PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 06 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 8

PS : All images credit and content copyright : KBS

Tuan Park dan Yoo Bum sampai ke kantor kejaksaan dan masuk lebih dulu setelah itu Tuan Oh juga akan masuk dan terlihat gugup, lalu menerima telp dari Woo Tak dan mengatakan akan segera kesana. Wartawan datang pergi ke meja receptionist memberitahu namanya Bong Doo Hyun da datang jadi saksi. Sementara di ruangan
“Apa Kau sudah cek apa Park Jun Mo dan saksi sudah ada di jalan?” tanya Jae Chan.
“Ya, kudengar mereka tidak akan terlambat.”kata Tuan Choi
Saat itu Tuan Oh masuk ruangan sambil berbicara di telp kalau baru sampai dan menurutnya tidak mudah masuknya. Hyang Mi binggung melihat Tuan Oh tiba-tiba masuk ruangan lalu bertanya apakah ada yang bisa dibantu.
“Aku Letnan Oh Kyung Hwan. Aku saksi.” Kata Tuan Oh sambil memberikan hormat. Hyang Mi pikir Tuan Oh terlalu cepat datangnya dan meminta agar menunggu diluar.
“Ya. Oh, tapi ada orang yang ingin bicara dengan Jaksa Jung. Ini dari Letnan Han Woo Tak, Dia bilang sangat mendesak.”kata Tuan Oh. 


Jae Chan pun mengambil ponsel dari tangan Tuan Oh,  Woo Tak mengaku kalau tak sempat menyimpan nomor teleponnya dan memastikan kalau  belum menyelidiki Park Jun Mo, Jae Chan mengaku belum. Woo Tak memberitahu Saat menyelidikinya nanti, jangan lakukan itu sendiri. Tapi Buatl penyidik ​​melakukannya. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Kenapa aku harus melakukan itu?”kata Jae Chan. Hong Joo yang duduk disamping Woo Tak menyuruh agar mendengarkan saja.
“Aku juga tidak tahu sebabnya..., tapi kami berdua memimpikanmu menyelidiki Park Jun Mo. Dalam mimpiku, Park Jun Mo tidak dipidana apa pun...,tapi di mimpi Woo Tak, dia dipidana.” Ucap Hong Joo. Jae Chan pikir Itu omong kosong
“Jadi kita membandingkannya dan kami menyadari semuanya sama, kecuali satu. Dalam mimpi Hong Joo, kau menyelidiki Park Jun Mo sementara Dalam mimpiku, penyidik ​​yang menyelidikinya. Kau tahukan, orang yang terlihat seperti ikan.” Kata Woo Tak. Jae Chan melihat ke arah Tuan Choi.
“Aigh, Apa kau yakin? Mungkin dugaanmu salah.”kata Jae Chan dan saat itu Yoo Bum dengan gayanya mencari perhatian menyapa semua orang dan memuji dengan bangga kalau mereka tak datang terlambat. Tuan Choi pun menyapa Yoo Bum dengan ramah, kalau tidak pernah terlambat.
“Aku tanya padanya apa kami bisa mengerjakan dokumen itu, tapi dia tidak mau dengar.” Bisik Yoo Bum kesal
“Dia ingin melakukannya secara langsung.”kata Tuan Choi merasa tak enak hati. Yoo Bum pikir tak masalah.
“Asisten Choi itu dekat dengan Yoo Beom. Mereka seperti keluarga. Dia benar-benar dekat.” Ungkap Jae Chan merasa tak yakin
“Tidak ada pilihan lain. Mimpi itulah yang memberitahu kami. Park Jun Mo dengan polosnya memohon.” Kata Wook Tak

“Apa Kau gila? Itu benar-benar omong kosong!” teriak Jae Chan yang membuat semua orang menatapnya.
Jae Chan berbisik menurutnya tidak masuk akal kalau Tuan Park dengan polosnya memohon bila ada banyak bukti. Hong Joo menegaskan Meski begitu, Jae Chan tidak akan menang oleh Yoo Bum Jadi, biarkan saja Asisten Choi melakukan pekerjaan itu. Jae Chan terlihat kesal.
“Jaksa Jung... Apa Kau akan segera selesai?” sindir Yoo Bum. Jae Chan pun akhirnya menutup telpnya.
“Kalau aku melakukan penyelidikan, dia akan bebas. Apa Kalau Asisten Choi melakukan penyelidikan, maka Park Jun Mo akan teraniaya? Arghh.. Itu omong kosong.... Aku tidak bisa mempercayai Pak Choi.” Gumam Jae Chan kebingungan dengan memegang ponsel menatap Tuan Choi.
Tuan Oh ikut binggung dengan sikap Tuan Choi lalu meminta agar mengembalikan ponselnya, Jae Chan sadar lalu mengembalikanya. Tuan Choi pikir Jae Chan yang akan menyelidiki mereka. Jae Chan memanggil Tuan Choi menyuruh agar melakukan penyelidikan. Tuan Choi kaget tiba-tiba ditunjuk untuk menyelediki

Hong Joo binggung memikirkan Kenapa mimpi mereka berbeda, menurutnya Ada salah satu yang salah. Woo Tak bertanya Apa mimpi Hong  pernah salah. Hong Joo mengaku Tidak, sampai  bertemu Jae Chan. Woo Tak ingin tahu Bagaimana saat bertemu dengan Jae Chan.
“Mimpiku berubah, berkat dirinya.” Ucap Hong Joo. Woo Tak menuliskan dalam buku catatanya  (Mimpi Hong Joo mulai berubah.)
“Kuharap saat ini juga begitu.” Ungkap Woo Tak. Hong Joo juga berharap agar mimpi Woo Tak benar dengan wajah gelisah

Tuan Park duduk bersama saksi Tuan Oh dan juga Tuan Bong.  Tuan Choi berbasa basi dulu pada Tuan Park dengan menanyakan apa akan sudah makan siang. Tuan Park mengaku kalau makan seadanya saja. Tuan Choi mulai membahas kalau Pihak korban, Do Geum Sook, ingin Tuan Park dihukum, jadi keadaan malah tambah rumit.
“Seperti yang Anda ketahui, meskipun ini adalah kasus cedera..., kalau korban menginginkan...” ucap Tuan Choi langsung disela oleh Tuan Park
“Aku tidak pernah memukul istriku sendiri.” Kata Tuan Park. Jae Chn melihat Tuan Park mengingat ucapan Woo Tak “Dia benar-benar memohon secara polos.”
“Apa ini seperti mimpi Woo Tak?” gumam Jae Chan dan saat itu Tuan Bong terlihat marah mendengar ucapan Tuan Park. Tuan Choi menahan meminta Tuan Bong tenang.
“Apa Anda tidak mengaku kalau Anda memukul istri Anda?” tanya Tuan Choi
“Sebenarnya, aku yang menyuruh untuk mengakuinya. Dengan Menimbang kasus sebelumnya..., maka aku ingin dia mengakuinya dulu. Tapi ketika aku melihat kasus ini..., ternyata dia baru saja tertangkap dalam skema istrinya.” Ungkap Yoo Bum mulai mengambil kertas untuk membuat jadi serpihan.  
Tuan Choi bingung apa maksudnya Skema. Yoo Bum memperlihatkan perjanjian yang dibuat Tuan Park pada kasus sebelumnya, yang Dikatakan bahwa kalau memukuli istrinya lagi maka akan memberinya 100 juta Won. Tuan Choi pin mengartikan kalau  istri Tuan Park membuat dirinya terluka untuk menerima uang itu.
“Benar. Aku juga tidak ingin memercayainya.” Kata Yoo Bum lalu memberikan rekaman suara.
Jae Chan mendengar suara Ibu Hong Joo “Apa Kau pikir dia tidak bisa bertahan tanpa suaminya? Jangan takut. Setelah Anda bercerai, pasti ada hak rumah dan hak asuh anak juga.” Lalu Nyonya Do mengatakan kalau Dokumen juga sudah siap. Jae Chan kaget ternyata Yoo Bum membuat rekaman suara saat bertemu dengan keduanya.
“Jadi seperti itu, Sekarang aku mengerti. Aku selalu bertemu dengan kasus seperti ini, jadi aku tahu betul itu. Ini bukan sekadar cerita yang bisa Anda tonton di drama. Ini pun juga terjadi dalam kenyataan. Anda memukuli istri Anda dan menuliskan janji bahwa itu akan memakan Anda.” Ungkap Tuan Choi. 

“Penyelidikan macam apa ini? Bagaimana Anda bisa menyimpulkannya setelah mendengarkan kesaksian pelaku? Aku melihatnya tepat di depanku. Blus istrinya penuh dengan jejak kakinya dari dia menginjaknya.” Kata Tuan Bong marah
“Ada yang ingin kukatakan. Itu bukan jejak kaki Tuan Park” kata Yoo Bum. Semua kaget dan binggung.
“Dalam laporan, ukuran jejak kaki itu sebesar 285mm.” Kata Yoo Bum. Tuan Choi melihat ukuran dalam penyelidikan

“Dan ukuran kaki Tuan  Park adalah 260mm.” Ucap Yoo Bum membawakan pengaris ketika memeriksa kaki Tuan Park tanpa mengunakan sepatu. Tuan Oh kali ini yang dibuat binggung
“Apa Anda menangkapnya bahkan tanpa memeriksa ukuran kakinya?” kata Tuan Choi memarahinya.
“Aku terlalu sibuk mengendalikan banyak orang sehingga tidak punya kesempatan untuk melakukannya.” Kata Tuan Oh. Tuan Choi pikir tetap saja  harusnya  sudah melakukan pekerjaan dengan baik karena Ukuran kaki saja bisa menentukan kalimat seseorang.
“Hal pertama bagiku adalah menangkapnya. Lalu, penyelidik TKP yang bertanggung jawab berikutnya.” Kata Tuan Oh. Tuan Choi menyuruh Tuan Oh diam saja. Yoo Bum senang ada orang yang mempercayai ucapanya.

“Pengacara Lee... Bagaimana kami bisa menangani kasus ini?” kata Tuan Choi. Jae Chan seperti menahan rasa gelisah karena takut dugaan Woo Tak salah.
“Aku takut kalau itu harus ditangani dengan cara ini. Do Geum Sook membuat janji yang dia dapatkan dari kasus sebelumnya dan dia akan mendapatkan uang. Dia mencari kesempatan dan dia mematahkan tulang rusuknya di sebuah resor ski.” Cerita Yoo Bum mulai mengarang dengan tentang Nyonya Do dengan memilin kertas
“Dia membuat itu sebagai kasus penyerangan. Itu sebabnya tanggal laporan medis itu salah. Dan pada hari resital, dia diam-diam mencap jejak kaki pada blusnya. Dia memutuskan untuk pingsan saat ada banyak orang yang menonton.” Cerita Yoo Bum menyakinkan dengan Nyonya Do membuat cap sendiri di dada dalam toilet lalu pura-pura pingsan.
“Dia melakukan pekerjaan itu dengan cermat.” Ungkap Yoo Bum.

Jae Chan terus melihat mengeluh pada Tuan Choi yang hanya diam saja dan hanya mendengarkan si sampah Yoo Bum dan berpikir haruskan ia  mempercayai mimpi Woo Tak. Tuan Park mengaku kalau sangat mencintai istrinya.
“Setelah mendengar Pengacara Lee, semuanya sudah jatuh pada tempatnya.” Kata Tuan Choi
“Seperti yang bisa Anda lihat dalam laporan..., Tuan park tidak pernah melakukan kekerasan. Bahkan tidak sekali.” Kata Yoo Bum.
“Lalu Anda menangkapnya berdasarkan keadaannya ketika dia menyangkal menyerangnya?” kata Tuan Choi menyudutkan Tuan Bong
“Siapa yang mau mengakui di situasi seperti itu? Apa Anda pernah lihat ada orang yang mengakui kejahatannya sendiri?” kata Tuan Bong kesal

“Hei, harusnya jangan marah-marah karena itu.” Keluh Tuan Choi. Tuan Bong pun meminta maaf.
“Apa yang dikatakan Park Jun Moo saat istrinya pingsan?” tanya Tuan Choi. Tuan Bong menjawab kalau Tuan park mengatakan  kalau tidak melakukannya.
“Bagaimana saat dia ditangkap?” tanya Tuan Choi. Tuan Oh juga mengatakan hal yang sama bahwa Tuan Park tidak melakukannya.
“Sudah kuduga... Semua potongan itu datang ke tempat mereka.  Anda pasti mengira itu tidak adil setelah dikhianati oleh istri Anda. Kenapa istri Anda melakukan itu? Coba lihat... Istri tercinta Anda tiba-tiba pingsan. Begitu dia pingsan, Anda menolak menyiksanya. Kemudian Anda ditangkap. Benarkan?” kata Tuan Choi sambil mengangkat tiga jarinya dan memanggil Jae Chan. 

“Jaksa Jung.. Apa hanya aku yang dianggap aneh? Bagiku..., aku tidak mengerti bagian kedua,  Aku tidak mengerti kenapa Anda bersikeras Anda tidak memukulnya. Itu sangat aneh.” Kata Tuan Choi. Jae Chan sedikit berpikir kalau membenarkan kalau ia juga merasa aneh.
“Park Jun Mo . Apa hal pertama yang Anda katakan saat istri Anda pingsan?” tanya Jae Chan. Tuan Choi mengatakan kalau tidak melakukannya.
“Apa Anda benar mencintai istri Anda?” tanya Jae Chan. Tuan Park mengatakan kalau mencintainya. Yoo Bum mulai gelisah dan memperingatkan Tuan Park. Jae Chan menyuruh Yoo Bum diam,
“Istri tercinta Anda tiba-tiba pingsan dan  Apa hal pertama yang Anda katakan adalah, "Aku tidak melakukannya"? Anda harusnya bertanya apa dia baik-baik saja atau berteriak minta tolong. Bukankah seharusnya Anda mengatakan itu?” ucap Jae Chan. Tuan Bong pikir benar kalau seharusnya mengatakan itu.

“Kau harus khawatirkan itu dulu sebelum membuat alasan.” Kata Tuan Bong. Yoo Bum mulai tegang.
“Ketika polisi tiba, Anda seharusnya meminta mereka untuk menangkapnya, tidak membuat alasan.” Kata Ja Chan.
“Tentu saja benar. Itu yang biasa dilakukan orang biasa. Dan Itu juga yang paling mencurigakan saat aku menangkapnya.” Kata Tuan Oh bisa mengerti.
“Tidak, aku bilang begitu karena semua orang menganggap kalau aku yang memukulnya.” Kata Tuan Park membela diri.
Jae Chan meminta sesuatu pada Tuan Choi. Tuan Choi memperlihatkan Ini rekaman yang direkam oleh Pak Bong saat hari kejadian itu. So Yoon sedang melakukan wawancara, lalu Nyonya Do jatuh. Tuan Park panik langsung menutupi baju istrinya dan mengatakan kalau tidak melakukannya.
“Tidak ada yang menuduh Anda memukulnya, tapi Anda malah sibuk menutup jejak kaki itu. Seolah-olah Anda-lah yang menginjaknya.” Kata Jae Chan
“Itu... itu bukan milikku. Ukuran kakiku sudah kuukur.”kata Tuan Park membela diri
“Kenapa Anda melepas sepatu saat sedang mengukur? Pengacara Lee pasti tahu kalau sepatu dan kakinya berbeda ukuran. Jadi Pakai sepatu Anda. Biar kami ukur lagi.” Kata Jae Chan. Tuan Oh pun akan menarik Tuan Park agar berdiri. Tuan Park menolak seperti mengakuinya.
“Apa jejak kaki, surat, dan rekamannya semua ini harus membuktikan ketidakbersalahan Anda? Hyang Mi , bisa bawa kereta dorong itu ke sini?” ucap Jae Chan. 

Hyang Mi memperlihatkan banyak bukti di atas trolly yang banyak.  Jae Chan pikir Tuan Park mengambil jalan yang salah, jadi kalau memang tetap berbohong dengan bukti palsu maka jaksa mungkin akan melawannya.  Tuan Park ingin menjawab, Yoo Bum langsung menahan agar Tuan Park  tak menjawab dan meminta agar mengakhiri penyidikan.
“Kau Pilihlah... Apa Anda hanya akan pergi atau Anda akan mengakuinya?” kata Jae Chan.
“Aku... aku akan mengakuinya, tapi...” kata Tuan Park terbata-bata. Yoo Bum mulai marah menyuruh agar Tuan park jangan menjawab.


“Sikapmu menjawab pertanyaan di sini, fabrikasi rekam medis dan rekaman CCTV sudah membuat kasus ini lebih besar lagi. Kurasa ini sudah cukup untuk mempidanakannya. Sikap Anda selama penyelidikan akan menentukan., apa Anda akan dijatuhi hukuman dan berapa lama Anda akan dijatuhi hukuman?” kata Jae Chan.
“Apa Kau ini sedang mengancamnya?” kata Yoo Bum dengan wajah marah
“Aku hanya memberi nasihat. Aku memberinya pilihan untuk melompat dari mobil yang rusak atau bunuh diri saja.” Kata Jae Chan.
“Aku bersikeras untuk mengakui kejahatanku tapi pengacaraku bilang sebaliknya. Surat persetujuan dan laporan medis semuanya dibuat olehnya. Aku bahkan tidak tahu sebabnya.” Kata Tuan Park
Yoo Bum terlihat marah, Jae Chan pun juga tak mau kalah dengan berteriak pada Yoo Bum, dengan memperingatakan akan membatasi partisipasi kalau terus ikut campur karena Itu sama saja kalau mencoba, menghancurkan, membuat, atau menyembunyikan bukti.
“Jaksa Jung, mohon maafkan aku. Kalau aku memukuli istriku lagi, maka aku akan makan topiku sendiri. Kasihanilah aku.” Ucap Tuan Park memohon.
“Mari kita lihat kejahatan apa yang telah Anda lakukan. Lalu aku akan mempertimbangkan hukuman Anda.”kata Jae Chan. Tuan Choi pun memberikan kursinya untuk Jae Chan.
Jae Chan pun mulai menyelidikinya, Yoo Bum terlihat gelisah sementara Tuan Park pun mengaku semua kesalahan yang dibuatnya. 


Di restoran, Nyonya Do menerima telp dari Jae Chan. Wajahnya terharu karena bisa menghukum suaminya yang selama ini memukulinya.  Woo Tak melihat ponselnya terlihat bahagia karena ternyata mimpinya memang Berhasil, beberapa polisi binggung melihat tingkah Woo Tak.
Sementara disekolah, So Yoon berlari pada Seung Woon memberitahu kalau kasusnya kali ini selesai. Seung Won pun ikut senang dengan mengendong So Yoon lalu memutarnya, beberapa anak pun langsung bergemuruh melihatnya. 

Tuan Choi baru saja membeli kopi dan melihat Cuaca sangat bagus, lalu bertemu dengan Yoo Bum di pintu masuk dengan memujinya sebagai orang yang beruntung dan memberikan segelas kopi. Yoo Bum pikir kalau mengambilnya nanti Tuan Choi kekurangan, Tuan Choi mengakutidak perlu memberikan ini pada Jae Chan.
“Tapi, Asisten Choi, aku merasa agak kecewa hari ini. Harusnya beri tahu aku kalau kau punya banyak bukti.” Kata Yoo Bum.
“Aku juga tidak tahu kalau Jaksa Jung ternyata mempersiapkannya dengan baik. Dia itu pura-pura bodoh.” Kata Tuan Choi merendahkan Jae Chan.
“Kupikir kau akan selalu berada di pihakku Tapi kau berubah.” Ungkap Yoo Bum kecewa
“Aku tidak berada di pihak siapa pun. Aku tidak pernah bekerja sama denganmu dan bahkan sekarang. Tapi kalau kau merasa berubah bukankah itu berarti kalau kau yang telah berubah?” kata Tuan Choi. Yoo Bum mengingat ucapan itu memilih untuk membuang kopi yang diberikan Tuan Choi dengan wajah penuh dendam. 


Tuan Choi bertemu dengan Jae Chan bersama dengan Hyang Mi memuji kalau kerja bagus hari ini dan Tadi keren sekali. Jae Chan mengaku kalau ternyata salah menduga pada Tuan Choi tentang sesuatu hal. Tuan Choi binggung.
“Kurasa kau memperlakukan Pengacara Lee dengan baik karena dia dulu pernah jadi jaksa penuntut.Aku bahkan meragukan apa kau pernah menerima suap darinya. Aku penasaran apa kau minum bersamanya saat pulang kerja lebih awal. Aku penasaran apa kau banyak minum saat telat masuk kerja.” Ucap Jae Chan. Saat itu Tuan Park dkk sudah ada dibelakang Ja Chan.

“Hei, aku tidak pulang cepat dan juga selalu pulang telat.” Kata Tuan Choi membela diri.
“Kau selalu SMS-an dengannya selama jam kantor, kurasa kau dekat dengannya.” Kata Jae Chan.
“SMS itu dari bank, menyuruhku membayar kembali pinjaman.” Kata Tuan Choi
“Maaf karena berpikir yang tidak-tidak tentangmu.” Kata Jae Chan lalu pamit pergi.
Tuan Park mendengar semua ucapan Jae Cha meminta agar Tuan Choi kurangi kebiasaan SMS saat jam kerja. Tuan Choi membela diri bukan seperti itu, lalu  Jaksa Son mengejek Asisten Choi sudah berubah, pun menyampaikan pesan klau  harus menggunakan waktunya dengan benar.
“Itu tidak benar, Jaksa Lee.” Ucap Tuan Choi menyakinkan.
“Kudengar jantungmu tidak sehat... Jangan kebanyakan minum!” kata Jaksa Son
“Itu semua salah paham! Semua yang dia katakan itu salah!” kata Tuan Choi tak bisa berkata apa-apa lagi. 



Jae Chan baru saja akan kembali ke ruangan, Hee Min langsung mendatanginya lalu meminta waktu untuk bicara. Mereka pun pergi di ruangan interogasi. Hee Mi memberikan kartu nama, Jae Chan binggung. Hee Min memberitahu kalau orang itu  dulu bekerja dengannya di divisi lain.
“Julukannya adalah Deoksa. Dan Baru-baru ini, dia membuka kantor pengacara sendiri setelah berhenti sebagai jaksa penuntut. Deoksa akan menjadi satu-satunya yang bisa menjaga Park Jun Mo dan menyembunyikan propertinya dengan baik. Deoksa punya tingkat kemenangan yang tinggi. Jadi Telepon Do Geum Sook dan Itu akan sangat membantu.” Kata Hee Mi
“Woah, aku belum pernah memikirkan ini.” Ungkap Jae Chan.
“Tentu saja belum. Kau terlalu fokus menangkap Park Jun Mo.” Kata Hee Min
“Terima kasih. Berkat ini, aku dapat banyak pengalaman.” Komentar Jae Chan.
Hee Min pikir itu pasti,  dengan memperagakan gaya Jae Chan kalau bisa meninggalkan kesan bagus. Jae Chan tak percaya kalau Hee Min melihatnya melakukan itu. Hee Min membenarkan karena banyak orang dalam ruangan saat Jae Chan dalam ruang interogasi. Jae Chan hanya bisa melongg malu.


Semua berkumpul direstoran, tanpa Jae Chan dan Hong Joo . Mereka terlihat gembira dan mengajak bersulang. Seung Won berpura-pura sedang minum alkohol, padahal mereka sedang minum cola. So Yoon bahkan sempat menegurnya
“Jaksa Jung sangat pintar dengan semuanya. Dia juga hemat biaya dan yang lainnya dan juga menyuruh suamiku menjauh dari kami.” Ucap Nyonya Do memuji. Saat itu Ibu Hong Joo pun memberikan nilai pada Jae chan.
“Apa Kau masih menganggap kakakku jaksa yang bodoh?” tanya Seung Won mengejek. So Yoon mengaku tidak lalu melihat Jae Chan sudah ada didepan restoran seperti mencari seseorang. Woo Tak melihatnya berpikir akan menariknya masuk.
“Apa Kau tak berpikir mereka berdua sering-sering datang?” bisik So Yoon heran.
“Itu karena makanan di sini sangat enak.” Pikir Nyonya Do. Woo Tak berusaha menarik Jae Chan untuk masuk ke dalam restoran.
“Aku Tak tahu. Kurasa karena alasan lain.” Kata So Yoon. Seung Won ingin tahu Alasan lain apa maksudnya. 

Sementara Hong Joo sedang memberikan bersikap imut dengan memuji Jae Chan karena sudah bisa menuntut Park Jun Mo. Lalu bersikap acuh menurutnya Tidak peduli kau menuntutnya, tapi itu memang pekerjaan Jae Chan.
“Ahh.. Benarkah? Kau menuntutnya? Daebak! Aku tidak menyangkanya. Kemarilah. Aku akan memelukmu.”kata Hong Joo dengan gaya genitnya membuka lebar-lebar tanganya.
Hong Joo ternyata sedang berada di halte sendirian berlatih nanti akan bertemu dengan Jae Chan. Semua orang yang melihatnya mencoba untuk menyingkir.  Hong Joo melonggo mencari Jae Chan yang lama sekali, lalu berpikir sedang acara makan malam tim atau kerja lembur.
Jae Chan sampai di halte melihat sosok yang sudah menunggu lalu menepuk bahunya. Tapi ternyata bukan  Hong Joo yang berdiri menunggu, ia pun segera meminta maaf. Hong Joo sudah pergi ke kedai kopi, lalu bertanya pada kasir apakah mengingat pria tinggi dengan lengan panjang yang sebelumnya.
“Apa Dia kebetulan datang ke sini?” tanya Hong Joo. Si kasir mengatakan kalau Jae Chan hari ini tak datang.  Setelah Hong Joo pergi Jae Chan pun masuk kedai kopi.
“Aku ingin Americano dengan gula tambahan dan sirup hazelnut.”  Kata  Jae Chan.
“Apa Anda ingat gadis yang datang setiap pagi? Dia tadi di sini mencari Anda. Apa Kalian belum menanyakan nomor telepon masing-masing?” kata si kasir. Jae Chan mengaku kalau memang belum lalu berjalan keluar dari kedai.
“Dasar wanita itu. Aku tidak bisa melihatnya saat  membutuhkannya.” Keluh Jae Chan lalu melihat sosok yang dicarinya.
Hong Joo mencoba mengintip dari depan jendela restoran dan Akhirnya Jae Chan mendekat dan bertanya sedang mencari siapa. Hong Joo kaget lalu tersenyum melihat Jae Chan sudah ada didepanya. 

Keduanya pun berjalan pulang, Jae Chan meminta Hong Joo memberitahu nomornya karena hampir bunuh diri karena tidak bisa menghubunginya. Hong Joo memberikan kartu nama. Jae Chan binggung karena Hong Joo seperti penganguran memberikan kartu nama.
“Aku cuti kerja, tapi nomor yang kupakai masih sama. Jadi Telepon aku pakai nomor itu.” Jelas Hong Joo
“ Apa Kau sudah dengar yang terjadi dengan kasus Park Jun Mo?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengaku sudah
“Kudengar kau menuntutnya bahkan dengan tuduhan kasus-kasus sebelumnya. Aku sangat lega karena mimpiku itu salah.” Kata Hong Joo
“Kenapa kau tidak memberitahuku tentang itu pagi tadi?” keluh Jae Chan. Hong Joo mengaku kalau hanya ingin mendukungnya.
“Aku menolak dukungan darimu.” Ejek Jae Chan. Hong Joo pun bertanya kenapa mencarinya dan berpikir kalau ia mau pamer. 

Jae Chan menyangkal kalau tak mencarinya karena datang dari kantornya Hong Joo bisa tahu kalau dari celemek yang dipakai Jae Chan karena pasti pergi ke restorannya, lalu mengejek kalau itu seperti fashionya atau untuk menghangatkan diri. Jae Chan mengumpat kesal dan ingin membukanya.
“Kau bilang dukunganku seperti ancaman bagimu karena aku mungkin akan kecewa kalau gagal, kan?” kata Hong Joo. Jae Chan membenarkan kalau  tidak suka. Hong Joo pun membantu Jae Chan yang kesusahan membuka celemek.
“Aku tidak akan kecewa. Kalau kau berusaha dengan baik, maka aku akan berterima kasih. Kalau kau gagal,  makaaku akan bersyukur karena kau mencobanya. Lalu Kenapa aku harus kecewa? Jadi, jangan menolak dukunganku.  Ayo Semangat.” Kata Hong Joo.
Keduanya saling bertatapan, lalu Jae Chan pun mengucapkan terimakasih. Hong Joo menutup matanya dan mulai berjinjit seperti sudah siap menciumnya. Jae Chan menatap binggung dan ikut juga berjinjit. Hong Joo binggung karena tak bisa menyentuh bibir Jae Chan.
“Kau sedang apa?” kata Jae Chan. Hong Joo membuka matanya dengan wajah malu mengatakan kalau sedang melepas celemeknya lalu bergegas pergi mengumpat kesal pada dirinya karena harus menutup mata. 


Hong Joo baru saja akan duduk di meja makan, melihat Seung Won ada dirumahnya. So Yoon mengaku kalau mengundangnya. Hong Joo pikir itu bagus. Seung Won melonggo melihat menu makanan diatas meja dan bertanya apakah mereka  Biasa setiap hari sarapannya seperti itu.
“Ya, kemarin saja kami makan lima porsi daging babi untuk sarapan.” Kata Hong Joo bangga
“Oh ya, bagaimana dengan belajar luar negeri So Yoon?” tanya Ibu Hong Joo
“Kami mendapat telepon dari Yayasan Evan dan sudah dikonfirmasi. Mereka akan membiayai uang sekolah.” Kata Nyonya Do. Ibu Hong Joo pun ikut senang mendengarnya.

“Apa Kau akan tinggal di asrama saat kau pergi ke luar negeri?” tanya Seung Won khawatir. So Yoon membenarkan lalu meminta Seung Won untuk tak perlu khawatir.
“Wi-Fi di sana pasti bagus, jadi aku bisa mengirim SMS setiap hari.” Kata So Yoon. Seung Won kaget karena  So Yoon akan mengirim pesan Setiap hari. So Yoon pikir Seung Won tak suka. Seung Won dengan senyuman lebar mengaku sangat menyukainya.
“Apa Kau akan memeriksa tekanan air di asrama? Bagimu, mereka membutuhkan tekanan air yang sangat kuat.” Kata Hong Joo mengejek. Seung Woon binggung. So Yoon meminta Hong Joo untuk diam saja karena malu.
“Kalau toilet tersumbat seperti waktu itu, kau mungkin harus kembali.” Kata Hong Joo. So Yoon meminta agar Hong Joo menutup mulutnya.

“Itu milikku.” Akui Nyonya Do. So Yoon mengeluh ibunya baru mengatakanya. Nyonya Do berdalih kalau waktu itu terlalu sibuk. So Yoon tetap saja merasa kesal.
Ibu Hong Joo mencoba tenang mengajak mereka untuk mulai makan, suasana kembali ceria. Lalu bertanya pada Seung Won yang datang sendirian dan tak mengajak kakaknya.  Seung Won memberitahu kalau kakaknya ingin ke suatu tempat. Hong Joo ingin tahu kemana Jae Chan akan pergi. 

Jae Chan pergi ke tempat ayahnya dan sengaja menaruh foto saat berkumpul dengan semua teman barunya, mulai dari So Yoon sampai Woo Tak. Lalu mengingat kembali saat terakhir kali bertemu dengan ayahnya.
“Bagaimana kalau jadi jaksa? Ayah ingin melihatmu jadi jaksa penuntut.” Ucap Tuan Jung. Jae Chan pun menyanggupinya kalau akan mencobanya.
“Ayah... Aku menjadi jaksa seperti yang Ayah harapkan. Aku takut mengecewakan Ayah, jadi aku berusaha sangat keras. Terkadang, aku ingin kabur karena terlalu sulit. Begitulah,... aku pasti mencintai Ayah.” Ungkap Jae Cha.
Lalu Ia keluar menuliskan nama Hong Joo di ponsel untuk menyimpan nomo telpnya.
“Sekarang aku punya seseorang di mana dia menginginkan yang terbaik untuk diriku. Aku tidak akan kecewa.” Ungkap Jae Chan melihat sinar matahari yang menyinarinya. 

Tangan Hong Joo menutupi wajah Jae Chan yang tertidur di pundakanya. Saat itu juga Jae Chan bermimpi dalam tidurnya.
“Kalau kau berusaha dengan baik, mak aku akan berterima kasih. Kalau kau gagal, maka aku akan bersyukur karena kau mencobanya. Kenapa aku harus kecewa?” ucap Hong Joo
“Walaupun aku bisa atau tidak melakukanya..., dia akan bilang tidak apa-apa.” Gumam Jae Chan.
“Jadi, jangan menolak dukunganku. AyoSemangat.” Kata Hong Joo
“Tapi aku selalu ingin berusaha dengan baik. Terima kasih.” Dan saat itu juga Jae Chan mengingau mengucapkan Terima kasih dengan kepala bersandar.
“Sekarang aku takut semua akan berubah.”
Hong Joo memejamkan mata dan menjijitkan kakinya, Jae Chan menatapnya dan langsung tanpa ragu menciumnya. Mereka berciuman dibawa pohon sakura.

Saat itu Hong Joo membangunkan Jae Chan dan Jae Chan kaget melihat Hong Joo ada disampingnya karena dalam mimpinya mereka berciuman. Hong Joo yakin Jae Chan pasti bermimpi dan ingin  tahu apa yang diimpikan dan apakah memimpikan kejadian yang akan datang.
“Sebelum pikiran itu membuatku lelah dan sebelum pikiran itu menjadi lebih besar, maka aku ingin lari dari pikiran itu.”


Seung Won memasukan semua buku ke dalam tas, lalu terlihat foto-foto yang ditempelkan, mulai dari bersama keluar dan juga bersama ibunya waktu kecil Ada juga foto So Yoon dan saat berhasil menyelesaikan kasus Tuan Park. Lalu foto bersama dengan kakaknya seperti foto kelulusan.
Saat itu Seung Won sempat menoleh melihat ke arah sampingnya, ternyata ada So Yoon seperti sudah mengugah hatinya.
Bersambung ke episode 9

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar