PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 19 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 14

PS : All images credit and content copyright : SBS
Seung Won masuk rumah binggung melihat kakaknya hanya diam didepan jendela bahkan lampu rumah dimatikan. Jae Chan menyuruh adiknya agar  Jangan dinyalakan. Seung Won binggung berpikir kakaknya itu sangat menakutkan.
“Apa Mereka sedang berpesta?” ucap Seung Won melihat dibagian atap tetangga sebelah.
“Itu Woo-Tak.” Kata Jae Chan terlihat kesal karena Woo Tak tinggal dirumah Hong Joo sementara. 

Nyonya Yoon mengajak Woo Tak agar mereka bisa minum soju kapan-kapan lalu kembali memberikan nilai untuk Woo Tak sebagai polisi setelah sebelumnya dihapus. Woo Tak terlihat senang diajak makan makan bersama.
“Hong-Joo memberitahuku segalanya dan Kudengar, kau menyelamatkan nyawanya.”kata Nyonya Yoon bangga
“Itu bukan apa-apa. Aku melakukan yang sewajibnya, dilakukan semua petugas kepolisian.” Kata Woo Tak mengajak Hong Joo juga harus makan dan akan membantu.
“Tak usah. Aku sudah selesai memanggang dan  akan merawatmu dengan sangat baik, sampai kau sembuh total.”kata Hong Joo
“Apa makanan kesukaanmu?” tanya Nyonya Yoon. Woo Tak mengaku sangat banyak
“Akan kupikirkan dan kuserahkan laporannya kepadamu.” Kata Woo Tak dengan gaya polisi. Nyonya Yoon pun dengan senang hati menerimanya dan mengoda dengan memberikan hormat.
Woo Tak ingin membungkus daging, dan seperti kehilangan sesuatu. Hong Joo bertanya apakah Woo Tak mencari sesuatu. Woo Tak pikir tak melihat daun perilla karena Daging harus dimakan dengan itu. Hong Joo menyuruh makan dengan daun selada saja atau  salad daun bawang juga. Woo Tak merasa Barbekyu takkan lengkap tanpa daun perilla lalu mengeluarkan ponselnya. 

Jae Chan mengangkat telp dari Woo Tak dirumahnya, Woo Tak bertanya apakah di rumahnya ada daun perilla. Jae Chan mengatakan Tak ada. Woo Tak meminta tolong agar Jae Chan membelikannya karena   tak bisa makan daging tanpa daun perilla. Jae Chan tak menolak akan membelikanya.
“Kalau begitu, tolong belikan acar lobak juga.”kata Woo Tak. Jae Chan mengerti akan membeli daun perilla dan acar lobak.
“Seung-Won, aku tiba-tiba teringat kutipan dari sebuah puisi. "Kau harus melihat dari jauh untuk melihat kecantikannya. Kau harus melihatnya sekilas agar bisa menganggapnya manis. Pria itu memang seperti itu."” Kata Jae Chan menahan amarah.
“Memangnya ada puisi semacam itu?” kata Seung Won bingung. Jae Chan dengan kesal menegaskan kalau itu memang ada
“Hei... Bersihkan semuanya! Aku akan segera kembali.”ucap Jae Chan keluar dari rumah. Seung Won mengeluh pada kakaknya yang pergi begitu saja.


Jae Chan keluar dari rumah, Hong Joo ikut keluar mengajak mereka untuk  pergi bersama, Jae Chan pikir Tak perlu dua orang untuk membeli daun perilla. Hong Joo memperlihatkan sebuah daftar barang belanja yang dinginkan Woo Tak.
“Dia juga memintaku membeli kaus kaki dan piyama.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir itu harus ke toko besar itu.
“Itu cukup jauh, 'kan? Jadi Gunakan saja mobilku. Aku akan memberimu kunci mobilku. Tangkap!”kata Woo Tak melempar kunci dari atap. Jae Chan menangkapnya dan mengucapkan terimakasih. 

Keduanya masuk ke sebuah toko, Hong Joo melihat ponselnya berdering dan Woo Tak dengan video call. Ia bertanya Kenapa melakukan panggilan video. Woo Tak mengatakan kalau ingin melihat yang dibeli Hong Joo dan menunjuk sebuah boneka Penguin di dekat Hong Joo.
“Kau aneh sekali. Apa Kau suka boneka seperti ini?” ungkap Hong Joo
“Tidak, aku hanya berpikir boneka itu mirip denganmu.” Kata Woo Tak
“Ini memang mirip denganmu. Bertangan dan berkaki pendek, bermata lebar, dan berbibir manyun.” Kata Jae Chan melihat boneka pilih Woo Tak
“Sebentar, Jae-Chan. Apa yang ada di sampingmu? Bisakah kau memakainya?” kata Woo Tak. Jae Chan mencoba penutup mata untuk tidur beberapa kali sampai Woo Tak menuntukan pilihan yang disukainya.
“Ya. Aku harus melihat penampilannya sebelum memutuskan untuk membeli.” Kata Woo Tak setelah menemukan yang dinginkan.
“Hong-Joo, apa yang ada di samping kirimu? Yang panjang itu.” Kata Woo Tak. Hong Joo melihat kalau  tu tongkat pijat.
“Ahh.. Rupanya itu, Seniorku pasti dia akan menyukainya. Bahunya sering pegal selagi dia bertugas.” Kata Woo Tak.
Hong Joo pikir akan memilih satu,  Woo Tak tak ingin bentuk ayam tapi yang  bentuk beruang. Jae Chan sedang memegang bentuk dinosaurus. Woo Tak mulai berpikir untuk menganti dengan boneka yang dipegang oleh Jae Chan. Hong Joo sudah mengambilnya tapi Woo Tak mengubah kembali untuk memilih yang ayam saja. 


Keduanya pulang ke rumah dan sempat lewat di kedai coffee, mereka terlihat sedih karena Cho Hee belum juga kembali setelah keputusan kakaknya yang harus dihukum seumur hidup. Mereka seperti berharap Cho Hee kembali berkerja setelah ditinggalkan oleh adik dan kakaknya di penjara. 


Keduanya akhirnya sampai dirumah, Jae Chan menyuruh Hong Joo tak perlu membawanya, Hong Joo pikir tak ingin terus merepotkan Jae Chan. Jae Chan heran karena Hong Joo berpikir seperti itu. Hong Joo mengatakan kalau Jae Chan yang terus membantu tapi ia tak bisa membalasnya.
“Apa Kau sungguh membenci hal itu?”kata Jae Chan. Hong Joo mengangguk.
“Aku ingin membalas semua kebaikanmu, tapi tak bisa. Jadi Aku bisa apa? Aku akan membalasmu sedikit demi sedikit.” Kata Hong Joo tak ingin banyak hutang budi.
“Bisakah aku menjadi pengecualian? Jangan merasa,. kau harus membalasku dan  tak perlu sungkan. Apa Kau tak bisa seperti itu?”ungkap Jae Chan.

“Kenapa kau ingin dijadikan pengecualian? Apa Kau ingin membantuku setiap kali bertemu denganku? Apa Kau ingin melindungiku dan mencemaskanku?” ungkap Hong Joo.Jae Chan membenarkan.
“Ada apa denganmu belakangan ini? Aku sedang bergurau. Kenapa kau terus bersikap sok romantis? Kau membuatku bingung saja. Jadilah dirimu sendiri, seperti biasanya.” Kata Hong Joo mengipas wajahnya yang tiba-tiba merasa panas
“Setelah ini, kita bisa menganggapnya impas.”ungkap Jae Chan memegang tangan Hong Joo dan berusaha mendekat.
Hong Joo binggung tiba-tiba Ja Chan mendekat seperti ingin menciumnya. Jae Chan mendekat tapi terhenti karena ternyata sabuk pengamanya tak cukup panjang, walaupun sudah ditarik tetap tak bisa mendekati Hong Joo.  Hong Joo pun bertanya apa yang dilakukan Jae Chan. Akhirnya Jae Chan hanya bisa mundur lalu tertunduk di atas stir mobil dan keluar. Hong Joo sedikit gugup lalu ikut keluar dari mobil. 


Woo Tak keluar dari kamar berpikir kalau Bibi Yoon sedang keluar. Hong Joo terus menekan bel tapi tak ada yang membuka dan berpikir kalau ibunya sudah tidur lalu menyuruh Jae Chan membawa barang belanjaan karena harus mencari kuncinya.
“Cepatlah!” kata Jae Chan dengan nada kesal. Hong Joo mengeluh kalau  sedang berusaha mencari kuncinya dalam tas dan membuka pintu rumah setelah menemukanya.
“Oh iya, kau ingin melakukan apa di mobil tadi?”taya Hong Joo membahasnya.
“Ah, bisakah kau tak membahasnya? Hal serupa juga terjadi waktu itu, saat kau melepaskan celemekku.” Keluh Jae Chan kesal
“Apa yang kulakukan saat itu?” kata Hong Joo pura-pura lupa.
“Aku hanya diam karena aku menghargai perasaanmu. Jadi, kau juga harus...” kata Jae Chan dan tiba-tiba Hong Joo memberikan kecupan di bibirnya.
“Bukankah ini yang ingin kau lakukan?” kata Hong Joo. Jae Chan hanya diam Hong Joo pikir seperti itu tapi melihat wajah Jae Chan berpikir kalau dugaanya itu keliru.
“Anggap saja ini tak pernah terjadi.” Kata Hong Joo tersadar lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
Jae Chan masih terlihat melonggo kaget, Woo Tak melihat semuanya dari interkom dan menahan perasannya. Hong Joo masuk rumah dan Woo Tak buru-buru masuk ke dalam kamar berpura-pura tak tahu.  Hong Joo berjongkok mengumpat pada dirinya yang sudah gila. 


“Aku terus bersikap agresif kepadanya. Bagaimana nasibku saat bertemu dengannya besok?” kata Hong Joo.
Woo Tak akhirnya keluar kamar melihat Hong Joo yang baru pulang. Hong Joo baru tahu kalau Woo Tak di rumah rupanya. Woo Tak mengeluh Hong Joo yang lama datangnya. Hong Joo beralasan kalau jalanan macet.
“Periksa dulu yang kubeli. Aku bisa menukarkannya.” Kata Hong Joo memberikan barang belanjaanya.
“Tak perlu. Aku suka semua yang kau beli.” Kata Woo Tak berjalan pergi. Hong Joo heran dengan sikap  Woo Tak karena tak memeriksanya. Sementara Jae Chan pulang kerumah, hanya bisa tersipu malu mengingat Hong Joo yang mengecup bibirnya. 

Seung Won datang mengedong Woo Bin dengan wajah panik memberitahu kakaknya kalau anjing itu buang kotoran lagi di dapur. Jae Chan langsung mengendong Woo Bin malah bersikap manis layaknya berbicara pada seorang anak bayi.
“Ya ampun, Woo-Bin. Apa Kau buang kotoran? Apa Kau sudah lega? Ya ampun, sayangku.” Ungkap Jae Chan. Seung Won melonggo berpikir kakaknya itu sedang mabuk. Jae Chan mengaku tidak.
“Apa Kau sudah makan? Bagaimana rasanya? Apa Lezat?” ucap Jae Chan terus mengajak Woo Bin bicara lalu menurunkanya.
“Hyung, kita mendapatkannya lagi.” Kata Seung Won dengan wajah serius. Jae Chan binggung apa maksudnya.
“Pria itu mengirimi kita uang lagi. Entah bagaimana, dia berhasil menemukan alamat baru kita. Dia telah mengirimi kita uang selama hampir 10 tahun. Tak bisakah kita menggunakan uang itu sekarang?” kata Seung Won
“Aku akan kembalikan saat kita menemukannya. Lalu Dimana uangnya?” tanya Jae Chan. Seung Won mengatakan kalau itu ada dimeja kerja kakaknya.
“Aku tak menyentuhnya.”kata Seung Won. Jae Chan memuji adiknya  dan bergegas masuk ke kamar. 


Jae Chan melihat sebuah amplop yang cukup tebal dengan alamat dibagian depan "27 Sangkujoongangseo-ro, Hangang-gu, Unit 201, Jung Jae-Chan" Pikiranya menerawang ke kembali ke masa lalu.
Flash Back
"Rumah Duka Korea Selatan"
Jae Chan dan Hong Joo berlari menghindari kejaran wartawan dan bersembunyi ditempat yang gelap. Dua orang wartawan mengejar mereka kebingungan karena melihat keduanya berlari ke ruangan itu.
“Anak yang memakai pakaian berkabung adalah putra polisi itu, dan yang memakai jaket bisbol adalah putra sopir bus itu.”kata salah satu wartawan.
“Hei.... Kita tak punya waktu untuk mencari putranya. Kabarnya, kakak prajurit yang kabur itu ada disini. Ternyata si Brengsek itu membuat masalah saat hendak menemui kakaknya dan Kakaknya polisi.” Ucap salah seorang wartawan lain yang datang. 
Mereka pun bergegas mencari si kakak prajurit karena  Lebih baik bicara dengannya dari pada dengan bocah-bocah itu. Jae Chan dan Hong Joo bisa mendengar semua yang dikatakan oleh wartawan. 

Jae Chan melihat Hong Joo memastikan kalau ia adalah putra mendiang sopir bus itu. Hong Joo menatap ke arah lain seperti merasakan ada sesuatu yang aneh. Jae Chan bingung apa yang dilihat Hong Joo dalam kegelapan,  Hong Joo memberitahu kalau Ada seseorang dibelakang mereka. Jae Chan menengok dan kaget melihat ternyata anak buah dari ayahnya yang bersembunyi.
“Apa Paman polisi yang barusan dibicarakan, oleh para reporter itu?” kata Jae Chan mendekat sambil menangis. Si paman hanya bisa meminta maaf.
“Apa Yang membunuh ayahku, adalah adikmu?” kata Jae Chan benar-benar shock
“Aku juga tak menyangka... Aku tak menyangka adikku akan melakukan hal semacam itu... Maafkan aku... Aku sungguh minta maaf.” Ucap si Paman polisi ikut menangis karena merasa bersalah.
“Kau bilang, aku punya banyak waktu. Kau bilang, aku bisa membuat Ayahku terkesan mulai sekarang... Kau yang mengatakan itu. Sekarang Banyak waktu apanya? Dia telah meninggal... Ayahku telah pergi... Bagaimana aku bisa membuatnya terkesan?.... Bagaimana?” ucap Jae Chan menangis sambil mencengkram baju pamanya. Hong Joo mendengar semuanya juga hanya bisa menangis.
Jae Chan menatap amplop pemberian dari si paman, seperti tak bisa menerima begitu saja lalu membuka laci dan menaruhnya. Terlihat ada banyak tumpukan surat yang dikirimkan padanya. 


Pagi hari
Jae Chan sudah menunggu didepan rumah terlihat kebingunan. Sementara Hong Joo mengintip dari bawah pintu gerbangnya binggung karena Jae Chan menunggu didepan rumah. Ibunya keluar rumah binggung melihat Hong Joo menbungkuk didepan pintu, bertanya apa yang sedang dilakukanya.
“Ibu, Jae-Chan sedang menungguku di luar.” Bisik Hong Joo. Ibunya balik bertanya lalu kenapa.
“Bilang kepadanya aku sudah berangkat.”kata Hong Joo. Ibunya pun menganguk setuju lalu keluar dari rumah. Jae Chan melihat Ibu Hong Joo yang keluar rumah dan menyapanya.
“Hong-Joo memintaku bilang kepadamu bahwa dia sudah berangkat. Apa Ada masalah? Apa Kalian bertengkar?” kata Ibu Hong Joo.
Jae Chan bisa tersenyum mendengarnya dan mengatakan kalau  Tidak sama sekali lalu berteriak memanggil Hong Joo agar keluar karena  terlambat ke kantor. Hong Joo hanya bisa mengeluh pada ibunya yang tak bisa diajak kerja sama. Jae Chan kembali memanggil Hong Joo untuk keluar. Akhirnya Hong Joo keluar dengan wajah seperti tak terjadi masalah
“Maaf, aku agak terlambat.” Kata Hong Joo lalu pamit pergi pada ibunya.  Jae Chan pun ikut pamit pada ibu Hong Joo untuk pergi mengantar anaknya. 


Keduanya berjalan bersama melewati taman, Hong Joo sengaja berjalan dengan jarak yang jauh. Jae Chan menariknya agar mendekat dan bertanya apakah Hong Joo menghindarinya karena kejadian kemarin, Hong Joo pura-pura lupa dan bertanya kemarin memangnya ada apa dan apakah mereka  bisa bertemu.
“Kalau begitu, anggap saja kemarin tak terjadi apa-apa. Itukah maumu?” kata Jae Chan.
“Memangnya apa yang terjadi? Aku tak mengerti maksudmu.”kata Hong Joo berusaha menjaga jarak. Akhirnya Jae Chan menariknya agar bisa bicara bertatapan.
“Tak terjadi apa-apa kemarin. Apa kau Setuju?” kata Jae Chan. Hong Joo mengangguk setuju.
“Jadi, jangan saling menghindar. Berhentilah menghilang setiap kali aku mencarimu.” Kata Jae Chan lalu mereka pun kembali berjalan untuk pergi ke kantor, rasa canggung mereka seperti hilang begitu saja. 

Hak Young kembali datang ke rumah si wanita. Si wanita meminta agar Hak Young memperbaiki  kabelnya dengan benar kali ini karena Bulan ini saja sudah tiga kali. Hak Young merasa Saat ini sedang perubahan musim dan juga karena perusahaan lain terus menyentuh kabelnya.
“Perubahan musim hampir selesai, jadi takkan terjadi lagi.” Kata Hak Young menyakinkan.
“Kau selalu mengatakan itu, tapi itu selalu rusak lagi.” Keluh si pelanggan. Hak Young mengodanya kalau bisa meneleponnya lagi.
“Begini... Nona... Saat kau menerima panggilan survei nanti, tolong beri penilaian bagus untukku.” Kata Hak Young. Si wanita pikir itu akan diberikan kalau pekerjaannya bagus.
“Bagaimana jika kubawa kardus itu keluar saat aku pulang?” kata Hak Young. Si wanita terlihat masih kesal karena berkali-kali internetnya rusak. Hak Young keluar membawa kardus dan matanya kembali terlihat dingin setelah melayani pelanggannya. 

Polwan bertanya pada Petugas Oh kapan Woo Tak  kembali bekerja. Petugas Oh menjawa Woo Tak akan kembali pekan depan. Polwan pun mengajak agar mereka mengajaknya untuk makan malam.
“Biarkan dia beristirahat dulu secukupnya... Lagipula, kau sedang berpatroli bersamaku. Kenapa kau ingin makan malam bersamanya?” kata Petugas Oh heran
“Itulah alasannya, Karena aku sedang berpatroli bersamamu. Setidaknya, aku ingin bertemu dia saat makan malam.” Kata Polwan.
Terdengar laporan dari dari pusat “Mobil patroli 592 di Polsek Sangku. Laporkan lokasi kematian tak wajar!” Polwan mendengarkan langsung membalas kalau sudah mendengarnya.

Mereka pergi ke dalam apartement, bertemu dengan si bibi yang ada didepan rumah dan terlihat gugup bertanya apa yang terjadi. Si Bibi panik memberitahu sebagai pelayan rumah dan  Saat membuka pintu, melihat...
Petugas Oh akhirnya masuk rumah dan dibuat kaget melihat si wanita atlet pemanah itu sudah tergeletak penuh darah dan dibuat garis disekitar mayatnya. 

“Pemanah peraih medali emas, Yoo Soo-Kyung, ditemukan tak bernyawa pada tanggal 21. Bukti terkini mengungkapkan ada kemungkinan bunuh diri. Polisi secara terbuka mencari tersangka utama, Do Hak-Young. Reporter Nam Hong-Joo akan memberikan info lebih lanjut.”
“Ratu panah, Yoo Soo-Kyung, ditemukan tewas di rumahnya pada tanggal 21.Menurut keterangan polisi, dia tewas karena kehabisan darah, akibat luka di kepala bagian belakangnya. Polisi berspekulasi bahwa itu adalah pembunuhan, karena gambar geometris yang dibuat dengan darahnya, yang ditemukan di lokasi.”
“Berdasarkan hasil autopsi, polisi memperkirakan korban tewas pada tanggal 21 pagi. Satu-satunya orang yang berkunjung ke rumahnya dalam kurun waktu itu, adalah teknisi internet berusia 29 tahun, Do Hak-Young. Polisi telah mengeluarkan daftar pencarian orang untuk tersangka.”

Semua sedang mempersiapkan makanan untuk sarapan. Hong Joo melihat Woo Tak yang fokus menatap ke arah TV. Jae Chan pun bertanya apakah Jae Chan mengenal orang itu. Woo tak mengaku tak pernah bertemu dengannya.
“Bibi Yoon, aku sudah membuat daftar lauk yang kuidamkan. Bolehkah aku membawa pulang beberapa lauknya? Aku ingin memakannya di rumah.” Kata Woo Tak
“Oh, tentu saja... Aku sudah menunggu daftar ini. Permintaan diterima.” Kata Nyonya Yoon senang.  Hong Joo dengan nada sedih bertanya apakah Woo Tak akan pulang.
“Ya, sebentar lagi, aku kembali bekerja Jadi Aku harus pulang sekarang.” Kata Woo Tak. Jae Chan langsung berkomentar dengan nada senang mendengarnya, Semua orang menatapnya.
“Ah, aku sangat sedih. sayang sekali.... kau juga harus makan ini, Tumis daging dan dadar gulung.” Kata Jae Chan  berusaha melayani. Woo Tak terlihat tak bisa menahan senyumanya. 


Semua barang masuk ke dalam mobil. Woo Tak merasa Aneh sekali, karena barangnya itu jadi lebih banyak. Jae Chan pikir itu pasti karena sebelunya Woo Tak  meminta barang yang dibelikan dan  juga meminta begitu banyak makanan dengan nada menyindir.
“Kau bilang, kita harus membalas kebaikannya. Sampai kapanpun, jangan lupakan kejadian itu!” ucap Hong Joo mencubit Jae Chan untuk memperingatkan.
“Aku sedang melakukannya. Lalu Apa lagi yang bisa kulakukan?” kata Jae Chan menahan rasa sakit.
“Masuklah! Aku akan mengantarmu!” kata Jae Chan. Woo Tak pun dengan senang hati karena akan mengantarnya pulang. 

Jae Chan seperti ingin melayani Woo tak akan membuka Atap suryanya bahkan kalau belum merasa nyaman maka  akan mengemudi dengan hati-hati. Woo Tak merasa kalau nyaman.  Hong Joo melihat ke arah cafe dan melihat Cho-Hee sudah kembali berkerja.
“Syukurlah. Aku mencemaskannya.” Kata Hong Joo. Jae Chan dan Woo Tak juga merasa lega melihat Cho Hee sudah kembali berkerja. 

Jae Chan membantu Woo Tak mengeluarkan barang-barang diruang tengah. Hong Joo membongkar tas makanana meberitahu ada kimchi lobak, kimchi daun bawang sup rumput laut, jadi akan dimasukan ke kulkas jadi bisa dipanaskan saja ketika ingin memakanya. 
“Apa kau harus ke rumah sakit lagi?” tanya Jae Chan khawatir.
“Tidak, jahitannya sudah dilepas kemarin. Apa Mau lihat?” goda Woo Tak.
Jae Chan langsung memeluknya berusaha menahan sebelum Woo Tak memperlihatkan badanya.Sementara Hong Joo terdiam, seperti sedih melihat kulkas yang dimiliki Woo Tak kosong tanpa makanan. Jae Chan melepaskan pelukan Woo Tak tapi karena mengkhawatirknya bertanya apakah sakit. Woo tak mengaku tidak tapi mengaku kalau pelukan Jae Chan itu erat sekali.

Ketiganya sudah ada didepan lift, Hong Joo memberitahu kalau Ibu ingin Woo Tak mampir untuk sarapan setiap hari karena hanya perlu mengeluarkan peralatan makan tambahan jadi bisa memberitahu saja kalau kehabisan makanan. Woo Tak menganguk mengerti.
“Hubungi aku jika butuh bantuan. Aku akan langsung datang.” Kata Jae Chan.
“Tenang saja. Kau sudah banyak membantuku. Berkat kalian, hari-hariku belakangan ini menjadi indah. Jadi, anggap saja kita impas. Kalian sudah tak berutang apapun.” Kata Woo Tak. Keduanya binggung apa maksud ucapan Woo Tak.
“Kau benar, Jae-Chan. Aku tak berniat membahas cederaku ataupun kesal kepada kalian. Tapi Aku hanya senang kalian baik-baik saja. Jadi, aku tak ingin melihatmu sedetikpun menangis. Jangan menyalahkan dirimu juga, oke?” kata Woo Tak sedikit mendekat pada Hong Joo.
“Sebentar, apa itu artinya... Apa Kau di taman saat itu?” kata Hong Joo
“Tidak, aku melihatnya di mimpiku. Kalian berdua menyiksa diri di taman.” Kata  Woo Tak
“Itukah alasanmu membuat kami melakukan semua permintaanmu?” kata Jae Chan tak percaya. Woo tak malah heran melihat mereka yang baru menyadarinya.
“Ah, itu menyakiti perasaanku. Aku takkan pernah menyusahkan orang lain tanpa alasan.” Kata Woo Tak lalu menyuruh mereka masuk setelah pintu lift terbuka. 


Jae Chan dan Hong Joo masuk lift dalam diam.  Hong Joo seperti tak percaya kalau Woo Tak melakukanya agar mereka tak merasa terbebani. Jae Chan juga tak menyangka, tapi Hong Joo pikir Jae Chan terlihat sangat marah dengan sikap Woo Tak.
“Setelah membuat kita melalui semua itu, dia membuat dirinya terlihat keren hanya dengan satu ucapan. SeJujur, itu tak adil. Dia membuatku terlihat seperti orang paling hina.” Ungkap Jae Chan. Hong Joo terlihat binggung.
“Ah, tak kusangka Woo-Tak bisa seperti itu. Dia punya sisi misterius.” Ungkap Jae Chan. Hong Joo lalu mengingat saat membuka kulkas tak ada makanan, padahal sebelumnya Woo Tak mengatakan  putra semata wayang selama tiga generasi.
“Saat aku masih kecil, buah kesemek jatuh di kepalaku. Orang tuaku langsung menebang semua pohon kesemek di daerahku.” Ucap Woo Tak bercerita tentang keluarganya.
“Kau benar. Ada sesuatu yang misterius pada dirinya.” Kata Hong Joo karena seperti tak melihat orang tuanya itu memberikan makanan pada anak semata wayangnya. 


Woo Tak tertidur dikamarnya dan kembali bermimpi, dalam mimpinya ia sedang di interogasi oleh Jae Chan.
“Apa hubunganmu dengan Do Hak-Young?” tanya Jae Chan.
“Kami satu SMA,. dan dia teman kamarku satu setengah tahun lalu.” Jawab Woo Tak
“Apa kau juga mengira bahwa dia mungkin pembunuhnya,. saat kali pertama mendengar kabar soal insiden itu?” tanya Jae Chan. Woo Tak membenarkan. 

Woo Tak lalu terbangun dari tidurnya dan Woo Bin sang anjing ikut terbangun lalu berjalan pergi dari tempat tidurnya. Ponsel Woo Tak berdering, Hong Joo menelp dengan wajah panik bertanya apakah Woo Tak baik-baik saja dan apakah terjadi sesuatu. Woo Tak mengaku tak ada apa-apa.
“Aku baru saja memimpikanmu. Kau ingat buronan itu, Do Hak-Young, 'kan? Di mimpiku, pria itu menyusup ke rumahmu.” Kata Hong Joo
“Untuk apa dia ke rumahku?” ungkap Woo Tak heran. Hong Joo merasa kalau Woo Tak mengenalnya dan berpura-pura tak mengenalnya.
“Tidak, aku sungguh tak mengenalnya. Kurasa mimpi itu tak berarti apapun.” Ucap Woo Tak tenang.
“Apa Kau sudah mengunci pintu?.. Kau harus segera menelepon polisi, Woo-Tak.” Kata Hong Joo panik.
Woo Tak pikir itu apa karena dirinya juga seorang polisi,  Hong Joo menceritakan kalau ia melihat Hak Young mencengkeram dan mengancam Woo Tak dalam mimpinya. Woo Tak mengerti dan meminta agar Hong Joo Jangan khawatir dan memastiakan unuk mengunci pintu jadi meminta Hong Joo agar bisa tidur.

“Kenapa kau kemari?... Do Hak-Young...” ucap Woo Tak menahan amarah melihat seseorang yang duduk di depan pintu dengan Woo Bin.
“Kau belum mengganti sandinya. Bukankah aku sudah pindah dari sini, satu tahun lalu? Dan Anjing ini juga masih mengingatku.” Kata Hak Young.
Woo Tak hanya bisa diam saja kedatangan tamu yang tak diundang. Hong Joo terlihat masih panik mondar mandir dalam kamarnya. 



“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa datang kemari?” ucap Woo Tak duduk di sofa bersama Hak Young.
“Woo-Tak... Aku telah menjadi seorang pembunuh.” Kata Hak Young membuka topi dan terlihat wajahnya yang tak terawat.
“Aku melihatnya di berita. Polisi sedang mencarimu.” Kata Woo Tak. Hak Young menyakinkan kalau tak melakukannya.
“Aku memang datang ke rumahnya, tapi aku pergi setelah memperbaiki kabel internetnya. Mereka berpikir membunuhnya. Aku sungguh tak melakukannya, tapi semua orang bilang aku membunuhnya... Aku tak menyangka ini terjadi.” Ucap Hak Young
“Baiklah, kau harus menyerahkan diri dulu. Aku akan ikut denganmu, oke?” ucap Woo Tak berdiri dari tempat duduknya.
“Aku akan menyerahkan diri, tapi... Woo-Tak... Kau akan membantuku, 'kan? Kau orang kompeten yang kukenal dan punya koneksi karena kau polisi serta cerdas. Dan Itulah alasanku kemari. Kau mempercayaiku dan akan membelaku, 'kan?” ucap Hak Young.
“Jika aku bilang mempercayaimu, akankah kau menyerahkan diri?” kata Woo Tak dengan sedikit dengan nada dingin.
“Hei! Jika... Jika putusan hakim menyatakanku bersalah, maka akan kuungkap rahasiamu kepada polisi.” Ancam Hak Young. Woo Tak terlihat kebingungan.
“Kau tak mau, 'kan? Jadi, lakukan semua yang kau bisa, untuk membuatku tak bersalah.” Tega Hak Young dan Woo Tak pun menatapnya. Sementara Hong Joo yang panik keluar dari rumah memakai jaketnya seperti ingin menyelamatkan Woo Tak.
Bersambung ke episode 15

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar