PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 15 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Won Seok berbaring disamping Ho Rang bertanya apakah sudah tidur, Ho Rang sudah memejamkan mata membalikan badannya mengetahui alau Won Seok telat pulang dan bau soju. Won Seo mengaku kalau tadi minum sedikit.
“Ho Rang... Apa Kau mau kencan denganku akhir pekan ini? Ayo keluar dan makan yang enak-enak... Kita juga bisa menonton film dan kau juga pernah bilang ada  teater yang mau dilihat. Aku juga akan pesan tiketnya.” Ucap Won Seok. Ho Rang dengan mata tertutup pun setuju.
“Akankah ada jalan berbeda yang bermula. dari mana hati kita bertemu?”
Ho Rang memalingakan wajahnya dengan mata terbuka, Won Seok pun hanya menatap langit-langit dengan Ho Ran yang berbaring pada lenganya.
“Tapi hal yang paling kutakutkan adalah, bukanlah jalan kita yang berbeda...,.bukanlah apa kita akan  saling bertemu. Yang paling kutakutkan... adalah tidak ada jalan menggapai hatimu.”

Ji Ho pulang ke rumah menemukan note diatas meja makan dari Se Hee.  Aku sudah bicara sama CEO Ma  dan semuanya berjalan lancar. Aku tidur duluan.” Wajah Ji Ho langsung cemberut membacanya.
“Bagaimana jika tidak ada jalan sama sekali untuk menggapai hatimu? Itulah yang kutakutkan.”
Ji Ho membuka lembaran berikutnya, Se Hee menuliskan “Alamatnya sudah kuterima. Aku akan bantu-bantu  keluargamu membuat kimchi.” Waja Ji Ho langsung berubah jadi sumringah lalu masuk ke dalam kamar.
“Tapi untuk saat ini..., aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tahu jalan untuk menggapai hatinya. Tapi dia tahu ke mana harus pergi membuat kimchi. Begitulah dia...,dan aku menyukainya. Untuk sekarang ini..., itu sudah cukup bagiku.”


Tuan Yoon sibuk dengan ponselnya  meminta agar membawa botol makgeolli karena nanti tak cukup untuk membuat kimchi, lalu memberitahu istrinya kalau Ji Seok dan menantu mereka akan segera datang. Nyonya Yoon pikir Padahal ini bukan acara nasional.
“Kenapa kau menyuruhnya  datang kemari? Istrinya juga lagi hamil.” Ucap Nyonya Yoon dengan tumpukan sawi yang banyak.
“Ji Ho mana? Kapan dia kesini?” tanya Tuan Yoon. Nyonya Yoon memberitahu Ji Ho tidak punya waktu karena sibuk hidup di Seoul.
“Dia 'kan tak ada kerjaan di rumah. Sibuk apa dia?Dia sudah menikah sekarang, jadi harus belajar cara buat kimchi.” Ucap Tuan Yoon sinis lalu bergegas masuk ke dalam rumah. 

Ibu Ji Ho mengangkat telp dari anaknya, kalau ada yang akan datan untuk membantu. Lalu bertanya dengan Ji Ho apakah akan datang. Ji Ho memberitahu tidak bisa datang tapi ada orang yang menggantikannya. Nyonya Yoon ingin tahu Siapa yang datang.
Se Hee sudah duduk didalam bus dengan kacamata hitam ingin menikmati udara desa dengan membuka jendela. Tapi kakek yang duduk dibelakangnya mengeluh kalau dingin dan menyuruh untuk menutup jendelanya. Se Hee pun menurutinya.
Akhirnya Se Hee turun dari bus berjalan kaki untuk kerumah Ji Ho, tapi petunjuk di ponselnya memberitahu kalau telah menyimpang dari rute  dan bukan arah yang benar. Seperti ia terus berjalan naik dan turun tapi malah tersesat. 

Nyonya Yoon dkk sudah sibuk memulai membuat kimchi, tetangganya melihat Nyonya Yoon  Banyak sekali membuatnya, bahkan beli 100 kubis padahal cuma sedikit orang yang membantu. Nyonya Yoon pikir Jangan khawatir, karena akan selesai sebelum suami mereka pulang.
“Tapi, Dimana Ji Ho? Apa Dia tak datang?” tanya tetangganya.
“Katanya dia, ada orang lain  yang datang menggantikannya.” Ucap Nyonya Yoon. Tetanganya ingin tahu siapa. Nyonya Yoon mengatakan kalau ia juga tak tahu karena Ji Ho hanya menyuruh untuk melihat saja nanti.

Se Hee sudah dua kali mengucap salam tapi tak terdengar, akhirnya ia sedikit mengeraskan suaranya.  Nyonya Yoon kaget melihat Se Hee bertanya kenapa datang ke rumah mereka. Semua tetangga melihat Se See itu suaminya Ji Ho dengan memujinya tampan dan membuat semua terkesima.
“Kampung ini jadi makin nyaman gara-gara dia kesini.” Goda salah satu bibi.
“Aku kemari mau buat kimchi.” Ucap Se Hee.  Nyonya Yoon kaget kalau yang dimaksud Ji kalau Se Hee yang akan mengantikanya. Se Hee membenarkan.
“Hei.. Siapa yang datang?... menantuku!.. Ada apa? Kau kenapa kesini?” ucap Tuan Yoon keluar dari rumah
“Aku kemari mau membantu membuat kimchi.” ucap Se Hee. Tuan Yoon binggung tapi akhirnya mengajak Se Hee masuk ke dalam rumah. 


Ji Seok dan Tuan Yoon masuk ke daam rumah, meminta istrinya agar memberikan minum pada Se Hee.  Tuan Yoon mengajak agar Setelah buat kimchi, mereka makan bossam dan menyuruh Se Hee duduk. Se Hee menolak, 
“Aku bukan kemari mau makan bossam, tapi bantu-bantu buat kimchi. Aku harus membantu membuat kimchi” ucap Se Hee. Semua kaget mendengarnya.
“Sebenarnya...,Ji Ho sudah membantu di rumah orang tuaku. Makanya aku setuju  membalas tenaga yang dia kerahkan, dengan membantu disini.” Jelas Se Hee.
“Apa maksudmu? Itu Wajar menantu perempuan membantu ibu mertuanya.” Kata Tuan Yoon.
Ibu Ji Ho tersenyu mendengarnya, lalu memastikan kalau Ji Ho membantu  di rumah orangtua Se Hee. Se Hee membenarkan. Tuan Yoon mengajak agar Se Hee Berhenti omong kosong dan duduk lalu minum bersama. Se Hee menolaknya. Ibu Ji Ho pikir Se Hee harus ganti baju dengan menawarkan untuk mengunakan baju miliknya. Se Hee pun tak keberatan. 


Ji Ho menerima pesan dari Se Hee “Aku sudah sampai di tempat orangtuamu. Kami lagi buat kimchi sekarang.” Bok Nam mendekati Ji Ho bertanya apakah ada masalah. Ji Ho mengatakan tak ada. Bok Namlalu melihat Soo Ji yang datang langsung melambaikan tangan.
“Dia cantik seperti biasa dan benar-benar tipeku.” Ucap Bok Nam. Ji Ho heran dan ingin tahu alasanya. Bok Nam mengatakanTidak ada alasan
“Tipemu cepat berubah, Dulu kau bilang, aku cantik sekali.” Sindir Ji Ho.
“Menurutku kau cuma manis dan Kau sebenarnya bukan tipeku.” Akui Bok Nam. Ji Ho melotot kaget ternyata Bok Nam hanya mengodanya. 


Ji Ho duduk bersama dengan Soo Ji di cafe.  Soo Ji kaget mengetahui kalau Se Hee pergi buat kimchi di Namhae. Ji Ho membenarkan. Soo Ji pikir Se Hee itu sama anehnya dengan Ji Ho jadi Pantas mereka berdua menandatangani kontrak semacam itu.
“Kalau dia sakit dan tidak bisa  pulang ke Seoul, bagaimana? Aku yakin Pasti ibumu beli 100 kubis.” Ucap Soo Ji
“Kurasa mereka tidak akan membuatnya untuk bantu-bantu dan cuma makan bossam disana, lalu setlah itu pulang. Aku yakin itu” kata Ji Ho. 


Se Hee sudah berganti pakain memasang alarm untuk 6 jam berkerja lalu memakain sarung tangan dengan mengangkat air untuk memberikan garam pada kimchi. Ia juga harus terjatuh karena tak kuat menarik ember berisi rendaman kimchi, lalu mengangkat lobak dengan ukuran besar.
“Kau pasti Capek, kan?” kata Nyonya Yoon. Se Hee membenarkan.
“Ini rasa asin karena sudah diawetkan pakai garam.” Ucap Nyonya Yoon. Se Hee terlihat binggung.
“Jadi  ini tidak bisa langsung dibumbui dan harus dibilas  pakai air bersih. Lalu taruh di keranjang... Apa Kau mengerti?” kata Nyonya Yoon memberikan contoh. Se Hee melakukanya tapi hanya mengambilnya dari baskom.
“Aigoo. Dia ini tak ada gunanya.. Kau harus Bilasnya seperti ini... Kenapa pasangan baru menikah tak ada tenaga sama sekali? Apa mampu dia membuat anak?” ejek Ahjumma. Se Hee hanya terdiam dengan terus mencuci kimchi.
“Apa Kau tak tahu pria kurus  malah lebih jago melakukanya?” kata Ahjumma lainya. Nyonya Yoon meminta agar mereka Berhenti bicara omong kosong  di depan menantunya.
Salah satu ahjumma melihat Se Hee tak benar membersihkan Kimchi sedikit memukulnya agar bisa mengeluarkan tenaganya. Nyonya Yoon membela Se Hee karena ada yang berani memukulnya. Se Hee bisa tersenyum karena ada yang membela. 

Ji Ho mendapatkan foto dari adiknya, tak percaya kalau Se Hee serius membuat kimchi. Saat itu terdengar teriakan pelanggan yang ingin memesan. Bok Nam datang mengatakan kalau akan melakukanya dan menyuruh Ji Ho pergi saja. Ji Ho binggung, bertanya kemana harus pergi.
“Pergi Ke suamimu... Jika kau secemas itu, maka kau harus pergi menemuinya. Tapi sebagai gantinya, kau harus kerja akhir pekan, oke” Kata Bok Nam 

Se Hee masih terus membantu membuat kimchi, adik iparnya pun meminta agar menumbuk bawang putih yang sudah dikupas, setelah itu membuat adonan tepung beras dengan kayu bakar dan terus mengaduknya sampai terkantuk. Ahjumma memanggil Se Hee agar bisa memindahkan ember, Se Hee pun bergegas membantunya.

Tuan Yoon dan Ji Seok hanya duduk melihat para wanita yang membuat kimchi. Ji Seok pikir Se Hee memang datang untuk membantu membuat kimchi. Tuan Yoon merasa kalau ini Sungguh aneh melihat Se Hee masi saja membantu memeras kimchi yang sudah dibilas. 


Ji Ho pulang ke rumah memberikan makan kucing, tapi mendengar suara terus mengeong tanpa terlihat Si kucing. Akhirnya ia masuk kamar Se Hee melihat kucing sudah ada di dalam lemari karena tak terkunci.
“Hei... Kapan kau masuk kesini? Aigoo, kau dalam masalah besar.” Ucap Ji Ho membereskan semua buku yang jatuh.
Ia melihat sebuah buku yang berjudul  [Koleksi Puisi] , wajahnya tersenyum karena sudah lama ingin membacanya, lalu bertanya pada si kucing apakah Apa boleh dipinjam dan akan mengembalikan setelah membacanya.

Ji Ho pun pergi ke rumah ibunya dengan naik bus, teringat buku yang dibawanya, tapi saat membuka bagian depan terlihat tulisan [Teruntuk Se Hee, cintaku dan segalanya]
“Sepertinya dia dapat ini dari seseorang.” Ucap  Ji Ho terlihat sedikit kecewa.
Nyonya Yoon menyuruh Se Hee untuk berhenti  dan istirahatlah. Se HEe pikir tak masalah kareka masih ada waktu, menurutnya karena mengambil cuti, jadi lebih baik memanfaatkannya. Nyonya Yoon menanyakan keadaan Se Hee. Se Hee mengaku kalau baik-baik saja?
Ji Seok tiba-tiba berteriak karena melihat Ji Ho yang datang. Ji Ho datang ke tempat ibunya, Se Hee melihat Ji Ho yang datang langsung tersenyum sumringah. 


Soo Ji datang menemui Sang Goo karena sebelumnya langsung pergi setelah meneriakinya. Sang Goo memberikan kantung belanjanya, Soo Ji melihat isinya banyak bra dan berpikir kalau Ini bisnis barunya sekarang. Sang Goo mengatakan membbeli yang paling nyaman dan yakin Salah satunya pasti cocok Jadi meminta agar Soo Ji bisa memakainya.
“Jika kau masih merasa tidak nyaman..., maka akan kucarikan bra yang nyaman buatmu. Maaf karena aku membuatmu merasa seakan menekanmu. Aku akan mencoba memperbaiki sikapku... Jadi kau juga... harus memikirkan  sedikit perasaanku Sejujurnya  aku tak suka, pria lain melirik pacarku dan membayangkan yang aneh-aneh..” Ucap Sang Goo. Soo Ji hanya menatapnya.
“Baiklah. Aku juga minta maaf... Aku minta maaf karena menurut kau sudah kelewatan.” Kata Soo Ji
“Tapi kenapa ponselmu mati? Aku cemas sekali” kata Sang Goo kesal. Soo Ji mengatakan ada rapat.
“Tunggu aku se-jam lagi.. Nanti kita makan malam bersama.” Kata Soo Ji.
Sang Goo kaget kalau Soo Ji mengajak Makan malam. Soo Ji meminta agar menunggu di dekat gedungnya, lalu bergegas pergi. Tapi akhirnya kembali menghampiri Sang Goo dengan memberikan ciuman di pipi. Sang Goo kaget memegang pipinya mengaku kalau sangat menyukainya. 


Ji Ho membawakan minum untuk Se Hee dan menanyakan keadaanya. Dan ingin thu Bagaimana punggung dan bahunya. Se Hee mengaku Agak sakit, tapi yakin sebentar lagi pasti baikan. Ji Ho piki harus pergi ke apotek untuk membeli plester pereda nyeri sebelum nyerinya bertambah.
“Ji Ho.. Kenapa kau datang? Bagaimana dengan Kafemu?” tanya Se Hee.
“Aku sudah mengurusnya dan Kau tidak perlu khawatir.” Kata Ji Ho
“Apa......karena kau cemas, makanya kau datang?” tanya Se Hee. Ji Ho membenarkan. Se Hee pun mengerti.
“Aku sangat senang melihatmu datang... Terima kasih...” kata Se Hee. 


Ji Ho keluar dari Apotek Namhae lalu berjalan di dekat pelabuhan dan duduk membaca buku milik Se Hee. Ia melihat judul Puisi [A Visitor] "Bertemu seseorang dalam hidup. merupakan suatu hal yang amat menakjubkan. Karena seseorang itu datang  bersama masa lalunya, masa sekarang..., dan masa depannya."
"Karena seluruh hidup seseorang datang menghampiri. Hati yang rapuh. Atau mungkin saja hatinya sudah terluka. Hati itu pun juga akhirnya datang."
Ji Ho sempat membaca sebuah note yang ada dibuku Se Hee.  [Jalanilah hidupmu seakan tidak ada yang terjadi. Jangan pernah mencintai seseorang.]
“Aku ingin tahu jalan apa yang sudah dilalui hatimu.” Gumam Ji Ho 

Se Hee melihat ada banyak poster film A Love Story, Christmas in August,  A Moment to Remember, foto-foto dengan teman-temanya dan buku bacaan diatas meja. Lalu melihat seperti buku agenda dengan tulisan diatasnya  [Milik Ji Ho] dan dibagian depan terlihat foto dengan dua temanya saat masih SMA.
“Dan alasan hatiku sakit sekali... saat aku mengetahui jalan  yang dilalui hatinya.. bukanlah karena cemburu atau frustrasi” Ji Ho melihat note kembali [Jangan pernah mencintai seseorang, Kau tidak berhak mencintai.]
Se Hee membaca diary Ji Ho [Ini sudah malam Natal! Soo Ji akan menjadi CEO, Ho Rang akan menjadi istri yang baik.]
“12 tahun silam..., Impianku mencintai seseorang. Dirimu...yang mengakhiri cintamu agak sedikit memilukan.” 

Se Hee akhirnya duduk bersama Tuan Yoon dan para suami yang  membantu. Tuan Yoon terlihat bangga dengan Se Hee yang mau membantu, dengan bangga kalau mereka tak pernah melihat orang seperti Se Hee sebelumnya.
“Menantuku sampai jauh-jauh ke sini  mau bantu buat kimchi.” Ucap Tuan Yoon bangga
“Putrimu pasti sangat menekannya. Kau itu pria. Kenapa kau datang  ke sini membantu keluarga istrimu?” ejek pria duduk didepan Se Hee.
“Hei.. Apa maksudmu? Saat suami memuja istrinya, maka dia bahkan bisa mencium  pagar rumah istrinya. Bukankah menurutmu dia seperti ini karena betapa cantiknya putriku?” kata Nyonya Yoon membela
“Aigoo, berhenti menyombongkan diri! Apa benar Kau datang ke sini karena  sangat mengagumi istrimu? Jawab aku!” kata si pria yang duduk didepan Se Hee.
“Ya, dia cantik... Makanya aku datang kemari.” Kata Se Hee. Si pria merasa menyukai Se Hee jadi akan menuangkan arah beras.
Se Hee melihat mangkuknya masih penuh. Pria itu menyuruh Se ee untuk menghabiskannya dan bisa minum lagi. Se Hee pun tak bisa menolaknya dan terus dicekoki minum. Sampai akhirnya Ji Seok berteriak panik memanggil Se Hee untuk membantunya. Se Hee pun bergegas pergi. 


Ji Seok dan istrinya membawa Se Hee ke belakang rumah,  memastikan kalau masih baik-baik saja karena tadi banyak minum. Se Hee terlihat sedikit mengantuk, mengaku kalau baik-baik saja dan sudah hampir mencapai batasnya. Saat itu terdengar suara si pria mencari Se Hee untuk minum kembali. Keduanya langsung menarik Se Hee pergi.
“Dia tidak akan membiarkanmu ke mana pun. Jika kau terus minum dan kau bisa mati.” Ucap Ji Seok
“Seharusnya kau kasih tahu lebih awal.” Keluh Se Hee.  Eun Sol bertanya kemana Ji Ho apakah pergi ke suatu tempat
“Dia pergi beli obat,  tapi dia belum pulang.” Ucap Se Hee. Ji Seok pikir Se Hee jangan langsung pulang dan lebih baik  jalan-jalan saja dulu sebentar.
“Hubungi Ji Ho Unni, dan  kau bisa jalan-jalanlah sama dia.” Goda Eun Sol lalu bergegas pergi dengan Ji Seok. 


Sang Goo membuka mangkuk sup yang masih panas, wajahnya terlihat bahagia bertanya apakah Soo Ji sadar ini sebenarnya  pertama kalinya mereka makan bersama. So Ji pikir Waktu itu mereka pernah makan bersama. Sang Goo mengeluh kalau merka hanya minum makgeolli dan Soo Ji minum enam botol, bahkan sangat mabuk.
“Makgeolli 'kan dari nasi. Jadi aku akan menganggapnya itu makanan.” Pikir Soo Ji
“Mulai sekarang, kita harus makan seperti ini setidaknya tiga kali seminggu.  Ini perintah, oke” kata Sang Goo. Soo Ji ingin tahu alasanya.
“Apa kau tahu betapa pentingnya ini?Apa kau tahu kenapa orang selalu  membicarakan makanan? Karena makan itu cara terbaik dekat sama orang.” Kata Sang Goo.
“Yahh. Benar juga. Makanya Ji Ho juga jatuh cinta padanya.” Kata Sang Goo keceplosan.  Sang Goo melonggo binggng apa maksud ucapanya.
“Jadi begini...,Ji Ho jatuh cinta dengan majikan rumahnya. Temanku itu suka dengan temanmu dan kau harus janji Jangan bilang-bilang pada  temanmu itu, karena Sepertinya cinta bertepuk  sebelah tangan.” Ucap Soo Ji
“Apa Menurutmu begitu? Apa Menurutmu Se Hee tidak tahu kalau Ji Ho menyukainya?” kata Sang Goo. Soo Ji terlihat binggung. 
Se Hee berjalan-jalan untuk menghilangkan rasa mabuknya, melihat Ji Ho duduk sendirian di tepi pelabuhan, lalu berteriak memanggilnya. Tapi Ji Ho seperti tak mendengarnya, Se Hee kembali memanggilnya. Ji Ho pun tersadar melihat Se Hee melambaikan tangan dan berjalan ke arahnya. 


Soo Ji mengartikan kalau Se Hee tahu Ji Ho menyukainya. Sang Goo membenarkan. Soo Ji pun ingin tahu perasaan Se Hee pada Ji Ho. Sang Goo seperti berusaha mengalihkan dengan berkomentar kalau nasinya  Sangat pulen.
“Ji Ho itu belum pernah pacaran  sebelumnya, tahu. Dia itu tak tahu apa-apa. Aku bertanya karena mengkhawatirkannya.” Ucap Soo Ji sedikit panik.
“Se Hee pasti takut karena dia tahu... Dia tahu betul apa itu cinta. Makanya dia lebih takut.. dasar Se Hee.” Ungkap Sang Goo. 

Keduanya duduk di pinggir pelabuhan, Ji Ho mengomel kala Se Hee  harusnya menolak minum  makgeoll dan biasanya jago menolak, tapi kenapa tidak bisa hari ini. Se Hee hanya menatapnya,  mengaku kalau Pasti begini perasaan Ji Ho saat bertanya kenapa pergi ke rumah orang tuanya dan merasa sedih sama  seperti perasaannya.
“Lautnya indah.. Aku sudah lama tak lihat pantai.” Kata Se Hee. Ji Ho juga  seperti itu.
“Maksudku...,ini juga baru pertama kalinya, aku melihat pantai dengan orang yang bukan keluarga atau temanku. Itu Karena kau bukan keluarga atau temanku. Aku tidak pernah melihat pantai bersama seorang pria.” Ucap Ji Ho
“Berarti banyak hal yang belum pernah kau lakukan.” Kata Se Hee. Ji Ho membenarkan.
“Aku selalu sibuk waktu usia 20-an. Jadi banyak hal yang belum kulakukan. Makanya aku juga tidak tahu banyak hal.” Ungkap Ji Ho
“Ada sebuah puisi yang kusuka saat berusia 20-an. Isinya seperti ini..., "Bertemu seseorang dalam hidup adalah saat seluruh hidup  seseorang itu datang juga. Hati yang rapuh Atau mungkin saja hatinya sudah terluka. Hati itu pun juga akhirnya datang." Ucap Se Hee yang sangat ingat dengan isinya.
“Saat aku menyukai puisi itu, aku tidak tahu apa artinya.Tapi ketika aku tahu maknanya, maka aku tidak suka puisi itu lagi. Ada banyak hal yang takkan pernah bisa dilakukan lagi saat kau tahu apa sebenarnya hal itu. Jadi aku...iri padamu, Ji Ho.” Ucap Se Hee.
Ji Ho menatapnya, Se Hee pikir Ji Ho boleh saja tidak tahu banyak hal, tapi ada baiknya seperti itu, Jadi menurutnya jangan terlalu khawatir. Ji Ho pikir Nam Se Hee juga seperti itu, menurutnya Meskipun Se Hee telah melihat  laut sebelumnya, tapi laut yang dilihat sekarang berbeda.
“Meskipun kau tahu betul, dan meskipun kau telah melakukannya sebelumnya, tapi menikmati saat bersama seseorang itu  adalah pertama kalinya bagimu. Misalnya pernikahan kita, ciuman di halte bus. Aku meyakini apa yang terjadi  setelah momen-momen itu, bukan salah siapapun. Hal itu... terjadi begitu saja.” Kata Ji Ho
“Seperti halnya ada ombak terus mengali .dan ada ombak yang lain beristirahat. Semua terjadi begitu saja. Jadi... kau jangan terlalu khawatir... Hanya karena kau sudah melalui hari in, bukan berarti kau tahu  apa yang akan terjadi besok.” Ungkap Ji Ho.


"Bertemu seseorang dalam hidup  merupakan suatu hal yang amat menakjubkan."
Se Hee masih mengingat saat pertama kali Ji Ho memberikan ciuman di halte bus, Lalu melihat Ji Ho menangis dalam ruang tunggu. Ia juga mengulurkan tanganya mengajak Ji Ho pergi dari Bok Nam.
"Itu karena...karena seluruh hidup seseorang itu datang menghampiri. Hati yang rapuh. Atau mungkin hatinya sudah terluka. Hati itu pun juga akhirnya datang."

“Sekarang aku tahu kenapa orang  ke laut saat mereka frustrasi. Karena kau bisa menghadapi hatimu di sini. Tapi, ada yang ingin kuperbaiki... Apa yang kau lakukan di halte bus  bukanlah ciuman. Tapi kecupan.” Ucap Se Hee.
“Kenapa harus bawa-bawa itu...” keluh Ji Ho dengan nada bisik, lalu membenarkan yang dikatakan Se Hee.
“Di satu sisi, itu juga tidak bisa dinamakan kecupan. Kalau bisa kuartikan, itu lebih tepatnya bibir yang membuat  kontak fisik dengan bibir lainnya. Itu pasti arti yang tepat.” Kata Se Hee dengan wajah datarnya.
“Ya, aku mengerti... Itu mana bisa dinamakan ciuman.” Kata Ji Ho berdiri dari tempat duduknya
“Bukan begitu caranya kau mencium seseorang.” Kata Se Hee. Ji Ho terlihat kesal mengaku sudah mengerti karena memang payah dalam hal mencium.
Se Hee memberitahu kalau ciuman yang sebenarnya,dengan mendekatkan wajahnya dengan tangan memegang leher Ji Ho lalu menciumnya. Ji Ho kaget tiba-tiba Se Hee menciumnya lalu menutup matanya. Se Hee mengakhiri ciumanya dengan saling menatap lalu bertanya
“Apa Kau sudah mengerti sekarang Atau... Haruskah kita melakukannya lagi?” ucap Se Hee. Ji Ho menjawan kalau akan melakukan lagi. Keduanya pun berciuman dengan sinar matahari terbenam, dan tangan Ji Ho mengalungkan di leher Se Hee.
“Hati yang rapuh.. Atau hati yang sudah terluka. Hatinya pun... akhirnya datang padaku.” Gumam Ji Ho
Bersambung ke episode 12

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


2 komentar:

  1. Aaaaaah.... Ini drama bikin baper deh ya... Suka , suka,, smg nanti updatannya g pe tgh mlm😊

    BalasHapus
  2. D tunggu kelanjutan y 😊😊, makasih sinopsis y.

    BalasHapus