PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 13 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 9

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hong Joo kembali bermimpi seperti dirinya yang berbaring diatas rumput dengan baju berwarna biru, seperti terlihat tak sadarkan diri. Ia bergumam dalam tidurnya karena mimpi itu kembali lagi.
“Belum terjadi namun dalam mimpiku aku merasa berada di sana.”
Saat itu juga Hong Joo terbangun dengan wajah penuh keringat setelah kembali bermimpi.
“Aku merasa seolah masih bermimpi bahkan setelah bangun tidur. Itu membuatku merasa seperti pagi yang takkan datang Dan ini mimpi buruk. Ada suara yang membangunkanku dari mimpi buruk itu.”
Ibu Hong Joo sibuk didapur untuk memasak sarapan bersama anaknya.
“Ini mengingatkanku kalau malam dan mimpi buruk akan hilang untuk saat ini. Ini mengingatkanku, "Pagi sudah tiba. Kau sekarang baik-baik saja." Dan Itu membuatku lega. Bagiku, ibuku seperti pagi yang menghabiskan malam.”
Ibu Hong Joo masuk kamar melihat anaknya sudah bangun dan langsung kembali mengeluh sambil membuka tirai.  Ia merasa tak percaya kalau Hong Joo itu putrinya karena kamarnya terlihat seperti kandang babi. Hong Joo ikut mengoceh tanpa suara karena sudah tahu apa yang akan dikatakan ibunya.
“Itu sebabnya kenapa aku tidak bisa makan daging babi. Babi cocok untukmu sekarang” ucap Ibu Hong Joo duduk disamping anaknya. Hong Joo langsung memeluk Ibunya dari belakang.
“Biarkan aku memeluk begini lima menit.”kata Hong Joo. Ibunya  merasak kalau ini terlalu berlebihan lalu berpikir kalau anaknya bermimpi lagi. Hong Joo membenarkan. Ibunya pun hanya bisa mengenggam tangan anaknya agar bisa tenang. 


Jae Chan merapihkan pakaian dan mengingat dengan mimpinya kalau berciuman dengan Hong Joo, lalu berusaha untuk tak mengingatnya lagi. Seung Woo keluar kamar heran melihat kakaknya sudah siap berangkat dipagi hari dan berpikir Mau bertemu dengan orang penting
“Tidak, aku pergi pagi-pagi untuk menghindari seseorang.” Kata Jae Chan. Seung Woo ingin tahu Siapa orangnya dan saat itu bel rumah berbunyi, langsung menekan interkom dan mengucapkan terima kasih.
“Hyung, ada tetangga yang bawakan kita makarel. Apa Kau bisa mengambilnya? “ kata Seung Woo. Jae Chan panik menyuruh adiknya saja yang mengambil.
“Kau saja, Aku harus ke toilet.” Ucap Seung Woo terlihat benar-benar baru bangun tidur.
“Tidak bisa. Nanti dia salah paham melihat pakaianku.” Ucap Jae Chan. Seung Woo pikir tak masalah karena kakaknya terlihat rapih dengan pakaianya.
“Maka dari itu, ini masalahnya. Aku terlalu modis untuk mengambil makanan makarel Dan ini tidak terlihat alami, Pasti dia akan salah paham. Aku tidak mau ada kesalahpahaman.” Ungkap Jae Chan.
Seung Won tak mengerti maksud kakaknya, Jae Chan menarik baju adiknya agar bisa mengambilnya. Seung Won meminta agar melepaskan karena ingin pergi ke toilet. Jae Chan hanya bisa berteriak kesal pada adiknya.

Jae Chan keluar dari rumah, sedikit kaget karena ternyata yang datang ibu Hong Joo. Ibu Hong Joo menceritakan Seung Won bilang mereka  kekurangan makanan untuk sarapan, menurutnya tak bagus apalagi untuk seorang pria karena akibatnya akan kelelahan nanti dan memberikan sekotak makanan yang sudah sengaja disiapkan.
“Simpan di kulkas dan pangganglah satu per satu. Itu sudah asin, jadi tinggal dipanggang saja. Dan makanan Ini jauh lebih mudah daripada membuat ramyeon.” Kata Ibu Hong Joo. Jae Chan mengucapkan terimakasih.
“Kau pasti suka mackerel, Seharusnya dari awal aku memberikanmu.” Kata Ibu Hong Joo seperti sangat sangat dengan Jae Chan. 

Jae Chan pergi ke cafe, si kasir melihat Jae Chan lebih cepat datang. Jae Chan memesan double-shot Americano dengan... Si kasir sudah tahu kalau akan menambahkan sirup hazelnut, karena Wanita dengan rambut pendek sebelumnya sudah pesan. Jae Chan kaget dan melihat sekeliling cafe.
“Dia sedang ke toilet dan akan segera kembali.” Ucap Si Kasir, Jae Chan bertanya apakah Hong Joo datang pagi-pagi sekali. Si Kasir membenarkan. “Sepertinya kalian berdua saling merindukan..., jadi aku beri tahu dia kalau Anda selalu datang lebih awal. Apa Anda senang?” ucap Si kasir mengoda. Jae Chan mengeluh Hong Joo yang melakukan ini padanya.
Si kasir melihat Hong Joo baru saja kembali, Jae Chan panik langsung bersembunyi di standing banner. Hong Joo tak sadar langsung naik ke lantai atas.
Dua gelas kopi sudah ada diatas meja, Hong Joo sengaja menunggu di bagian depan jendela cafe ingin melihat apakah Jae Chan sudah datang. Ia melihat sosok pria yang dikenalnya, tapi ternyata bukan Jae Chan yang ditunggunya. Jae Chan melihat dari kejauhan,kalau Hong Joo menunggu akhirnya tak tega dan duduk disampingnya. 
“Americano double shot dengan sirup hazelnut. Benar 'kan?” ucap Hong Joo dengan senyuman bahagia memberikan pada Jae Chan.

“Aigoo, Apa kau menguntitku dan Tak ada lagi yang kau lakukan?” ejek Jae Chan.  Hong Joo membenarkan kalau tak ada.
“Apa Pagi ini kau mau rapat? Tidak kusangka kau pergi pagi-pagi sekali.” Ucap Hong Joo
“Aku menyia-nyiakan waktuku selama beberapa hari. Katamu kau cuti. Bukannya kau mau kembali kerja?” ucap Jae Chan.
“Berarti kau takkan sering melihatku. Apa kau mau??” Kata Hong Joo mengoda. Jae Chan mengaku sangat mengingikan karena meras putus asa.
“Sayang sekali. Tapi aku suka melihat wajahmu daripada bekerja.” Goda Hong Joo
“Apa Kau sama sekali tidak ingin masuk kerja?” tanya Jae Chan.
“Bukannya aku tidak mau masuk kerja lagi. Tapi Haruskah aku kembali bekerja atau tidak?” ucap Hong Joo.
Jae Chan heran kenapa bertanya padanya. Hong Joo mengaku  tidak tahu harus berbuat apa, karena Sebagiannya ingin kembali tapi sebagiannya tidak.
Di rumah, Ibu Hong Joo membereskan kamar anaknya lalu melihat ada  Surat Permintaan Pekerjaan, wajahnya terlihat lansgung tegang. Di cafe, Hong Joo pikir Jae Chan saja yang memberikan keputusan dan akan melakukan sesuai dengan saran Jae Chan.
“Haruskah aku kembali bekerja atau tidak? “ tanya Hong Joo
“Apa menyusahkan bekerja sebagai reporter? Apa Kau tidak suka kembali pada pekerjaanmu?” tanya Jae Chan
“Bukan. Aku ingin kembali bekerja, bahkan Aku sangat ingin kembali.” Ungkap Hong Joo dengan tatapan sedih ke arah luar cafe. 

(Kantor Kejaksaan Distrik Hangang Seoul)
Jae Chan masuk berbarengan dengan Yoo Bum,  Yoo Bum memuji dengan nada mengejek kalau itu bagus. Jae Chan pikir dirinya memang bagus. Yoo Bum melihat wajah Jae Chan sangat cerah menurutnya sedang berkencan. Jae Cahn membenaarkan. Yoo Bum tak percaya kalau Jae Chan meamng benar sedang berkencan.
“Ya, aku berkomitmen untuk kasusku.” Ucap Jae Chan. Yoo Bum mengeluh ternyata maksudnya kasus bukan seorang wanita.
Saat lift terbuka semua menyapa Yoo Bum, Yoo Bum pun dengan ramah menyapa semua jaksa dan masuk ke dalam lift. Jae Chan hanya diam saja mengatakan akan menyusul, Yoo Bum menyuruh masuk saja dengan sedikit bergeser karena masih ada tempat. Hee Min ada di bagian belakang lift sedikit terdesak. Akhirnya Jae Chan pun masuk lift walaupun dari wajahnya sangat enggan melakukanya. 


Di dalam lift
Yoo Bum sengaja bertanya apakah ada kemajuan, karena menurutnya Hari-hari memang cepat berlalu dan Saat itu, sebulan dibutuhkan untuk... Jae Chan langsung menyuruh Yoo Bum banyak bicara karena terlalu banyak orang didalam lift.
“Aku dapat penghargaan sebagai jaksa dalam sebulan. Apa salah aku mengatakannya pada kalian semua?” ucap Yoo Bum dengan nada mengejek. Semua yang ada di dalam lift mengaku Tidak sama sekali.
“Kau pasti memikirkan tentang aku yang bicara kemajuan, Soal Nam Hong Joo” kata Yoo Bum. Hee Min mendengar nama Hong Joo seperti mulai berusaha mengingatnya. Yoo Bum keluar lebih dulu dari lift dengan berpamitan pada semuanya, 
“Hei. Kalau masalah kemajuan, aku lebih cepat darimu, Lebih baik ditingkatkan lagi.” Ejek Yoo Bum sebelum pintu lift tertutup. 

Para sekretaris jaksa mulai membahas tentang kemajuan apa yang dimaksu.  Jung Ha pikir kalau  Gosip itu pasti benar, kalau Jae Chan merebut pacar Yoo Bum. Tuan Choi ikut mendengar dan ingn tahu. Jae Chan berada didepan mereka mengatakan kalau bisa mendengar pembicaraan mereka. “Karena kau mendengar kami, jadi harus menjelaskannya. “ kata Hyang Mi
“Gosip seperti itu selalu lepas kendali kalau tidak ada yang bisa kau lakukan pada mereka.” Kata Tuan Choi. Hee Min yang ada dibagian belakang menganguk setuju.
“Semakin ku mencoba memberikan alasan, maka semakin besar mereka akan lepas kendali.” Balas Jae Chan.
Jung Ha ingin tahu tentang Hong Joo itu seperti apa. Jae Chan mengaku tidak tahu. Hyang Mi tahu Nam Hong Joo, dan memastikan kalau yang dimaksud adalah wanita di Hong Joo Samgyeopsal dan hebat membuat sup kimchi. Jung Ha dan temanya membenarkan. Hyang Mi pikir mereka sudah berkunjung ke sana. Keduanya mengaku belum.
“Tapi kudengar dia sangat cantik dan cerdas.” Kata Sek Jaksa Lee. Tuan Choi makin penasaran apakah memang benar Cantik dan cerdas
“Apa dia seperti Jaksa Shin?” bisik Tuan Choi. Hee Min mendengar namanya di panggil terlihat bangga.
“Aih, tentu tidaklah.”kata Jae Chan. Hee Min langsung berubah jadi dongkol.

Tiga sekertaris pikir memang benar karena  tidak ada gosip tentang Jaksa Shin, mereka pikir Hee Min hanya cantik saat berada di tengah-tengah orang seperti bawahan. Hyang Mi pikir Nam Hong Joo punya saingan yang berbeda, yaitu Orang seperti  mereka tak mungkin berani bersaing dengannya.
“Benar, Pengacara Lee bilang dia pasti tipe yang sulit didapat. Dia itu seperti femme fatale.” Kata Jung Ha. Jae Chan binggung tak bisa mengetahui istilah nama itu.
“Kau 'kan tahu. Wanita-wanita yang merayu pria  dengan kecantikan dan kecerdasan mereka tapi tidak pernah membuka hati mereka. Itulah femme fatale.” Jelas Jung Ha. Jae Chan terlihat benar-benar binggung. 

Hong Joo memperlihatkan tulang ayam pada sebuah kertas dan membentuknya seperti ayah. Si pemilik restoran tak percaya Hong Joo  benar-benar memilah tulang yang bersih. Hong Joo pikir Si pemilik tahu kalau ada bagian Paha ayam hilang dan itu bagian terbaik dari ayam kalau ditemani sayap ayam.
“Hei.. Dengar. Aku bukan mesin.  Saat aku mengemasnya, kadang sepotong ayam salah dikemas. Memang biasa terjadi. Aku akan berhati-hati lagi mulai sekarang. Apa Sudah selesai?” ucap si pemilik tak mau ambil pusing.
“Aku sudah memesan 26 ayam di tempat ini sampai sekarang. Kalau satu atau dua bagian dikemas di kotak yang berbeda..., mungkin ada potongannya, 'kan? Lalu Apa ini?  Aku tidak pernah mendapat tambahan satu pun. Dikatakan "satu ayam" dalam menumu. Tapi Kenapa aku tidak pernah dapat ayam utuh? Lalu bagian yang hilang itu di mana? Apa itu bisa dimasukkan dalam kotak dan dijual sebagai "satu ayam"?” ucap Hong Joo terlihat marah.
“Aigoo, Anda ini berlebihan. Apa Anda ini salah satu pelanggan yang buat keluhan tak masuk akal? Yang suka mengeluh tanpa bukti cuma buat pemiliknya resah. Kalau kutuntut, maka aku hukum Anda.” Ucap si pemilik restoran
“Apa Kau Mau bukti?  Aku punya bukti kuat. Aku merekam video saat ayam goreng sudah jadi. Video dengan jelas diperlihatkan...” kata Hong Joo tapi saat itu telinganya kena jewer ibunya.
“Kau, Ibu suruh ambil barang belanjaan. Kau sedang apa di sini? Dasar Kau anak nakal. Aku melahirkan gadis ini, tapi tidak bisa memahaminya.” Ucap Ibu Hong Joo mengemel lalu meminta maaf pada pemilik dan menarik anaknya keluar dari restoran.
“Hei.. Aku awasi kau.” Kata Hong Joo. Ibunya malah mengejek mau mengawasi apa maksudnya dengan mengejek anaknya seperti Terminator. 


(#5: Jangan memercayainya)
Hong Joo duduk di restoran sambil memakan popcorn tanpa gairah. Ibunya mengeluh dengan tingkah anaknya.
“Ibu suruh ambil barang belanjaan. Kenapa kau malah ribut di sana?” kata Ibu Hong Joo. Hong Joo pikir memang bodoh.
“Aku biasa mengunjungi jaksa, polisi, dan pemerintahan untuk bekerja. Aku tidak percaya aku mencoba mebuat keributan di restoran ayam goreng. Ini pemborosan namanya, Bakatku kubuang ke luar jendela.” Ucap Hong Jooo
“Jadi Apa Kau berencana kembali bekerja?” ucap Ibu Hong Joo. Hong Joo kaget ibunya sudah melihat suratnya.
“Tentu saja. Sepertinya kau meletakkannya di meja agar bisa melihatnya.” Ucap Ibu Hong Joo. Hong Joo hanya terdiam.
“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan Ibu? Apa Kau mau kembali bekerja?” kata Ibu Hong Joo.
Hong Joo membenarkan,  Ibu Hong Joo mulai duduk dengan wajah serius karena sebelumnya anaknya bercerita kalau dalam mimpinya ia akan sekara dan terlalu takut untuk mempertahankan pekerjaan itu, bahkan berjanji pada ibunya kalau akan bantu-bantu bekerja di restoran.
“Kenapa kau berubah pikiran?” kata Ibu Hong Joo. Hong Joo mengaku  bukan berubah pikiran.
“Masa depan bisa berubah.” Kata Hong Joo. Ibunya tahu kalu anaknya bilag Kau bilang tidak berubah, bahkan tidak akan berubah apa pun.
“Aku belajar kalau itu bisa berubah.  Coba Lihatlah Jae Chan. Dia menyelamatkan hidup kita.” Kata Hong Joo merasa yakin
“Jadi, Apa kau akan bergantung padanya dan kembali bekerja? Apa dia bilang akan menyelamatkan hidupmu dan akan melindungimu?” kata Ibu Hong Joo.
Hong Joo pikir Tidak juga, menurutnya kalau di pikir Jae Chan bisa  mengubah masa depan sementara ia berpikir tak bisa. Ibunya langsung menolak kalau tak bisa dan tidak akan pernah bisa mengubahnya. Hong Joo pikir Kenapa tidak karena Jae Chan asaja lebih kompeten darinya. 
“Dia kompeten! Dalam banyak hal.” Kata Ibu Hong Joo menolak anaknya.
“Ibu, aku ini putri Ibu. Apa Ibu akan percaya padanya daripada aku?” ucap Hong Joo kecewa
“Benar. Di mataku...,kau tidak dapat diandalkan dan jauh lebih lemah dari dia. Kau membuat Ibu sangat khawatir, dan kau juga... Kau jauh lebih berharga bagiku. Kau....satu-satunya yang Ibu miliki di dunia ini...,jadi jangan tinggalkan Ibu.” Ucap Ibu Hong Joo dengan menahan rasa sedihnya.
Hong Joo terdiam, seperti bisa merasakan yang ibunya rasakan sama seperti mimpinya sebelumnya, lalu memeluk ibunya. Ibu Hong Joo pun merasa bahagai karena Hong Joo sebagai ibunya. 


Saat itu Woo Tak dan Tuan Oh masuk restoran melihat keduanya berpelukan memberitahu kalau akan makan samgyeopsal. Keduanya langsung melepaskan pelukanya, Hong Joo melihat Woo Tak heran karean akan makan pagi hari.
“Kami harus keliling pagi ini, jadi kami kelaparan.” Ucap Woo Tak dengan senyuman khasnya. 

Doo Hyun menghitung mulai dari 44.008 terus seperti sangat serius. Seorang pria melihat Doo Hyun heran apa yang dilakukanya. Anak buah yang lain memberitahu kalau itu tentang kejadian  Protes di Gwanghwamun kemarin dan Dae Young ingin menghitung berapa banyak orang di sana untuk melihat siapa yang benar antara polisi atau penyelenggara.
“Kurasa dia punya banyak waktu.” Keluh Si ketua Tim dan menghampiri Doo Hyun terus menghitung sampai 44.015.
“Hei.. Dae Young.. Hong Joo harusnya kembali pekan depan. Bagaimana, Apa Dia akan kembali?” kata Si ketua Kim. Doo Hyun mengeluh kenapa malah bertanya padanya dengan terus menghitung tanpa mau kehilangan.
“Aku perlu tahu berapa banyak orang yang membutuhkan seragam. Kau itu yang memerintahnya dan harus tahu hal-hal ini.” Kata Si ketua Tim. Doo Hyun tetap menghitung tak memperdulikanya.
Ketua Tim sengaja menyebut angka agar Doo Hyun binggung.  Doo Hyun akhirnya berteriak marah karena membuatnya tidak fokus padahal sebagai ketua tim, bahkan tidak mengharapkan bantuan tapi memohon setidaknya jangan kacaukan apa yang sudah diperbuatnya. Ketua  Tim merasa kalau orang mengira Doo Hyun itu adalah ketua timnya dan mengejek untuk mulai menghitung juga. 


Jaksa Park menyelesaikan rapat dengan tim dan bertanya akan makan siang dimana. Jae Chan ingin memberitahu tapi Jaksa Son lebih dulu menyela karena ingin tahu alasan Jaksa Park tidak menyetujui permintaannya untuk kasus tabrak lari DUI.
“Aku menulis "kekurangan bukti" sebagai alasannya. Mendakwa pengemudi karena membantu dan bersekongkol dengan DUI itu terlalu berlebihan. Apa Kau tak tahu? Dia akan dibebaskan  kalau kasusnya masuk ke pengadilan. Itulah yang terjadi dalam persidangan bulan lalu.” Kata Jaksa Park kembali bertanya akan kemana mereka.  Jae Chan ingin berbicara tapi Jaksa Son kembali menyela.
“Tahun lalu..., kasus serupa di Gwangju dan Daejeon, pelaku dijatuhi hukuman percobaan. Ada kasus yang juga serupa di Jepang dan pengemudi itu dijatuhi hukuman dua tahun penjara.” Kata Jaksa Son. Jaks Lee juga membaca tentang kasus itu.
“Apa kasusmu juga sama?” ucap Jaksa Lee. Jaksa Son mengatakan kalau itu lebih parah.
“Mereka minum bersama sampaimabuk dan dia mengambil kunci dari layanan valet. Kemudian dia meminta untuk pulang, mengatakan bahwa dia tahu bagaimana cara menghindari polisi. Dan pada dasarnya menghasut pelanggaran tersebut. Dia menghasut pengemudi itu untuk mengemudi di bawah pengaruh alkohol.” Ucap Jaksa Son dengan cerita flash Back Si pelaku.
Dengan pengaruh alkohol lalu mengemudi terjadilah kecelakaan. Jaksa Son memberitahu kalau  Seorang anak berusia sembilan tahun kehilangan orang tuanya karena kecelakaan itu dan harus memakai kantung colostomy sepanjang hidupnya.
“Menurutku Tak satu pun akan terjadi kalau seandainya dia menghentikan pengemudi. Aku sangat kesal padanya. Bukan berlebihan lagi, tapi Dia layak mendapat hukuman lebih berat.”Kata Jaksa Son
“Dia bahkan tidak menyetir. Yang dia lakukan hanyalah memberi pengemudi kunci mobilnya. Kita sebagai jaksa tak seharusnya mengubah orang tak bersalah menjadi penjahat.” Ucap Jaksa Park
Keduanya sama-sama berteriak, Jae Chan kaget karena sebelumnya Jaksa Park melakukan hal yang sama padanya. Suasana pun tegang, Jaksa Lee akhirnya mengajak untuk makan siang karena  tidak bisa menyelesaikan kasus apa pun kalau perut kosong lalu bertanya pada Jae Chan kemana mereka akan pergi.
Jae Chan mengatakan akan pergi ke Finest Tonkatsu, restoran tonkatsu yang ada dii seberang jalan. Jaksa Lee memuji pilihan Jae Chan  kalau sudah lama ingin makan tonkatsu. Hee Min tahu  Makanan di Finest Tonkatsu memang enak, tapi melihat Jaksa Park tadi malam habis minum, jadi harus meredakan mabuknya.
“Kudengar sup kimchi di Hong Joo Samgyeopsal sangat enak.” Ucap Hee Min
“Restoran itu terlalu jauh. Kita harus pergi ke restoran lebih dekat seperti yang ada di seberang jalan.” Kata Jae Chan seperti berusaha untuk menghindari Hong Joo. Pengacara Lee juga setuju.
“Kalau begitu, ayo kita ke restoran Hong Joo Samgyeopsal. Ini hari yang menyenangkan, jadi kita bisa berolahraga dengan berjalan di sana.” Kata Jaksa Park. Jaksa Son langsung melirik sinis pada Hee Min karena membuat mereka untuk berjalan jauh. 

Woo Tak membuka buku catatanya memberitahu sedang mencoba menganalisis mimpi yang mereka alami dan melihat sekelompok orang dalam mimpiya tapi Jae Chan selalu muncul dalam mimpi Hong Joo. Hong Joo membenarkan.
“Sepertinya Jae Chan selalu bermimpi tentangmu dan aku bermimpi tentang dia.” Kata Woo Tak. Hong Joo pikir Itu agak aneh.
“Pasti ada aturan khusus. Kau mulai memiliki mimpi ini terlebih dulu, Setelah itu, Jae Chan Lalu itu juga terjadi padaku. Kalau ini adalah penyakit menular, maka kau akan menjadi infektif pertama tapi ini jelas tidak menyebar melalui udara atau kontak fisik. Kalau begitu, lebih banyak lagi orang yang terinfeksi.” Kata Woo Tak
Hong Joo kesal berpikir dirinya dianggap sebagai penyakit, Woo Tak mengatakan kalau hanya menggunakan analogi itu untuk menjelaskannya lebih baik, lalu bertanya apakah Hong Joo tidak menyukai mimpi itu. Hong Joo mengaku Tidak.
“Aku penasaran apa aku melakukan sesuatu yang mengerikan di masa lalu. Itu pasti hukuman.” Kata Hong Joo kesal
“Tidak, kau pasti sudah menyelamatkan negara atau sesuatu di masa lalu. Kalau kita bisa mencari tahu apa aturannya, kita pasti bisa mencegah macam kejahatan dan bencana.” Kata Woo Tak yakin dengan membantu Hong Joo membawakan nampan.
Hong Joo lalu bertaya apabila melihat perang atau serangan teroris dalam mimpinya. Woo Tak pikir  mereka  harus menguasai bahasa asing untuk mencegah terjadinya bencana semacam itu di tingkat internasional dan bisa mengetahui bahasa Jerman sedikit.


Petugas Oh hanya bisa melihat keduanya didepan kasir. Ibu Hong Jooo memuji Woo Tak yang punya rasa sopan santun, bahkan tampan dan juga punya American Style. Petugas Oh membanggakan diri kalau Woo Tak itu belajar darinya.
“Maksudku, dia bahkan terlihat sepertiku. Orang selalu berpikir kalau dia adikku dan dianggap kalau aku sudah membesarkannya dengan baik.” Kata Petugas Oh percaya diri. Ibu Hong Joo tak berkomentar dengan menanyakan kupon yang dibawanya. 

Hong Joo melihat Woo Tak kelihatan bersemangat sekali dan bertanya apakah suka memiliki mimpi seperti itu, Woo Tak mengaku sangat suak, Hong Joo ingin tahu pendapat Woo Tak kalaubermimpi tentang kematiannya. Woo Tak pikir itu hanya omong kosong belaka.
“Kau itu seorang polisi. Bagaimana kalau kau melihat dirimu meninggal saat menangani kasus yang berat? Apa Kau akan keluar dari pekerjaanmu?” Ucap Hong Joo. Woo Tak pikir Hong Joo gila menanyakan hal itu
“Apa kau tahu yang kualami untuk menjadi polisi?” ucap Woo Tak. Hong Joo tahu kalau Woo Tak bisa saja mati.
“Kalau begitu aku akan mengubahnya... Aku hanya harus mengubahnya dan Pasti bisa diubah.”kata Woo Tak yakin
Hong Joo tersenyum mendengarnya kalau Woo Tak berpikir seperti itu. Nyonya Yoon mendengar ucapan Woo Tak langsung mengusir Woo Tak untuk segera keluar,  Woo Tak binggung tiba-tiba diusir. Ibu Hong Joo tak mau tahu menyuruh Woo Tak untuk segera keluar dan Jangan bicara omong kosong.

Woo Tak binggung kenapa Ibu Hong Joo tiba-tiba mengusirnya apakah ia mengatakan sesuatu yang tidak pantas. Tuan Oh pikir kalau Nyonya Yoon itu marah padanya karena meminta untuk menerima uang tunai. Woo Tak mengeluh dengan Tuan Oh karena sikapnya terlalu berlebihan,bahkan memberikan nasi gratis.  Tuan Oh tahu dan merasa bersalah. 

Jae Chan sedang berjalan melihat Woo Tak pergi dengan menaiki mobil polisi. Setelah itu sampai di restoran yang cukup sepi di jam makan siang, Ibu Hong Joo menyapa Jae Chan yang juga datang. Jaksa Lee berkomentar kalau Jae Chan ternyata kenal baik pemiliknya. Hong Joo dengan bangga membenarkan kalau Hong Joo pelanggan tetap restoran.
“Apa Berarti gosip tentang kalian berdua itu benar?” ucap Jaksa Lee. Jae Chan menegaskan kalau itu tak benar
“Apa kami bisa dapat minuman gratis kalau Jaksa Jung pelanggan tetap?” ucap Hee Min
“Kurasa orang yang meminta minuman gratis atau makanan pembuka gratis di restoran memang terlihat murahan. Ini seperti menyusahkan mereka.” Kata Jaksa Son sinis. Hong Joo pikir tidak karena akan memberi menu gratis.
“Dia pasti Nam Hong Joo, Dia sangat cantik. Dia juga tampak sangat cerdas. Bagaimana aku mengatakannya? Apa Tipe femme fatale?” ejek Hee Min. Jae Chan hanya mengernyitkan bibirnya dengan kesal. Jaksa Park yang mendengarnya binggung dengan julukan itu. 


Mereka mulai berdoa bersama dan Jae Chan sibuk memberikaan sendok serta sumpit. Jaksa Park berharap agar memberikan  kebijaksanaan dan anugerah, serta memungkinkan setiap jaksa di Divisi Pidana Tiga untuk mendapatkan keuntungan dari kebijaksanaan sehingga mereka dapat selal .pastikan untuk menuntut setiap pelaku secara adil.
“Seorang anak menjadi yatim piatu karena kecelakaan yang tidak disengaja dan dia harus cacat selama hidupnya. Baik orang yang menyebabkan kecelakaan dan yang membiarkan kecelakaan itu terjadi adalah orang yang berdosa. Tuhan kami yang Maha Adil, tolong berilah anugerah untuk menghukum orang yang memilih untuk tidak mencegah kecelakaan tersebut.” Ucap Jaksa Son langsung disela oleh Hee Min.
“Kecelakaan semacam itu dianggap kejahatan kelalaian. Karena ini kesalahan, membantu atau bersekongkol itu tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, kita tidak bisa menuduhnya melakukan pelanggaran seperti itu...” kata Hee Min kembali disela oleh Jaksa Lee  
“Mengemudi di bawah pengaruh alkohol dapat menyebabkan kecelakaan sehingga kecelakaan itu bisa saja diprediksi dan dicegah.” Kata Jaksa Lee mengebu-gebu.
“Benar...Bapa, orang yang bungkam terhadap semuanya tentu layak mendapat hukuman, dan karena itulah hukum harus ditaati. Menurut logika itu, setiap orang yang belum memberikan apa pu bagi anak kelaparan di seluruh dunia juga layak mendapat hukuman. Tolong selamatkan kami dari orang-orang yang dengan bodohnya mencob membuat masalah.” Kata Jaksa Son
“Di negara ini, menghormati para tetua dianggap sebagai kebajikan. Kami harus menghormati atasan kami...” kata Jaksa Park 


Jaksa Son akhirnya membuka matanya,  dengan mengeluh Jaksa Park yang  bicara tentang menghormati orang tua dan atasan menurutnya Itu salah satu ajaran Konfusius. Jaksa Park pikir kenapa merkea tidak bisa mengungkitnya, karena Agama harus bersatu untuk perdamaian dunia!
“Tolong tenanglah. Bagaimana kalau kita adil saja? Kita tangani ini secara demokratis.” Ucap Jaksa Lee. Hee Min meminta agar memberikan minuman gratis.
“Tidak ada yang gratis, Tetap tambahkan itu dalam tagihan kami.” Kata Jaksa Son. Hong Joo mengerti dengan mempersiapkan botol minuman.
“Kalau begitu ayo kita pilih Kalau menurut kalian penumpangnya juga layak dihukum..., maka angkat tangan kalian.” Kata Jaksa Lee, hasilnya hanya ia dan jaksa Son yang melakukanya.
“Tolong angkat tangan kalau tidak setuju.” Ucap Jaksa Lee. Jaksa Park dan Hee Mi pun mengangkat tangan.
Jae Chan ada ditengah-tengah meja, Jaksa Son mengeluh Jae Chan  yang tidak mengangkat tangan. Jae Chan pikir Argumen kedua belah pihak valid jadi butuh lebih banyak waktu untuk berpikir. Hee Min kesal meminta jae Chan Jangan khawatirkan yang orang lain pikirkan menurutnya Menjadi golput adalah hal yang menyebalkan dan ingin tahu pendapat Hong Joo. Hong Joo heran kenapa tiba-tiba malah menanyakan hal itu padanya.
“Aku hanya ingin tahu apa hanya aku yang dianggap pengecut.” Ucap Hee Mi
“Entahlah...Kurasa kalau berdoa seperti itu, maka netralitas agama itu diharapkan oleh pejabat publik.” Ucap Hong Joo. Hee Mi mengatakan kalau mereka berempat beragama Kristen. Hong Joo pikir itutidak mungkin.
“Hanya 20 persen penduduk Korea yang beragama Kristen. Ini berarti bahwa kemungkinan kalian berempat beragama Kristen adalah 0,2 untuk 4 orang, maka sama saja hasilnya dengan 0,0016. Probabilitas untuk itu juga kurang. Dengan kata lain, itu tidak mungkin. Aku yakin beberapa dari kalian menyembunyikan agama kalian yang sebenarnya untuk memastikan kalian tidak berada di pihak yang salah dari atasan kalian.” Kata Hong Joo 


Jaksa Lee menutupi gelang yang dipakainya dengan wajah panik. Hong Joo pikir dengan tidak berdoa bersama dalam budaya organisasi semacam ini agar orang tersebut tidak takut mengekspresikan keyakinannya. Tapi menurutnya kalau orang itu takut atau khawatir tentang yang orang lain pikirkan, serta pasti berpikir apa yang seharusnya dilakukannya bahkan lebih berhati-hati.
“Apa itu menjawab pertanyaanmu?” ucap Hong Joo lalu masuk ke dapur. Mereka tak percaya kalau jawaban Hong Joo benar-benar kritis.
“Woah, siapa Aggashi itu? Dia sangat pandai berbicara. Caranya berbicara... Nampaknya tidak asing lagi.” Ungkap Jaksa Park mengingat-ingat. Jae Chan mendengar ucapan Hong Joo bisa tersenyum. 

Mereka kembali ke kantor dengan segelas kopi, tiba-tiba Jaksa Park berteriak menyebut nama “Nam Hong Joo” Semua pun dibuat kaget. Jaksa Park yakin kalau Wanita di restoran itu adalah Reporter Nam Hong Joo di SBC.
“Aku tidak bisa mengenalinya  karena dia memotong rambutnya, tapi memang benar dia. Ini Sudah kuduga,  Dia reporter yang dikenal tidak menyerah.”ucap Jaksa Park mengingat saat itu Hong Joo terus mencecar pertanyaan pada pelaku.
“Dia selalu tersandung ke tempat terbaik setiap kali kita mengawal pelaku. Dia akan datang dan membombardir kita dengan pertanyaan. Dia juga sangat keras, selalu berteriak.” Ucap Jaksa Park
Hong Joo dengan rambut panjang melaporkan berita dari depan kantor kejaksaan kalau  Seorang asisten kepala jaksa telah menganiaya jaksa perempuan saat acara makan malam yang membuat banyak orang terkejut.
Jaksa Park mengingat-ingat apakah itu dua tahun lalu tentang kasus pelecehan seksual di Kantor Kejaksaan Yeonju dan Hong Joo meminta pada asisten jaksa untuk dipecat, karena Jaksa menyentuh bagian-bagian tubuh jaksa wanita dan melakukan pelecehan seksual terhadapnya.
“Lalu tiba-tiba dia terjatuh dari muka bumi ini. Mungkin dia dikirim ke suatu tempat di luar negeri sebagai koresponden.” Ucap Jaksa Park heran
“Karirnya sudah sukses. Kenapa dia bekerja di restoran?” ucap Hee Min. Jaksa Park juga merasa penasara menurutnya Hong Joo tidak akan berhenti dari pekerjaannya sebagai reporter. Jae Chan hanya menghela nafas mengetahui Hong Joo dulu adalah reporter. 


Hong Joo mengupas kulit bawang bombay sambil menonton Tv, Doo Hyun sedang melaporkan berita tentang demonstrasi. Lalu ia mengingat saat direstoran, Jae Chan dan teman satu kantornya membahas masalah kalau pelaku bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpanya, mereka terus berdebat.
Dan saat itu tak sengaja pisau mengenai tanganya dan berdarah, Ibu Hong Joo kaget ingin melihat dibagian mana jari anaknya yang terluka, meminta agar lebih berhati-hat dan membiarkan saja karena akan  menyelesaikannya. Tiba-tiba Hong Joo menangis
“Apa Kau menangis? Apa menyakitkan? Mau Ibu bawa ke rumah sakit?” ucap Nyonya Yoon
“Ibu, kurasa bawang ini tidak segar dan Mataku jadi terbakar.” Ungkap Hong Joo lalu keluar dari restoranya.
Ibu Hong Joo menatap binggung. Hong Joo pergi depan kantor SBC, Ia hanya berdiri, dan menatapnya tanpa mau menyeberangi jalan. Wajahnya terlihat ada keraguan untuk kembali, tapi dalam hatinya ingin kembali berkerja.
Bersambung ke episode 10

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar