PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 26 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 17

PS : All images credit and content copyright : SBS
Yoo  Bum masuk ke dalam gedung bertanya pada Sek, apakah sudah ada repoter. Sek mengataka Mereka sudah datang. Yoo bum bertanya apakah Jurnalis foto juga datang. Sek mengangguk. Yo Bum berhenti melangkah, bertanya apakah Sek memiliki benda itu.
“Apa namanya? Benda yang bisa membuatmu menangis.” Ucap Yoo Bum. Sek tahu kalau maksudnya Pasta air mata. Yoo Bum  membenarkan lalu masuk ke dalam ruangan. 

Di depan podium sudah ada logo "Firma Hukum Hae Kwang" Doo Hyun sudah menunggu dengan wartawan lainya. Yoo Bum dengan wajah sedih masuk ruangan meminta maaf karena terlambat, sebelumnya harus menjenguk ayah Nn. Yoo di rumah sakit. Wartawan bertanya apakah Ayahnya sakit
“Ya. Dia mengidap kanker pankreas stadium akhir. Dia jatuh sakit saat mendengar bahwa Do Hak-Young dibebaskan. Seperti yang kalian ketahui, dia adalah satu-satunya saksi dalam kasus pembunuhan Nn. Yoo. Bahkan aku tidak mengerti kenapa mereka menyidiknya tanpa menahannya. Bayangkan perasaan mereka yang berduka.” Ucap Yoo Bum memberikan pernyataanya.

“Kudengar, kejaksaan berpendapat, bahwa itu mungkin saja kecelakaan, bukan pembunuhan. Tak ada luka pertahanan diri atau tanda-tanda pembunuhan.” Kata Doo  Hyun
“Apa Kau pikir tak ada luka pertahanan berarti bukan pembunuhan? Banyak laporan kasus pembunuhan tanpa adanya luka pertahanan diri. Itu disebut Bleach Attack. Jika serangannya mendadak, tidak mungkin ada luka pertahanan.” Kata Yoo Bum
“Berarti, menurutmu itu mungkin bahwa pelaku bisa membuat, pola darah itu di lantai dalam 13 menit?” tanya Do hyun
“Itu sulit. Aku telah mencoba menyimulasikan situasinya, tapi itu memang sulit. Tapi tahukah kau, Jurnalis Bong? Mana yang terdengar lebih logis? Membuat pola darah itu di lantai dalam 13 menit Atau gambar itu muncul sendiri tanpa ada siapapun disana?” kata Yoo Bum berusaha menyakinkan wartawan
“Jelas, penyidikan ini tidak diselesaikan dengan benar. Aku tahu yang akan terjadi saat ketertarikan masyarakat pudar. Kejaksaan akan memutuskan untuk tidak mendakwanya. Untuk memastikan bahwa pembunuhnya pantas mendapatkan ganjarannya, kalian semua harus terus menunjukkan ketertarikan kalian dalam kasus ini, dan mendesak kejaksaan untuk menyidiknya dengan benar.” Tegas Yoo Bum. 

Seung Won keluar dari kamar melihat kakaknya malah tertidur pulas di sofa,  merasa kalau kakaknya sudah terlalu lelah  setelah bergadang beberapa malam. Ia mencoba membangunkan kakaknya agar bisa pindah dan tidur dikamarnya.
Jae Chan yang tetap terdiam karena sangat lelah, Seung Won ingin mengendong kakaknya tapi tak  kuat akhirnya membiarkan untuk tidur disofa. Hong Joo terbangun dari tidurnya setelah mimpi buru dan langsung menangis. 

Bel rumah Jae Chan berbunyi, Seung Won keluar dari rumah mengeluh karena jam 3 pagi ada orang yang datang kerumah. Lalu berteriak memanggil kakaknya kalau Hong Joo yang datang. Jae Chan terbangun dengan setengah sadar.
Hong Joo terus menekan bel rumah sampai akhirnya Jae Chan keluar dari rumah bertanya ada apa dinihari kerumahnya. Hong Joo dengan mata berkaca-kaca langsung masuk ke dalam rumah dan bertanya pada Seung Won, dimana kamar Jae Chan. Seung Won menunjuk ada disebelah kamarnya.
“Hei, dimana Hong-Joo?” tanya Jae Chan masuk rumah. Seung Won mengatakan kalau masuk ke kamarnya. Jae Chan bertanya apa yang terjadi. Seung Won juga merasa tak tahu.
Dalam kamar, Hong Joo mengeluarkan semua baju yang ada di lemari Jae Chan. Dua kakak beradik dibuat binggung oleh tingkah Hong Joo. Jae Chan pun memegang pundak Hong Joo bertanya apa yang sedang dilakukanya.
“Ada masalah apa? Kenapa sikapmu seperti ini?” tanya Jae Chan. Hong Joo menangis.
“Jae-Chan... Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan, Jae-Chan? Di dalam mimpiku,...Kau... Aku melihatmu berdarah,...akibat luka serius. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” ucap Hong Joo menangis. Jae Chan memeluk Hong Joo menenangkanya. Seung Won terdiam seperti tak percaya mendengar kalau kakaknya akan terluka. 

Hong Joo duduk di sofa terus berbicara sambil menangis meminta agar Lakukan apapun sebisa Jae Chan agar tidak terlibat dalam situasi semacam itu. Jae Chan yang ada didapur meminta adiknya agar masuk kamar. Hong Joo meminta agar Jae Chan   Jangan memakai setelan.
“Kau memakai setelan saat terluka, dan jangan pernah menyeberang di persimpangan. Sebaiknya jangan pernah temui aku. Saat itu, kau akan menemuiku... Kau akan menemuiku saat itu terjadi. Jadi, mulai sekarang, kita sebaiknya...” ucap Hong Joo sambil mengingat mimpinya.
“Aku tidak mau melakukan itu.” Tegas Jae Chan memberikan minum untuk Hong Joo agar bisa tenang.
“Aku seorang jaksa.Aku harus mengenakan setelan jas , dan aku terlihat keren saat mengenakan setelan. Lalu, apa maksudmu aku harus selalu menyeberang sembarangan? Itu gila... Dan kau mau aku menghindarimu? Itu tak mungkin. Kita takkan bisa mencegahnya dengan trik-trik licik itu. Kau juga tahu itu.” Jelas Jae Chan.
“ Sekarang Beri tahu aku tentang mimpimu secara rinci. Aku ingin tahu kenapa itu terjadi. Ayo kita ulas setiap detailnya agar kita mengetahui alasannya. Hanya itu caranya agar kita bisa mencegahnya. Benar, 'kan?” ucap Jae Chan sudah siap dengan notenya.
“Aku sedang berdiri di depan persimpangan. Aku bisa melihat lentera di belakangmu. Kau sedang berdiri di antara kerumunan orang-orang. Lalu seorang pria berpakaian serba hitam mendekatimu.” Cerita Hong Joo sama seperti yang ada dalam mimpinya. 


Seung Won keluar dari kamar, kaget melihat kakaknya yang tertidur di sofa dengan Hong Joo yang ada dipelukannya, lalu memilih untuk kembali masuk ke kamar tak ingin menganggu. Hong Joo bangun lebih dulu melihat Jae Chan yang tertidur dengan menopang kepalanya.
“Kali ini giliranku yang menjagamu. Mampukah aku melakukannya?” gumam Hong  Joo sambil mengelus kepala Jae Chan. Tiba-tiba Jae Chan terbangun mengengam tanganya.
“Jangan khawatir... Yang kau lihat di mimpimu takkan pernah terjadi.” Kata Jae Chan menyakinkan.
“Kumohon... Jangan terluka.” Pinta Hong Joo.Jae Chan mengangguk setuju.
“Aku menyukaimu.” Ungkap Hong Joo. Jae Chan terdiam mendengar pengakuan perasaan Hong Joo, lalu tersenyum dengan saling menatap. 

Jae Chan makan dengan lahap sarapannya, semua yang ada dimeja makan hanya terdiam dengan wajah sedih memikirkan Jae Chan yang akan terluka. Jae Chan tersadar semua hanya menatapnya, lalu mengeluh  dengan bersikap seperti ini karena merasa merasa seperti ia benar-benar akan mati jadi mengajak mereka mulai sarapan saja.
“Siapa yang menikamnya? Apa Kau melihat wajah pelakunya?” tanya Nyonya Yoon. Hong Joo mengatakan tak lihat.
“Yang pasti, dia pasti ada kaitannya dengan Do Hak-Young.” Ucap Hong Joo. Woo Tak binggung kenapa berhubungan dengan temanya.
“Mimpiku berubah setelah dia dibebaskan. Di dalam mimpi pertamaku, dia menyeberang tanpa ada masalah. Tapi di hari Do Hak-Young dibebaskan, aku bermimpi, Jae-Chan belum selesai menyeberang dan pingsan, meskipun tempat dan situasinya sama” ucap Hong Joo mengingat mimpinya saat Jae Chan yang terjatuh di seberang jalan.
“Sesuatu pasti berubah karena Do Hak-Young bebas.” Kata Hong Joo. Jae Chan menerima telp dari Tuan Choi yang meminta agar menonton berita, lalu menyalakan TV di rumah Hong Joo. 



 “Kejaksaan membebaskan tersangka satu-satunya, dalam kasus pembunuhan Yoo Soo-Kyung karena kurangnya bukti, dan menjelaskan bahwa kasus ini akan diselidiki tanpa penahanan. Bahkan dengan rekaman CCTV, kejaksaan memutuskan, untuk membebaskan tersangka utama kasus tersebut.” Ucap Do Hyun melaporkan berita. Semua pun menontonya.
“Sepertinya kontroversi dan kritik takkan terhindarkan. Dulu, Do Hak-Young pernah didakwa atas penyerangan dan pencurian. Jika mereka membebaskannya karena kurang bukti, mungkin dia akan melakukan tindakan kriminal lainnya kelak, yang tentunya akan memakan korban lainnya Kejaksaan harus bertanggung jawab atas masalah ini.” Gambar Hak Young keluar dari kejaksaan berusaha untuk menghindar dari kejaran wartawan.
Nyonya Yoon bertanya apakah  Do Hak-Young punya catatan kriminal Atas penyerangan dan pencurian. Woo Tak memberitahu Gugatan pencurian itu, saat temanya mencuri tanda tangan g.o.d dari sebuah kedai camilan, karena ingin memajangnya di kedai gimbap ibunya.
“Apa maksudmu Mencuri tanda tangan? Apakah itu dianggap pencurian?” kata Nyonya Yoon tak percaya
“Ya, keadaan yang memaksanya melakukannya. Lalu pemilik kedai camilan itu membuat keributan, di kedai ibunya, dan dia mencoba menghentikannya. Itulah kenapa dia akhirnya digugat atas tindakan penyerangan. Bahkan Kejadiannya 10 tahun yang lalu.” Kata Woo Tak
“Informasi pribadimu sudah tersebar luas di internet. Orang-orang berkata kau tidak becus menyidiknya.” Ucap Seung Won melihat ponselnya.
Jae Chan melihat semua informasi dari SMP Ilyoo, SMA Donggang, Universitas Hankook sudah tersebar bahkan komentar buruk terlihat "Para jaksa begitu menyedihkan. Apakah adiknya baik-baik saja?"

“Entah siapa yang menikam Jae-Chan di mimpiku, tapi aku bisa menebak. Pasti seseorang yang marah karena mendengar beritanya.”
Demo didepan kantor kejakasaan kalau tak terima  tersangka dibebaskan, menurutnya Kejaksaan adalah kaki tangan. Ini perintah rakyat. Salah seorang pria membawa gambar Nona Yoon.
“Bisa jadi, penggemarnya yang berduka, karena kehilangan bintang tercintanya.”
Hak Young menunggu bus di halte, bebarapa remaja bisa mengenalinya dengan mengejek dibelakangnya sebagai yang membunuh Yoo Soo-Kyung dan membuat gambar dengan darahnya.
“Bisa jadi, seseorang yang harus menerima,. amukan orang-orang yang tidak adil terhadap dirinya.”
Di rumah, ibu Nona Yoon menangis pada suaminya,  karena tak bisa terima kalau pelaluk dibebaskan dan akan merasa sangat kasihan kepada Soo-Kyung, karena terbunuh dan pelaku dibiarkan begitu saja. Tuan Yoo terlihat sangat marah tak bisa terima.
“Atau bisa jadi seseorang, yang tak bisa menghukum siapapun atas kematian putri tersayangnya.”
Hong Joo duduk disofa dan memegang tangan Jae Chan untuk menenangkannya.
“Yang terpenting, untuk mencegah hal mengerikan yang terjadi di mimpiku, kita harus mencegah bertambahnya amukan akibat kesalahpahaman, dan kemurkaan ini agar tidak menjadi pisau yang siap menikam korbannya.”
Hak Yoon berjalan pulang ke rumah dengan menundukan kepalanya,  Ibu Yoon masih terus menangis dengan nasibnya, Tuan Yoo memeluk istrinya yang terus menangis.
“Kita harus mengubah jalannya waktu.”
Tiga orang yang mungkin jadi tersanga, Hak Young, Si fans dengan topi hitam atau ayah Nona Yoo. 


[BAGIAN 9: TERSANGKA YANG TIDAK BIASA]
Hong Joo terlihat kesal dengan Doo Hyun menganggap kalau itu sebuah artikel berita yang ditayangkan, menurutnya tak tahu tentang tuduhan pencurian Do Hak-Young yaitu mencuri tanda tangan g.o.d dari sebuah kedai camilan, dan kejadiannya 11 tahun yang lalu.
“Lalu apa? Apa hanya mencuri uang yang dianggap sebagai pencurian? Apa Kau tahu betapa bernilainya tanda tangan g.o.d 11 tahun lalu? Sangat Jelas, itu pencurian!” ucap Doo Hyun
“Apa hubungannya itu dengan kasus Yoo Soo-Kyung? Apa dia membunuhnya karena Nn. Yoo menolak memberi tanda tangannya?” kata Hong Joo kesal
“Orang-orang akan berpikir kau pengawasku.” Kata Doo Hyun melihat sikap Hong Joo.
“Untunglah kau pengawasku. Andai jabatanku lebih tinggi daripada dirimu...” kata Hong-Joo memperlihatkan kalau akan membunuhnya lalu meninggalkan ruangan. Doo Hyun melihat sikap Hong Jo merasa pasti sudah gila.


Hong Joo menelp Jae Chan didepan ruangan, bertanya apakah sudah sampai di kantor dengan selamat. Jae Chan mengatakan hampir sampai. Hong Joo memastikan kalau Semuanya baik-baik saja, Jae Chan mengatakan kalau  tak ada yang terjadi.
“Kabarnya, Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang, dikepung oleh pengunjuk rasa. Mereka mengenali wajahmu jadi, kau sebaiknya masuk, lewat pintu belakang atau menyamar.” Kata Hong Joo khawatir.
“Ah, aku tidak salah apa-apa.< Mereka boleh menghampiriku semau mereka. Aku berani, baik berkelahi maupun berdebat. jangan khawatir.” Kata Jae Chan yakin dan menutup telpnya.
Tapi Jae Chan berusaha untuk menaiki pagar untuk masuk ke dalam gedung kejaksaan, saat itu Jaksa Lee melihat juniornya bertanya apa yang sedang dilakukanya. Jae Chan terlihat gugup melihat Jaksa Lee. 

Keduanya berjalan didekat pintu masuk, para pedemo terus berteriak “Bisa-bisanya tersangka dibebaskan! Kejaksaan adalah kaki tangan! Ini perintah rakyat!” Jaksa Lee memberikan kacamatanya pada Jae Chan.
“Kau membutuhkan bantuan... Akankah ini membuatmu tak dikenal? Ahh..Tidak, mereka akan mengenalimu.” Ucap Jaksa Lee lalu menukar ID card mereka.
“Jika mereka menangkapmu, bilang saja kau Lee Ji-Kwang, oke?” kata Jaksa Lee. Jae Chan terharu mengucapkan terimakasih pada seniornya.
“Jika mau berterima kasih, jangan lupa soal kencan butanya.” Kata Jaksa Lee. Jae Chan menganguk mengerti. 

Keduanya pun berjalann ingin melewati pendemo,  Mereka berhasil akan masuk gedung, tapi salah seorang pendemo mengenal Jae Chan. Jaksa Lee mengajak Jae Chan berlari, tapi malah ia ditangkap. Jae Chan hanya bisa melihat dari kejauhan.
“Aku bukan Jung Jae-Chan... Coba Lihatlah gambar ini. Aku sangat berbeda dengannya.” Kata Jaksa Lee yang sudah dikepung oleh pedemo.
“Kau persis seperti di foto... Katakan sesuatu! Kenapa kau membebaskannya?” teriak pendemp
“Tidak. Aku tidak membebaskannya.” Kata Jaksa Lee. Pendemo pikir Jaksa Lee itu berbohong.
“Dilarang protes dalam radius 100m dari kantor pemerintah!” tegas Jaksa Lee. Pendemo tak mau tahu malah mendorong Jaksa Lee.
“Jika ada yang menyentuhku sedikit saja, kalian akan ditangkap karena menghalangi keadilan.” Tegas Jaksa Lee memanggil Jae Chan memberitahu kalau pria kacamata itu adalah Jaksa Jung
Jae Chan ingin mendekat tapi tanganya ditahan oleh Tuan Choi, Tuan Choi mengatakan sudah menelepon keamanan, jadi Jaksa Lee pasti akan baik-baik saja, karena Jika kesana sekarang, Jae Chan akan dalam masalah besar. Jae Chan merasa tak enak.
Tuan Choi pikir biarkan saja, karena Jae Chan takkan bisa menolongnya Meskipun pergi kesana. Jaksa Lee memberitahu kalau Tuan Choi adala adalah asisten senior dan Jung Jae-Chan yang di sebelah kanan. Mereka tetap tak percaya. Tuan Choi menyuruh Jae Chan pergi lebih dulu lalu mencoba mengalihkan dengan berkata kalau ia sebagai Jung Jae-Chan dari Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang, tapi tak ada yang percaya dan terus  memukuli Jaksa Lee. 

Tiga orang pelajar membahas tentang psikopat itu, Do Hak-Young, pernah dihukum atas penyerangan dan pencurian. Menurutnya merea Kenapa jaksa membebaskan psikopat itu dan Hanya ada dua penjelasan yang masuk akal yaitu Dia sungguh tidak kompeten, atau disogok.
“Soal jaksa bodoh itu Bukankah dia kakak Seung-Won?” kata salah satu temanya.
“Kau benar!  Dia pernah begitu membanggakan kakaknya yang berprofesi jaksa. Pasti dia, Jung Jae-Chan. Ini Luar biasa sekali.” Ungkap temanya. 

Seung Won masuk kelas, mereka langsung berbicara lewat grup kalau bicara di ruang obrolan lain karena jika Seung Won merekam perbincangan mereka maka memberikannya kepada kakaknya, dan mereka akan dipenjara.
“Tenang saja. Kita akan dibebaskan. Maksudku, bukankah kakaknya  membebaskan semua pelaku kriminal?”
Seung Won binggung melihat semua temanya kelasnya sibuk dengan ponselnya, tapi melihat ada pesan yang masuk. Ia pun bertanya apakah mereka memulai ruang obrolan baru tanpanya. Tiga temanya hanya diam, dan salah satu teman mereka duduk hanya menatap ke arah jendela, seperti terlihat tertekan. 

Hee Mi melihat ada bentuk tangan di wajah Jaksa Lee dan juga bajunya yang robek, ia tak percaya kalau para pendemo menganggap kalau temanya itu adalah Jae Chan, karena sama sekali, tidak mirip dengan Jaksa Jung. Jaksa Lee merasak pendemo menangkapnya karena tahu Jae Chan itu tampan.
“Semua ini karena aku tampan dan Rupanya, menjadi tampan itu dosa. Aku pendosa.” Kata Jaksa Lee. Hee Mi mengejek kalau itu memang masuk akal
“Jelas, itu tidak masuk akal. Mereka mengadang pria berjas, dan menganggap mereka jaksa. Jadi berHati-hati, mengerti?” kata Jaksa Son. Jaksa Lee menganguk mengerti.
Jae Chan melonggokan kepala keluar dari ruangan melihat mereka yang makan tanpa mengajak dirinya, saat akan mengejarnya semua bergegas masuk ke dalam lift. Jaksa Park pikir Di luar berbahaya, jadi Sebaiknya jangan keluar dan Makanlah di kantin.
Jae Chan mmengeluh karena sangat lapar, lalu melihat Tuan Choi baru saja dari toilet dan mengajak untuk makan siang bersama. Tuan Choi dengan senang hati bisa makan bersama,  Jae Chan bahagia sampai merangku Tuan Choi untuk keluar dari gedung.

Keduanya berjalan akan keluar dari kejaksaan, Tuan Choi membahas Kasus Do Hak-Young akan segera selesai dan ingin tahu apakah Jae Chan sudah memutuskan. Jae Chan mengeluh dengan yang harus dilakukanya,  Tuan Choi bertanya apakah Jae Chan takut dikritik jika Hak Young tidak didakwa.
“Aku juga manusia. Tentu saja aku takut...” ungkap Jae Chan lalu merubah ucapanya.
“Sebenarnya, aku tidak takut. Aku akan mendakwanya jika dia terbukti bersalah, tapi tidak jika dia tidak bersalah. Aku akan mengikuti peraturan.” Tegas Jae Chan. Tuan Choi binggung tiba-tiba Jae Chan berubah sikap. 

Yoo Bum datang dan Tuan Choi langsung menyapanya, Yoo Bum menegaskan Jae Chan harus mendakwanya jika ingin mengikuti peraturan. Menurutnya karena Jae Chan seorang jaksa, maka seharusnya mengutamakan korban dan Biarkan pengacaranya mencemaskan Hak Young.
“Jika jaksa memihak tersangka, lalu siapa akan membela korban?” sindir Yoo Bum
“Sejak kapan pekerjaan jaksa adalah membela?” balas Jae Chan. Tuan Choi mengeluh agar keduanya berhenti, karena selalu adu mulut setiap kali bertemu.
“Pengacara Lee, omong-omong, ada apa datang kemari?” tanya Tuan Choi
“Kau ingat Hyun-Woo dari kantor Yeonju, 'kan? Dulu dia asisten kita.” Kata Yoo Bum. Tuan Choi mengatakan kalau sangat mengenalnya...
“Ahh.. Benar. Dia mengirim pesan saat itu dan bilang bahwa dia akan menikah.” Kata Tuan Choi baru mengingatnya.
“Pernikahannya hari ini. Aku kemari untuk menjemputmu, Karena takutkau lupa.” Ucap Yoo Bum. Tuan Choi memutuskan harus pergi bersama Yoo Bum.
“Penyidik Choi, kau seharusnya makan siang bersamaku.” Kata Jae Chan menarik Tuan Choi. Tuan Choi pikir tak bisa berbuat apa-apa karena harus hadir dan makan disana. Keduanya saling tari menarik. Yoo Bum mengajek Jae Chan itu kekanak-kanakan. Tuan Choi akhirnya melepaskan kedua tanganya.
“Baiklah, Jaksa Jung. Boleh pinjam 50 dolar jika kau punya uang tunai?” kata Tuan Choi. Jae Chan pikir bisa Ambil uang tunai di perjalanan saja.
“Aku tidak mau membayar biaya ATM.” Kata Tuan Choi. Yoo Bum mengatakan kalau akan meminjamkan uang. Tuan Choi pun mengikuti Yoo Bum pergi dan Jae Chan hanya bisa mengeluh karena merasa lapar. 

Tuan Choi sudah duduk di mobil Yoo Bum merasa ini sungguh hari yang indah. Yoo Bum ingin tahu apa yang dikatakan Jae Chan, apakah akan mendakwa Do Hak-Young. Tuan Choi pikir tak mungkin mengetahuinya, karena tak bisa masuk ke otaknya dan tahu isi pikirannya dan menganggumi mobil Yoo Bum yang luar biasa.
“Apa Kau tahu pria bernama Han Woo-Tak? Sepertinya dia dan Jae-Chan sangat dekat. Aku sudah melakukan penelitian. Ternyata, dia dan Do Hak-Young pernah menjadi teman satu kamar.” Ucap Yoo Bum dengan nada seperti ingin mengancam.
“Pengacara Lee, kau tidak berniat menyambungkan ketiganya, 'kan? Hubungan mereka tak ada kaitannya dengan kasus ini.” Kata Tuan Choi
“Ya ampun, tentu tidak. Aku tahu betapa tulus dan bersihnya Jae-Chan dalam hal itu. Selain itu Aku juga khawatir. Jika reporter atau keluarga korban tahu, maka mereka akan berpikir lain. Jika Jae-Chan membiarkan Do Hak-Young bebas,maka orang-orang akan berasumsi bahwa mereka berteman.” Kata Yoo Bum.  Tuan Choi tak percaya Yoo Bum akan melakukan hal tu.
“Jadi, kau harus membujuk Jae-Chan untuk mendakwanya. Seseorang telah mati dan Bisa-bisanya dia dibebaskan. Aku tak peduli apakah dia harus memanipulasi laporan, atau mengarang bukti. Tapi Dia harus mendakwanya. Jadi Tolong bujuk dia. Jika tidak, maka aku akan memberi tahu reporter soal Han Woo-Tak.” Tegas Yoo Bum
Tuan Choi pikir itu akan membuat Jaksa Jung terancam. Yoo Bum menegaskan kalau itu alasannya meminta bantuan Tuan Choi karena tidak ingin melihat Jae-Chan terancam.

Jae Chan pergi dan melihat dari kejauhan restoran “GIMBAP DO” seeorang bertopi hitam sedang membersihkan tulisan di pintu. Teringat kembali saat bertanya pada Hong Joo inin tahu ciri-ciri Pria yang menikam Jae-Chan di mimpinya.
Flash Back
“Aku tidak begitu yakin karena hanya melihatnya dari belakang. Kurasa tingginya sekitar 180 cm. Dia berpakaian serba hitam, dan juga memakai topi hitam.”
Woo Tak melihat ke restoran temanya, karena itu sama dengan yang digunakan Hak Young. 

Hak Young terlihat kesal karen cat di pintu yang tak bisa hilang,  dengan tulisan "Pembunuh psikopat, Putramu sampah". Woo Tak datang mengejek temanya itu bodoh, karena Cat takkan hilang jika kau cuma mengusapnya dan memberikan cairan tiner agar hilang, lalu sedikit demi sedikit tulisan merah pun hilang.
“Dasar tukang pamer... Kau tahu segalanya, 'kan?” keluh Hak Young
“Aku lega, melihatmu dibebaskan.” Ungkap Woo Tak. Hak Young merasa Ini tidak mengubah apapun.
“Semuanya tetap menindasku, dan menyebutku pembunuh.” Kata Hak Young kesal sambil menghapus tulisan "Pembunuh". Woo Tak hanya bisa menatapnya. 

Hong Joo sudah menunggu didepan pintu dan melihat Jae Chan keluar dengan adiknya. Ia merasa sudah menduga Jae Chan akan seperti itu bahkan nyaris bermasalah dengan pengunjuk rasa.
“Kenapa kau memakai setelan lagi setelah melihat kejadian kemarin? Hei, Seung-Won. Kau seharusnya mengingatkannya, Cepat Ganti pakaian. Sekarang!” teriak Hong Joo. Jae Chan menurut langsung  masuk rumah, Seung Won binggung karena kena marah ikut masuk dengan kakaknya. 

Jae Chan melihat pakaian santai didepan cermin cembung merasa kalau Kepala Park akan marah jika melihatnya datang dengan pakaian seperti ingin pergi ke mall.  Hong Joo mendekat menurutnya Jae Chan bisa berganti pakaian saat tiba di kantor dan Dimarahi jauh lebih baik ketimbang diserang, lalu menariknya untuk duduk.
“Kapan kasus Do Hak-Young akan selesai?” tanya Hong Joo
“Aku harus menentukan harus apa setelah mewawancarai saksi hari ini. Aku tak bisa mengadili seenaknya.” Kata Jae Chan.
“Tak bisakah kau mendakwanya saja? Kurasa cuma itu caranya untuk memastikan kau baik-baik saja.” Kata Hong Joo. Jae Chan terdiam
“Lupakan saja. Aku tidak bersungguh-sungguh.” Ungkap Hong Joo, Jae Chan pun memegang tangan Hong Joo untuk menenangkanya. 


Didepan kantor kejaksaan, Jae Chan bisa masuk dengan tenang tanpa diketahui oleh pendemo. Tapi seorang pria dengan topi hitam, bisa mengenali dan menatapnya dari kejauhan dengan tatapan sinis.  Saat itu seorang pria dengan penuh wajah masuk, mereka mengenal akalu itu adalah Jaksa Jung Jae-Chan. Jaksa Lee mengunakan pakaian menyamar yang mencolok kembali kena amuk massa. 


Tiga Sek membahas Makin banyak yang berunjuk rasa hari ini, temanya  pikir Jaksa Jung akan dalam masalah dan Jika seperti ini, maka akan punya jutaan musuh dalam sekejap. Temanya mengejek kalau mereka sudah punya satu yaitu Hyang Mi. Tiba-tiba mereka melihat Jae Chan dengan pakaian santai keluar dari lift.
“Ya, ini agak mendesak. Aku akan segera berganti pakaian.” Ucap Jae Chan bergegas pergi ke toilet.
“Kenapa dia? Kita selalu melihatnya mengenakan setelan. Gaya itu...” ucap temanya. Jung Hae merasa kalauSungguh menyegarkan.
“Aku senang ada jaksa yang berpenampilan menarik. Tidakkah kau merasakan begitu?”komentar Hyang Mi merasa kalau Jae Chan  manis sekali.
“Kau bilang, dia tipe pria yang memuakkan untuk wanita.”keluh temanya
“Tipe pria yang ingin kau pacari sampai kau muak dengannya.” Ungkap Hyang Mi sangat terpana pada Jae Chan. 


Seorang bibi keluar dari lift bertanya, Dimana kantor Jaksa Jung. Hwang Mi ingin tahu alasan  ingin menemui Jaksa Jung. Bibi memberitahu namanya Kim Song Ja, untuk wawancara dengannya. Hyang Mi tahu kalau  bibi Kim bekerja di apartemen Nn. Yoo sebagai Pekerja Rumah Tangga, Bibi Kim membenarkan. 
“Ya. Silakan ikuti aku... Jaksa Jung akan segera datang, jadi, silakan menunggu sebentar di ruangan.” Ucap Hyang Mi ramah mengantar bibi Kim.
“Tapi, siapa dia?” tanya Sek Hee Mi. Jung Ha pikir mereka sudah tahu kalau Bibi Kim orang pertama yang menemukan jasad Nn. Yoo.
“Aku sudah merasakannya... Dia tersangka utama, 'kan?” kata Sek Hee Mi yakin. Jung Ha menjawab bukan kalau Bibi Kim hanya saksi, lalu pergi kembali ke ruangan Jaksa Park. Sek  Hee Mi pun hanya bisa menganguk kalau Bibi Kim hanya saksi.

Hong Joo membaca artikel berjudul "'Kejaksaan takkan Bisa Menghindari Kritik'" "Pengadilan Hukum Republik Korea” dengan penulis Reporter Bong Doo-Hyun lalu melihat ada 9.783 komentar.
“Senior Doo, soal cerita yang kau tulis... Cerita yang mengkritik kejaksaan. Orang-orang sudah mengunggah lebih dari 9.000 komentar saja. Wahh.. Selamat. Apa rahasiamu?” ejek Hong Joo.
“Ya ampun. Apa Kau benar-benar akan membahas itu?” keluh Doo Hyun kesal
Hong Joo membaca bagian kolom komentar,  "Untuk keluar dari rumah saja aku sangat takut" Ia mengeluh pada netizen yang  berpikir bisa mengetik komentar adalah hal yang bisa dibanggakan.
“Apakah menjadi Netizen, artinya mereka boleh membongkar informasi pribadi seseorang?” keluh Hong Joo akhirnya membalas komenatr
“Aku bisa memahami Jaksa Jung Jae-Chan.” Tulis Hong Joo membela pacarnya.
“Dia sendiri saja sampah. Bagaimana dia bisa menghukum sampah lainnya?” Hong Joo tak bisa terima kalau Jae Chan dianggap Sampah
“Kau bisa dituntut atas pencemaran nama baik karena berkomentar jahat.” Balas Hong Joo
“Itu sama sekali tidak membuatku takut. Aku bilang begitu karena dia payah dalam menyidik kasus tersebut.”
“Apa Kau punya bukti bahwa dia tidak menyidik dengan benar?” balas Hong Jo

“Hei... Jaksa Jung, kau tidak boleh melakukannya disini. Dia pasti punya banyak waktu. Lebih baik Selesaikan pekerjaanmu jika kau punya waktu untuk berkomentar.”
Hong Joo mengumpat kesal membuatnyaingin mematahkan jari mereka. Lalu mencoba menglik bagian "Urutkan berdasarkan tanggal, jumlah favorit" Lalu ia membaca kmenta "Pola darah di TKP mengingatkanku pada sebuah foto" dan sebuah link. Hong Joo kaget melihat foto memilik gambar yang sama lalu berteriak pada seniornya agar bisa melihatnya.
Bersambung ke episode 18

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar