PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 05 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 5

PS : All images credit and content copyright : KBS
Terlihat sekilas dari benda diatas piona yang diayun, foto  Soo Yoon lalu seperti jatuh bulu-bula angsa layaknya hujan salju. Lalu Seung Won melonggo ke arah balkon dengan wajah melotot terkejut.
“Ada momen mengerikan yang tak pernah ingin, kita hadapi dalam hidup.”
Setelah itu Jae Chan panik melihat adiknya yang di bawa oleh polisi, tapi adiknya sudah bawa langsung ke kantor polisi.
“Momen mengerikan itu selalu didahului,. oleh beberapa pilihan yang memunculkan momen itu sendiri.”
Soo Yoon keluar dari sekolah mengaku sebagai anak  Park Jun Mo menelp bagian kejaksaan karena hanya ingin tahu, perkembangan kasus ayahnya. Tuan Choi memberitahu kalau menerima permintaan korban untuk tidak menghukumnya, jadi mungkin akan diminta untuk segera menyudahi kasus ini. So Yoon mengerti dengan wajah menahan amarah. Saat itu Seung Won pun bergegas keluar dari kelas. 

“Pilihan sepele itu kembali, menjadi penyesalan dan menghantui kita kelak. Jika bisa mengubah pilihan yang sepertinya tak berarti itu,. kita mungkin mampu menghindari momen mengerikan itu.”
Soo Yoon sudah siap mengambil  botol ZAT ANTIBEKU, Seung Won menahan tangan Soo Yoon untuk mengantar pulang. So Yoon kaget menyuruh Seung Won melepaskan tangan dan berpura-pura tidak pernah melihatnya.
“Jangan seperti ini. Ayo kita bicara di kantor polisi dan pengadilan. Pasti ada jalan keluar.” Kata Seung Won menyakinkan.
“Tak ada yang bisa kita lakukan, bahkan Kudengar jaksa akan mengubur semuanya. Dia bodoh dan bekerja keras dengan sia-sia.” Ucap Soo Yoon marah
“Siapa jaksa bodoh yang bekerja keras dengan sia-sia itu?” tanya Seung Won. 

Hong Joo bertanya Siapa Seung Won. Jae Chan memberitahu kalau itu adiknya dan ingin tahu alasan Hong Joo menanyakannya.  Hong Joo menceritakan Di dalam mimpinya pria bernama yang Seung Won,membunuh seseorang. Jae Chan kaget mendengarnya.
Seung Won kaget mengetahui Namanya Jung Jae Chan. Soo Yoon dengan penuh amarah memberitahu kalau Jaksa Jung Jae Chan bersekongkol dengan pengacara itu. Seung Won yakin kalau itu Tak mungkin. So Yoon heran seperti Seung Won itu tak bisa mempercayainya.
“Jaksa itu,...adalah kakakku.” Kata Seung Won dan saat itu Jae Chan menelp, Seung Won seperti tak ingin menjawabnya. 

Jae Chan terus berusaha menelp adiknya, tapi tak diangkat lalu memilih untuk segera pergi. Hong Joo ikut khawatir mengikuti Jae Chan untuk pergi. Sementara  Ibu So Yoon ada dirumah menelp anaknya,  agar bisa menginap di rumah Sung Hee malam ini
“Ibu dan Ayah harus membicarakan sesuatu hari ini.” Ucap Ibu Soo Yoon
“Kenapa aku tak boleh pulang?” kata So Yoon marah. Ibunya memohon dan langsung menutup telpnya. So Yoon seperti sangat khawatir dengan ibunya. 

Jae Chan terus berlari memikirkan nasib Seung Won. Hong Joo menarik Jae Chan agar bisa sadar lebih dulu dan meminta agar memastikan apakah mimpi mereka itu cocok karena sebelumnya mengaku juga bermimpi, lalu bertanya Kapan kejadiannya. Jae Chan mengatakan Malam ini.
“Kita berdua mengenakan setelan yang kulihat di mimpi.” Ucap Jae Chan. Hong Joo mengertinya, waktu mereka tidak banyak.
“Beri tahu aku soal mimpimu secara detail.” Kata Jae Chan. Hong Joo mulai mengingat-ingat kejadian dalam mimpinya. 

“Tampaknya seperti di ruang tamu keluarga kaya.Ada piano di tengah ruangan.” Ucap Hong Joo mengingat rumah yang ditempati So Yoon dan keluarga. Jae Chan memikirkan tentang Piano
“Ya. Sepasang suami istri berkelahi di sana... Ah.. Tidak, aku tak bisa menganggap mereka berkelahi, tapi Sepertinya wanita itu sedang dipukuli oleh suaminya.” Cerita Hong Joo
Saat itu Tuan Park seperti benar-benar marah dan langsung memukul istrinya, dengan alat yang biasa digunakan untuk bermain piano. Saat itu juga So Yoon datang melihat ibunya dan langsung mendekatnya. Hong Joo menceritakan So Yoon dan Seung Won datang saat itu.
Seung Won pun menahan Tuan Park agar menghentikanya, tapi Tuan Park tak mau kalah begitu saja dengan mengambil Stick golf. So Yoon memperingatkan Seung Won agar menghindar. Tuan Park memecahkan jendela lalu akhirnya terjatuh dari balkon dan menghantam mobil yang terparkir di lantai bawah.
“Lalu, selagi melerai perkelahian, Seung Won... Akhirnya ia mendorong sang suami hingga terhempas dari balkon.”
Seung Won benar-benar kaget, lalu menelp Seung Won dan mengatakan semua ini salah Kakanya dan menjadi pembunuh karena Jae Chan.
“Dia menyalahkan kakaknya. Katanya, ia menjadi pembunuh karena dirimu.”
Jae Chan binggung kenapa adiknya mengatakan itu salahnya, lalu beprikir kalau ini berhubungan dengan kasus Park Jun Mo. Hong Joo binggung apa maksud Kasus Park Jun Mo, Jae Chan mengingat saat adiknya memberitahu kalau temanya mengadakan resital piano hari ini dan mengajaknya pergi pada saat hari Valentine.
“Kau tahu si Ahli Piano itu, Park So Yoon, 'kan? Dia ayahnya. Terdakwa, Park Jun Mo” ucap Yoo Bum saat datang ke kantornya.

Lalu karena selalu  disindir oleh seniornya, segera menyelesaikan laporan kasus dengan menuliskan “Pihak korban tak mau tertuduh dihukum, maka kasus ini tak bisa diusut.” Lalu dengan bangga kala bisa menyelesaikan. Bahkan tak sampai lima menit.
“Itulah sebabnya ia bilang itu salahku, Karena aku membiarkan Park Jun Mo bebas. Apa Kau ingat lokasi apartemennya?” kata Jae Chan.
“Aku melihat dua bulan dari jendelanya.” Ucap Hong Joo. Mereka pun mencari dan melihat dua balon besar warna putih bertuliskan "Pameran Star World" akan terlihat seperti bulan dari kejauhan. 

Tuan Oh Kyung Han mengemudikan mobilnya, lalu memanggil Woo Tak untuk meminta bantuanya. Tapi terlihat Woo Tak sedang tertidur pulang dibangku penumpang. Tuan Oh mengeluh dengan yang dilakukan setiap malam karena malah tertidur. Sementara Woo Tak mulai bermimpi. 

Semua orang sudah berkumpul di bawah apartement, ingin tahu siapa yang membunuhnya, apakah Istrinya dan Putrinya. Lalu salah satu memberitahu kalau itu pemuda yang datang ke rumah mereka untuk melerai. Seung Won pun dibawa untuk masuk mobil dengan tangan di borgol.
“Ya ampun, dia masih sangat muda dan juga sangat tampan.” Komentar tetangga lainya.
Seung Won masuk ke dalam mobil dengan Woo Tak duduk disampingnya, lalu mengaku hanya berusaha membantu ibu temannya. Setelah itu Jae Chan datang dengan wajah panik mengetuk jendela mobil, Seung Won menangis meminta agar diselamatkan dan mengaku tak membunuhnya.
Jae Chan mencoba menahan mobil tapi adiknya sudah dibawa pergi oleh polisi. “Dia adikku!.. Kumohon, lepaskan!” teriak Jae Chan histeris melihat adiknya di bawa pergi polisi. Dua polisi memohon pada Jae Chan agar tak boleh melakukan ini.

Woo Tak pun tersadar setelah bermimpi aneh. Tuan Oh mengejek Woo Tak sudah bangun. Woo Tak mengelak kalau tak tidur. Tuan Oh menyuruh Woo tak mengusap dulu mulutnya. Woo Tak lalu mengusap bibirnya.
“Boleh aku yang mengemudi, Kyung Han?” kata Woo Tak. Tuan Oh pun menghentikan mobilnya.
“Apa Kau sakit perut?” tanya Woo Tak ketika turun dari mobil. Tuan Oh pikir karena tiram yang dimakan jadi mulas.
“Gunakan saja toilet di divisi patroli.” Saran Woo Tak. Tuan Oh setuju lalu pindah ke tempat duduk. Woo Tak lalu melihat Jae Chan yang berlar menyeberang jalan, lalu berpikir kalau itu orang yang ada didalam mimpinya. Tuan Oh bertanya ada apa, Woo Tak mengelengkan kepala menutupinya.

Woo Tak berkosentrasi mengemudi, teringat kembali saat Jae Chan menyelamatkan dengan sengaja menabrakan mobilnya lalu berkata pada Yoo Bum.
“Kau mungkin sudah membunuh pria itu jika aku tak menghentikan mobilmu.” Ucap Jae Chan dengan kepala yang berdarah
Dalam mimpinya, Jae Chan panik melihat sang adiknya harus dibawa ke kantor polisi karena kasus pembunuhan. Tuan Oh mengeluh pada Woo Tak agar lebih cepat karena tak bisa lagi menahanya.
Woo Tak langsung menyalakan sirene dan memutar balik arah, Tuan Oh panik menyuruh Woo Tak agar mematikan sirenenya karena tidak terlalu mendesak. Woo Tak segera mengemudikan mobil. 


Tuan Park melihat Surat "Pengajuan Cerai" lalu melihat kalau istrinya juga ingin agar bisa membiayai sekolah So Yoon di luar negeri, lalu mengejek dirinya itu bukan UNICEF atau Bunda Teresa. Ibu So Yoon pikir mereka sudah menulisnya, kalau Tuan Park akan melakukan apapun jika menulis pernyataan itu.
“Seakan-akan kau pantas mendapatkan semua ini karena menulis surat itu. Kini hukum dan jaksa memihakku. Jadi Untuk apa aku melakukan ini untukmu?” ucap Tuan Park sombong merobek kertas penjanjian.
Ibu Soo Yoon melotot kaget, saat itu juga So Yoon dan Seung Won berlari masuk ke apartement.
“Apa Kau tahu kenapa hukum memihakku? Jadi Meski aku melakukan semua ini...” kata Tuan Park sambil menghancurkan semua barang mengunakan stick golf. Jae Chan dan Hong Joo pun berlari masuk.
“Tak ada yang bisa menyentuhku. Apa kau tahu itu? Karena semua yang ada di sini, termasuk kau, adalah milikku Aku bisa bertindak semauku terhadap yang kumiliki. Hukum sangat memahaminya karena ini adil.”kata Tuan Park murka.
“Aku akan membuat pengajuan lagi.” Kata Ibu So Yoon sambil mengambil semua kertas yang berserakan di lantai. Tuan Park sudah siap melampiaskan semua amarahnya. 


Saat itu juga terdengar alarm tanda kebakaran, Tuan Park pun terdiam. Di lantai bawah Hong Joo sudah menekan tombol alarm peringatan untuk menghentikan aksi Tuan Park menghabisi istrinya dan akhirnya jatuh dari balkon.
Ruangan sudah berantakan, Tuan Park keluar melihat dari balkon rumahnya. Woo Tak dan Tuan Oh pun datang dengan banyak orang sudah berkerumun, Woo Tak melihat dengan jelas ke arah blakon, Tuan Park seperti juga pmenatapnya.
Pintu lift terbuka, Jae Chan akhirnya menemukan adiknya. Seung Won kaget melihat kakaknya yang datang. Jae Chan langsung menariknya seperti tak bisa berkata-kata dan melihat So Yoon ada di dalam lift. 

"Episode 5: Diam-Diam, dengan Hebat"
Semua berkumpul didepan apartement binggung karena ada suaranya lantang sekali dan bertanya-tanya Siapa yang tekan alarm kebakaran. Soo Yoon berlari melihat ibunya sudah keluar dari rumah, Ibu So Yoon melihat anaknya yang datang terlihat tenang. So Yoon memastikan keadaan ibunya sambil memeluknya.
Hong Joo ikut keluar, memastikan kalau keduanya sudah keluar. Beberapa orang mengeluh dengan orang yang menekan alarm kebakaran membuat mereka keluar di cuaca yang dingin. Salah satu pria melihat Hong Jooyang menekan alarm kebakaran.
“Kukira aku melihat asap. Apa kau tak bisa mengendus bau terbakar?” kata Hong Joo mencari alasan.
“Aku tak mengendus apapun. Dimana kau melihat asapnya? Kurasa ia melakukan kejailan.” Ucap wanita lain. Mereka menuduh Hong Joo mengajukan laporan palsu.
“Aku sungguh melihatnya.” Kata Hong Joo berusaha untuk menyakinkan. Mereka tak percaya begitu saja sampai akhirnya Woo Tak muncul.
“Aku juga melihatnya, maksudku, asapnya. Jadi, ini bukan laporan palsu.” Kata Woo Tak. Hong Joo kaget karena ada orang yang mempercayai padahal hanya kebohongan belaka. Keduanya saling menatap, lalu beberapa orang pun binggung dengan keadaan mereka sekarang. 


Jae Chan menarik adiknya ke taman memarahi kalau sudah menyuruhnya pulang dan tak mendengarkan ucapanya. Seung Won menegaskan kalau  punya alasan dan Jika ingin mendengarkannya pejelasan maka akan mengerti alasannya.
“Aku sudah tahu temanmu adalah putri Park Jun Mo. Kau kemari karena mencemaskannya.” Ucap Jae Chan.
“Apa Kau tahu? Tapi kenapa masih bersikap seperti ini? Haruskah aku berlagak bodoh?” kata Seung Won heran.
“Ya! kau akan tersakiti jika terlibat dan Kenapa kau tak menjawab ponselmu?” kata Jae Chan.
“Aku tak bisa menjawab karena kau membuatku malu! Kau bilang Berlagak bodoh? Apa Meskipun hal mengerikan terjadi kepada temanku? Teganya kau mengatakan itu. Kau tak pantas disebut jaksa!” ucap Seung Won marah
“ Kau mungkin sudah membunuhnya jika aku tak mencegahmu.” Teriak Jae Chan
“Kau tak boleh berkata seperti itu! Kau harus mengakui kesalahan Kakak, dan meminta maaf karena telah menjadi jaksa gadungan.  Kau harusnya bilang "Aku akan menyidiknya dengan benar. Percayalah kepadaku. kau tidak perlu khawatir." Dan Itu yang seharusnya diucapkan jaksa! Kau kakakku, 'kan?” kata Seung Won kecewa dengan kakaknya. Jae Chan menahan adiknya sebelum pergi.

“Ya, seorang jaksa sama sekali tidak berguna. Tapi Sebagai kakak, kau sungguh tak berguna.” Ucap Jae Chan ikut marah
“Benar. Aku tak berguna Tapi kau lebih tak berarti daripada aku. Bahkan aku akan terlibat masalah jika tidak bertindak. Sadarlah!” tegas Jae Chan.
Seung Won merasa sangat malu dengan kakaknya. Jae Chan pikir Itu lebih baik daripada adiknya yang terluka dan memperingatkan kalau Jangan terlibat dalam masalah So Yoon. Seung Won seperti tak peduli memilih untuk pergi meninggalkan kakaknya. 


Ibu So Yoon menyuruh ankanya agar menginap di rumah Sung Hee. So Yoon menolak karena sudah larut dan kembali menanyakan keadaan ibunya. Ibu So Yoon mengaku baik-baik saja. Hong Joo melihat keduanya seperti kebingungan, lalu mendekat mengajak untuk pergi ke rumahnya.
Keduanya binggung siapa wanita yang tiba-tiba mengajak untuk tingal dirumahnya. Hong Joo dengan percaya diri mengatakan kalau ia adalah pacar dari kakak teman So Yoon.
“Ayo pergi dari sini sebelum suami Anda melihatmu.”kata Hong Joo mengajak keduanya pergi
Saat itu Tuan Park kebinggungan di antara orang-orang memanggil nama istri dan juga anaknya, wajahnya lingung karena tak menemukan keduanya setelah kejadian alarm kebakaran. 

Hong Joo berdiri di pinggir jalan merasa Sulit sekali memanggil taksi di lingkungan itu. So Yoon dengan nada angkuh mengaku  Ada banyak tempat lain yang bisa mereka tuju. Hong Jooo dengan nada mengoda bertanya dimana tempat itu.
“Kau bisa Katakan. Aku akan mengantarmu ke sana.” Ucap Hong Joo
“Aku baru ingat, ada banyak tempat yang bisa kita tuju.” Kata So Yoon. Hong Joo hanya bisa tersenyum mengejek melihat tingkah So Yoon. 

Woo Tak mengemudikan mobil sambil  menceritakan pada Tuan Oh Kyung Han, kalau sebenarnya, bermimpi aneh sebelumnya dan didalam mimpinya melihat. Tuan Oh seperti benar-benar merasa sangat mulas dan harus ke toilet.
“Kita akan segera sampai, jadi Tahan lima menit lagi.” Kata Woo Tak
“Kau bilang Lima menit lagi? Tidak, ototku yang di bawah sini... Semenitpun aku tidak tahan, Jadi Cepatlah.” Kata Tuan Oh. Woo Tak malah menghentikan mobilnya karena melihat Hong Joo berada di pinggir jalan. Tuan Oh binggung melihat Woo Tak malah menepi lalu keluar dari mobil. 

Woo Tak pun menyapa ketiganya bertanya apa yang sedang dilakukan di pinggir jalan. Hong Joo mengatakan harus pulang, tapi tak ada bus di jam segini dan juga tak bisa memanggil taksi. Woo Tak pun bertanya kemana tujuan mereka. Tuan Oh mengeluh kalau sudah tak tahan dan harus pergi ke Toilet di divisi patroli.
“Aku tinggal di dekat Sangku-dong.” Kata Hong Joo. Woo Tak pun mengajak untuk mereka naik mobil saja karena akan berpatroli ke sana. Hong Joo langsung mengucapkan Terima kasih. Tuan Oh benar-benar tak menyangka Woo Tak malah mengajak warga sipil dan memberikan tumpangan. 

Di dalam mobil
Woo Tak membahas kalau mereka berdua pernah bertemu, Hong Joo binggung seperti tak mengingat Woo Tak orang yang diselamatkan dalam kejadian kecelakaan. Woo Tak mengingatkan pada saat Di Hari Valentin karena mereka nyaris mengalami kecelakaan serius.
“Benar. Pantas saja kau seperti tak asing.” Ucap Hong Joo. Ibu Soo Yoon berpikir kalau kecelakaan lain langsung menutupi telinga anaknya.
“Bukan seperti yang Anda kira, tapi Maksudnya, kecelakaan mobil.” Jelas Hong Joo dan baru tahu kalau Woo Tak adalah polisi rupanya.
“Aku bahkan belum berterima kasih di hari itu karena terselamatkan.” Kata Woo Tak. Hong Joo pikir tak masalah.
Sementara Tuan Oh terlihat benar-benar tak bisa menahan lagi dengan mata sudah mendelik keatas. 


Di rumah
So Yoon sibuk melihat semua ruangan tanpa peduli kalau itu rumah yang baru pertama di masukinya. Ibu So Yoon meminta maaf karena sudah datang dan telah merepotkan pada Ibu Hong Joo.  Ibu Hong Joo pikir anaknya sudah menceritakan kejadian sebelumnya, Ibu So Yoon memanggil anaknya karena seperti tak sopan membuka pintu semua kamar.
“Apa Hanya ada dua kamar?” ucap So Yoon dengan nada angkuh.
“Kalian berdua di kamar utama saja dan Aku bisa tidur di kamar Hong Joo.” Kata ibu Hong Joo mengalah
“Tak usah. Kurasa aku dan ibuku sebaiknya tidur di ruang tamu.” Kata So Yoon. Ibu Hong Joo melarang karena pasti nanti kedinginan.
“Jangan merasa tak enak, Tidurlah di kamar utama.” Kata ibu Hong Joo
“Bukan karena merasa tak enak tapi Aku lebih memilih tidur di lantai. Ibuku juga akan memilih untuk tidur di sofa. Bukankah begitu, Ibu?” kata So Yoon. Ibunya binggung melihat reaksi anaknya.
“Ya, tentu saja... Aku ingin tidur di sofa.” Kata Ibu So Yoon
“Baiklah, akan kuambilkan matras.Kau sebaiknya tidur dengan matras. Jika tidak, lantai dingin akan membuat wajahmu kaku.” Kata Hong Joo
“Sudah kubilang, aku suka tidur di lantai.” Kata So Yoon dingin. Ibu Hong Joo meminta anaknya agar bisa mengambilkan penghangatnya. So Yoon menolak.
“Kulitku kering, dan penghangat hanya akan membuatnya makin parah.” Kata So Yoon sinis. Ibu Hong Joo pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Dia kurang bergaul karena anak semata wayang. Maafkan aku.” Ungkap Ibu So Yoon. Ibu Hong pikir tak masalah karena Kulit putrinya juga kering, jadi, benar-benar memahaminya. Hong Joo memegang wajahnya seperti tak merasakan hal yang sama. 


Jae Chan pulang ke rumah membaringkan tubuhnya di kasur lalu menatap foto keluarganya di samping tempat tidurnya. Pikiran melayang saat masih bersama ayah dan ibunya.
Flash Back 
Ibu Jae Chan terlihat benar-benar marah mengaku sangat malu,  karena Jae Chan sangat mempermalukannya dan malu berjalan di lingkungan ini. Ayah Jae Chan memohon pada istrinya agar tenang karena memegang bara ditanganya agar menaruhnya saja dan bicara baik-baik, serta memohon agar Jangan menakuti mereka seperti ini.
“Apa Aku menakutimu? Apa Ini mengerikan bagimu? Bagiku, uang lebih mengerikan. Anak bodoh itu ditipu dan kini ia berutang 5 juta Won. Itu jauh lebih menakutiku daripada hal lainnya.” Ucap Ibu Jae Chan marah besar.
“5 juta Won... Sebenarnya, jika kita berpikir soal mengganti rugi, semua kerusakan properti dan bisnisnya, 5 juta Won terdengar cukup masuk akal. Wajar saja jika yang melakukannya mengganti rugi.” Kata Ayah Jae Chan seperti santai
“Ahh.. Begitukah? Haruskah kita membahas yang benar dan salah? Putra sulung kita membodohi kita dan mencuri uang, dari kita untuk membeli motor. Lalu ia menabrak sebuah toko dan menyebabkan semua kerugian ini! Dan Kau juga. Aku harus bekerja keras karena upahmu kecil. Dengan begitu, kalian berdua pantas dihukum mati!.. Baiklah, lebih baik kita semua mati hari ini!” kata Ibu Jae Chan langsung menjatuhkan batu bara ke lantai.
Saat itu juga api pun keluar dari lantai. Ibu Jae Chan panik lebih dulu, Ayah Jae Chan juga panik mencoba untuk mematikan api, Jae Chan hanya melihat dengan santai mengeluh dengan yang dilakukan ibunya.
“Katanya kita semua harus mati. Apa Ibu mencemaskan lantainya?” ucap Jae Chan. Ibunya makin marah mengusirnya untuk keluar dari rumah. Jae Chan dan ayahnya pun akhirnya keluar dari rumah. 


Keduanya duduk di atap dengan menahan rasa dingin. Tiba-tiba Seung Won datang membawakan slepping bad dan juga alat pemanas.Keduanya kaget kalau anak bungsu datang memberikan pertolongan. Seung Won memberitahu kalau ibunya meminta agar tak mengirim semua ini.
“Kakak. Cobalah menjaga sikap, mengerti?” kata Seung Won. Jae Chan kesal melihat adiknya. Seung Won pun bergegas menuruni tangga. 
Keduanya tidur dengan sleeping bag dan pemanas di atas kepala mereka Ayah Jae Chan dengan membaringkan tubuhnya bertanya apakah anaknya sudah tidur, tak terdengar suara Jae Chan berpikir kalau sudah tidur dan langsung duduk sambil mengarahkan pemanas pada anaknya.

“Maafkan Ayah... Kau pasti sangat kesal kepada Ayah saat di kantor polisi, Semua ini karena Ayah payah, Karena Ayah tak becus.. Ayah sangat menyesal. Ayah hanya tak mau kau menjadi sepertiku. Ayah ingin hidupmu, jauh lebih baik.” Ucap Ayah Jae Chan.
“Mungkin itu alasannya harapan Ayah selalu tinggi... Ayah ingin kau lebih tinggi daripada ayah. Ayah ingin kau mempunyai mobil, meski ayah selalu naik bus. Ayah tak pernah naik pesawat,tapi Ayah selalu ingin kau naik pesawat kelas satu.” Ungkap Ayah Jae Chan
“Ayah memulai karier sebagai PNS Tingkat Sembilan, jadi, ayah ingin kau memulainya di level yang lebih tinggi. Kau mungkin memanipulasi rapormu seperti itu, karena merasa tak bisa memenuhi, harapan ayah. Maaf karena ayah telah menekanmu. Ayah memang payah. Maafkan Ayah.” Ungkap Tuan Ayah Jae Chan. Sementara Jae Chan ternyata tak tertidur hanya bisa menangis mendengar ungkapan perasaan ayahnya. 

Hong Joo berdiri dibawah pohon dengan salju yang turun, lalu menatap Jae Chan didepanya dan mendekat seperti ingin menciumnya lebih dulu. Hong Joo pun terbangun dari tidurnya merasa tak percaya kalau dirinya yang terlalu bergairah bahkan yang pertama kali menciumnya.
“Tak mungkin. Itu membuatku tampak menyedihkan!” ungkap Hong Joo tak akan membuat mimpinya jadi kenyataan.
Ibu Hong Joo keluar dari kamar lalu melihat So Yoon dan ibunya sudah menyiapkan makanan untuk sarapan. So Yoon dengan nada angkuh mengaku hanya bisa memakan masakan ibunya dan tak bisa beraktivitas tanpa masakan ibunya jadi mempersilahkan ibu Hong Joo untuk duduk karena sudah menyiapkan peralatan makan ekstra. Ibu Hong Joo pun mengucapkan Terima kasih walaupun merasa risih karena So Yoon seperti menganggap rumahnya sendiri.
“Ibu, dimana penyedot toiletnya? Toiletnya tersumbat. Seperti ada sapi yang membuang kotoran besar di sana!” terik Hong Joo melonggo dari pintu kamar mandi. So Yoon mengelak kalau bukan ia.
“Hei, nanti saja. Ayo kemari sekarang... Cepatlah!” kata Ibu Hong Joo tak enak hati.  Ibu So Yoon merasa tak enak karena sangat merepotkan.
“Tidak sama sekali. Anggap saja kotoran itu milikku... Maksudku, santai saja dan anggap sedang rumah sendiri. Jadi Tenang saja” ucap Ibu Hong Joo. Ibu So Yoon tak lupa mengucapkan Terima kasih.


Jae Chan sibuk didapur membuat telur mata sapi, tapi cipratan minyak mengenai wajahnya, jeritan keras pun terjadi. Ia melihat daun bawang ukuran besar dan binggung untuk memotongnya, akhirnya ia memotong ukuran besar dan membuat tanganya sedikit teriris.  Ia pun menyiapkan nasi untuk sarapan dan Seung Won keluar dari kamar.
“Sarapan dulu sebelum berangkat.” Ucap Jae Chan. Seung Won dengan dingin mengaku tak berselera dan akan memakai sepatunya.
“Sejak kapan ia memperdulikan hal semacam itu?” keluh Jae Chan tak peduli memilih untuk makan sendiri.
“Aku takkan pernah menjadi jaksa.” Kata Seung Won. Jae Chan pikir tak perlu khawatir karena adiknya takkan bisa menjadi jaksa dengan nilai yang didapatkan, lalu mengoda kalau masakanya sangat lezat sekali.
“Apa Kau sungguh tak mau makan? Nanti kau menyesal.” Goda Jae Chan. Seung Won tak peduli memilih untuk segera keluar dari rumah. Jae Chan mengeluh adiknya yang sungguh keras kepala.

Hong Joo berbicara pada Ibu So Yoon untuk  mencoba mempercayai jaksa itu. Ibu Hong Joo pikir percaya saja kepadanya dan tetaplah di rumahnya sampai kasusnya selesai. Ibu So Yoon pikir Kasusnya sudah ditutup dan Jaksa telah memutuskan untuk tidak mendakwa suaminya.
“Sebenarnya aku sudah menanyai dia soal hal itu. Asisten kepala jaksa belum menyetujuinya, jadi, kasusnya belum ditutup. Jadi, jika Anda bisa sedikit membantunya...” ucap Hong Joo dan langsung disela oleh So Yoon dengan nada sinis.
“Membantunya dengan apa? Pengacara Ayah dan jaksa bodoh itu sudah mengakhiri permainan itu.” Kata So Yoon.
“Kenapa kau menyebutnya bodoh?”kata Hong Joo membela. So Yoon pikir  Semua jaksa bodoh.
“Mereka hanya membutuhkan pernyataan korban untuk membebaskan tertuduh.” Kata So Yoon.  Hong Joo pikir lebih baik jangan buat pernyataan.
“Andai ibuku tak menulisnya,... Ayah mungkin akan memukuli ibuku sampai ibuku menulisnya.” Kata So Yoon.
“Kalau begitu, beri tahu jaksa soal semua kekerasan dan penyerangannya.” Balas Hong Joo .
“Kubilang, tak ada gunanya. Mereka bersekongkol menipu kami!” tegas So Yoon dengan nada tingi
“Hei, bagaimana mungkin orang bodoh melakukan hal semacam itu?” ucap Hong Joo  membela.
So Yoon pikir Hong Joo sudah mengakui bahwa mereka bersekongkol. Hong Joo mengaku bukan itu dan mengajak untuk  bertaruh kalau Jaksa itu akan menyidik Ayah So Yoon dan memasukkannya ke penjara, lalu binggung untuk bertaruh dengan apa.
“Berhentilah berusaha terlalu keras. Kau mungkin tak punya apapun untuk dipertaruhkan.” Ucap So Yoon mengejek lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi  
“Hei! kau yang membuat toiletnya tersumbat, 'kan. Itu Jelas, kau yang membuang kotoran besar itu.” Kata Hong Joo mengejek. So Yoon mengeluh Hong Joo itu Kekanak-kanakan sekali mereka saling adu mulut siapa yang memiliki kotoran sampai membuat tersumbat.
“Terkadang, membesarkan anak semata wayang memang sulit sekali.” Bisik Ibu So Yoon melihat keduanya yang adu mulut.
“Aku selalu berpikir itu lebih baik daripada dia ada dua. Dia mirip ayahnya, bukan aku.” Kata  Ibu Hong Joo. 

Jae Chan pergi ke apotik sebelum berangkat ke kantor, saat itu Hong Joo seperti sudah menunggu di halte bus. Hong Joo terlihat senang melihat Jae Chan yang datang. Jae Chan pikir Hong Joo telah meramalkan dalam mimpinya kalau akan ada di halte bus. Hong Joo mengaku bukan itu tapi memang sengaja sedang menungguny.
“Hei... Dahimu kenapa? Lalu...Jarimu juga.” Kata Hong Joo melihat luka di wajah dan ujung jari Jae Chan yang teriris.
“Aku terluka selagi membuat sarapan.” Kata Jae Chan. Hong Joo tiba-tiba langsung bergegas pergi. Jae Chan dibuat bingung kemana Hong Joo akan pergi.
Bersambung ke episode 6


2 komentar:

  1. Yee makasih mbak udah bikin sinopsisnya. Semangat terus yah mbak. Salam kenal

    BalasHapus
  2. makasih kak udah buat sinopsisnya, ijin jadikan list di daftar sinopsis drama korea

    BalasHapus