta maaf pada.
“Dengan kepala tertunduk sebelum kau kembali ke ruangan. Bukankah begitu?” ucap Tuan Oh. Yeon Jung hanya bisa menganguk setuju saja.
“Tapi... Apa pasangan perjalananmu, pacarmu atau anak perempuanmu?” tanya Tuan Oh
“Dia seperti anak perempuan yang menjadi pacarku, dan sebaliknya.” Ucap  Yeon Jun lalu merasakan bir yang mereka minum itu hambar
“Di Perancis, semua makanan dan minumannya hambar. “ kata Tuan Oh kesal. 

Yeon Jung memberitahu kalau minuman itu disebut "Bom Anggur" dengan mencampur anggur putih dan juga merah dalam gelas. Seorang barter hanya melonggo melihatnya. Yeon Jung menjelaskan  30 persen anggur putih dan 70 persen anggur merah, menciptakan rasa yang kuat.
“Wow, aku belajar sesuatu yang penting hari ini. Ayo... Berikan padaku.  Aku akan menuangkan segelas.” Ucap Tuan Oh pada Kyung Jae. Kyung Jae memberikan gelasnya  dengan satu tangan.
“Hei.. Apa yang sedang kau lakukan?”keluh Tuan Oh. Kyung Jae pikir Tuan Oh bisa menuangkan untuknya.
“Aku yang paling tua, Kau kurang ajar sekali. Kau tidak tahu etika minum jadi Gunakan dua tangan.” Kata Tuan Oh yang gila hormat.
“Tidak, ini adalah bagaimana  kau seharusnya menerima anggur.” Kata Kyung Jae.
“Tidak masalah minuman apa itu. Kau tidak bisa menerimanya dengan satu tangan. .”kata Tuan Oh
“Etika minum tidak berbeda tergantung minuman. Gunakan kedua tangan.” Kata Yeon Jung mencoba mencari perhatian. Kyung Jae pun meminta maaf dengan menaruh dua tangan pada tangkai gelas.
“Kau seharusnya sudah melakukan itu dari awal... Anggur putih  30 persen Dan anggur merah 70 persen.” Kata Tuan Oh menuangkan wine pada gelas Kyung Jae.
Kyung Jae minta agar tak memenuhi gelasnya, Tuan Oh tak peduli karena menurutnya lebih baik kalau penuh. Kyung Jae pun tak bisa menolaknya,  Yeon Jung pikir harus menenggak gelas pertama. Tuan Oh setuju mengajak mereka membuat gelombang minum lalu berkata “Bersulang”. Kyung Jae hanya diam saja. Tuan Oh mengeluh Kyung Jae yang tak mengikutinya, lalu kembali mengulangnya.
“Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan dalam hidupku. Meski begitu, itu selalu menyedihkan.” Gumam Kyung Jae menatap keduanya menghabiskan satu gelas wine. 


Flash  Back
Kyung Jae membawakan telur rebus dengan minuman ditempat sauna, lalu sengaja memecahkan kulit telur pada kepala So Ran. So Ran melotot kesal. Ibunya langsung memarangi anaknya karena tak pernah mengajarkan untuk memelototi kekasihnya.
“Ibu, kenapa kau marah padaku? Apa itu merah?” keluh So Ran memperlihatkan dahinya.
“Hei, itu tidak merah... Itu bukan pendarahan. Kau tidak akan mati.” Kata Ibunya. So Ran merasa kesal memilih untuk pergi.
“Kau tidak salah. Kau harus main-main dan menjalani kehidupan yang menyenangkan.” Ungkap Ibu So Ran. Kyung Jae pun bisa tersenyum.
“Omong-omong, kapan kalian akan menikah? Tidak baik membuat seorang wanita menunggu terlalu lama.” Ungkap Ibu So Ran. Kyung Jae mengaku kalau itu sudah tentu.
“Saat itulah aku berjanji pada diriku sendiri. Bahwa aku tidak akan membuatnya menunggu lebih lama lagi.” Gumam Kyung Jae. 


So Ran menunggu di dalam kamar, wajahnya terlihat sedih. Nyonya Han juga hanya terdiam karena suaminya dan berusaha untuk tetap sabar. Sementara Di Bar, Tuan Oh sudah mabuk mengajak terus minum, untuk Bersenang senang. Kyung Jae masih sadar mengajak Tuan Oh untuk kembali ke kamar

Sementara di kamar So So tak bisa tidur mengingat saat pertama kali mencium Ma Roo karena terbawa perasaanya. Ma Roo duduk di kursi mengingat saat mencium So So kembali, karena lebih dulu dicium oleh So So. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada So So.
“Aku minta maaf... Aku kurang ajar....” tapi akhirnya memilih untuk tak mengirimkanya. 

Pagi hari di lobby
So So menyapa semua timnya bertanya “Apa kalian tidur dengan nyenyak?” hanya Ma Roo yang menjawab “ya” sementara yang lainya terlihat lesu karena adu mulut di malam hari. So So bertanya apakah mereka sudah makan dan hanya Ma Roo yang menjawab kalau sudah makan.
“Kita akan menyelesaikan jadwal kemarin di pagi hari. Dan kalian punya waktu luang di sore hari. San Ma Ru akan kembali ke Korea hari ini karena pekerjaan. Kita sudah dekat dalam perjalanan ini. Bukankah kau sedih?” ucap So So. Ma Roo menjawab “ya”. So So mengajak mereka untuk naik ke dalam bus saja.
“Mobil sewaan ada di sini dan Kau bisa pergi sekarang.” Kata So So menghampiri Ma Roo. Ma Roo menganguk mengerti. 

Tuan Oh menahan Ma Roo yang akan pergi dan sudah membawa kopernya, bertanya apakah akan kembali bekerja. Ma Roo membenarkan. Tuan Oh melihat Ma Rooorang yang baik karena ketika ia  bekerja di sebuah perusahaan, Selama Olimpiade 1988.
“Saat itu, atlet kami memenangkan 12 medali setelah mereka cuma makan ramen. Itulah pola pikir yang perlu kita bawa kembali ke Korea. Dan perusahaan mu itu perusahaan farmasi kan?” kata Tuan Oh. Ma Roo membenarkan.
“Apa Kau punya banyak obat kanker disana kan?” kata Tuan Oh. Ma Roo bingung apakaha yang dimaksud itu Obat anti kanker.
“Itu dia.. Kau harusnya memiliki obat yang baik yang belum dilepaskan. Yang bisa menyembuhkan kanker dan membawa kembali nafsu makan.” Kata Tuan Oh seperti ingin memberikan pada istrinya.
“Tapi itu bukan yang kami kerjakan di departemen kami.” Kata Ma Roo
“Tolong carikan. Jika kau membantuku, maka Aku akan memperlakukanmu sebagai pelanggan VIP kami selamanya. Aku akan menghubungimu di Korea.” Kata Tuan Oh. Ma Roo hanya bisa menganguk mengerti saja. 


So So sudah menunggu didepan mobil mengucapkan Terimakasih untuk semuanya dan minta maaf untuk semuanya, lalu kalau saja mendapatakn telp, Ma Roo langsung menyela kalau tak masalah jadi So So bisa menelp kapan saja.
“Bukan aku, tapi pusat panggilan agen perjalanan. Jika mereka memintamu untuk menilai kepuasan pelanggan, tolong beri aku 10.” Kata So So
“Aku akan memberimu angka 10.” Kata Ma Roo. So So mengucapkan Terima kasih dan Semoga selamat.

Nona Oh makan siang dengan Ketua Yoo memberitahu Ma Roo sedang naik pesawat hari ini. Ketua Yoo yakin Ma Roo  tidak akan datang hari ini juga, karena Ma Roo akan membawanya keluar dan menyerangnya saat mereka menjaga perusahaan.
“Siapa yang bisa menjamin dia tidak berbicara dengan wartawan ketika disana?” ungkap Ketua Yoo sinis. Nona Oh yakin kalau Ma Roo  tidak akan melakukan itu.
“Bahkan jika kita bisa menghalangi media berbicara. Bagaimana jika dia menyerahkannya melalui bisnis lain? Apa kau bunya bukti kalau dia tidak memiliki file itu?” kata Tuan Yoo.
“Dia tidak punya apa-apa untuk diserahkan. Aku mengumpulkan semua filenya Dan kurasa dia tidak punya salinannya..” Ucap Nona Oh yakin
“Jika dia melakukannya... Siapa yang akan bertanggung jawab jika dia menyerang kita dengan itu? Apakah CEO? Presiden? Itu Tidak mungkin, tapi Kepala bagian, aku, dan kau akan menderita karenanya... Kau tahu itu kan?” ucap Tuan Yoo. Nona Oh menganguk karena sudah mengetahuinya.
“Kita bisa ditendang dan dipecat juga. Apa kau sudah mencarinya?” ucap Tuan Yoo
“Aku mencarinya. Komputernya, servernya, dan komputernya di rumah.” Ucap Nona Yoo terdiam karena mengingat sesuatu. 



Flash Back
Nona Oh menjatuhkan sesuatu dan masuk ke kolong tempat tidur, lalu menemukan sebuah laptop berdebu. Ma Roo melihat merasa kalau benda itu sangat menarik, yaitu adalah laptop pertama yang dengan pekerjaan paruh waktu. Nona Oh tak percaya kalau Ma Roo masih memiliki benda itu.
“Ini adalah catatan harianku. Semua rahasiaku ada di dalamnya.” Ungkap Ma Roo.
Nona Oh mengingat laptop pribadi Ma Roo, langsung pamit pergi pada Tuan Yoo dan segera berlari. 

Tuan Oh masuk ke dalam bus duduk di bangku sebelah kanan, lalu Nyonya Han dan So Ran memilih untuk duduk disampingnya. Kyung Jae pun terpaksa duduk disamping Tuan Oh. Yeon Jun melihat sudah tak ada tempat memilih berdiri depan Tuan Oh dan Hyun berdiri di depan Nyonya Han.
“Kenapa semua orang duduk seperti ini? Kalian tidak bertengkar tadi malam, kan?” ucap So So melihat tiga pasangan sedang tak akur. Semua hanya diam saja.
“Ya... Hampir semua orang bertengkar  di hari keempat. Tapi yang sangat mengejutkan dan kabar baik untuk kalian hari ini. Kita akan menjadi kelompok pertama yang menuju patung Saint Michael the Archangel. Ini tidak pernah ditunjukkancpada kebanyakan turis disini Dan itu juga tidak akan terjadi di masa depan.” Ucap So So. Semua hanya diam saja, seperti tak peduli.
“Apa kalian tidak bersemangat untuk pergi ke tempat terdekat ke Surga?” ungkap So So. Nyonya Han langsung bersemangat mendengarnya. 

Semua berdiri didepan gereja, mendongakan kepala seperti tak percaya kalau bisa naik ke bagian paling atas dan hanya kelompok mereka saja. Tuan Oh tak percaya mereka harus berjalan ke atas dan bertanya pada istrinya apakah bisa melakukanya. So So mengaku kalau Tentu saja karena itu paling dekat dengan Surga.
“Astaga... Ini sama kayak observatorium lain, sanat Berangin dan dingin di atas sana, jadi Tetaplah disini.” Kata Tuan Oh.Nyonya Han tetap ingin naik ke lantai atas.
“Aku menyuruhmu tetap disini.” Ucap Tuan Oh yang keras kepala. Nyonya Han tetap ingin naik ke atas. So So baru saja selesai bicara dengan dua polisi mengajak untuk segera naik. 

Mereka sudah ada di depan tanggan dengan pintu tanda dilarang, S So memberitahu Alangkah baiknya pergi bersama. Tapi ada batasan untuk alasan keamanan dan budaya, jadi untuk yang pertama masuk adalah ia bersama Tuan Oh dan Nyonya Han, lalu Yeon Jung dan Hyun, setelah itu Kyung Jae dan So Ran.
“Apa kalian baik-baik saja kalau naik terakhir?” tanya So So. Kyung Jae pikir tidak keberatan.
Akhirnya So So lebih dulu naik dengan Nyonya Han dan Tuan Oh, dengan banyak sekali menuju ke bagian atas jadi meminta agar keduanya memberitahu kalau lelah jadi bisa beristirahat.

Sementara Ma Roo sedang ada di dalam mobil melihat laporan dari ponselnya [Komputermu sedang digunakan Apa kau ingin akses jarak jauh?] akhirnya memperbolehkanya seperti tanpa ada keraguan. Nona Oh sudah ada didepan laptop dan Ma Roo menelp dari Prancis. 


“Dimana kau?” tanya Ma Roo. Nona Oh mengaku kalau ada dirumah. Ma Roo ingin tahu rumah siapa maksudnya.
“Apa kau sudah berangkat?” kata Nona Oh mencoba mengalihkan pembicaran.
“Apa kau mau melihat komputerku?” tanya Ma Roo. Nona Oh membenarkan.
“Apa perusahaan memberitahumu untuk menemukan file tersebut dan menghapusnya?” kata Ma Roo. Nona Oh menyuruh Ma Roo agar segera kembali dan membicarakannya setelah itu.
“Kau akan melihat-lihat semua file terbaru, kan? Jadi Pasti kau akan menemukannya.” Ucap Ma Roo. Nona Oh pikir itu Mungkin, jadi Akan memakan waktu lama.
“Aku menggunakan steganografi... Kau bisa Hapus itu jika kau mau. Tapi... Kau harus mengingat apa yang akan kau hapus.” Kata Ma Roo memperingatkanya.
Nona Oh melihat sebuah foto yang ada di layar komputer Ma Roo, ingatakan saat foto bersama pacaranya dan masih memiliki rambut yang panjang. 

Flash Back
Ma Roo siap untuk mengambil foto selfie bersama, Nona Oh tiba-tiba mengumpat kalau ini gila. Ma Roo bingung kenapa dengan foto mereka. Nona merasa kalau foto mereka itu Terlalu sempurna jadi mengajaknya untuk membingkai itu.
Akhirnya Nona Oh bisa membuka pasword yang dibuat Ma Roo, lalu terlihat file [Farmasi Dunia, Laporan Pengujian Obat Ilegal]<  dan mengklik tombol hapus. Ma Roo bisa melihat apa yang dilakukan Nona Oh dari ponselnya.
Nona Oh terdiam saat pertanya  [Apa kau ingin menghapus folder ini?] tapi akhirnya memilih untuk tetap menghapusnya. Ma Roo pun bisa menerima laporan kalau file dalam komputernya sudah terhapus. 

So So meminta mereka agar tetap semangat. Nyonya Oh sudah sampai diatas terlihat sangat kagum begitu juga So So. Tuan Oh masih dibaw kembali mengomel karena hanya batu dan tak ada yang bisa dilihatnya, tapi saat itu mulutnya hanya bisa melonggo melihat pemandangan dari atas memang sangat cantik. Nyonya Han tak bisa menahan rasa haru melihatnya.
“Kenapa kau menangis? Kembali ke bawah saja...  Hembusan Angin akan membuat demammu memburuk.” Kata Tuan Oh dengan nada tinggi. Nyonya Han hanya diam dengan tangisan karena bisa melihat keindahan dari atas sebelum meninggal nanti. 

Adik So So menelp direktur, memastikan kalau kakaknya itu benar-benar datang ke Mont Saint-Michel. Direktur mengaku tidak tahu dan merasa tidak pernah memberitahu adik So So apa pun. Adik So So mendengar Direktur kalau perlu mengirim mobil untuk pergi lebih awal jam 1 siang.
“Kau bilang Aku? Aku tidak berpikir So So pergi kesana.” Kata Direktur
“Aku sudah ke mana-mana. Aku akan menemukannya nanti, jadi katakan saja padaku, Hyung-nim.” Kata Adik So So memohon.
“So So benar-benar tidak pergi kesana.” Kata Direktur menyembunyikanya. Adik So So meminta agar direktur bersumpah demi kehidupan ibunya.
“Hei, beraninya kau membawa nama ibuku?  Aku tutup teleponnya.”kata Direktur kesal. Adik So So pun panik karena tak bisa mendapatkan informasi.
Adik So So masuk ke ruangan sabuk kesucian, dan melihat tanda peringatan [Jangan lakukan ini.] dan melihat dari foto adalah orang yang dikenalnya, dengan panggilan “Sumimasen.” Karena mengunakan bahasa jepang saat bertemu. 

Akhirnya Ia berlari keluar dari ruangan bertemu dengan seorang polisi bertanya dengan bahasa inggris “Do you know this people?” dengan memperlihatkan wajah So So. Polisi menunjuk ke bagian atas gereja. Adik So So bertanya “ apakah Mereka ada di atas? Kau bilang Puncak menara” 

Kyung Jae melihat dibagian atas gereja, dan ingin mendekati So Ran. Tapi So Ran memilih untuk pergi menjauh. Kyung Jae pun hanya bisa bergumam dengan wajah sedih
“Mereka bilang kita berada di kaki malaikat. Konon ini merupakan tempat yang paling dekat dengan Surga. Mereka bilang, jika kita mengakui cinta kita, cinta kita akan diberkati oleh Tuhan.” Gumam Kyung Jae.
Adik Soo bertanya pada polisi dengan bahasa korea Bagaimana bisa pergi ke puncak, si Polisi tak mengerti. Adik So So akhirnya memberikan pertanya dengan bahasa inggris jalan A atau B untuk pergi kesana. Polisi pun memberikan petunjuk.
Akhirnya Ia sampai didepan pintu berbicara pada polisi penjaga “Sir, This is "Sumimasen". This is my sister.” Dan mengatakan kalau  harus pergi dan menangkap mereka, menjelaskan kalau harus segera naik. Polisi melarang, karena hanya tim So So yang boleh naik. Adik So So tetap memaksa untuk masuk. 

So So menuruni tangga kaget melihat sosok orang yang ada dibawah, Ma Roo datang akan menaiki tangga yang paling atas. So So bertanya bagaimana Ma Roo bisa datang kembali. Ma Roo mengaku  menyuruh mobilnya kembali dan So So meminta untuk tidak pergi. So So bisa tersenyum mendengarnya.
Polisi bisa menariknya kembali adik So So ke depan pintu, seperti seorang tahanan dan menyuruhnya agar segera keluar. Adik So So mengumpat kesal kalau akan mengingat wajah si poisi jadi lebih baik hati-hati.

Ma Roo dan So So menikmati pemandangan dari atas. So So bertanya kenapa So So sangat telat untuk kembali.  Ma Roo hanya tersenyum. So So memberitahu kalau Ini saatnya untuk kembali turun. Ma Roo seperti tak bisa menolak, karena waktunya habis untuk kembali ke tempat So So.
So Ran mengaku kalau diatas Tinggi sekali jadi merasa sangat takut. Kyung Jae pikir So Ran seharusnya memegang tangannya. So Ran tetap saja merasa menakutkan meski hanya berdiri di atas sana dan bertanya-tanya bagaimana takutnya  orang yang membangun itu.
“Bagaimana mereka mengangkat begitu banyak batu tanpa derek gantung?” kata So Ran
“Ini bukan derek gantung, tapi menara gantung.”ucap Kyung Jae. So Ran pikir  itu tetap menakutkan.
“Aku bahkan tidak bisa bermimpi  melakukannya sendiri.” Ungkap So Ran. Kyung Jae membenarkan kalau So So mudah merasa takut jadi Itulah kenapa tidak bisa  menonton film horor.
“Kurasa tidak ada yang bisa kita lakukan jika kita mengatasi ketakutan kita.” Pikir So Ran
“Ya, itulah sebabnya orang pergi  ke tempat yang tinggi.” Ungkap Kyung Jae.
“Itulah kenapa aku memikirkan kenapa kita masih berkencan. Mungkin kita tidak berkencan karena kita saling mencintai dan Mungkin kita terlalu takut untuk putus.” Kata So Ran.
Kyung Jae binggung apa maksud ucapan So Ran,  So Ran pikir Sekarang juga mereka tidak saling mencintai dan hanya takut putus, lalu berpikir kalau mereka bisa putus sekarang. Kyung Jae terdiam dan sedikit kaget mendengarnya.
“Bagaimana dia bisa terlihat begitu tenang? Seakan tidak ada lagi yang perlu ditakuti...” gumam Kyung Jae. 

So So dan Ma Roo keluar dari gereja. Adik So So langsung berteriak memanggil nama kakaknya. So So langsun memegang lengan Ma Roo seperti ketakutan dan itu sama yang dilakukan saat berusaha menghindar dari kejaran  si pria didepan komidi putar.
Ia mengingat sata So So mengaku kabur dengan berlari jauh untuk menjauh darinya. So So masih tetep memegang lengan Ma Roo, Ma Roo meminta So So untuk lari saja dan berjalan mendekat Adik So So. Adik So So menyuruh minggir dan langsung memberikan pukulan diperut Ma Roo. Ma Roo pun terjatuh dengan merintih kesakitan. 

“Hal ini tidak seperti... Cinta itu spesial. Tidak ada alasan untuk benar-benar berpelukan seperti ini.” Ucap So Ran
“Aku bilang aku minta maaf. Jangan marah.” Kata Kyung Jae tak ingin putus.
“Aku tidak marah... Ini aneh, tapi aku sama sekali tidak marah. Aku... tidak ingin takut lagi. Jadi Ayo kita akhiri disini. Aku tidak akan memanggilmu tidak setia, jadi pergilah.. Aku akan pergi juga.” Kata So Ran berjalan pergi. 

Adik So So berdiri didepan kakaknya, So So langsung memberikan tamparan pada adiknya. Adik So So meminta maaf karena sudah datang terlambat.So So hanya bisa menangis memukul adiknya, dan Adiknya pun memeluk sang kakaknya menangis di bahunya. Ma Roo melihat dari kejauhan seperti tak bisa melihat pasangan kembali bersama.
So Ran menangis sendirian dengan mengangkat wajahnya agar bisa menghentikanya. Kyung Jae melihat dari kejauhan sambil bergumam.
“Cinta itu yang paling mudah... Kecuali saat dia menangis.. Kecuali saat dia marah... Kecuali saat dia mengalami kesulitan.. Dan selain saat dia tidak menatapku... Cinta adalah yang termudah.”
Ma Roo melihat So So yang menangis dipelukan pria dan memeluknya dengan erat memilih untuk pergi meninggalkanya.
Bersambung ke episode 6

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar