PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 13 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 11

PS : All images credit and content copyright : KBS
Si pria penjual ayam sedang ada di depan atm, terlihat dalam tasnya  tumpukan uang 50ribu won yang baru diambilnya. Cho Hee sedang berkerja berusaha menelp, tapi diangkat oleh kakaknya. Polisi pikir kakak Cho Hee tahu kalau mereka sedang mengejarnya.
“Lacak semua panggilan dan catatan kartu kreditnya. Kalau tidak bisa, buat dia sebagai DPO.” Ucap pria.
“Kau bilang DPO? Kakakku tidak bersalah atas apa pun.” Kata Cho Hee panik. 

Yoo Bum baru datang , Sekertarisnya memberitahu kalau ada yang menunggunya. Yoo Bum bertanya siapa karena tak ada rencana hari ini. Sekertarisnya memberitahu kalau ada tamu yang datang hari ini. Yoo Bum masuk dan sedikit kaget melihat kakak Cho Hee lalu kembali keluar ruangan.
“Apa Dia itu profesional?” ucap Yoo Bum. Sekertarisnya mengatakan tidak
“Atau apa aku sudah jatuh ke bawah, Cuma karena aku kalah dalam kasus Park Joon Mo?” kata Yoo Bum melihat calon klienya. Seketarisnya pikir Tidak mungkin.
“Kenapa pula aku dijebak dengan klien itu?” keluh Yoo Bum. Sekertarinya pikir Lebih baik Yoo Bum bicara dengannya dulu, karena Pasti ada alasannya ingin menemuiya. Yoo Bum mengangguk mengerti. 

Yoo Bum masuk ke dalam ruangan memperkenalkan namanya lebih dulu dan ingin tahu nama klienya. Pria itu mmberitahu kalau namanya Kang Dae Hee dan meminta seorang pengacara yang dulunya juga jaksa jadi ada yang menyuruhnya untuk datang ke kantor Yoo Bum. Yoo Bum membenarkan lalu menyuruh Dae Hee duduk lebih dulu.
“Tapi aku tidak menerima apa pun. Aku ingin dengar kasusmu dulu dan kuputuskan apa aku bisa menanganinya?” ucap Yoo Bum melepaskan jam tanganya.
“Aku bisa bayar sesuai keinginan Anda.” Kata Dae Hee memperlihatkan uang yang dibawa dalam tasnya.
“Aku tidak bertaruh pada uang, tapi Aku bertaruh pada peluang. Jadi Beri tahu saja. Apa yang bisa kubantu?” ucap Yoo Bum
“Aku berada di bawah tuduhan palsu. Baru-baru ini, aku mengalami kecelakaan mobil karena kesalahan Dan aku kehilangan adikku. Polisi menuduhku kalau aku memalsukan semuanya demi asuransinya. Mereka bahkan melayangkan surat perintah penahanan untukku.” Cerita Dae Hee.
“Apa surat perintah menyatakan kalau Anda sengaja membunuhnya?” tanya Yoo Bum
“Tidak,  Aku bahkan belum melihat surat perintah itu. Aku pergi saat polisi baru saja tiba.” Kata Dae Hee.
“Berarti Anda tidak tahu apa isi surat perintah itu.” Ucap Yoo Bum. Dae Hee mengatakan kalau bukan seperti itu.
“Kalau aku masih jadi jaksa, Anda mungkin melakukan kesalahan besar. Tapi jangan khawatir. Sekarang aku jadi pengecara. Menjaga etika pengacara, aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun tentang yang dikatakan oleh klienku.” Ucap Yoo Bum menutup pintu ruanganya.
“Kalau Anda ingin hidup, berbohonglah pada jaksa. Tapi padaku, katakan apa yang Anda inginkan. Yang Anda lakukan sekarang adalah menyekop pasir melawan air pasang. Jadi Maksudku, Anda harus jujur padaku. Jadi aku bisa memperbaiki kesalahan itu. Apa Anda membunuh adik Anda sendiri?” ucap Yoo Bum. Dae Hee sempat gugup dan akhirnya mengakuinya.
“Yang kuinginkan dari Anda dalam persidangan nanti..., tolong buat aku tidak bersalah.” Kata Dae Hee. 


Jae Chan tertidur pulas dikamarnya, kembali bermimpi duduk bersama dengan Hong Joo menonton siara berita. Diawali dengan Laporan Cuaca di bulan September ini, lalu Penjahat yang membunuh saudaranya sendiri setelah asuransinya. Jae Chan inin tahu kapan Hong Joo ada di TV. Saat itu Hong Joo sebagai reporter melaporkan beritanya
“Reporter Nam Hong Joo melaporkan dari TKP. Kantor Kejaksaan Distrik Hangang Seoul mempidanakan penjara seumur hidup untuk Kang, terdakwa berusia 37 tahun karena pembunuhan dan penipuan dalam sidang terakhir. Terduga Kang sengaja membunuh kedua adiknya demi kemanfaatan dirinya yang ditetapkan sejak Juni 2015. Kang dipenjara dan dipidanakan atas pembunuhan tersebut. SBC News, Nam Hong Joo.”
“Kantor Kejaksaan Hangang tidak melakukan apa pun. Jaksa Jung Jae Chan yang menuntutnya. komentar Jae Chan setelah melihat berita yang dibawakan Hong Joo.
“Jadi Apa Menurutmu itu adil?” ejek Hong Joo. Jae Chan merasa bukannya berpikir ini adil.
“Aku akan menghiburmu kalau merasa ini tidak adil.” Ucap Hong Joo merajuk sambil duduk menjauh. Jae Chan menariknya mengaku kalau sudah berpikir lagi ternyata ini tidak adil dengan bersandar ke pundak Hong Joo.
“Katakan padaku... Apa yang menurutmu tidak adil?” ucap Hong Joo. 

Jae Chan mengigau dalam pelukan adiknya yang dalam mimpinya itu Hong Joo. Seung Won ingin tahu apa yang tidak adil sambil nempuk bahu kakaknya. Jae Chan tersadar dan langsung mendorong adiknya. Seung Won kaget melihat kakaknya tiba-tiba terbangun.
“Kenapa kau di tempat tidurku?” kata Jae Chan marah
“Aku datang untuk membangunkanmu, tapi kau malah menarikku. Lenganku kau tarik dengan kencang, dan bilang itu tidak adil.” Ucap Seung Won. Jae Chan pikir seharusnya Seung Won bisa melepaskanya.
“Kau ini gampangan juga! Apa pula yang kukatakan?” kata Jae Chan marah
“Benar. Kau juga tidak tahu yang kau katakan. Karena kau yang salah dan merasa malu.” Ejek Seun Won. Jae Chan menyuruh adiknya diam saja.
“Apa Mau kubuatkan sarapan, Sereal atau mie?” ucap Seung Won.
Jae Chan teringat kemarin saat bertanya alasan Nyonya Yoon yang  ingin membuatkan sarapan. Ibu Hong Joo merasa tidak tahu apakah ini berutang pada Jae Chan, jadi meminta Kalau sesuatu yang buruk terjadi, agar tolong lindungi putrinya.
“Sudahlah. Aku mau sarapan di rumah sebelah mulai sekarang.” Ucap Jae Chan. Seung Won kaget apakah maksudnya itu setiap hari.
“Bibi di rumah sebelah ingin membuat sarapan untuk kita.” Jae Chan lalu keluar dari kamar. Seung Won tersenyum bahagia mendengarnya. 


Jae Chan mengambil sebotol air minum, Seung Won menceritakan kalau Sarapan di rumah sebelah sangat enak. Jae Chan mengejek adiknya Seolah-olah pernah mencoba sebelumnya. Seung Won mengaku kalau  sudah coba.
“Kapan? Apa kau Tidak bilang-bilang?” ucap Jae Chan. Seung Won mengatakan kalau itu saat Jae Chan sedang pergi.
“Kau ini memang menyebalkan” komentar Jae Chan lalu meluarkan tiga jarinya. Seung Won melihat memohon pada kakaknya. Jae Chan mengoda adiknya dengan memberikan jari Wolverine dengan menusuk-nusuknya. 

Di kamar mandi
Hong Joo baru saja selesai mandi sambil menyanyikan lagi Bigbang, Fantastic Baby  mengerikan rambutnya dengan hairdryer. Setelah itu mematikan speaker dan berteriak menanyakan pisau cukurnya, sambil mengeluh kalau sudah banyak bulu di kakinya.
“Kemarin baru saja kucukur, dan sekarang malah tumbuh lagi. Ini Tumbuh cepat seperti secepat kilat., bahkan Bagian ketiak malah parah.” Ucap Hong Joo mengeluh keluar dari kamar mandi, matanya melotot kaget melihat ada Jae Chan beserta adiknya sedang menyiapkan sarapan.
“Hei, Hong Joo. Sapalah... Mereka akan sarapan bersama kita mulai sekarang.... Dan untuk ketiak. Bukan maksudku, pisau cukur ada di samping bagian shampo jadi Carilah lagi.” Ucap Nyonya Joon.
Hong Joo mengerti dan menyapa Jae Chan berusaha tak terjadi apapun dan masuk kembali ke dalam kamar mandi. Ibunya melihat anaknya masih basah karena mengunakan jubahnya. Hong Joo panik melihat di cermin kalau Alisku lenyap setengah, seperti Mona Lisa. 


Nyonya Yoon memberikan lauk pada mangkuk Jae Chan sambil memuji anaknya yang sangat bersih sekali, jadi tidak mau ada satu pun bulu di kakinya. Jae Chan menganguk mengerti, dan bertanya apakah mereka selalu sarapan seperti ini setiap hari.
“Hyung, ini hanya makanan biasa. Sebelum ini, dia bahkan membuat Lima Bumbu Irisan Babi Kukus. Dan Shabu-shabu yang Anda buat sebelumnya sangat enak sekali.” Ucap Seung Won memuji
“Baguslah. Ke depannya, aku akan coba memasaknya lagi” kata Nyonya Yoon. Hong Joo sudah memakai baju menyapa dua tamunya dan duduk disamping ibunya. 

“Ibu, harusnya tadi bilang kalau ada tamu.” Kata Hong Joo terlihat sedikit kesal. Nyonya Yoon mengatakan kalau sudah memberitahu tapi Hong Joo memutar lagunya keras sekali.
“Tidak apa-apa. Orang seperti Hong Joo sudah biasa kalau di rumah, jadi Anggap ini rumah sendiri.” Ucap Nyonya Yoon. Jae Chan pikir tak perlu sampai sejauh ini.
“Jangan bohong... Kadang kakakku tidak seperti manusia kalau di rumah.” Ucap Seung Won. Jae Chan langsung menginjak kaki adiknya.
“Aku tahu, apa yang biasanya kakakmu lakukan di rumah.” Kata Hong Joo. Seung Won pikir Hong Joo melihatnya. Jae Chan penasaran darimana Hong Joo mengetahuinya.
“Aku sering melihat rumahmu dalam mimpiku. Kau tak keramas selama beberapa hari dan langsung pergi bekerja, kan?” ucap Hong Joo
“Benar. Aku takut kalau rambutnya ada kutu.” Kata Seung Won.
“Kau selalu melepas kaus kaki dan celanamu sembarangan lalu kau tak memasukkannya dalam mesin cuci. Kenapa kau buka pintu kamar mandi dan mengambil tempat sampah?” kata Hong Joo
“Benar. Itu benar sekali. Dan lebih parahnya lagi...” kata Seung Won dan keduanya mengatakan kalau Jae Chan yang tidak mandi.
“Bagus juga ingatanmu. Kenapa kau bisa tahu semua ini?” kata Seung Won
“Akhir-akhir ini, aku sering bermimpi tentang kakakmu. Aku tak bermaksud ingin melihat rumahmu, tapi aku terlanjur memimpikannya.” Kata Hong Joo
Dalam mimpi Hong Joo, Jae Chan terlihat sangat pemalas membuat berantakan semua rumah. Seung Won memarahinya karena tak yang membersihkannya. Jae Chan kesal memiting adiknya karena memukul.  Jae Chan juga tak menutup pintu kamar mandi saat sedang pup dan minta tissue pada adiknya. Jae Chan juga makan snack diatas tempat tidur sambil membaca buku.
“Ini adegan yang tidak boleh dilewatkan. Jangan malu-malu begitu. Aku belum berkata-kata demi harga dirimu. Haruskah aku mengatakannya lagi?” ucap Hong Joo
“Hei, Nam Hong Joo.” Teriak Jae Chan. Hong Joo pun ikut berteriak untuk melawanya.
“Aku mengakuinya.Jadi jangan dibahas lagi dan Lebih baik kita makan.” Kata Jae Chan mulai makan dengan wajah kesal. 

Keduanya sudah ada di halte bus, Hong Joo menceritakan  terlalu sering melihat Jae Chan dalam rumah jadi menurutnya Lebih baik sadari saja dan Jangan bertingkah seolah dirinya yang bersih dan Adik Jae Chan akan mengatakan semuanya. Jae Chan hanya diam saja dengan wajah cemberut.
“Apa Kau marah?” ucap Hong Joo. Jae Chan hanya diam saja dan saat itu bus Jae Chan lewat tapi tak menaikinya.
“Apa ini? Harusnya naik bus. Apa Kau tidak mau naik?” kata Hong Joo. Jae Chan mengatakan tak mau. Hong Joo ingin tahu alasanya.
“Aku harus mengantarmu ke tempat kerja dulu. Kau yang minta untuk melindungimu, menggangguku, mengantarmu pulang, dan mengantarmu pergi bekerja. Aku akan mencobanya. Kalau itu membuatku lega, aku akan mencobanya.” Kata Jae Chan dengan mengingat saat ada didepan kantor SBC.
“Jadi, ini sungguhan.” Ucap Hong Joo terlihat bahagia. Jae Chan mengatakan memang yang dikatakan serius.
Hong Joo menatap Jae Chan yang ada disampingnya, menatap tanganya seperti ingin memegangnya. Tapi saat itu bus datang dan Jae Chan berjalan pergi. Hong Joo cemberut karena kesempatanya hilang. Jae Chan melihat Hong Joo hanya diam saja, dengan meraih tanganya untuk naiki bus karena nanti terlambat. Hong Joo tak bisa menutupi rasa bahagia saat Jae Chan duduk disampingnya untk mengantarnya ke kantor. Jae Chan juga bisa tersenyum bisa melindungi Hong Joo. 


 (#6: Kota Buta)
Doo Hyun memberikan kartu nama pada Hong Joo diatas meja. Hong Joo heran karena Doo Hyun yang memberikan Dua kotak kartu namanya. Doo Hyun memberitahu  Semua orang di kantor kejaksaan pasti berganti selama Hong Joo cuti, jadi harus menyapa mereka dan menurutnya Dua kotak mungkin tidak cukup.
“ Ya... Aku sungguh-sungguh memulainya.” Ucap Hong Joo dengan bersemangat.
“Aku akan mengawasi setiap barang yang kau bawa. Polisi, jaksa, petugas pemadam kebakaran, dan patroli.Apa yang mereka selidiki dan apa daftar yang mereka buat, jadi harus kau cek setiap detailnya. Mengerti?” kata Doo Hyun
“Kau bilang Bahkan patroli?” kata Hong Joo heran. Doo Hyun pikir Hong Joo tak menyukainya, Hong Joo mengaku menyukainya.
“Aku merasa jauh lebih muda sebagai anak baru di sini. Jadi Haruskah aku melapor pada Anda tiap dua jam?” ejek Hong Joo. Doo Hyun pikir itu bagus,  Hong Joo hanya bisa mengeluh dengan mulutnya dan bergegas pergi karena dirinya sudah menyerah.

Nyonya Yoon sendirian di restoran, Woo Tak menyapa Nyonya Yoon kalau datang lagi. Nyonya Yoon memberitahu kalau anaknya sudah tak ada di restoran. Woo Tak mengatakan tidak datang menemui Hong Joo tapi memang ingin makan samgyeopsal.
“Aku belum sarapan, jadi aku harus makan yang berat, supaya tidak makan siang lagi.” Kata Woo Tak
“Dan kami tidak akan meminta karcis pembayaran. Seorang pria tangguh tidak akan meminta tagihan atau kupon. Kami tidak akan meminta hal-hal seperti itu.” Kata  Tuan Oh. Woo Tak pikir akan selesai masalahnya.
“Apa yang salah dengan meminta karcis pembayaran? Ini etika yang harus dilakukan oleh seorang polisi dan Polisi harusnya bilang begitu.” Kata Nyonya Yoon sinis.
Tuan Oh panik berpikir kalau baru saja berbuat salah lagi. Woo Tak mengeluh dengan yang dilakukan Tuan Oh karena membuat Ibu Hong Joo marah lagi. Nyonya Yoon hanya bisa menahan senyuman karena mereka salah paham. 

Woo Tak kembali ke kantor polisi, Hong Joo melihat Woo Tak langsung memanggilnya, saat sedang berbicara dengan polisi wanita, lalu mengubah panggilan yang sopan, Letnan Han. Woo Tak ingin tahu apa tujuan Hong Joo datang ke kantor patroli.
“Apa Kalian saling kenal?” kata si wanita melihat keduanya terlihat akrab. Hong Joo akhirnya berjalan mendekati Woo Tak.
“Apa Kau dapat pekerjaan?” tanya Woo Tak. Hong Joo mengatakan  sudah kembali ke pekerjaan lamany dengan memberikan kartu namanya.
“Aku tidak bisa cantik sepanjang hidupku, Jadi aku harus bekerja.” Kata Hong Joo mengibaskan rambutnya. Woo Tak kaget mengetahui Hong Joo adalah Reporter SBC dan meminta maaf karena tak mengetahuinya.
Tuan Oh berdiri bersama polisi wanita, si Polwan ingin tahu  Bagaimana mereka saling mengenal . Tuan Oh pikir Kesamaan mereka tidak banyak. Tapi Si polwan merasa Mereka sepertinya saling mengenal.

Hong Joo keluar dari kantor ingin tahu apakah Woo Tak tak memiliki  daftar penting di kantornya dan harus melapor pada seniornya. Saat itu Ponsel Hong Joo langsung berdering, Hong Joo panik karena Seniornya itu sudah menelp padahal belum tahu apa yang harus diberitahu.
“Di sini Distrik Hangang, Nam Hong Joo. Aku di patroli ketiga.” Ucap Hong Joo lalu berbisik meminta Woo Tak memberitahu tentang laporan di kantor patroli
“Kasus kucing terbunuh. Kasus pembunuhan berantai.” Ucap Woo Tak. Dan Hong Joo memberitahukan hal yang sama pada Seniornya.
“Jumlah kucing yang terbunuh sejauh ini...” kata Hong Joo meminta bantuan. Woo Tak memberitahu Sekitar 100 ekor. Hong Joo sempat kaget setelah itu menutup telp kalau akan kembali kantor.

Semua berkumpul di ruangan Jaksa Park. Jaksa Son masuk melhat tak ada Hee Mi diruangan. Jaksa Lee memberitahu kalau Hee Mi pergi memantau kasus penipuan asuransi kematian. Jae Chan kaget mendengar Kasus penipuan asuransi kematian.  Jaksa Lee mengatakan iu sama juga dengan Jae Chan, Jae Chan terlihat binggung.
“Tadi malam aku terjaga karena tugasmu. Ada kecelakaan mobil malam itu, dan aku pergi mengecek korban meninggal itu.” Kata Jaksa Lee. Jae Chan mengetahuinya.
“Bukan kecelakaan mobil biasa.” Kata Jaksa Lee mengingat ketika akan mengotopsi korban. Dae Hee menolak untuk diotopsi.

“Kakak korban menentang otopsi. Jadi aku diperintah menyerahkan korban pada keluarganya. Tapi ketika aku menyelidikinya, ternyata kakaknya itu mendaftarkan korban untuk asuransi kematian sekitar 2,7 miliar Won.” Kata Jaksa Lee merasa merinding mendengarnya.
“Itu sebabnya kakaknya itu menangis tersedu-sedu malam itu. Tapi dia membunuh adiknya sendiri dan ikut menangis waktu itu.  Tapi Dia berpura-pura demi 2.7 miliar Won.” Jelas Jaksa Lee.
“Bagaimana bisa dia membunuh seseorang dengan uang? Terlebih lagi pada adiknya.” Komentar Jaksa Son tak percaya.
Jae Chan terdiam mengingat dengan mimpinya, berita yang dibawakan Hong Joo “Kang, terduga, telah mendaftarkan kedua adiknya, pada asuransi dan memalsukan kasus kecelakaan mobil.”
Lalu Ia bertanya Apa terdakwa itu bernama Kang. Jaksa Park heran karena Jae Chan mengetahui dan nama panjangnya Kang Dae Hee. Jae Chan memastikn kalau Kasus itu Dae Hee membunuh adik laki-lakinya dan adik perempuannya.
“Tidak, dia baru saja membunuh adik laki-lakinya. Adik perempuannya masih hidup.” Kata  Jaksa Park. Jae Chan memastikan kalau  Adik perempuannya masih hidup. Jaksa Park membernakan.
“Tapi bagaimana kau tahu dia punya adik perempuan? Apa Kau melihat catatannya?” ucap Jaksa  Lee.
“Tidak, aku kebingungan karena kasus lainnya. Apa menurutmu ada kemungkinan dia tidak bersalah?” kata Jae Chan panik. Jaksa Lee menegaskan kalau itu tak mungkin.
“Dia mengaku membunuhnya saat kami selidiki. Ini Bukan penyangkalan melainkan pengakuan.” Kata Jaksa Lee.
“Tapi kenapa kau melakukan penyelidikan lagi?” tanya Jae Chan. Jaksa Lee memberitahu kalau Pengacaranya adalah Lee Yoo Bum. Jae Chan kaget karena kembali bertemu dengan temanya yang licik. 

Yoo Bum melihat Hee Mi dengan Sekertarisnya dengan banyak berkas saat akan membeli minum lalu melihat mereka yang  mempersiapkan segalanya untuk persidangan. Hee Mi dengan bangga kalau persiapannya banyak. Yoo Bum mengejek Hee Mi kalau harus bilang "Tidak" sebagai cara.
“Ini adalah cara untuk bersiap ketika aku harus melawanmu.” Balas Hee Mi tak takut
“Sidang hari ini nampak unik” kata Yoo Bum menawarkan minuman Colla. Hee Mi pikir seperti itu karena Hakim dan panelis wanita.
“Kurasa ini baru pertama ada dua wanita yang jadi panelis untuk sidang kali ini.” Komentar Yoo Bum dengan nada sinis.
“Memang tidak nyaman, tapi setidaknya ini adil, kan? Apa yang membuatmu tidak nyaman?” ucap seorang wanita itu berkomentar. Ketiganya kaget melihat sosok wanita dengan tatanan rambut rapih dibelakang mereka.
“Apa yang salah dengan juri wanita?” ucap si wanita. Hee Mi memastikan kalau wanita itu Kim Joo Young, Asisten Kepala Hakim dan mulai menyapa dengan hormat.
Yoo Bum terlihat panik  mengaku kalau tidak nyaman. Tapi ini agak unik, karena Biasanya, pria yang jadi hakim.  Hakim Kim pikir Bila semua juri adalah pria, maka Yoo Bum tidak pernah berucap untuk jadi adil jadi Sekarang menyebutkan tentang bersikap adil karena semua hakimnya wanita.
“Bukankah hakim pria lebih cenderung tidak adil daripada hakim wanita? Aku tidak memahamimu.” Kata Hakim Kim lalu beranjak pergi dengan sengaja membuka minuman dan hampir mengenai baju Pengacara Lee
“Benar. Kalau semua hakimnya itu pria..., bersikap adil harusnya tidak hanya berlaku untuk wanita.” Komentar Sek Hee Mi
“Maaf, Pengacara Lee, Hakim pasti tidak menyukaimu.” Komentar Hee Mi. Yoo Bum merasa kalau akan kalah dari Jaksa Shin hari ini, tapi menurutnya Kasus juga berbeda.
Di ruang sidang
Dae Hee sudah mengunakan baju tahan membahsa Yoo Bum bilang  bertaruh pada peluang dan ingin tahu Berapa besar kesempatannya. Yoo Bum mengatakan kalau itu Sekitar 99 persen. Dae Hee binggung apa sisanya dari 1 persen. Hakim Kim masuk ruangan dan semua pun berdiri untuk memberikan hormat.
“Luruskan bahu Anda. Kita ini adalah 99 persen. “ ucap Yoo Bum menyakinkan. Dae Hee masih tampak tegang, Hee Mi terlihat sangat yakin akan menang. 

Jaksa Lee mengatakan kalau Kemungkinan bersalah adalah 99 persen dan Kurang 1 persen karena pengacara kali ini Lee Yoo Bum. Tapi faktanya, dia 100 persen bersalah. Jae Chan bertanya apakah  menurut Jaksa Lee tidak ada kemungkinan Dae Hee tidak bersalah?.
“Kenapa kau mengharapkan dia bersalah? Apa ada yang kau ketahui?” kata Jaksa Lee curiga.
“Tidak, tapi kita harus tetap berhati-hati” ucap Jae Chan khawatir.
“Kau tak pernah menjaga hatimu, jadi Sebaiknya hati-hati saja. Kalau dia tidak bersalah, aku akan mati. Aku bahkan belum membedah mayat juga” ucap Jaksa Lee berjalan pergi. Jae Chan hanya bisa menghela nafas. Jakas Lee bisa mendengarnya menyuruh agar jangan mendesah dan menyakinkan kalau mereka Pasti bisa.

Hakim meminta Jaksa Penuntut memberikan pendapatnya  pada tuduhan tersebut.  Hee Mi berdiri dari bangkunya memberitahu  Terdakwa Kang Dae Hee, pada bulan Juni 2015, telah mendaftarkan asuransi pada kedua adiknya. Adik prianya tanpa curiga memberikan tanda tangan pada surat perjanjian asuranis.
“Dia juga terdaftar sebagai penerima santunan untuk 31 lebih asuransi. Tuan Kang telah membayar lebih dari 400 ribu Won per bulan untuk asuransi Sumber pendapatannya mengalami masalah saat investasi sahamnya bermasalah dan demi mendapat santunan kematian dari asuransi, maka dia memutuskan untuk memalsukan kecelakaan mobil hingga membuat adiknya terbunuh.” Ucap Hee Mi. Yoo Bum mendengar dengan wajah serius.
“Pada tanggal 28 Maret pukul 9 malam, terdakwa sedang dalam perjalanan untuk mengantar adiknya pulang ke rumah dan sengaja menabrak gerbang. Lalu akhirnya membuat adiknya terbunuh. Selain itu, terdakwa telah melaporkan informasi palsu tentang kasus kecelakaan mobil palsu ke tujuh perusahaan asuransi dan totalnya mencapai 27 miliar Won.” Ucap Hee Mi bisa tahu tentang tabrakan yang dilakukan Dae Hee.
“Untuk itu, terdakwa, berdasarkan Hukum Pidana Pasal 250, dituduh melakukan pembunuhan. Hukum Pidana Pasal 347-1 menambahkan kecurangan atas kejahatannya dan akan disidangkan.”kata Hee Mi
Hakim Kim ingin tahu apakah Yoo Bum sebagai pengacara akan mengakui tuduhan itu. Yoo Bum berdiri dari tempat duduknya, berkata kalau mengaku tidak bersalah atas tuduhan tersebut. Hee Mi kaget mendengarnya.
“Terdakwa mengklaim tidak bersalah terhadap semua tuduhan itu.” Ucap Yoo Bum. 

Semua jaksa makan dikantin kejaksaan, Jaksa Park ingin tahu apakah Kang Dae Hee mengaku tidak bersalah atas dakwaannya. Hee Mi membenarkan kalau ia sekarang khawatir Dae hee akan meminta ampunan tapi menurutnya itu lebih baik karena akan Lebih mudah untuk diadili.
“Lee Yoo Bum lagi-lagi berbuat nekat, padahal Sudah jelas ini kasus pengakuan. Kenapa malah membalikkannya?” ucap Jaksa Lee sambik menamburkan lada.
“Apa menurutmu Pengacara Lee membuatnya mengaku karena suatu alasan? Ketika ada pengakuan, pasti akan diselidiki dulu.” Kata Jae Chan dengan wajah khawatir.
“Jung Pro, kau ini kenapa? Mulut besarmu itu mengatakan hal serupa terakhir kali.” Ejek Jaksa Lee.
“Entahlah. Mulutnya yang besar itu mungkin kedengaran masuk akal. Pengakuan bisa menjadi strategi cerdas. Mereka akan menyelidikinya lagi dan bisa terbukti lebih baik dalam persidangan.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee memberikan tanda cinta pada seniornya.
“Kenapa kau membelanya? Turunkan hatimu itu.” Kata Jaksa Lee lalu mengomel melihat Jaksa Park yang berdoa sendiri.,
“Lebih baik berdoa secara terpisah. Dan juga, Jaksa Shin. Jangan abaikan nasihatnya.” Ucap Jaksa Park selesai berdoa. Hee Mi mengaku mengerti.
“Jaksa Jung, terima kasih banyak dengan saranmu itu. Kurasa saran itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berpengalaman selama lebih dari 20 tahun. Tapi kau baru beberapa bulan. Bagaimana bisa kau memberiku nasihat berpengalaman seperti itu? Aku juga ingin belajar.” kata Hee Mi menyindir dengan menaburkan banyak lada diatas makananya.
Jaksa Lee pikir Itu pujian. Jaksa Son hanya meliriknya. Jae Chan terlihat menatap sinis pada Hee Mi 


Seung Won pikir kalau itu malah memalukan dan mengeluh pada Jaea Chan yang membalikkan kata-katanya menurutnya  Mungkin Hee Min juga ingin belajar.
“Yang dia maksudkan itu, aku sudah kelewatan dan harus berhenti bertingkah. Apa Kau tak bisa membedakan sarkasme? Jadi Berapa nilai sastramu?” ejek Jae Chan kesal. Seung Won ikut kesal kakaknya selalu membawa masalah nilai.
Jae Chan lalu beringat Hong Joo sebelumnya “Aku bermimpi tentang kakakmu. Jadi aku bisa melihat apa yang terjadi dalam rumahmu.” Lalu ia berubah sikap manis pada adiknya kalau tak perlu membawa masalah itu. Seung Won binggung melihat tingkah kakaknya berpikir kalau ada orang disekitar mereka jadi menjaga image.
“Angkat kakimu...  Aku harus sapu di bagian sini.” Ucap Jae Chan tak mengubrisnya untuk membersihkan rumah saja.
“Rambutmu kenapa? Padahal Kalau di rumah, rambutmu berantakan. Apa Kau juga memakai BB Cream?” kata Seung Won. Jae Chan mengelak.
“Kau pasti pakai. Kenapa kau memakai BB Cream di rumah? Apa karena dia bisa melihatmu dalam mimpinya?” kata Seung Won curiga. Jae Chan menyuruh adiknya menutup mulut saja.
“Ini Memang benar. Kau bersih-bersih dan mengenakan pakaian bagus karena dia bisa melihatmu. Kau sudah banyak bertingkah..” Ucap Seung Won yakin.
Jae Chan akan marah memukul adiknya, tapi kembali lagi mengingat ucapan Hong Joo saat ada di halte “Aku juga lihat bagaimana dirimu di rumah. Jangan bertingkah seolah kau bersih, Adikmu beri tahu semuanya padaku.”
“Oh, dia juga memimpikan itu.... Dia seperti CCTV manusia... Aku bisa gila!” rengek Jae Chan kesal membanting tubuhnya disamping adiknya karena Hong Joo itu  membuatnya takut. 



Rapat redaksi
Doo Hyun ingin tahu  apa yang terjadi dengan pembunuhan kucing jalanan di Sangbu-dong meminta agar meLaporkan perkembangannya padanya. Hong Joo memberitahu  Ketika memeriksanya, hanya 1 atau 2 kucing beberapa bulan lalu Tapi sekarang skala pembunuhannya semakin besar yaitu Lebih dari 100 kucing mati sejauh ini. Semua dalam ruangan tak percaya mendengarnya.
“Siapa yang membunuh semua kucingnya?” tanya Ketua Tim
“Semua kucing mati karena racun. Tak satu pun dari mereka mengalami memar eksternal. Polisi berpikir kalau ada pelakunya.” Kata Hong Joo
“Tetap laporkan sampai pelakunya ditangkap.” Ucap Doo Hyun
“Apa aku tetap melaporkan kasus ini? Kurasa acara TV "Animal Farm" juga melaporkan itu.” Kata Hong Joo
“Kenapa? Kurasa itu hanya rekayasa saja. Ini seperti peringatan sebelum pembunuhan berantai. Salah satu ciri khasnya adalah penyalahgunaan hewan. Ini seperti latihan sebelum pembunuhan berantai yang sebenarnya terjadi pada orang-orang. Dia membunuh lebih dari 100 kucing. Siapa pelakunya? Sifat apa yang dia miliki? Apa hanya aku saja yang peduli?”kata Doo Hyun
Semua mengaku tidak, kalau mereka semua peduli dan memang masuk akal. Hong Joo mengeluh pada semua temanya kalau hanya mau meliput manusia, bukan kucing.


Seorang berlari di tangga dengan tangan penuh darah, lalu Hong Joo terlihat duduk bersama seeorang dengan satu kakinya tanpa sepatu berkata “Jae Chan.. Kalau kau melihat ini dalam mimpimu...” lalu menjerit ketakutan dan sepertinya sebelumnya ada yang mengejarnya.
Jae Chan terbangun dengan mata melotot, suara petir terdengar dan bisa mengingat kalau Kang Dae Hee dan bertanya-tanya Kenapa dia ada di sana, dengan wajah kebingungan.
Bersambung ke episode 12

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar