PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 30 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
So So menangis di pelukan adiknya, Ma Roo berpikir So So kembali dengan suaminya memilih untuk pergi meninggalkanya. So Ran seperti berhenti menangis dengan Kyung Jae hanya berdiri dibelakangnya.
“Ini terlalu biasa...Tempat ini cuacarnya Cukup awan, cukup sinar matahari. Dan cukup air mata. Jika hujan turun saat ini, aku akan merasakan seperti cinta yang tragis.Tapi itu tidak mungkin terjadi. Karena aku tidak pernah memimpin di dunia ini.” Gumam So Ran melihat langit yang cerah di Prancis. 
Flash Back
Di Korea, dengan hiruk pikuk kota Seoul  yang padat. So Ran bergegas pergi ke kantor, menganggap dirinya hanyalah satu dari 50 juta warga dan satu dari 8 juta pekerja. Lalu masuk ke dalam gedung menganggap dirinya adalah satu dari 700 karyawan. Tapi tiba-tiba ia merasakan perutnya terasa sakit dan buru-buru pergi ke toilet sebelum menaiki lift.
“Aku adalah satu dari 1,6 juta penderita sembelit.” Gumam So Ran dengan duduk diatas toilet.
“Aku pergi ke perguruan tinggi sehingga mendapatkan pengalaman yang begitu-begitu saja. Aku adalah seorang wanita rata-rata yang hidup dari upah yang begitu tinggi. Aku tipikal tambahan Republik Korea.”
So Ran duduk didepan komputer dengan banyak cemilan, seperti berkerja hanya untuk bertahan hidup. 

So Ran pergi ke sauna bersama ibunya,lalu bertnya apakah ia sebagai anak kandungnya. Ibu So Ran hanya mengejek kalau bisa tahu akan hal itu. So Ran kembali bertanya apakah Ayah benar-benar ayah kandungnya. Ibu So Ran mengaku juga merasa sedih dengan hal itu.
“Apa ada kemungkinan bahwa aku adalah putri rahasia keluarga kaya?” ungkap So Ran. Ibu So Ran pikir tak ada yang baik dari cerita hidup layaknya drama.
“Aku juga tidak memiliki rahasia di balik kelahiranku. Bagaimana satu dan satu-satunya kehidupanku menjadi begitu biasa?” gumam So Ran sedih.
Kyung Jae datang dengan membawa minuman dan juga telur rebus, lalu sengaja memecahkan telur di kepala pacarnya. So Ran terlihat kesal hanya bisa mengumpat dalam hati dan matanya melotot tajam lalu bergumam Bagaimana hubungannya. bisa begitu biasa-biasa juga. 


“100 hari sejak kita bertemu.” Mereka bertemu disebuah taman, Kyung Jae datang dengan wajah malu-malu membawa buket bunga yang besar, mungkin ada 100 tangkai bunga mawar. So Ran pun tersenyum menerimanya.
“200 hari sejak kita bertemu.” Ma Roo membawakan sebuket bunga untuk So Ran dan suasana mereka masih terasa romantin.
“300 hari....” So Ran datang dengan Ma Roo yang sibuk menerima telp. Ma Roo lalu memberikan setangkai bunga dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
“Tiga tahun sejak kita bertemu.” So Ran datang ke tempat biasa tapi tak melihat Ma Roo, lalu mengeluarkan ponselnya. Ma Roo seperti baru bangun tidur dengan pakaian seadanya memberitahu kalau sudah datang jadi So Ran tak perlu menelpnya dan mengajak untuk makan nasi dan sosis Korea.

Keduanya makan tanpa ada keromantisan bunga seperti dulu. So Ran hanya bisa mengumpat dalam hati,  dan mengeluh kalau Kyung Jae tahu ia yang tak suka makan sosis. Kyung Jae seperti tak peduli karena ia suka sosisnya.
“Cinta biasa untuk wanita biasa.” Gumam So Ran memilih untuk pergi. Kyung Jae heran melihat So Ran terlihat marah dan bertanya ingin pergi kemana dan berpikir aklau mau buang air.
So Ran bertemu dengan temanya yang menganti popok dengan bekas pup, Ia menyuruh agar Jangan menyetujuinya karena nanti akhirnya akan menikah, dan punya anak, lalu Berdebat dengan suami Dan cuma bisa hidup semampunya saja.
“Kehidupan rata-rata akan membawa kebahagiaan bagi kita. Tapi Apa menurutmu itu spesial?” ungkap temanya sambil meminta So Ran membuang popok bekas pup.
“Apa itu... jawabannya?” gumam So Ran. 

 So Ran membaca dua buah buku, satu judul “Tolak dengan Biasa!” dan satu judul “Terima dengan Biasa!” dan kembali berpikir apakah ada jawabnya. So Ran dan Kyung Jae menonton TV bersama, terlihat variety show lucu tapi hanya Kyung Jae yang tertawa.
“Aku tidak dapat menemukan jawaban. Aku muak.”
So Ran duduk di tempat kerja dengan pemukul punggungnya yang meminta untuk tersenyum, tapi wajahnya tetap tak bisa tersenyum.
“Tidak ada lagi sesuatu yang istimewa dalam hidupku. Tidak ada yang membuat jantungku berdebar. Ini sangat membosankan. .. Ini membosankan...”
Ketua tim mengantar So Ran pulang memberitahu akan melamar saat kembali dari liburannya dan akan mengajak berkencan.
“Aku berharap hari ini akan hujan. Bagaimana... haruskah aku mengatakannya?” gumam So Ran menatap ke arah langit. 


[Episode 6- Sama seperti film Perancis].
So So menyuruh adiknya untuk segera pulang saja. Adiknya mengajak agar kakaknya ikut pulang juga karena menurutnya sang kakak tidak pantas menangis. So So berjanji akan akan pulang dan melihat Ma Roo yang meninggalkanya. Adiknya mengajak So So untuk segera pergi ke bandara. So So menolak karena masihkerja sekarang.
“Aku meninggalkan pekerjaanku untuk datang ke sini.” Kata Adik So So marah
“Aku akan pergi saat waktunya tepat.” Ungkap  So So. Adik So So seperti tak peduli
“Aku akan memarahimu.” Kata So So. Adiknya pun tak peduli. So So menahan adiknya agar tak menariknya karena sedang bekerja sekarang!
“Ayo pergi ke bandara!” teriak Su Su. Ma Roo berhenti mendengar suara teriakan.
“Dengarkan aku!.. Ayo kita bicara disini.. Jangan lakukan ini. Ayo pergi, oke?” ungkap So So pada adiknya. Ma Roo membalikan badan seperti tak suka melihat So So ditarik dengan cara kasar oleh suaminya. 
Akhirnya Ma Roo memberikan pukulan pada Su Su,  memperingatakn So So agar Jangan biarkan memaksanya dan bertingkah seperti orang bodoh. So So memarahi Ma Roo karena tidak bisa memukul orang seperti itu dengan nada membela lalu melihat apakah adiknya terluka.
Ma Roo terlihat kesal So So lebih peduli pada pria itu dibanding dirinya,a akhirnya memilih untuk pergi. 

Hyun sibuk mengambil video dengan ponselnya, seperti sebuah drama pertengkaran didepanya. Tiba-tiba Yeon Jung datang mengambil ponsel Hyun ingin tahu apa yang direkanya.Hyun meminta Yeon Jung agar mengembalikan ponselnya. Yeon Jung malah sibuk mengutak ngatik.
“Hei... Kau mengubah kode aksesmu lagi. Kenapa kau terus mengubah kode aksesmu? Cepat Buka kuncinya.” Ucap Yeon Jung
“Jangan bercanda.” Tegas Hyun mengambil ponselnya dan bergegas pergi. Yeon Jung merasa kalau Hyun sangat mencurigakan.
So Ran melihat Kyung Jae berdiri didepanya, lalu memilih untuk pergi melewatinya. Kyung Jae seperti tak ingin membuat So Ran pergi, berlari mengejarnya dan menahanya di lorong gereja.  So Ran hanya diam saja. Kyung Jae membuka tas So Ran dan memberikan tissue, So Ran terlihat makin kesal melihat sikap Kyung Jae yang kurang peka. 

So So memberikan obat pada wajah adiknya di cafe, Su Su ingin tahu Siapa brengsek itu. So So menjawab itu adalah Turis. Su Su pikir Ma Roo bereaksi berlebihan terhadap turis dan berpikir kakaknya itu sudah tidur denganya. So So langsung memukul kepalaa adiknya karena marah.
“Kalau tidak, Ayo kita pulang.” Ucap Su Su. So So menegaskan kembali ia adalah  seorang pemandu jadi tak mungkin bisa meninggalkan turisnya.
“Tidak bisakah kau meninggalkan mereka seperti kau meninggalkan keluargamu?” sindir Su Su marah
“Aku akan kembali sendiri. Aku hanya perlu menyelesaikan satu semester lagi. Jadi Aku akan kembali saat selesai kuliah nanti” kata So So
“Kenapa? Apa karena kau dibuang oleh orang yang kau cintai? Apa Jika tidak kau mendapatkan gelarmu, akan lebih memalukan lagi? Tapi Itu tidak akan mengubah apapun, Kau hanya melindungi harga dirimu.” Ucap Su Su sinis.
“Apa aku tidak bisa? Tidak bisakah aku melindungi harga diriku?” kata So So merasa membutuhkan sesuatu yang dibanggakan untuk orang tuanya.
“Apa gunanya? Apa yang kau butuhkan untuk harga diri itu? Akankah seseorang memujimu karena gelarmu?Apa Ibu, Ayah, Atau bajingan itu, Bae Hyung Goo?” ucap Su Su marah
So So memperingatkan adiknya Jangan sebut bajingan itu. Su Su ingin memberitahu si Bajingan itu. So So menegaskan agar adiknya jangan menyebutnya. Su Su dengan kesal memilih untuk meminum kopinya, tapi bibirnya terasa panas karena berpikir untuk minum layaknya bir.  So So pun bertanya keadaan adiknya. Su Su dengan tegas menjawab kalau sudah pasti tak baik.
“Bagaimana kabar Ibu dan Ayah?” kata So So. Su Sun ingin meminum kopinya. So So memberitahu adiknya kalau kopinya masih panas.
“Kau tahu emosi Ibu dan Ayah... Mereka melakukannya dengan baik  setelah kau pergi.” Ucap Su Su. 



Flash Back
Tuan Yoon menangis karena berpikir istrinya seharusnya bisa mengirim anak mereka pergi dengan lebih banyak uang tapi meninggalkan cincin emas dan tahu kalau anak Gadis itu tidak memiliki uang. Pacar Su su pikir So oa yang sudah mencuri kartu Tuan Yoon jadi bisa menarik uangnya dan Jangan terlalu khawatir.
“Hei, itu kartu Korea, jadi tidak bisa dipakai di luar negeri.” Ucap Tuan Yoo.
“Hei... Kau seharusnya tidak menangis! Keluarkan dia dari kartu keluarga, dan bakar semua barangnya di kamar dan Doo Ri, laporkan dia ke polisi.” Teriak Ibu So So pada menantunya. Doo Ri melonggo binggung.
Ibu So So akhirnya mengeluarkan ponsel dan ingin menelp polisi, Su Su langsung menahan ibunya dengan mengambil ponsel ditanganya. Ayah So So juga ikut-ikutan sampai akhirnya terjatuh den merasakan punggungnya terasa sakit dengan berteriak tidak bisa melaporkan putrinya. 

“Kamarmu tetap terlihat sama dan Ibu juga membersihkannya setiap hari.” Ungkap So So
Tapi Ibu So So sudah siap dengan satu dirigen bensin dan siap menyiram kamar So So. Tuan Yoon sibuk mempersiapkan alat pemadam sebelum terjadi kebakaran.  Su Su berusaha menahan ibunya agar tak membakar kamar kakaknya.
“Aku mengangkatmu sepanjang hidupmu! Bagaimana kau bisa meninggalkan  kita demi laki-laki? Aku akan membakar semuanya!” teriak Ibu So So marah. Doo Ri mencoba menenangkan kalau sikap ini tidak benar dan Su Su bisa menarik dirigen dari tangan ibunya.
“Aku akan menembakmu... Aku akan menembakmu dengan pistol!” ucap Ibu So So seperti kehilangan akal menganggap payung sebagai pistol.  Sampai akhirnya ia menangis di pelukan Doo Ri. 

“Ibu dan Ayah yakin kau akan kembali suatu saat nanti. Mereka mengatakan hal yang sama sejak kau pergi. Mereka bilang kau akan "kembali besok." Jadi kau bisa kembali sekarang.”ungkap Su Su menutupi kebohongan dengan meminum kopi kembali. So So kembali memberitahu kalau kopinya masih panas. Su Su kembali mengajak kakaknya untuk pulang. So So terdiam sambil menahan tangisnya.

“Aku menjadi begitu menyedihkan. Saat aku memberinya. Saat dia memberiku. Waktu yang kita habiskan dan saling berpegangan. Akankah jalan baru terbuka saat yang ini berakhir?” gumam So Ran dengan berjalan menuruni tangga.
“Han So Ran... Hei, kapan kau akan berhenti?” ungkap Kyung Jae berlari mengikutinya dan terlihat kelelahan.
“Jika jalan ini berakhir, artinya.... Ini adalah jalan buntu yang lain... Aku tahu ini akan terjadi.” Gumam So Ran melihat tak ada jalan didepanya.
“Semuanya akan berubah membaik. Aku akan mendapatkan investasiku,  dan bisnis akan sukses.” Kata Kyung Jae menyakinkan
“Aku berjalan jauh-jauh kemari, tapi jalan buntu lagi.” Ungkap So Ran. Kyung Jae bisa mengerti jadi mengajak agar mereka bisa berbicara.
“Kenapa begitu sulit?” ungkap So Ran. Kyung Jae tahu itu sulit dan karena So Ran tidak bisa  buang air dengan benar.
“Aku tidak bisa buang air besar karena kau.” Gumam So Ran terlihat sangat marah menatap Kyung Jae. 



Di hari awal mereka berkencan, Kyung Jae memberitahu kalau memiliki masalah yaitu mengundurkan diri dari pekerjaannya. So Ran memuji kalau Kyung Jae melakukan hal yang benar dan Banyak orang ingin mempekerjakannya.
Lalu beberapa bulan kemudian, Kyung Jae mengatakan akan berhenti dari pekerjaanknya. So Ran berkomentar kalau memang tidak suka perusahaan itu, karena Gajinya rendah lalu berpikir kalau Kyung Jae punya tempat untuk pergi. Kyung Jae pikir bisa tapi harus mencari lebih banyak pilihan.
“Aku berhenti bekerja.” Kata Kyung Jae kesekian kalinya, So Ran terlihat kaget.
“Aku tidak berpikir cocok untuk bekerja di perusahaan. Aku punya ide bagus, jadi akan memulai bisnis. Seorang seniorku akan menghubungkanku dengan investor.” Ungkap Kyung Jae yakin
“Saat itulah aku mulai mengalami  sembelit” gumam So Ran karena Kyung Jae yang tak punya penghasilan tetap. 

“Dia akan memberiku kabar baik dalam tiga hari. Aku akan benar-benar sukses. Aku percaya itu.” Ungkap Kyung Jae yakin
“Ya, Aku berharap yang terbaik.” Kata So Ran dengan tatapan sinis memilih untuk pergi. 
“Berhentilah seperti ini!” teriak Kyung Jae marah. Son Ran pikir mereka lebih baik berhenti marah dan saling menyakiti.
“Kenapa kau seperti ini” Kau perlu memberitahuku.” Ungkap Kyung Jae. So Ran pikir sudah mengatakan sebelumnya.
“Kita berpelukan satu sama lain karena kita takut putus!” kata So Ran.
“Kau sudah... bertingkah aneh sejak kita tiba di Perancis. Aku tidak mengajukan pertanyaan ini selama tujuh tahun. Aku juga tidak ingin melakukanya” ungkap Kyung Jae. So Ran pikir lebih baik jangan tanya.
“Apa ada orang lain?” tanya Kyung Jae. So Ran teringat dengan perkataan ketua tim yang akan melamar saat  kembali dari liburan dan akan mengajaknya berkencan.

Flash Back
So Ran terdiam mendengar ucapan ketua Tim, Ketua Tim pikir kalau SO Ran sudah tahu bahwa akan mengajaknya berkencan jadi meminta agar bisa menjawabnya. So Ran hanya terdiam.
“Apa kau menyukai orang lain?” ucap Kyung Jae curiga melihat sikap So Ran.
“Apa itu... satu-satunya pikiran yang terlintas di pikiranmu?” kata So Ran marah
“Itu mungkin tidak penting bagimu,  tapi itu penting untukku.” Tegas Kyung Jae.
“Aku merasa sedih setelah bilang  kalau kita harus putus. Aku mencoba untuk tidak merasa menyesal, tapi tidak bisa menahannya. Sekarang...aku tidak perlu merasa menyesal lagi. Terima kasih sudah ada disampingku.” Ungkap So Ran berjalan pergi. Kyung Jae tak bisa menahan amarah menendang tong sampah didepanya. So Ran seperti tak peduli.
“Kita mungkin saling berpegangan selama ini untuk menemukan alasan untuk putus. Seperti itulah di antara kekasih, Segera setelah kita ingin putus. Kita mulai mencari alasan untuk mengakhirinya.”


Ma Roo menerima telp dari Nona Oh, menanyakan keberadanya apakah ada dipesawat. Ma Roo mengatakan tidak. Nona Oh binggung, ingin tahu alasanya. Ma Roo menjawab kalau sekarang ia sedang berlibur. Nona Oah tahu kalauia ssedang berlibur juga, yaitu ada di Montmartre. Ma Roo seperti tak peduli.
“Aku merasa sedih.... Kupikir kau akan terkejut saat aku mengatakan itu. Aku bukan di Perancis, tapi di  Taman Naksan di belakang Daehangno. Apa Kau ingat?” kata Nona Oh
Flash Back
Mereka pergi ke tempat yang paling tinggi, Ma Roo memberitahu banyak orang yang bilang ini Montmartre di Seoul. Nona Oh mengejek belum pernah ke Montmartre.
Nona Oh pikir Ma Roo bisa mengingatnya, dan menyukai tempat ini. Lalu mereka pergi ke tepat lain. Ma Roo mengatakan kalau tempat ini disebuat sebagai Napoli di Asia. Nona Oh mengejek So So belum pernah ke Napoli.
Flash Back
Ma Roo selalu mengajak ke tempat-tempat yang mirip dengan Eropa, dengan pergi ke bukit dan banyak biri-biri mengatakan kalau itu  Pegunungan Alpen Korea. Nona Oh mengejek Ma Roo yang belum pernah ke Pegunungan Alpen. Ma Roo mengajak tempat yang terlihat rumah bertingkah. Nona Oh bertanya Di mana tempat ini.
“Mereka bilang ini adalah Santorini di Busan. Tapi aku tidak yakin, karena belum pernah ke Santorini.” Ungkap Ma Roo. 
“Kita pernah ke Machu Picchu di Korea, dan Kota Jerman juga.” Ungkap Nona Oh.
“Apa kau ingat apa yang aku katakan tadi?” kata Ma Roo sebelumnya dalam perjalanan ke bandara, kalau bisa menghapusnya kalau memang menginginkanya, “tapi...Kau harus mengingat apa yang kau hapus.”
“Apa kau ingat apa yang kau hapus?” ucap Ma Roo melihat kalau Nona Oh seperti tak ragu untuk menghapusnya.

“Aku tahu itu sudah berakhir ketika  kau menghapus gambar itu. Tapi aku pikir...Aku ingin kau menghapus gambar itu. Karena  dengan  begitu kita bisa putus, Tanpa perasaan yang tersisa.” Ungkap Ma Roo.
“Dasar... Kau pengecut.” Umpat Nona Oh.
“Jika aku memintamu untuk tidak menghapusnya, Apa kau akan mendengarkannya?”ucap Ma Roo marah
“Jangan memaksa diri sendiri. Aku tidak menghapus gambarnya, tapi file di dalamnya.” Kata Nona Oh
“Itu adalah foto kita, tidak peduli apa yang ada di dalamnya. Apa yang kau sebegitu inginkan, jadi kau menghapus foto kita? Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjadi orang yang kau inginkan.” Kata Ma Roo terlihat sangat kecewa.
Nona Oh mengalihkan pembicaraan kalau sudah  membersihkan kamar dan akan memasak untuk Ma Roo saat kembali. Ma Roo pikir tak perlu karena tidak akan kembali lalu memilih untuk menutup teleponnya. Nona Oh pun tak bisa berkata apa-apa karena putus sesuai dengan keputusanya menghapus file. 

Ma Roo berdiri menatap kearah tempat yang ada didepanya dengan banyak pasir karena airnya sedang surut. So Ran berjalan sendirian menerima pesan dari ketua tim yang duduk di meja kerjanya.
“Selamat... Kau melakukan pekerjaan dengan baik. Aku tahu ini akan terjadi.” So Ran hanya bergumam kalau tidak tahu ini akan terjadi.
Flash Back
Ketua Tim memanggil So Ran memberitahu kalau mereka berhasil dan melewati babak pertama. So Ran seperti tak percaya, Ketua Timtak habis pikir So Ran yang bisa memikirkan tema ini. So Ran bergumam kalau  hanya menyatakan keinginan untuk buang air dalam bentuk desain.
“Kata "Restorasi" adalah kata kunci akhir-akhir ini, jadi aku menggunakan beberapa desain dari masa lalu.” Akui So Ran pada Ketua Tim.
“Kau melakukan pekerjaan yang benar-benar bagus, Rancang botol air lainnya dengan cara ini” kaat ketua tim. So Ran kaget kalau desainnya diperluas juga
“Tentu saja... Mari kita coba melewati babak final juga, oke? Terima kasih, sudah mencoba yang terbaik. Mari kita makan malam bersama” kata Ketua Tim lalu beranjak pergi. 

Beberapa orang melihat kearah So Ran, lalu teman satu mejanya bertanya apakah So Ran akan makan malam bersamanya. So Ran mengaku belum tahu. Temanya bertanya Apa itu berarti makan malam tim. So Ran mengaku tak mengerti dengan hal itu.
“Tapi melewati babak tema bukanlah sesuatu yang membahagiakan. Bukan karena kau yang melakukannya kan?”kata temanya. So Ran pikir itu  Tidak mungkin.
“Jika kau tidak ingin makan berduaan, Apa aku harus bergabung denganmu?” kata temanya,So Ran berpura-pura sakit pergi dan harus ke toilet, wajahya seperti tersenyum karena diajak makan malam oleh Ketua tim. 


“Kita melewati babak final.  Cepat kembali. Mari kita makan malam bersama.” Tulis ketua tim.
So Ran ingin menjawab “Terima kasih...” tapi dihapus merasa kesal karena  Sulit untuk menanggapi pria ini.” Teringat kembali Saat makan malam bersama, Ketua Tim tahu So Ran yang akan berlibur ingin tahu akan pergi dengan siapa. So Ran seperti tak bisa menjawabnya.
“Terima kasih, Ketua tim.  Bekerja keraslah.” Balas  So Ran merasakan seperti tercekikdan ingin pergi ke suatu tempat yang jauh.

Ma Roo sudah pergi melepaskan seperti melewati jalan pasir dan foto selfie dengan pemandangan kastir. Sementara Su Su mengajak kakaknya untuk pergi. So So mengaku belum siap karena kalau pergi itu sama saja seperti Su Su meninggalkan muridnya  di tengah kelas.
Su Su pikir bisa meninggalkan mereka, bahkan ia bukan guru lagi. So So memberitahu Tidak ada penerbangan hari ini, jadi mengajak untuk menginap dan berbicara.
“Kita bisa makan bersama, dan Kau perlu meminta maaf kepadanya.” Kata So So. Su Su bertanya apakah maksudnya si “Sumimasen”
“Sumimasen siapa? Kau harus minta maaf  dengan tulus kepadanya.” Kata So So
“Kau berbicara tentang turis yang memukulku. Aku tidak bisa. Kenapa aku harus meminta maaf? Tapi Jika aku minta maaf, Maukah kau kembali ke Korea?” kata Su Su, So So menatap sinis menahan amarah.
“Baiklah, aku akan minta maaf.. Tapi aku tidak bisa mengimbanginya... Aku juga terluka.” Keluh Su Su. So So meminta adiknya agar bersikap sopan.
“Dia adalah pelanggan kami.” Tegas So So keluar dari restoran. Su Su bertanya kemana So So akan pergi. So So memberitahu harus menemukannya untuk meminta maaf.
“Kau sebaiknya tidak melarikan diri!” teriak Su Su melihat kakaknya keluar restoran untuk menelp. 


So So menelp Ma Roo untuk mengetahui keberadaanya, Ma Roo mengatakan ada di dekat bukit. So So mendengar kalau maksudnya kastil. Ma Roo mengulang kalau ada di Bukit. So So pikir Tidak ada bukit di dekat sini. Ma Roo mengaku kalau melihat bukit di sini.
“Apa kebetulan kau ada di pulau?” tanya So So. Ma Roo mengatakan kalau ada dibukit.
“Apa kau di pulau yang terlihat seperti bukit? Apa kau disana? Maksudku, bukit?” ucap So So terlihat marah.
“Aku pikir itu tempatnya.” Ma Roo. So So tak habis pikir Ma Roo bisa ada disana, Ma Roo pikir So So bisa melihatnya dengan melambaiknya tanganya.
“Kenapa kau pergi kesana?” keluh So So. Ma Roo pikir itu Karena ada bukit di sini.
“Aku sudah bilang jangan pergi kesana! Kenapa Kau tidak mendengarkan Aku?” ucap So So kesal. Ma Roo binggung kapan So So mengatakanya.

Flash Back
 “Apa kau melihat pulau itu? Ini bukan bukit. Ini sebuah pulau. Kau bisa berjalan di sana saat ombaknya rendah, tapi ada pasir di mana-mana. Jika kau pergi ke sana tanpa pemandu, kau bisa mati setelah jatuh ke dalam lubang. Ada orang yang meninggal di sana, jadi kau tidak boleh pergi ke sana sendirian. Apa kalian mengerti?” ucap So So berbicara pada semua timnya. Tapi Ma Roo sibuk dengan ponselnya, kalau akan kembali malam ini.
“Aku sudah bilang jangan pergi kesana! Kau bisa mati di lubang disana!” jerit So So kesal. Ma Roo pikir dirinya tidak mati.
“Dasar.. Kau membuatku gila!” ucap So So. Ma Roo akhirnya meminta maaf. So So  menyuruh Ma Roo agar Cepat kembali.
“Tapi Sudahlah, aku akan pergi kesana. Jangan pergi kemana-mana. oke?... Kau tidak bisa pergi kemana-mana.” Tegas So So. Su Su memesan kopi, lalu  melihat kakaknya sudah tak ada didepannya. 

Ma Roo memilih untuk menumpuk batu untuk menghilangkan rasa bosan, So So terus berlari dengan berjalan menurun. Adik So So yang kehilangan kakaknya mencoba keluar masuk toko souvenir untuk melihatnya, lalu menelp Direktur yang sedang mengajarkan dua orang Prancis membuat kimchi lobak.
“Hei, apa kau tidak pergi ke Korea?” kata Direktur. Su Su tak ingin membahasnya meminta agar diberikan nomor telp kakaknya saja.
“Hei, di Perancis, ada hukum ketat yang melarang memberikan informasi pribadi.” Kata Direktur.
“Aku baru saja bertemu dengannya, tapi tidak mendapatkan nomor teleponnya.” Ucap Su Su
“Apa Kau bertemu dengannya? Kapan? Dimana?” tanya Direktur tak percaya.
“Aku bertemu dengannya di sini tadi!!” kata Su Su. Tapi Direktur merasa Su Su berbohong karena pasti tidak menemuinya.
“Itu benar! Kau bisa cek sendiri. Setelah kau periksa, suruh dia meneleponku,  atau berikan nomor teleponnya, oke?” kata Adik So So mengumpat kesal. 

Ma Roo menerima telp So So dan masih ada dipulau. So So ingin tahu keberadaanya. Ma Roo mengatakan ada di pulau itu. So So bertanya Dimana di pulau itu. Ma Roo mengatakan Jika berjalan lurus lalu belok kanan maka akan menemukanya. So So memperingatkan Ma Roo agar tak berpindah tempat, akhirnya keduanya pun bertemu.
“San Ma Ru, aku jelas menyuruh semua orang untuk tidak datang ke sini.” Kata So So kesal bisa melihat Ma Roo dan merasakan ponselnya bergetar.
“So So... Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Direktur menelp
“Bagaimana semuanya bisa baik-baik saja? Sudah kubilang aku tidak mau grup ini! Ada banyak masalah, dan aku harus mengatasinya! Aku tidak menginginkan ini! Jadi Jangan telp aku. Aku tutup!” kata So So kesal lalu menutupnya. Direktur pikir So So baik-baik saja.
Bersambung ke part 2

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar