PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 28 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 19

PS : All images credit and content copyright : SBS
Tuan Yoo sudah ada didalam mobil mengingat saat Yoo Bum memberitau kalau foto yang dikirimkan adalah Letnan Han Woo-Tak, Teman dekat Jaksa Jung dan Ternyata Letnan Han dan Do Hak-Young, pernah menjadi teman satu kamar.
“Aku berharap Jaksa Jung tidak melakukan hal serendah itu, tapi kenyataannya, dia membebaskannya.” Kata Yoo Bum saat ditelp.
Tuan Yoo melihat Jae Chan di seberang jalan melambaikan tangan dengan senyuman. Hong Jo melihat sebuah mobil berhenti, Jae Chan melonggo seperti sempat melihat siapa yang ada didalam mobil. Tuan Yoo mengeluarkan senapan dari jendela lalu menembaknya dan langsung pergi.
Semua yang ada disekitar zebra cross, berteriak ketakutan mendengar bunyi tembakan lalu melihat Jae Chan yang jatuh meminta agar di panggil ambulance. Hong Joo pun menyeberang jalan melihat keadaan Jae Chan yang sudah berlumuran darah. 
Woo Tak dan Hak Young berjalan pulang, Hak Young setengah mambuk mengajak minum sekali lagi untuk meredakan mabuk. Woo Tak hanya tersenyum karena Hak Young malah mengajak minum lagi jika ingin meredakan pengar. Hak Young mengatakan Ada kedai yang menjual sundae lezat di dekat sini.

Petugas Oh dan Polwan datang melihat Jae Chan sudah dibawa oleh ambulance, dan bertanya pada Hong Joo yang berlumuran darah. Hong Joo meminta agar mereka bisa menemukan mobil dengan Pelat nomornya 65 C 4390 karena Pengemudinya memiliki senapan gentel.
Woo Tak dan Hak Young akan menyeberang jalan, tapi saat itu mobil Tuan Yoo melaju kencang seperti ingin menabrak keduanya. Woo Tak menarik Hak Young agar terhindar, Tuan Yoo melihat keduanya belum tertabrak memutar mobil dan siap menabrak balik. Woo Tak hanya terdiam melihat mobil yang melaju didepannya, seperti sudah pasrah.
Tiba-tiba mobil polisi datang menghentikan laju mobil Tuan Yoo, dan beberapa mobil lainya datang untuk mengepung. Petugas Oh memastikan lebih dulu apakah Woo Tak terluka. Woo Tak mengaku baik-baik saja. Petugas Oh membuka pintu mobil, tapi Tuan Yoo sudah tak sadarkan diri di kursi kemudi. 

Hong Joo mengantar Jae Chan ke rumah sakit, Dokter melihat Pasien kehilangan banyak darah dan Tekanan darahnya tidak terdeteksi, serta meminta agar memasangkan masker oksigen serta siapkan perlengkapannya. Jae Chan sempat membuka mata melihat Hong Joo yang berlari disampingnya, teringat kembali  kenangan saat duduk bersama Hong Joo didepan ruang IGD.
“Jadi, kau adalah Kastanye... Kenapa aku tidak mengenalimu?” gumam Jae Chan mengingat pertama kali saat duduk disamping Hong Jo, di halte bus.
“Aku mau mengatakan sesuatu kepadamu... Bukan mengatakan aku tak bisa melupakan hari 13 tahun lalu itu dan Bukan juga mengatakan senang bertemu denganmu lagi. Ada yang lebih ingin kukatakan kepadamu.” Gumam Jae Chan 

Flash Back
“Aku tidak mempercayai kata-katamu...” kata Jae Chan saat Hong Joo memberikan payung.
“Maafkan aku.” Ungkap Jae Chan mengingat kenangan dengan Hong Joo lalu menutup matanya . Hong Joo menangis histeris, meminta agar Jae Chan agar tak meninggal.
“Beri tahu aku saat gelombangnya mencapai 200.” Perintah Dokter. Perawat memberitahu  Daya kejutnya sudah maksimal. Dokter pun memberikan kejut jantung pada Jae Chan.
“Aku seharusnya tidak mengucapkan kata-kata itu.” Ungkap Jae Chan. 

Flash Back
Jae  Chan saat distasiun mengatakan harus menyelamatkan Hong Joo jika mempercayai kata-katanya. Tapi Jika tak bisa, semua itu salahnya dan akan menyalahkan diri sendiri lalu Bagaimana ia harus menjalani semua itu.
Dokter meminta agar Jae Chan diberi kejutan lagi serta  Suntikkan dengan FB1F. Hong Joo masih terus menangis melihat Jae Chan yang belum juga sadar. 

Flash Back
“Kata-kataku pasti menyakitimu. Kau pasti menyalahkan dirimu atas semua yang tak bisa kau tangani. Bisakah kau menangani hal itu?” kata Jae Chan. Hong Joo menjawab tidak.
“Aku berkata kejam kepadamu.” Gumam Jae Chan. Hong Joo terus meminta agar Jae Chan jangan mati.
“Aku sangat menyesal. Jika ini yang terakhir, maka kau akan menyalahkan dirimu karena aku. Aku mencemaskanmu.” Gumam Jae Chan.
Flash Back
Hong Joo memberikan payung karena akan membutuhkan nya nanti. Jae Chan pun mengucapkan Terima kasih. Hong Joo memberikan senyuman manisnya.
“Dulu,. aku seharusnya diam saja dan mengambil payungmu. Aku tak bisa menahannya. Aku harus, minta maaf kepadamu.” Gumam Jae Chan seperti berusaha merubah mimpinya.
Saat itu dokter memberitahu Detak jantungnya kembali jadi mereka akan segera memindahkanke ruang operasi, serta Panggil dokter Anestesi. Hong Joo terlihat hanya tertunduk lemas didepan ruangan IGD karena akhirnya Jae Chan hidup kembali. 

[BAGIAN 10: SEORANG LELAKI BERTEMU DENGAN SEORANG GADIS]
Polisi mulai melakukan olah TKP dengan tim forensik dan juga gari polisi, Berita pun mulai ditayangkan, laporan dari TKP.
“Sekitar jam 21.00, di dekat persimpangan Hwayang-Dong, seorang jaksa ditembak oleh pria 73 tahun bernama Yoo Man-Ho. Jaksa tersebut terluka parah, dan dilarikan ke rumah sakit. Dia sedang menjalani operasi.”
Ibu Hong Joo menonton dari restoran, panik mengingat dengan Hong Jool lalu bergegas keluar. Yoo Bum menonton dari dalam mobil seperti memang sengaja melakukanya untuk Jae Chan.
“Yoo Man-Ho merupakan ayah seorang pemanah profesional bernama Yoo Soo-Kyung. Polisi mengatakan ayahnya tidak puas, dengan hasil penyidikan yang membuat tersangka bebas. Kenyataan itu mendorongnya melakukan aksi tersebut.” 

Woo Tak dan Hong Joo duduk menunggu didepan rumah sakit. Seung Won mondar mandir terlihat gugup karena takut terjadi sesuatu pada kakaknya,  Ia mulai kesal karena lama padahal sudahsudah lebih dari empat jam. Woo Tak menyuruh Seung Won untuk duduk menunggunya.
“Dokter bilang operasinya takkan lama.” Kata Woo Tak menenangkan. Seung Won masih panik memikirkan kakaknya.  Hong Joo akhirnya mengengam tangan Seung Won dan menariknya untuk duduk.
“Kakakmu akan khawatir melihat wajahmu itu. Jadi Duduk dan tunggulah disini dan Akan kuambilkan plester.” Kata Hong Joo bergegas pergi.

Hong Joo kembali ke rumah sakit membawa obat, melihat tanganya sudah bersih dari darah. Teringat kebali saat mengatakan pada ibunya kalau Masa depan mungkin berubah dan Jae-Chan bisa menyelamatkan mereka, menurutnya Jika bisa mengubah masa depan, maka ia juga bisa.
“Kau tak bisa! Masa depan takkan berubah.” Tegas Ibunya. Hong Joo hanya bisa menangis mengingat perkataan ibunya. Ibu Hong Joo datang melihat anaknya sedang berdiri di lobby, menanyakan keadaanya lebih dulu
“Ibu benar... Aku tak bisa mengubah masa depan... Tidak, maksudku, aku berusaha mengubahnya, tapi malah semakin buruk. Bagaimana jika hal buruk terjadi kepada Jae-Chan? Apa yang harus kulakukan? Jika hal buruk terjadi kepadanya seperti Ayah, aku tak bisa...” ucap Hong Joo sambil menangis dan langsung dipeluk oleh ibunya.
“Tidak, jangan bilang begitu... Takkan terjadi hal buruk, kau Jangan bilang begitu.” Ungkap ibunya.
“Operasinya takkan selesai... Ini sudah empat jam... Operasinya masih berjalan.” Kata Hong Joo terus menangis. 

Woo Tak berteriak memanggil Hong-Joo, kalau Operasinya sudah selesai. Keduanya kaget, Woo Tak memberitahu kalau Baru saja selesai, Operasinya berjalan lancar dan Hasilnya juga bagus. Hong Joo memastikan kalau Woo Tak tidak berbohong. Woo Tak mengaku kalau sudah mendengarnya sendiri dari dokter dan Jae Chan sudah baik-baik saja.
Hong Joo bisa bernafas lega dan bersyukur, tapi langsung jatuh lemas. Ibu Hong Joo panik, Woo Tak akhirnya mengendong Hong Joo yang jatuh pingsan. 

Semua sekertaris berkumpul, Hyang Mi mengeluarkan berkas dari lemari. Tiga Sekertaris membahas Tuan Yoo punya senjata, padahal mereka bukan tinggal Amerika Serikat dan ingin tahu mendapatkan senapan gentel.  Jung Ha memberitahu Tuan Yoo punya izin kepemilikan senjata dan menggunakan senapan gentel dari SPBU.
“Kepala membagikan ulang kasus Jaksa Jung. Kau mendapat kasus penganiayaan... Lalu Kau, kasus penipuan dan Kau, kasus percobaan perkosaan.” Ucap Jung Ha membagikan pada sekertaris jaksa senior.
“Hyang-Mi, apa kau menangis?” kata Sek Hee Mi melihat Hyang Mi bergetar dari belakang
“Ya, aku menangis karena bahagia. Semua kasus selesai dan pekerjaan tepat waktu. Aku bahagia sekali. Aku bahagia sekali karena tidak perlu melihat Jaksa Jung, yang banyak kasusnya tidak selesai. Aku menangis karena bahagia. Apa Kau puas?” ucap Hyang Mi menyindir teman-temanya.
“Dia kenapa? Kukira dia tidak menyukai Jaksa Jung.” Bisik Sek Hee Mi
“Aku bisa tahu dia sangat menyukai Jaksa Jung. Sangat mencintainya.” Kata Jung Ha.
“Itu konyol.. Dia akan segera membencinya.” Kata Sek Hee Mi 


Hong Joo tertidur lelap, Nyonya Yoon melihat anaknya mengumpat pada nakanya yang menangis seperti itu saat ayahnya meninggal. Hong Joo terbangun dari tidurnya, langsung bertanya keberadaan Jae Chan.
“Operasinya berhasil, Sekarang dia di ruang ICU. Seung-Won menelepon ibu tadi.” Ucap Ibu Yoon. Hong Joo akan segera pergi.
“Hentikan. Kau tak bisa menemui dia meski kesana sekarang. Ruangan ICU memiliki waktu kunjung terbatas.” Kata Ibu Yoon. Hong Joo merasa harus segera pergi.
“Kau harus makan dulu. Kau takkan terlambat meski kesana setelah makan.” Tegas Ibu Yoon. 

Hong Joo makan masakan ibunya, bertanya kapan jam kunjungnya. Ibunya memberitahu Jam 11.00, jadi Waktunya masih banyak dan meminta anaknya untuk makan. Hong Joo pun makan dengan lahap. Ibnya mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, kalau Seung-Won meminta  agar memberikan pada anaknya. Hong Joo binggung apa itu isinya.
“Jae-Chan ingin menemuimu semalam untuk memberimu ini. Bagaimana Jae-Chan tahu kau dipanggil Kastanye?” cerita Ibunya. Hong Joo binggung apa maksudnya.
“Dia tiba-tiba menemui ibu dan menanyakan itu.”kata Ibu Yoon mengingat kejadian sebelumnya. 

Flash Back
Jae Chan melihat ibu Hong Joo yang baru keluar dari apotek,  lalu bertanya Apakah julukan Hong-Joo adalah Kastanye.
“Apa Kau tidak memberi tahu dia tentang itu?”tanya Nyonya Yoon. Hong Joo mengatakan Tidak.
“Bagaimana dia tahu? Ini sudah lebih dari sepuluh tahun.”pikir Hong Joo lalu melihat isi kotak cincin, ada note yang pernah diberikan pada Jae Chan sebelumnya. 

Jae Chan remaja bertemu dengan Hong Joo masih remaja, saat membuka mata langsung berbicara kalau Hong Joo adalah Kastanye. Hong Joo hanya bisa menitikan air mata melihat keadaan Jae Chan dengan baju rawat.
“Kenapa aku tidak mengenalimu?” kata Jae Chan. Hong Joo membenarkan dan tangan Jae Chan meraba pipi Hong Joo, lalu mereka kembali menjadi pandangan sudah dewas.
“Apa Kau mengingatku?” ucap Jae Chan. Hong Joo mengangguk kalau ia mengingatnya.
“Sudah lama sekali... Aku mencemaskanmu. Aku takut kau takkan bangun untuk selamanya. Aku khawatir kau akan menyalahkan dirimu, atas semua ucapanku di kereta bawah tanah. Maafkan aku.” Ucap Jae Chan.
“Kau tidak perlu minta maaf.” Ungkap Hong Joo. 

“Aku tidak sadar, kalau kau, seorang gadis...” kata Jae Chan tapi saat itu tangan Jae Chan memegang wajah Tuan Park yang menjenguknya.
“Kau bilang Seorang gadis? Apa maksudmu?” kata Tuan Park marah. Jae Chan mengatakan mengira seorang laki-laki. Tuan Park menegaskan aklau ia memang seorang lelaki.
“Ada apa dengan kakakku? Dia melantur.” Kata Seung Won panik melihat kakaknya yang aneh.
“Dia menunjukkan gejala halusinasi. Keadaan ini hanya sementara setelah operasi. Dia akan kembali sadar setelah satu atau dua hari. Jadi Tenang saja. Apapun yang dia ucapkan tidak ada artinya. Jangan khawatir. Dia takkan mengingat apa yang baru dikatakan.” Jelas Jaksa Son.
Seung Won bisa bernafas lega,  Tuan Park akan pergi. Jae Cahn meminta agar Jangan pergi, karena Masih banyak yang ingin dikatakan. Tuan Park binggung, Jaksa Son meminta agar mereka mendengarkan saja ucapannya. Tuan Park akhirnya duduk kembali menyuruh Jae Chan mengatakan saja karena pasti akan mendengarkan.
“Maafkan aku... Payung yang kau tawarkan di depan stasiun kereta, seharusnya kuterima.” Ungkap Jae Chan. Semua mengikuti yang diceritkan Jae Chan.


Jaksa Lee dan Hee Mi menunggu di lobby, melihat Jaksa Park datang langsung menanyakan keadaan Jaksa Jung, apakah sudah siuman. Jaksa Park mengatakan sudah bangun tapi belum sepenuhnya, bahan tak bisa membedakan jenis kelamin orang, karena menyebutkan seorang gadis.
“Apakah otaknya juga cedera?”ucap Hee Mi panik.
“Tidak, itu hanya efek samping kecil dari obat bius. Aku pernah dioperasi sewaktu SMA. Aku mengajak ayahku merokok saat aku siuman. Bhakan Dia hampir membunuhku.” Cerita Jaksa Lee. Hee Mi menatap seperti tak peduli.
“Intinya, dia butuh satu bulan untuk pulih.” Kata Jaksa Park. Jaksa Lee tak melihat Jaksa Son bersama dengan seniornya, sebelum meninggalkan rumah sakit. 


Polisi Pria melihat Tuan Yoo lalu keluar ruangan, Polwan bertanya apakah Tuan Yoo belum siuman. Polisi pria menganguk karena Tuan Yoo yang mengidap kanker pankreas stadium akhir. Polwan pikir Tuan Yoo  bisa meninggal sebelum diadili dan mungkin juga ingin balas dendam saat sekarat.
“Apakah kalian polisi?” tanya seorang anak dengan kacamata. Polwan tersenyum bertanya bagaimana anak itu tahu.
“Aku tahu semua polisi dan jaksa di Korea. Kenapa kalian berjaga disini? Apa ada orang jahat di dalam?” tanya si anak yang terlihat sangat pinta.
“Ya. Ada orang yang sangat jahat, tapi dia sakit parah.” Jawab Polwan
“Jadi, Apa dia dalam penyidikan tanpa penahanan? Selamat bekerja.” Kata si anak lalu bergegas pergi. Dua polisi binggung karena  anak kecil seperti itu mengetahui hal yang diucapkan oleh orang dewasa. 


Si anak masuk ke dalam lift, saat itu pria lain masuk dengan tangan mengunakan gips. Si anak bertanya mau ke lantai berapa. Pria itu menjawab Lantai 13. Lift pun berjalan,  Si anak kembali bertanya apakah tanganya, cedera karena kecelakaan mobil atau terjatuh. Si pria mengatakan kalau ia dihajar oleh dosen.
“Kau bisa menuntutnya atas kasus penganiayaan. Apa Kau mau kulaporkan ini kepada polisi?” kata si anak kecil. Si Pria menolak dengan senyuman karena akan melakukan sendiri.
“Jangan lupa melaporkannya Kau harus melaporkannya..” Kata si anak keluar dari lift, Si pria tersenyum.
Terdengar suara memanggil nama “Chan-Woo”. Si anak berteriak memanggil ibunya. Jaksa So terlihat kesal melihat anaknya bertanya dari mana, tapi setelah itu tersenyum bahagia memeluk anaknya dengan memuji sabagai Pangeran kecil. Si pria melihat keduanya bisa tersenyum. 

Seung Won duduk sendirian di cafe, tiga temanya kembali mendekat menceritakan akalu sudah melihat berita kalau kakaknya yang tembak dan ingin tahu keadaanya. Seung Won hanya diam saja, terlihat sangat kesal.  Mereka berkomentar kalau Ayahnya Yoo Soo-Kyung benar-benar gila dan meminta agar menceritakan Bagaimana kakakny ditembak.
Seung Won terlihat kesal memilih untuk pindah tempat duduk di meja, temanya yang memiliki ayah di penjara binggung tiba-tiba Seung Won duduk didepanya. Tiga temanya heran melihat sikap Seung Won.  Yang mengabaikan permintaan maaf mereka. 

Woo Tak mengunakan seragam dengan rambut klimis, lalu mengunakan kalung visitor. Yoo Bum melihat Woo Tak bertanya apakah datang untuk menghadiri penyidikan Jaksa Shin. Woo Tak membenarkan. Yoo Bum mengaku kalau ia juga sama.  Woo Tak terlihat sinis.
“Apa Jaksa Shin ingin memeriksa kita untuk penyidikan?” ucap Yoo Bum. Woo Tak hanya diam saja.  Akhirnya keduanya pun duduk di ruang interogasi.
“Bagaimana keadaan Jaksa Jung? Apakah pengunjung diperbolehkan?” tanya Yoo Bum.
“Dia sudah keluar dari ICU, Kau bisa menjenguknya hari ini. Dia pulih dengan cepat.” Jawab Hee Mi. Yoo Bum pun mengucap syukur. Hee Mi seperti tak peduli mengajak Tuan Choi agar memulainya.
“Ya. Ibunya Yoo Soo-Kyung bilang, Pengacara Lee mengirimkan foto-foto ini kepada Yoo Man-Ho.. Benarkah?” kata Tuan Choi memberikan foto Woo Tak dengan Jae Chan dan juga Hak Young
“Ya, aku yang mengirimnya.” Kata Yoo Bum terlihat sangat angkuh.
“Foto ini membuat Yoo Han-Ho marah sehingga menembak Jaksa Jung. Dia salah mengira bahwa Letnan Han dan Jaksa Jung berhubungan, dengan Do Hak-Young.” Jelas Hee Mi
“Apa kau bilang Salah mengira? Apakah itu salah perkiraan? Han Woo-Tak, Bukankah kau dekat dengan Jaksa Jung?” kata Yoo Bum menyindir. Woo Tak membenarkan.
“Coba kalian Lihat? Ini bukan salah perkiraan. Ini kecurigaan. Karena mereka dekat, dia bisa meminta sesuatu kepada Jaksa Jung. Kecurigaan yang sangat beralasan. Dia bisa saja meminta untuk menjaga teman dekatnya.” Kata Yoo Bum menyindir. 
“Apa dia meminta sesuatu kepada Jaksa Jung?” tanya Hee Mi
“Saat bertemu dengannya, kubilang Hak-Young tidak mungkin membunuh.” Kata Woo Tak. Yoo Bum dengan yakin kalau Woo Tak memang  melakukannya. Woo Tak memberitahu kalau Jaksa Jung mengatakan padanya.
“Bagaimana kau bisa sangat yakin? Kau tak bisa memastikan sesuatu sampai penyidikan berakhir. Entah dia bersalah atau tidak.”ucap Jae Chan saat sarapan bersama.
“Dia sangat berterus terang sehingga aku agak tersinggung.” Ungkap Woo Tak.
“Aku sangat mengenal Jae-Chan. Terkadang dia agak kasar, tapi dia baik hati. Jadi, meski dia berkata demikian, itu pasti mengusiknya. Mari pertimbangkan perspektif Yoo Man-Ho juga. Putri kesayangannya tiba-tiba meninggal. Putrinya meninggal dan jaksa itu tidak berbuat apapun.” Kata Yoo Bum menyakinkan.
“Do Hak-Young, tersangka utamanya, ada disini. Lalu jaksa itu membebaskan tuduhannya, tapi ternyata, teman jaksa dan tersangka itu berhubungan erat. Teman tersangka meminta jaksa itu menjaganya. Ini membuat Tn. Yoo marah. Dia akan benar-benar marah, 'kan?” Kata Yoo Bum.
“Dia tidak dibebaskan dari tuduhan begitu saja.” Bukti menunjukkan bahwa itu robot vakum. Darah Yoo Soo-Kyung ditemukan di robot vakum itu.” Kata Tuan Choi menyakinkan. 

Yoo Bum merasa Seseorang bisa saja merekayasanya, menurutnya Mudah sekali membebaskan seseorang jika jaksa membantu memalsukan, beberapa dokumen dengan polisi.  Woo Tak bertanya Apakah mungkin merekayasanya. Yoo Bum pikir Jaksa bisa melakukannya jika mau.
“Apa Jaksa bisa memalsukan dokumen jika mau?” tanya Woo Tak pada Hee Mi
“Tidak pernah. Itu tidak mungkin.. Apa kau pernah memalsukan dokumen saat menjadi jaksa dulu?.” Tegas Hee  Mi. Yoo Bum terdiam.
“Apa Itu sebabnya kau mengirim foto itu? Kau pikir Jae-Chan memalsukan dokumen dan bukti, seperti saat kau menjadi jaksa.” Kata Woo Tak  mengejek.
“Wahh.. Musuhku ada dimana-mana... Hei, Hee-Min... Maksudku, Jaksa Shin. Apakah ini benar-benar pemeriksaan saksi? Kenapa semuanya memeriksaku atas kejahatan Yoo Man-Ho? Apa Aku yang menembaknya? Apa Aku bersekongkol dengan pelaku? Kau mau menuntutku atas apa?” kata Yoo Bum
“Tak ada. Kau tidak bersalah menurut hukum.” Kata Hee Mi
Yoo Bum ingin tahu alasan dirinya bisa diperiksa seperti ini, karena menegaskan Orang yang menembaknya akan segera meninggal jadi Hak angketnya tidak sah Lalu jaksa akan dikeluarkan, jadi untk apa mereka memeriksa dan sangat mengusiknya.
“Seorang lelaki nyaris dibunuh dengan senjata,Jadi Seorang jaksa tak bisa diam saja... Kenapa Yoo Man-Ho menembaknya? Aku harus mencatat pengacara seperti apa dirimu. Itu sebabnya aku memeriksamu.” Tegas Hee Mi tak mau kalah dari Yoo Bum. 
Jaksa Lee melihat Yoo Bum itu memang menakutkan. Jaksa Son  mengetahui Yoo Man-Ho yang menembaknya dan menurutnya Pengacara Lee terlihat bersalah. Jaksa Park tak banyak berkata-kata hanya melihat dari ruangan control. 

Tuan Choi berlari mengejar Yoo Bum karena ponselnya tertinggal.  Yo Bum  meengaku lupa dan mengucapkan terimakasih. Tuan Choi pun mengucapkan Terima kasih untuk hari ini dan Hati-hati di jalan. Yo Bum bertanya apakah  Tuan Choi mau melamar untuk posisi manajer di kantornya. Tuan Choi langsung menolaknya.
“Apa Kau mau kurekomendasikan orang lain?” kata Tuan Choi.  Yoo Bum tak mau orang lain karena hanya mau Tuan Choi.
“Aku terus merasa seperti orang jahat saat bertemu denganmu disini. Kau selalu membantuku saat kita bekerja bersama. Kau bilang, aku tidak pernah membuat kesalahan dalam menangani kasus.” Ucap Yoo Bum.
“Kau benar... Itu sebabnya kini aku takut... Aku penasaran apakah dulu aku melupakan sesuatu dan Kekhawatiranku ternyata begitu.” Ungkap Tuan Choi. Yoo Bum terdiam mendengarnya. Woo Tak melihat dari kejauhan keduanya yang terlihat akrab.  


Hong Joo berjalan di lorong dengan jari tanganya yang sudah mengenakan cincin, lalu masuk ke kamar Jae Chan tapi tak ada dikamar. Hong Joo bertanya pada perawat yang lewat apakah Jung Chan belum masuk ke ruangan rawat karena dari ICU tadi malam. Perawat pikir Jae Chan keluar untuk berjalan-jalan.
“Bisakah kutunggu di dalam?” tanya Hong Joo. Perawat memperbolehkan dan Hong Joo pun menunggu didalam ruangan.
Hong Joo melihat cermin di kaca bedaknya, lalu mengeluh karena datang  tanpa memakai riasan, lalu mulai memoles bibir dan mengunakan maskara. Tiba-tiba terdengar suara Jae Chan dari luar, Hong Joo panik karena belum selesai make up, akhirnya bersembunyi di balik tirai. 

“Hei, itu tak mungkin.. Apa aku menyebut Kepala Park sebagai seorang gadis? Berhenti mengada-ada.” Ucap Jae Chan masuk ruangan.
“Kau membelai wajah Kepala Park Lalu kau meminta maaf kepadanya.” Kata Seung Won. Jae Chan merasa kalau itu tak mungkin mengatakanya.
“Tapi itu faktanya... Kukira kau jatuh cinta kepada bosmu.” Ucap Seung Won. Jae Chan meminta berhenti mengatakan hal yang menjijikkan.
“Bagaimana kalau kau pindah ke rumah sakit lain?” tanya Hee Mi. Jae Chan pikir merasa suka ada dirumah sakit.
“Yoo Man-Ho, yang menembakmu... Dia juga dirawat di rumah sakit ini.” Kata Hee Mi. Jae Chan terlihat kaget harus di rumah sakit ini.
“Keadaannya ricuh saat kejadian itu, jadi, mereka berdua,. dilarikan ke rumah sakit yang sama.” Kata Hee Mi. Seung Won mengajak Jae Chan untuk pindah saja.
“Tidak mau... Aku Lebih baik begini... Di kamar berapa dia dirawat? Aku harus bertanya kepadanya.” Kata Jae Chan terlihat marah
“Kini dia bahkan tak bisa bicara. Yoo Man-Hoo dalam keadaan kritis sehingga bisa meninggal kapan saja.” Kata Hee Mi
“Benarkah? Kalau begitu, aku harus menemuinya hari ini atau besok. Aku harus menanyakan alasannya menembakku.” Kata Jae Chan.
Hee Mi menegaskan Jae Chan tahu alasannya, Karena membebaskan tuduhan terhadap Do Hak-Young. Jae Chan menegasakan aklau Do Hak-Young bukan tersangka. Hee Mi memberitahu kala Tapi Yoo Man-Ho tidak tahu soal itu dan sangat marah. Hong Joo terus mendengar dari balik tirai.
“Apakah itu membenarkan penembakannya? Apa Kau berhak membunuh orang jika marah? Aku harus menemui Yoo Man-Ho. Aku harus memberi tahu dia bahwa kemarahan tak bisa membenarkan, pembunuhan sebelum dia mati.” Kata Jae Chan.
Hong Joo mengingat saat bertemu dengan Jae Chan, bertanya Untuk apa menyelamatkannya, karena sangat membencinya. Jae Chan bertanya apakah Hong Joo akan membiarkan paman itu mati hanya karena membencinya. Hong Joo membenarkan kalau itu alasannya.
“Biarkan dia mati karena aku membencinya!” teriak Hong Joo sangat marah
Woo Tak melihat Hong Joo yang menuruni eskalator, tapi Hong Joo seperti melamun tak melihat memilih untuk naik eskalator disampingnya. 



Akhirnya Woo Tak ikut naik disamping Hong Joo, dan Hong Joo kaget melihat  Woo-Tak dan bertanya apakah ingin mengunjungi Jae-Chan juga, Woo Tak membenarkan, tapi heran melihat Hong Joo yang tak kekamarnya. Hong Joo menjawabTidak apa-apa.
“Woo-Tak... Orang bilang, ketidaktahuan adalah anugerah.” Ucap Hong Joo. Woo Tak pikir itu benar.
“Jika benar begitu,. haruskah aku berlagak tidak tahu apapun dan berbohong?” pikir Hong Joo
“Apa Kau yakin bisa berbohong sampai mati?” tanya Woo Tak sambil berjalan menuruni eskalator. Hong Jo merasa tak yakin dengan hal itu.

“Jika kau bisa merahasiakan sesuatu sampai mati, itu bukan kebohongan. Jadi, bersikaplah seolah-olah kau tidak tahu apa-apa.” Kata Woo Tak
“Aku terkejut, kupikir kau akan menyarankan sebaliknya.” Ungkap Hong Joo. Woo Tak ingin tahu kenapa Hong Joo berpikir seperti itu.
“Karena semua orang setuju kau memiliki citra baik, Baik dan jujur.” Kata Hong Joo.
Woo Tak pikir itubenar sekali. Hong Joo mengucapkan Terima kasih karena selalu mengatakan hal yang ingin didengar, lalu mengajak untuk pergi bersama karena Jae-Chan sudah menunggu. Woo Tak menolak merasa kalau lebih baik tidak menemuinya. Hong Joo binggung.
“Orang-orang berpikir kami dekat, dan mengira dia membebaskan Hak-Young dengan mudah. Sebaiknya aku tidak menemui Jae-Chan untuk sementara. Jadi Pergilah sendiri, Sampaikan salamku kepadanya.” Ucap Woo Tak. Hong Joo pun melambaikan tanganya dan Woo Tak pergi.
Hong Joo berjalan di lorong, lalu melepaskan cincin ditanganya dan memasukan ke dalam tas, sepertinya merasa ragu dengan perasaanya.
Bersambung ke episode 20

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar