PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 28 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 20

PS : All images credit and content copyright : SBS
Jae Chan berjalan berkeliling rumah sakit, lalu melihat sosok wanita dengan rok pink dan baju putih, wajahnya langsung tersenyum bahagia dan langsung memeluknya dari belakang sambill mengeluh karena baru datang padahal sangat merindukannya. Hong Joo melihat dari depan.
“Laki-laki memang seperti hewan.” Ungkap Tuan Choi melihat Jae Chan lalu Jae Chan binggung karena ada Hong Jo didepannya.
“Itu Hyang-Mi, bukan dia!.. Kau memeluk Hyang-Mi!” kata Tuan Choi mencoba memberitahu dan terjatuh. Jae Chan pun berteriak melepaskanya.  
“Jaksa Jung. Maksudku...Haruskah kupanggil kau Jae-Chan sekarang? Maaf aku baru datang... Aku tak tahu kau menungguku.” Kata Hyang Mi malu-malu. memeluk Jae Chan
“Kurasa kau salah paham...” kata Jae Chan panik melihat Hong Joo semakin mendekat. Tuan Choi menyuruh Hyang-Mi, agar melepaskan Jae Chan.  Hyang Mi merasa Tuan Choi yang tidak tahu apa-apa.
“Aku tahu! Menyingkir darinya!” kata Tuan Choi. Jae Chan meminta agar Hyang Mi melepaskan karena merasa sakit.
“Hong-Joo! Ini salah paham. Kau tahu, 'kan?” ucap Jae Chan mencoba menyakinkan. Hong Joo terlihat kesal kalau Jae Chan mengatakan salah paham.
“Kau itu Hyang-Mi, 'kan? Maaf... Ibuku bilang, kesalahpahaman terjadi saat orang itu kurang mengerti. Kesalahpahaman hari ini terjadi hanya karena Jae-Chan, dan aku kurang mengerti. Kejadian seperti ini takkan terulang lagi, dan kami akan berusaha keras. Mohon jangan menyimpan dendam dan lepaskan tanganmu.” Ucap Hong Joo. Hyang Mi pun melepaskan pelukanya.
“Maafkan aku.” Kata Jae Chan membungkuk. Hyang Mi menyindir untuk apa melakukan sesuatu yang disesali.
“Ya, kenapa dia... Ayo tinggalkan mereka berdua.” Ajak Tuan Choi pada Hyang Mi
“Apa kau Nam Hong-Joo dari Samgyeopsal Hong-Joo?” kata Hyang Mi sinis. Hong Joo membenarkan.
“Apa ini syalmu, Hyang-Mi?” tanya Hong Joo lalu mengambil dengan cara gaya seperti model sexy yang membuat tiga orang didepanya melonggo.
Hyang Mi terdiam mengingat ucapan temanya tentang “Dia sungguh cantik, dan sangat cerdas. Sungguh seorang femme fatale.” Hong Joo lalu memberikan syal milik Hyang Mi yang terjatuh. Hyang Mi mengucapakan Terima kasih dengan nada sinis.
“Akhirnya dia menjenguk.. jadi Ayo pergi dan Semoga lekas sembuh.” Ucap Tuan Choi memberikan buah tanganya.
“Aku tidak peduli apa kau sembuh.” Ungkap Hyang Mi kesal. Tuan Choi mengajak Hyang Mi agar segera pergi. Jae Chan mengucapkan terimakasih karena mereka sudah datang. 

Keduanya berjalan ditaman, Jae Chan memberitahu kalau  keduanya mirip dari belakang. Dan merasa masih dalam pemulihan setelah operasi jadi masih melihat dan mendengar sesuatu. Hong Joo menyuruh Jae Chan agar menghentikanya karena alasan itu memperburuk keadaan.
“Apa Kau menerima cincinnya?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengangguk.
“Aku masukkan juga suratmu. Apa Kau sudah membacanya?” tanya Jae Chan penuh semangat.  Hong Joo bingung apakah ia memang menulis surat.

“Kau menulisnya untukku 13 tahun yang lalu. Apa Kau tidak ingat?” tanya Jae Chan.
“Apa Kita pernah bertemu? Kau bilang 13 tahun yang lalu?” ucap Hong Joo seperti tak mengingatnya.
“Ayahmu meninggal karena tentara yang kabur itu, 'kan?” kata Jae Chan memastikan. Hong Joo membenarkan.
“Ayahku juga meninggal karena dia, dan kita bertemu di pemakaman. Apa Kau sungguh tidak ingat?” kata Jae Chan Heran. Hong Joo juga tak tahu.

Jae chan mengingat kalau sebelumnya pernah bertemu dengan Hong Joo bertanya apakah mengingatnya. Hong Joo pun menjawab kalau mengingatnya. Hong Joo pikir A bahkan tidak ingat kejadian bulan lalu jadi Bagaimana mungkin ingat kejadian 13 tahun yang lalu dan sangat Aneh jika mengingatnya.
“Tapi kau bilang ingat saat aku di ICU.” Kata Jae Chan binggung. Hong Joo mengaku kalau ia tidak pernah ke ICU.
“Tidak mungkin. Aku melihatmu.” Ucap Jae Chan yakin. Hong Joo merasa Jae Chan mungkin itu khayalan dan  Orang biasanya berhalusinasi setelah operasi, lalu memintamaaf karena tak ingat.


Jae Chan kembali masuk kamar, Seung Won baru selesai mandi bertanya apakah kakaknya mengantuk. Jae Chan bertanya pada adiknya, apakah ingat dengan Kastanye. Seung Won memastikan kalau Anak laki-laki yang dilihat pada pemakaman Ayah. Jae Chan membenarkan.
“Kastanye itu,. adalah Nam Hong-Joo.” Kata Jae Chan. Seung Won kaget karena kakaknya bilang Kastanye adalah anak laki-laki. Jae Chan mengaku kalau dirinya salah.
“Apa Hong-Joo juga tahu kalian pernah bertemu?” tanya Seung Won. Jae Chan mengatakan kalau tahu Tapi dia tidak tahu. Seung Won tak mengerti maksudnya.
“Katanya dia tidak ingat karena sudah lama sekali. Bagaimana bisa dia melupakannya? Mungkinkah itu?” kata Jae Chan binggung
“Tapi kau bilang itu hanya satu hari, jadi Mungkin dia tidak ingat.” Pikir Seung Won.
“Tapi aku ingat setiap menit dan detik hari itu.” Ungkap Jae Chan Cahn heran.
Seung Won pikir Mungkin itu tak ada arti bagi Hong Joo, lalu mencoba untuk menjelaskan aklau Bukan tak ada artinya,tapi mungkin ingatan Hong-Joo buruk. Jae Chan tak mau membahasnya lagi meminta agar mematikan lampu karena ingin tidur, wajahnya terlihat sedih. 


[RUMAH SAKIT GANGDONG SUNGSIM]
Jae Chan datang ke ruangan Tuan Yoo, bertemu dengan dua polisi yang berjaga bertanya Apa Yoo Man-Ho dirawat disini. Polisi ingin tahu apa ada yang bisa dibantu. Jae Chan meberitahu jabatanya Jaksa Jung dari Kantor Kejaksaan Wilayah Hangang dan Ada yang ingin dikatakan kepada Yoo Man-Ho.
“Jaksa Yoo Man-Ho adalah Jaksa Shin.” Kata Polwan. Jae Chan mengaku kalau  satu divisi dengannya dan mereka satu sekolah.
“Kau harus menunjukkan kartu identitas. Takkan ada yang percaya jika hanya mengatakannya.” Ucap Chan Woo mendengarnya. Jae Chan heran melihat tanya Siapa anak itu.
“Berpura-pura menjadi jaksa bisa berakibat buruk. Kau bisa dipenjara sampai tiga tahun, atau didenda 7.000 dolar. Apa Kau tahu itu?” kata Chan Woo.
“Tentu saja aku tahu, itu,...KUHP Pasal 128.” Kata Jae Chan tak yakin. Chan Woo memberitahu kalau itu Pasal 118.
“Benar. Pasal 118. Tentu saja aku tahu.” Tegas Jae Chan. Chan Woo langsung menuduh Jae Chan penipu.
“Jaksa macam apa yang tidak mengetahuinya?” kata Chan Woo. Dua polisi mencoba menahan tawa.
“Apa Aku bisa menemuinya jika jaksanya datang?” tanya Jae Chan tak mau mengubrisnya. Dua polisi membenarkan. 


Akhirnya Jae Chan memperlihatkan ponselnya kalau sudah menelp "Jaksa Shin" dengan sengaja berteriak kalau Jaksa Jung yang menelpnya. Hee Mi baru masuk ruangan mengeluh karena sudah tahu jadi  Tidak perlu mengatakannya keras-keras.
“Kau tidak lupa, 'kan? Aku ingin bicara dengan Yoo Man-Ho.” Ucap Jae Chan mengebu-gebu.
“Aku tahu. Aku akan kesana begitu pekerjaanku selesai. Sudah dulu.” Kata Hee Mi. Jae Chan meminta agar Hee Mi segera datang meminta Maaf sudah menyita waktunya.
“Dia seharusnya tidak melakukan hal yang akan disesali.” Keluh Hee Mi
“Itu maksudku. Kenapa dia melakukan hal yang akan dia sesali? Kenapa? Kenapa?” teriak Hyang Mi kesal. Hee Mi kaget melihat Hyang Mi yang berteriak padanya.
“Jadi, benar. Dia dangkal seperti katamu. Dia membencinya.” Bisik Jung Ha.  Sek Hee Mi yakin kalau nanti Hyang Mi akan jatuh cinta dengannya lagi.
Jakse Lee menelp Hyang Mi karena sedang mengunjungi Jaksa Jung, jadi ingin tahu nomor kamarnya.  Hyang Mi berteriak marah kalau tak tahu karena  tidak bekerja untuk Jaksa Jung lagi tapi bekerja untuk Jaksa Shin lalu menutup telpnya.
“Apa dia harus sekejam itu?. Jadi Bagaimana aku bisa menemukannya?” kata Jaksa Lee lalu melihat Jaksa Son dan berteriak memanggilnya.
Jaksa Son melihat Jaksa Lee memilih untuk bergegas pergi, Jaksa Lee sengaja mengejar sambil berteriak walaupun sudah ada didepan wajahnya. Jaksa Son pun berpura-pura kaget melihat rekan kerjanya, Jaksa Lee bertanya apakah Jaksa Son tadi tak mendengarnya.
“Aku tidak mendengar apa-apa... Ada apa kau kemari?” tanya Jaksa Son terlihat panik.
“Apa maksudmu? Aku ingin menjenguk Jae-Chan. Bukankah kau juga mau menjenguknya?” kata Jaksa Lee
“Aku kemari karena..” kata Jaksa Son pank dan terdengar suara yang memangilnya. Jaksa Son terlihat senang melihat anaknya.
“Apa Dia putramu?” tanya Jaksa Lee. Jaksa Son membenarkan dan meminta Chan Woo agar membungkuk memberikan salam kalau itu rekan kerjanya.
“Halo, Jaksa Lee. Aku sudah mendengar banyak tentangmu.” Kata Chan Woo. Jaksa Lee melihat Chan Woo yang pintar lalu bertanya apakah anak Jaksa Son yang sakit. Jaksa Son memberitahu kalau anaknya terkena gagal ginjal kronis. Jaksa Lee terlihat sangat kaget. 

Chan Woo sedang melakukan cuci darah diruanganya, Jaksa Son menceritakan kalau anaknya perah pingsan karena anemia saat 8 tahun, jadi memeriksakannya dan dokter memberitahu kalau terkena gagal ginjal jadi menjalani dialisis 3-4 kali seminggu dan Belakangan makin parah, makanya harus melakukan setiap hari.
“Kami sedang menunggu transplantasi karena itu satu-satunya cara. Itu cukup berat.” Kata Jaksa Son menatap ke arah luar jendela yang hujan.
“Aku tak tahu karena kau tidak pernah bilang.” Ungkap Jaksa Lee ikut sedih.
“Sebelumnya, saat hujan, aku sering berpikir,... "Tidak. Aku baru mencuci mobil. Apa aku membawa payung?" Itu yang kupikirkan. Tapi setelah putraku sakit, kau tahu apa yang kupikirkan? "Pasti banyak kecelakaan mobil karena hujan deras." "Apa akan ada orang yang bisa memberikan ginjalnya kepada putraku di antara orang-orang yang meninggal?" Aku mengharapkan itu sambil memandangi hujan.” Ungkap Jaksa Son dengan anak kecil yang juga ditemani oleh ibunya. 


Mobil ambulance melewati hujan dengan kecepatan tinggi dengan membawa pasien yang luka parah ke bagian IGD. Jaksa Son tahu kalau  Suara ambulans berarti ada yang terluka dan Ini mungkin tragedi mengerikan bagi orang lain, tapi bagi mereka yang menunggu donor, membuat memiliki harapan meskipun kecil.
“Aku tahu aku kejam... “ kata Jaksa Son. Jaksa Lee menenangkan kalau itu tak seperti itu karena bisa mengerti perasaan seniornya.
“Kau tidak mendengar apa-apa dariku. Aku tidak mau berpikir seperti itu bahkan di tempat kerja.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee berjanji kalau takkan mengatakan apa-apa.


Jae Chan akan kembali ke ruangan, seorang perawat memanggilnya bertanya apakah ia baru-baru ini masuk ICU karena luka tembak. Jae Chan membenarkan. Si perawat memberikan sebuah benda karena ada di lantai dekat ranjangnya. Jae Chan melihat itu anting dan teringat dengan telinga Hong Joo mengunakan anting yang sama. 

Hong Joo membuka sandwichnya. Jae Cha mengeluh kalau Hong Joo itu sedang mempermainkannya karena makanan rumah sakit itu tak enak. Hong Joo tersadar lalu berpikir akan makan diluar saja. Jae Chan menyuruh makan bersama saja karena setidaknya menciumnya.
“Yahh.. Kau bisa menciumnya semaumu.” Ucap Hong Joo sengaja menyodorkan makanan pada hidung Jae Chan. Jae Chan mengeluh dengan sikap Hong Joo. Hong Joo mengulang kalau Jae Chan sebelumnya ingin mencium bau makannya dan mulai memakanya.
“Aku baru ingat... Ini antingmu, 'kan?” ucap Jae Chan. Hong Joo bertanya Dari mana mendapatkan karena sudah mencarinya.
“Ada di lantai ruang ICU... Kenapa kau berbohong kepadaku? Kau menemuiku di ICU saat operasiku selesai, 'kan?” ucap Jae Chan dengan nada seperti jaksa. Hong Joo mengeluh Jae Chan itu seperti menginterogasinya.
“Kau ingat semua dari kejadian 13 tahun yang lalu, 'kan? Kau ingat semuanya termasuk Kastanye dan waduk itu, 'kan?” kata Jae Chan. Hong Joo seperti berusaha menghindar dan ingin mengambil air. Jae Chan menahan tangan Hong Joo.
“Jangan melarikan diri dan katakan sekarang. Kau membuatku berpikir aku berhalusinasi karena operasiku. Aku ingat semuanya dengan jelas. Kau mengatakannya sendiri, bahwa kau ingat hari itu. Kenapa kau menghindarinya? Kenapa kau berpura-pura tidak mengingat apapun?” kata Jae Chan. Hong Joo akhirnya kembali duduk.
“Aku mengingatnya... Bagaimana mungkin aku melupakanmu? Kau orang yang bersamaku di hari tersedihku dan Kau yang menciptakan hari yang paling ingin kulupakan.” Ucap Hong Joo
“Kenapa kau ingin melupakan hari itu?”tanya Jae Chan heran
“Aku...Aku nyaris membunuhmu hari itu.” Akui Hong Joo. Jae Chan pikir Hong Joo sudah menyelamatkannya.
“Aku ragu-ragu... Aku sempat berpikiran jahat.. Aku sangat marah kepada lelaki itu. Kupikir, takkan terlalu penting jika kau mati bersamanya.” Ungkap Hong Joo 



Flash Back
Hong  Joo seperti tak ingin menarik tali untuk menyelamatkan Jae Chan dan paman karena sangat membencinya, tapi ia berusaha melawan bahan memberikan pertolongan pada Jae Chan.
“Aku sangat ketakutan saat kau keluar dari air. Kupikir, aku membunuh seseorang. Tanganku gemetar memikirkan kejadian hari itu. Aku tahu alasanku tak bisa diterima. Tapi aku kehilangan orang yang sangat kusayangi.” Ungkap Hong Joo masih mengingat saat melihat ayahnya dalam bus dan terjadi ledakan hebat.
“Kepergiannya terlalu besar bagiku. Aku tidak mampu menahannya. Jadi, aku mengisinya dengan kemarahan. Penyesalannya melekat seperti bekas luka. Dirimu 13 tahun yang lalu, adalah bekas luka bagiku, yaitu Luka yang sangat dalam.. Maafkan aku... Kupikir tidak masalah jika aku berpura-pura tidak ingat. Tapi melihat itu sangat melukaiku, kurasa aku salah.” Kata Hong Joo. 

Jae Chan berjalan dan hanya terdiam aseperti mengingat ucapan Hong Joo. Hee Mi berusaha menelp Jae Chan dan terlihat kesal saat melihat orang yang ditunggunya sudah datang dan tidak menjawab teleponnya. Jae Chan malah bertanya kenapa Hee Mi datang.
“Kau memintaku datang, Katanya kau ingin bertemu Yoo Man-Ho.” Ucap Hee Mi. Jae Chan tersadar kalau melupakan hal itu dan ingin mengambil catatan dikamar. 

Keduanya masuk ke dalam kamar, sudah ada istri Tuan Yoo. Hee Mi melihat  Banyak yang sudah ditulis Jae Chan dan apakah  mau memberitahu semua itu. Hong Joo membenarkan.  Hee Mi berpesan agar Jae Chan Jangan terlalu jauh, karena Tuan Yoo masih kritis.
“Tn. Yoo Man-Ho... Aku Jaksa Jung, yang menangani kasus pembunuhan putri Anda. Aku ingin meluruskan kesalahpahaman Anda soal penyelidikan itu.” Ucap Jae Chan lalu terdiam.
Ia teringat ucapan Hong Joo sebelumnya “Tapi aku kehilangan orang yang sangat kusayangi. Kepergiannya terlalu besar bagiku. Aku tidak mampu menahannya. Jadi, aku mengisinya dengan kemarahan. Penyesalannya melekat seperti bekas luka.”
“Tn. Yoo... Aku tahu kau sangat kesal. Seseorang membunuh putri cantikdan berhargamu karena marah, Anda tak bisa memahami itu. Jadi, Anda pasti membenci Do Hak-Young. Anda juga pasti membenciku karena membebaskannya. Aku mengerti kekesalanmu.” Ungkap Jae Chan menutup semua catatanya. Hee Mi terlihat kaget melihat sikap Jae Chan.
“Aku telah menemui banyak orang di sekitar Yoo Soo-Kyung untuk ini.  Semuanya memuji, menghormati, dan menyayanginya.” Jelas Hong Joo menceritakan saat menginterogasi Bibi Kim. 

Flash Back
Bibi Kim bercerita Soo-Kyung sangat jujur sampai tidak butuh hukum. Lalu ketika menemui petugas keamana, si bapak memperlihatkan kertas di dinding ruangan kalau Yoo Soo-Kyung memberikan tanda tangan, bahkan tidak pernah menolak permintaan tanda tanganku.
Hak Young yang memperbaiki kabel internet, diberikan minuman bahkan Soo Kyung masih memberikan senyuman. Hak Young menceritakan Soo Kyung selalu memberi minuman setiap datan dan sangat baik.
“Bahkan tersangka utama, Do Hak-Young, berkata putri Anda baik. Ini bukti paling penting bahwa dia tidak dibunuh. Dan Aku harus memberi tahumu ini. Semoga Anda tidak salah paham dengan putrimu yang amat baik. Dia bukan orang yang akan membuat orang lain marah.” Ungkap Jae Chan. Tuan Yoo yang mendengarnya hanya bisa menangis. 
Jae Chan keluar dari ruangan, Nyonya Yoo memanggil dan membungkuk meminta maaf. Jae Chan seperti tak tega, Nyonya Yoo tahu kalau permintaan maafnya tidak berarti banyak tapi ia benar-benar meminta maaf. Jae Chan seperti sudah bisa memaafkan Tuan Yoo,
“Dan Catatan itu... Bolehkah kubaca? Aku ingin membacanya dengan saksama. Aku hanya mendengar kata-kata Pengacara Lee. Sekarang aku ingin tahu pendapatmu.” Kata Nyonya Yoo. Jae Chan pun mempersilahkan dan memberikanya.
“Terima kasih banyak telah mengatakan, bahwa putriku baik.” Ucap Nyonya Yoo. Jae Chan pikir  Tidak perlu berterima kasih. Nyonya Yoon pun mengucapkan Terima kasih sudah datang hari ini.


Hee Mi berjalan dengan Jae Chan ingin tahu Kenapa sikapnya berubah kepada keluarga Yoo. Jae Chan bertanya balik sikap apa maksudnya.  Hee Mi mengingat Jae Chan yang tadinya ingin menyalahkannya dan menanyakan banyak hal.
“Kenapa kau tiba-tiba menjadi lembut?” tanya Hee Mi heran.
“Aku hanya berpikir, bahwa aku tidak lebih baik dari siapapun.” Kata Jae Chan. Hee Mi binggung apa maksudnya. Jae Chan seperti mengingat sesuatu langsung melepaskan infusnya dan berlari ke dalam kamar. Hee Mi binggung melihat Jae Chan. 

Hong Joo tertidur di dalam taksi dengan hujan yang cukup deras, saat terbangun melihat jam lalu meminta supir taksi  pergi ke RS Universitas Seogu. Jae Chan sudah menganti baju rumah sakit dengan jaketnya, ketika akan berjalan perutnya masih terasa sakit, lalu memakai penutup kepala keluar dari rumah sakit sambil menelp Hong Joo.
Tiba-tiba Hong-Joo datang membawa payung, Jae Chan kaget melihat Hong Joo sudah ada didepanya. Hong Joo mengumpat Jae Chan sudah gila karena keluar dari rumah sakit padahal masih terluka dan menyuruhnya kembali.
“Waktu kunjungan sudah habis. Apa Kau datang untuk menemuiku?” tanya Jae Chan
“Apa Kau keluar untuk mencariku? Disini hujan. Kau bahkan tidak tahu dimana aku.” Kata Hong Joo marah
“Apa Kau melihatku di mimpimu?” tanya Jae Chan. Hong Joo membenarkan.
“Kau basah kuyup karena hujan padahal kau sedang sakit, bahkan Kau tersesat. Di dalam mimpiku, kau kehilangan akal. Kau demam, lukamu terinfeksi. Tapi kau dengan bodohnya mencariku di tengah hujan.” Ucap Hong Joo. 

Dalam mimpi Hong Joo, Jae Chan mencari dengan hujan-hujanya lalu mengedor pintu rumah Hong Joo. Jae Chan pun bertanya apakah dalam mimpnya akan bertemu denganya. Hong Joo menjawab akan bertemu tapi Jae Chan hampir mati.
Dalam mimpi, Hong Joo baru turun dari bus dan melihat Jae-Chan berjalan terhuyung-huyung.  Di papan halte bus tertulis "Apapun yang terjadi, kita harus bertemu"
“Apa berkata apa saat kita bertemu? Apa Kau mendengarnya juga?” tanya Jae Chan dengan senyuman
“Kau merasakan hal yang sama denganku, 13 tahun yang lalu.” Kata Hong Joo.
Di dalam mimpi,  Jae Chan mengatakan kalau ia sama dengan Hong Joo, kalau tidak jujur. Hong Joo tak mengerti maksudnya. Jae Chan mengaku kalau ia juga merasa ragu. 


Flash back
Jae Chan memasang tali meminta agar menyelamatkan dia dan paman itu,kalau memang tidak ingin menyesal dan bisa mempercayai Hong Joo. Ia terlihat sangat yakin mulai masuk ke sungai lalu berhenti.
“Saat aku masuk ke air untuk menyelamatkan pria itu, aku juga ragu untuk sesaat. Haruskah aku keluar saja?  Aku juga sangat marah, sepertimu kala itu.” Kata Jae Chan.
“Kau bilang di mimpiku kau marah sepertiku. Kau melawan dirimu.” Kata Hong Joo di dunia nyata
“Itu sangat berat... Aku juga sepertimu. Bagiku itu juga bekas luka. Jadi, aku mencoba melupakannya, tapi teringat lagi karenamu. Tapi akhirnya, kita membuat keputusan. Bahwa kita seharusnya tidak melewati batas. Aku masuk ke air dan kau menarik tali itu. Aku menyelamatkan polisi itu, dan kau menyelamatkanku.” Ucap Jae Chan juga bertanya apakah mengatakan seperti itu di dalam mimpi Hong Jo.
“Lalu kau, memintaku tidak menghindari apapun. Kau memintaku untuk tidak melarikan diri. Kau juga berkata jangan menghilang saat kau mencariku.” Kata Hong Joo. Jae Chan pun ingin tahu jawaban Hong Joo dalam mimpinya.
Hong Joo memberikan ciumanya, sama seperti dalam mimpinya. Jae Chan tak bisa lagi menahan perasanya mencium Hong Joo karena sudah lama mencarinya, perbedaan mimpi hanya ditempat. Hong Joo bermimpi mereka bertemu di Halte dan dalam kehidupan nyata mereka bertemu dirumah sakit.
Jae Chan menatap Hong Joo lalu menyapa kalau Senang bertemu lagi dengan Nam Hong-Joo. Hong Joo juga memberikan senyuman kalau ia juga  Senang bertemu Jung Jae Chan lagi.
Bersambung ke episode 21

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar