PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 02 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

 Ji Ho melihat Se Hee menatapnya bertanya apakah ada masalah. Se Hee melihat buku yang di pegang oleh Ji Ho, dibelakangnya tertulis  [You only love one. -Bok Nam.] lalu bertanya apakah besok akanberangkat kerja. Ji Ho binggung tiba-tiba Se Hee menanyakan hal seperti itu lalu menjawab kalau harus kerja.
“Aku 'kan masih anak baru, jadi  harus berangkat pagi-pagi.” Ucap Ji Ho
“Kalau kau tidak kerja besok, apa yang akan terjadi?” tanya Se Hee dengan wajah datarnya, tapi hatinya yang khawatir.
“Kalau aku tak kerja besok, mungkin bakal dipecat. Tapi Kenapa tanya begitu?” ucap Ji Ho heran.
“Besok, apa kau mau bawa si Kucing ke dokter hewan?” ucap Se Hee. Ji Ho terlihat binggung.
“Ya. Kalau begitu, sorenya kubawa kesana kucingnya.” Kata Ji Ho tak bisa menolak. Se Hee meminta agar Ji Ho pergi pagi saja.
“Aku akan berterima kasih kalau kau bawa dia pagi hari.” Ucap Se Hee. Ji Ho pun menganguk mengerti.

Ji Ho duduk di toilet heran dengan Se Hee, karean Padahal waktu menawarkan diri bawa si kucing waktu itu, menolaknya, tapi sekarang malah tiba-tiba menyuruhnya untuk membawa kitty ke rumah sakit.
“Bagaimana bisa lulusan seni rupa liberal  seperti aku bisa paham dengan cara kerja otak  lulusan sains?” keluh Ji Ho mengomel sendiri.
Ia lalu mengirimkan pesan pada Bok Nam “ Besok, aku bisa tukaran jam kerja denganmu?” lalu kembali melihat buku yang diberikan rekan kerjanya baru tersadar dengan tulisan dibelakang buku"You only love one.". Ji Ho hanya bisa tertawa dengan tingkah Bok Nam yang  Tak masuk akal.
“Dia pasti tak pintar. Apa dia ini menyalin  dialog drama?” komentar Ji Ho melihat tulisan Bok Nam. 

Se Hee menelp Bo Mi dengan meminta maaf menelep larut malam, dengan membahas  daftar keluhan yang dikirim, ada Yeon Bok Nam, dengan Keluhannya tentang penguntitan. Jadi ia ingin tahu Kapan dan dari mana keluhan itu. 

Esok pagi
Se Hee memberitahu Ji Ho kalau sudah mengirimkan pesan tentang alamat dokter hewannya dan itu adalaah dokter hewan langgana Kucingnya jadi pasti terbiasa. Ji Ho mengangguk mengerti.
“Siang harinya, perawatan dia pasti sudah selesai, 'kan? Nanti kukasih tahu kau apa saja yang dilakukan kittyr di dokter hewan.” Ucap Ji Ho
“Tidak juga, Bergantung pada kondisinya,  mungkin ada tes tambahan. Pokoknya, jagalah dia. Lalu Bayar tagihan dokternya dan transportasinya pakai kartu ini. Kau harus naik taksi.” Ucap Se Hee.
“Tak usah. Ada bus juga yang langsung menuju ke sana.” Kata Ji Ho menolak merepotkan Se Hee.
“Tidak... Tapi si Kucing tak bisa  naik bus. Dia tidak pernah berada di tempat yang ramai.” Jelas Se Hee. Ji Ho ingin tahu ada berapa tes yang akan dijalani kitty.
“Katanya ada beberapa dokter hewan yang memaksamu melakukan lebih banyak hal biar mereka dapat bayaran lebih.” Kata Ji Ho
“Semua tes, tak masalah. Apapun yang disuruh dokter hewan, maka Kau bisa membayarnya sekaligus.” Ucap Se Hee. Ji Ho menganguk mengerti.
Se Hee mendekati kucingnya dengan mengelus dan membinta agar bisa menjaga diri. Ji Ho hanya bisa cemberut karena Se Hee lebih perhantian pada kucing dibanding dirinya. Se Hee pun pamit pergi lebih dulu ke kantor. 

Sang Goo keluar dari cafe dengan wajah bersemangat dan penuh bahagia, teringat kembali ucapan Soo Ji semalam saat menurunkan di pinggir jalan
“Tidak, tapi aku tidak ingin melakukan  kesalahan sekarang. Jika kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama, bisa-bisa aku nanti tidur denganmu.” Ucap Soo Ji. Sang Goo melonggo kaget.
“Oh ya...Nomor kamarnya bukan 303... Tapi 304... Kamar kita.” Kata Soo Ji
Sang Goo berjalan menyapa semua orang yang didepanya, layaknya sedang melakukan syuting musical berjalan ditaman menarik bersama, dan diangkat layaknya seorang pangeran. Ia terlihat bahagia menari sendirian, Bo Mi datang  datang memanggil, Sang Goo menyuruh  Bo Mi agar menghirup udara pagi yang segar ini.
“CEO Ma...Bukan waktunya syuting  "500 Days of Summer" di sini sekarang. Ayo ke kantor.” Ucap Bo Mi bergegas pergi. Sang Goo binggung ada apa hari ini. 

Sang Go melihat bagian [Daftar keluhan, dengan profil Bok Nam  usia 24 tahun. Keluhan: Penguntitan] lalu bertanya apakah  sudah hubungi si pelapor. Bo Mi mengaku Sudah, kalau Mereka mengobrol melalui  ruang obrol aplikasi lalu bertukar nomor dan setelah itu menjadi dekat.
“Lalu saat si wanita berhenti menghubungi dia, si pria ini mulai menggila. Saat si wanita memblokir kontak Bok Nam, maka dia menelepon kantor si wanita.” Jelas Bo Mi
“Kalau memang benar begitu,  berarti itu masalah serius. Tapi ada beberapa orang yang suka buat laporan palsu.” Ucap Sang Goo
“Kita harus memastikan dulu apa ini memang benar adanya. Apa kita bisa dapat  daftar hitam dari aplikasi lain?” ucap Se Hee.
“Kalau itu, minta tolong Won Seok saja.” Saran Sang Goo. Se Hee pun meminta Bo Mi  agar ikut denganya. Bo Mi menganguk mengerti. 


Ji Ho pergi ke dokter hewan, si dokter membahas kalau Dia bisa diandalkan. Ji Ho terlihat binggung. Dokter menjelaskan kalau yang dimaksud itu Se Hee, menurutnya Se Hee memang pria yang jantan.  Ji Ho pikir Jika harus menggolongkannya,  merasa Se Hee bukan masuk ke tipe yang jantan.”
“Tak apa cerita sama kami.Semua staf di rumah sakit ini tahu  kalau Se Hee orangnya tangguh.” Kata Dokter Wanita. Ji Ho binggung menganggap Tangguh.
“Waktu pertama kali dia bawa Kucing kesini...,dia marah sekali. Perawat yang kasih julukan seperti itu. Pria Tangguh.” Kata Dokter wanita bangga. Ji Ho seperti baru tahu kalau Se Hee marah.
“Kau belum tahu rupanya Waktu itu keadaan si Kucing parah sekali. Dan kubilang pada Se Hee kalau dia harus mempersiapkan dirinya untuk yang terburuk, lalu dia membanting meja, dan marah besar. Dan dia bilang, kalau aku tidak bertanggung jawab. Separah apapun sakitnya si Kucing, dia ingin aku menyelamatkannya. Padahal waktu itu, pemilik Kucing ini bukan dia.” Cerita Si Dokter.
“Ya. Dulu si Kucing ini  ditelantarkan. Waktu itu si Kucing seakan mau mati di jalan saat Se Hee berlari kesini, sambil memeluk si Kucing tengah malam.” Cerita Dokter wanita.
“Kau menikahi pria yang baik. Mana ada pria jahat yang  suka binatang. Ya, 'kan?” ucap Si Dokter pria.
Dokter wanita membenarkan, menurutnnya kalau Dokter disampingnya itu Cuma peduli sama hewan dan seharusnya tidak percaya kata seorang pria  sebelum menikah. Ji Ho baru tahu kalau keduanya ternyata  sepasang  suami istri. 


Bo Mi datang ke cafe YOLO, Se Hee sempat melihat motor milik Bok Nam terparkir didepan cafe. Bok Man menyapa Bo Mi yang datang pagi hari padahal  belum jam makan siang. Bo Mi mengataakn mau pesan makanan ringan. Bok Na mengatakan kalau Ada menu baru hari ini jadi Bo Mi harus coba.
“Selamat datang... Ji Ho bilang dia terlambat  kerja hari ini.” Ucap Bok Nam menyapa Se Hee. Se Hee menjawab kalau sudah tahu.  Bok Nam berikan kue untuk dicoba oleh Bo Mi
“Heol. Aku pesan ini  5 bungkus.” Ucap Bo Mi langsung pesan setelah memakan suapan pertama.
“Kadar gulamu pasti rendah pagi ini... Apa atasanmu selalu menyuruhmu?” ucap Bok Nam. Bo mi pikir ia memang selalu disuruh tiap hari.
“Tasmu pasti berat, Banyak alat-alat disitu.” Ucap Se Hee mencari tahu tentang Bok Nam dan melihat tas Bok Nam banyak peralatan seperti obeng dan tang.
“Alat-alat itu penting  buat pengendara motor, Karena sangat dibutuhkan  saat bekerja.” Jelas Bok Nam.
Bo Mi ingin tahu kerja seperti apa, Bok Nam mengatakan bisa memperbaiki sepeda motor dan hati perempuan dengan mengoda Bo Mi. Bo Mi seperti tak bisa menahan godaan Bok Nam. Se Hee memberikan kartu untuk membayar kue. Bok Nae memberitahu Semuanya 26 ribu won dan meminta tanda tangan Se Hee.
“Tanda tanganmu sudah ganti.” Ucap Bok Nam melihat Se Hee hanya memberikan garis pada mesin kartu kredit
“Aku baru pertama kali tanda tangan disini. Kemarin, aku bayar pakai tunai.” Ucap Se Hee. Bok Nam terlihat gugup, berpikir pasti salah orang lalu mencoba menawari Bo Mi mencoba kue yang lainya.


Ji Ho berjalan memikirkan komentar Dokter kalau Se Hee  adalah Pria tangguh, bahkan berlari sambil  memeluk Kucing. Ia tak percaya pemilik rumahnya, Si neokorteks melakukan itu. Tiba-tiba terdengar suara tawa bahagia, Ji Ho heran melihat dua temanya berjalan sambil bertawa.
“Apa Kau tidak kerja?” tanya Ho Rang. Ji Ho mengaku ada  ada urusan. mau berangkat kerja sekarang.
“Lalu Kalian sendiri? Mau kemana?” tanya Ji Ho. Ho Rang pikir mau kemana lagi kalau bukan ke cafe tempat Ji Ho berkerja.
“Bok Nam kasih banyak kupon sama kami.  Jadi Sayang, kalau tak dipakai.” Ucap Ho Rang bangga
“Apa Kalian tak sibuk?  Kerjaan kalian bagaimana?” tanya Ji Ho
“Aku ada rapat di luar kantor hari ini. jadi  bebas sampai sore ini.” Kata Soo Ji dan Ho Rang mengatakan kalau hari ini libur mereka pun berjalan bersama menuju cafe. 

Bo Mi keluar dari cafe, berkomentar Mungkin itu laporan palsu, karena Bok Nam kelihatan baik sekali orangnya. Se Hee mengejak Bo Mi juga kelihatan biasa saja dari dulu. Bo Mi hanya bisa cemberrut kalu menceritakan sudah cari tahu berapa harga motor itu.
“ Harganya mahal sekali... Kau penasaran 'kan harganya berapa?” ucap Bo Mi. Se Hee mengaku tidak juga.
“Kenapa pula aku penasaran  sama harga motor?” kata Se Hee. Bo Mi pikir benar juga karena Se Hee tak mungkin tertarik dengan hal seperti ini.
“Tapi kalau kau sudah mencaritahunya, katakan saja. Memang berapa harganya?” ucap Se Hee. Bo Mi pun membisikan harganya. 

Ho Rang melihat dari kejauhan Se Hee ada di depan cafe, lalu bertanya-tanya siapa wanita yang disampingnya sambil berbisik. Soo Ji terpana dengan motor yang ada didepan cafe karena terlihat keren.
“Aku sebelumnya cuma lihat motor itu dipajang di toko. Tapi ternyata memang ada orang yang mengendarai motor itu?” ungkap Soo Ji
“Itu punyanya si Bok Nam.” Kata Ji Ho. Keduanya tak percaya kalau itu milik Bok Nam.
“Tapi itu 'kan harganya hampir setara dengan satu mobil.” Ungkap Ho Rang. 

Se Hee mengetahui harga motor, mencoba untuk tenang tapi matanya melotot kaget. Bo Mi juga tak percaya harga motor Bok Nam sangat mahal,  Se Hee berkomentar kalau ternyata tidak semahal perkiraannya, tapi berjalan mundur.
“Apa kita balik ke kantor sekarang? Kita sudah cukup lama disini.” Ucap Bo Mi. Se Hee akan melangkah tapi kakinya tersandung kaki Bo Mi.
Tangan Se Hee sudah siap untuk menyentuh bagian, spion motor dan mematahkanya. Tapi dengan refleks badanya bisa menghindarinya. Ho Rang dkk terlihat melonggo melihat Se Hee, Bo Mi pun khawatir meminta Se Hee agar bisa berhati-hati. 
“Kaca spion itu harganya bisa sampai biaya lembur kerja kita seminggu Atau malah lebih mahal.” Ucap Bo Mi
“BerHati-hatilah, sampai tahun 2048. Kau mungkin harus ganti rugi kacanya bersamaan dengan hipotekmu.” Ejek Bok Nam keluar dari cafe.
“Ucapanmu tadi cukup berlebihan. Bisa-bisanya kau membandingkan rumah dan kaca spion? Memangnya berapa harga spion kecil?” kata Se Hee sinis
Sebuah motor lewat dibelakang Se Hee, Bo Mi terlambat memperingatkanya. Se Hee berusaha menghindar dari motor Bok Nam yang mahal. Semua melonggo melihat  Se Hee berputar diatas motor, tanpa mau menyentuhnya. Sampai akhirnya jatuh tengkurap dan terlihat sangat malu dan kesakitan. Ho Rang binggung, bertanya pada Ji Ho dengan nasib suaminya. 


[Episode 6: Karena ini Suami Pertamaku]
Sang Goo membuka pintu ruangan dan mendapatk sambutan bau yang tak sedap berpikir ada orang yang BAB, lalu melihat dua orang sedang berkerja didepan komputer dan memilih untuk duduk disofa. Tapi saat itu juga seorang pria bangun dari tidurnya.
“Apa Kau tidur di sana? Maaf...” ucap sang Goo akhirnya berdiri. Won Seok melihat Sang Goo yang datang ke kantornya.
“Ada apa kemari?.. Tidak ada tempat duduk di sini.” Ucap Won Seok
“Seharusnya aku sudah berkunjung  lebih cepat. Maaf... Kau harus taruh ini di kantormu. Ini tanaman yang menyejukkan udara. Ini tanaman terbaik buat ruangan yang tak ada ventilasi udara.” Kata Sang Goo memberikan pot bunga.
“Terima kasih. Tapi ini Taruh dimana ya?” ucap Won Seok kebingungan lalu bertanya pada Byung Tae. Tapi Byung Tae sedang mengunakan earphone tak mendengarnya.
“Sang Hoon, aku harus taruh ini dimana?” tanya Won Seok. Temanya yang tertidur disofa menyuruh menaruh diatas meja saja karena tak ada tempat lagi. Won Seok menaruh diatas meja lalu mengajak Sang Goo untuk berbicara diluar saja. Sang Goo meminta maaf pada Sang Hoon yang sudah mengganggu.

Won Seok membelikan segelas kopi untuk Sang Goo didapan kantornya, Sang Goo heran melihat suasana kantor Wan Seok seperti itu. Wan Seok menceritakn Sang Hoon dicampakkan sama pacarnya. Sang Goo terlhat binggung. Won Seok memberitahu kalau pria Yang tadi tidur di sofa itu.
“Pantas dia tadi cepat marah sekali. Bukankah terlalu kekanakkan bagi  anak muda kalau terobsesi sama pacar? Maksudku, memang sudah biasa orang pacaran dan putus.” Pikir Sang Goo
“Orangtua pacarnya itu menyuruh pacarnya putus dengannya jika Sang Hoon bersikeras  terus mengembangkan aplikasi kami. Orang tua pacarnya tak mau merestui mereka, kala Sang Hoon tidak dapat pekerjaan tahun ini.” Cerita Won Seok. Sang Goo pun bisa mengerti.
“Aku juga tengah berjuang, Semuanya begitu berat. Kerjaanku dan kehidupan cintaku juga. Aku terpaksa menunda  mengakhiri masa bujangku dan Ho Rang tidak mau melakukannya.” Kata Won Seok. Sang Woo binggung tidak mau apa maksudnya, tapi akhirnya mengerti dan ingin tahu alasanya.
“Dia merasa tidak aman, tidur sama pria yang tak punya niat menikah. Jika aku ingin melakukannya...  Ahh.. ini Memalukan sekali... Dia ingin aku pakai dua kondom.” Cerita Won Seok
“Kondom 'kan bukan kaus kaki. Mana bisa kau pakai 2 kondom... Jadi bagaimana?” kata Sang Goo. Won Seok pikir jadi serius memikirkan  untuk menikahi Ho Rang.
“Kau pasti banyak bergumul... Ini bukan hanya krisis sederhana. Tawaran pekerjaan dariku masih berlaku,  jadi teleponlah aku kalau mau bergabung.” Kata Sang Goo. Won Seok pun mengucpkan terimakasih.
“Oh Yah... Bisa kau tunjukkan foto pria yang dibicarakan?” ucap Won Seok
“Ini dia. Kau bisa cari tahu apa dia masuk daftar hitam di aplikasi kencan lainnya?” ucap Sang Goo
Won Seok pun akan mencaritahunya, lalu ingin tahu apa rencaana Sang Goo selanjutnya, karena tahu Bok Nam kerja sama Ji Ho. Sang Goo juga memikirkanya kalau Bok Nam cuma masuk daftar hitam, maka bisa tinggal menghabisinya Tapi ini juga menyangkut Ji Ho jadi khawatir.
“Dia bekerja dengan Ji Ho, jadi aku  tidak bisa bertindak gegabah.” Kata Sang Goo
“Untung saja suaminya juga ada di perusahaanmu. Dia juga ahli dalam  kasus-kasus seperti ini.” Kata Waon Seok
“Benar, kita punya Se Hee. Dia realistis dan teliti. Aku yakin, walau dia terluka pun, dia takkan berdarah.” Ungkap Sang Goo yakin pada temanya. 



Dokter memakaikan plester pada dahi Se Hee merasa tak percaya kalau jahitannya jadi banyak, berpesan agar Jangan sampai air kena balutan lukanya dan datanglah kemari seminggu lagi. Se Hee menganguk mengerti. Ho Rang dkk, berserta Bo Mi ikut mengantar.
“Katamu kau jatuh berguling, 'kan?  Bagaimana kejadiannya? Dan Siapa walinya?” ucap Dokter. Ji Ho pun mengangkat tanganya
“Karena motor...” ucap Ji Ho. Perawat pikir itu ketikan Se Hee  naik motor jadi harus di-scan X-ray.
“Aku baru tahu kau mengendarai sepeda motor. Pantas matamu tajam.” Kata Dokter memuji. Ji Ho mengatakan kalau Se Hee tidak naik motor.
“Tapi waktu menghindari motor...” kata Se Hee. Perawat pikir  ada motor yang mengebut dan Seh Hee menghindar jadi harus di-CT scan juga.
“Begini... Motornya saat itu tidak melaju.” Kata Ji Ho akhirnya Se Hee yang turun tangan menjelaskanya.
“Jadi begini... Kejadiannya waktu aku mencoba  menghindari motor yang mau diparkir.” Ucap Se Hee. Dokter binggung kenapa Se Hee melakukan itu.
“Apa mungkin karena motornya sangat mahal? Apa Kau menghindarinya biar  agar tidak menggores motornya? Konyol sekali kau. Bukan seperti itu, 'kan? Orang gila mana coba yang mengorbankan nyawa mereka agar motor itu tak rusak?  Walaupun harga motor itu mahal sekalipun.” Ucap Dokter.
Ho Rang dkk tak bisa menahan tawa, Se Hee seperti malu milih untuk pamit pergi dan akan bertemu seminggu lagi.


Di  dalam mobil
Ho Rang pikir Suaminya si Ji Ho rupanya sangat atletis. Ho Rang membenarkan karena tak habis pikir Bagaimana bisa  tubuhnya terlempar ke sana, Ho Rang pikir seharusnya jadi penyelam  profesional saja. Bo Mi keluar dari bangku belakang berkomentar kalau  Ji Ho pasti sangat malu sekali.
“Tak parah juga..” pikir Ho Rang mencoba untuk tak menjelekan suami Ji Ho.
“Dia pasti malu. Padahal 'kan spion  pasti harganya tak semahal itu. Tapi dia malah jatuh berguling untuk menghindarinya. Lalu , teman-teman  istrinya juga melihat semuanya. Kalau itu aku, aku pasti malu sekali.” Ucap Bo Mi. Ho Rang langsung terlihat sinis
“Tapi kenapa kau naik mobil ini? Bukannya kau harusnya balik ke kantormu?” ucap Ho Rang
“Tentu, aku harus ke kantor. Tapi aku mana bisa masuk ke  mobil pasangan suami istri itu. Nanti suasananya jadi canggung. Kau bisa Bisa belok ke kiri, dan turunkan aku di persimpangan?” ucap Bo Mi. Soo Ji pikir tak masalah karena mereka memang searah. Ho Rang mengeluh mendengarnya.
“Tapi, apa kalian tahu banyak soal pria bernama Bok Nam?” tanya Bo Mi. Soo Ji mengaku cuma mengenalnya saja.
Ho Ran mengoda Bo Mi kalau menyukai Bok Nam, tapi menurutnya tak mungkin karena Bo Mi kerja di aplikasi kencan jadi pasti sadar betul tingkat penampilannya. Bo Mi membalas sindiran, Ho Rang kalau ia tetap tingkatnya lebih tinggi dari Ho Rang.
“Kau belum tes evaluasi tingkat aplikasi kami, kan?” ejek Bo Mi
“Aku tidak perlu tes seperti itu karena aku punya pacar. Dan hanya orang yang kurang percaya diri  saja yang ikut tes dari aplikasimu itu.” Ejek Ho Rang
“Kau punya pacar dan harga diri tapi kau kurang sopan santun.” Kata BO Mi. Ho Rang mengeluh kalau Bo Mi itu orang aneh. 


Se Hee meminum obat dan minuman suplement, Ji Ho menemaninya di apotik bertanya apkah Tidak sakit. Se Hee mengaku baik-baik saja. Ji Ho heran melihat Se Hee bisa melakukannya menurutnya kalau Se Hee menyentuh motor itu pun juga takkan terluka.
“Kalau aku sentuh, motornya pasti rusak atau jatuh.” Kata Se Hee.
“Tetap saja, lebih baik motor yang rusak daripada orang yang terluka.” Pikir Se Hee.
“Yah, itu bukan masalah benar atau salah. Pada akhirnya, biaya perawatanku  jauh lebih murah daripada biaya perbaikan motor.” Kata Se Hee.
Ji Ho teringat ucapan dokter hewan “Se Hee itu pria yang jantan. Dia sangat marah, dan sampai membanting meja ini. Perawat menjulukinya Pria Tangguh” lalu berkomentar sendiri “Pria Tangguh darimananya.”. Se Hee sedikit mendengar bertanya apa yang dikatakan Ji Ho.  Ji Ho mengaku Bukan apa-apa dan tak ingin membahasnya.
“Oh, ya. Aku disuruh jemput  Kucing malam ini. Kucing masih melakukan tes” ucap Ji Ho. Se Hee menganguk mengerti dan mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kita pergi sekarang? Kau mau balik ke kantor, kan?”ucap Ji Ho. Se Hee menganguk. Dan bertanya pada Ji Ho.
“Apa Kau mau ke kafe itu?” tanya Se Hee. Ji Ho pikir memang harus datang karena bisa dipecat.
“Ada yang mau kau katakan padaku?” tanya Ji Ho melihat Se Hee seperti memendam sesuatu.
“Soal kafe itu... Sampai kapan kau berencana  bekerja di kafe itu?” tanya Se Hee.
“Aku berencana bekerja di sana  selama sementara waktu kecuali aku dipecat. Kenapa kau tanya itu?” kata Ji Ho.
“Tidak...Aku cuma tanya saja,  apa harus kafe itu. Ada banyak kafe lain di dekat rumah kami. Jadi... Ada kafe lain yang bisa kau datangi  dengan berjalan kaki. Menurutku tidak perlu pergi  jauh-jauh ke kafemu yang sekarang.” Kata Se Hee.
“Apa mungkin, kau merasa tak nyaman karenanya? Apa kau merasa tidak nyaman, karena rekan kerjamu datang ke tempat kerjaku?” ucap Ji Ho. Se He mengaku tak seperti itu.
“Jangan khawatir. Seperti permintaanmu, aku juga akan menghindari situasi dimana kita harus bertindak seperti  pasangan yang sudah menikah. Dan lagipula aku sudah menelusuri semua kafe dekat rumah kita..., tapi aku gagal dapat kerja disana.” Cerita Ji Ho.
“Tidak banyak pekerjaan sambilan yang bisa kudapatkan dalam situasiku ini. Aku saja dapat pekerjaan di  kafe itu karena bantuan si Bok Nam. Jadi butuh banyak waktu dan usaha mendapatkan pekerjaan sambilan itu. Tolong jangan enteng sekali berkata seperti itu.” Kata Ji Ho lalu keluar dari cafe.
Ji Ho pun pamit lebih dulu saat keluar dari apotik, mereka memilih jalan yang berbeda. Se Hee sempat menoleh terlihat khawatir, tapi Ji Ho tertetap terus berjalan. 


Soo Ji membuka pintu belakang mobilnya, melihat boneka pemberian Sang Goo dan teringat saat mereka dalam restoran “Kau bilang perasan Pribadi? Maksudmu soal bagaimana aku menyukaimu?” Lalu di mobil
“Aku selalu peduli denganmu, selalu penasaran kau lagi apa dan aku selalu merindukanmu. Aku hanya tidak suka. Aku tak suka saat mereka menggodamu.”
Soo Ji seperti senang mengingat Sang Goo yang mengaku perasaanya, lalu sedikit menyentuh bonekanya seperti gemes, setelah itu membawa semua barang termasuk bra kedalam tasnya. 

Manager Park  melihat Soo Ji yang baru datang, bertanya apakah sudah balik dari Techno Valley. Soo Ji mengaku juga mampir ke  kantor pusat M Company. Manager Park menganguk mengerti, lalu pandangan menatap dada Soo Ji. Soo Ji tersadar lalu langsung menutupinya dengan map dan pamit pergi.
“Apa kau Lihat itu?” ucap Manager Park bisa melihat Soo Ji yang tak mengunkan bra. Dua teman lainya pikir tak mungkin seperti itu.
“Ini bukan pertama kalinya aku melihatnya. Apa Kau mau taruhan?” ucap Manager Park. 

Soo Ji akhirnya memakai bra dialam toilet, tiga orang pegawai masuk untuk memperbaiki make up membahas tentang Soo Ji kalau CEO Golden Venture  menggodainya, dua yang lainya ingin tahu apa yang dilakukan Asisten Woo Mereka mendengar kalau Asisten Woo diam saja.
“Tapi CEO Ma dari Gyeol Mal Ae malah memarahi si CEO Golden Venture.” Ucap temanya yang membawa gossip, Mereka ingin tahu alasanya.
“Mungkin mereka punya hubungan. CEO Ma mana mungkin melakukan itu, kalau tak ada alasan. Dia 'kan salah satu investor penting. Lalu , orang-orang pada ramai bilang kalau Asisten Woo tidak pakai bra sewaktu rapat di luar kantor. Mungkin CEO Ma jatuh cinta  padanya karena itu.” Cerita si biang gosip.
Mereka pun tak percaya kalau Soo Ji tak pakai bra, berpikir kalau seperti wanita panggilan. Salah satunya mengaku mengagumi Asisten Woo tapi sekarang membuangnya kecewa. Temanya mengejek untuk apa kecewa, karena merkea tak dekat dan mereka pun keluar dari toilet bersamaan.
Soo Ji mendengar semua pembicaraan keluar dari toilet dan pesan dari Sang Goo masuk ke dalam ponselnya. 


Won Seok masuk ke dalam lobby dan langsung bertemu Bo Mi dengan kaca mata besar. Ia mengingat Bo Mi yang memanggilnya dengan sebutan “Sol Tambahan” untuk pindah ke samping  mempelai wanita.
“Apa Kau sudah bawa dokumen yang  diminta CEO Ma?” tanya Bo Mi dengan sinis. Won Seok menganguk. Bo Mi pun menyuruh Won Seok agar ikut denganya.
“Sang Goo Hyung mana?” tanya Won Seok mengikuti Bo Mi didepan lift.
“Dia lagi rapat mendesak  dengan tamu VIP-nya. Kau bisa bicara dengan aku saja.” Ucap Bo Mi. Won Seok binggung siapa tamu VIP. 

Soo Ji berjalan yang sebelumnya membaca pesan Sang Goo “Setelah bekerja nanti, hubungi aku.  Mari kita makan malam bersama. Aku ada di kafe di depan kantormu.” Lalu bergegas masuk cafe dan melihat Sang Goo duduk sendirian, lalu menghampirinya.
“Kau tidak perlu datang ke sini sekarang. Sudah kubilang aku akan menunggu  sampai kau selesai kerja.” Ucap  Sang Goo dengan gaya mengoda. Soo Ji ingin tahu alasanya datang ke cafe dekat kantornya. “Kenapa aku disini?  Kau 'kan lihat SMSku... Kau terlalu stres dengan  pekerjaanmu hari ini. Jadi aku datang ke sini buat mentraktirmu makan malam yang enak, Ass. Woo.” Kata Sang Goo
“Aku banyak kerjaan hari ini dan pulang larut malam nanti.” Ucap Soo Ji menolak.

“Apa Kau tahu enaknya jadi CEO? Meskipun banyak kerjaanku,  aku tidak harus berada di kantor dan tidak ada yang bisa  mengomentariku soal itu. Aku sungguh tak masalah, karena Aku bisa mengerjakan kerjaanku  di sini sambil menunggu.” Ucap Sang Goo. Soo Ji hanya menatap sinis seperti tak percaya
“Ini Serius... Aku bahkan bawa kerjaanku kesini.. Coba Lihatlah. Aku bawa notebook, earphone, mouse..., dan bunga...  Karena ini hari pertama kita, jadi aku cuma beli 1 bunga. Mulai sekarang, nantikanlah  bunga lainnya lagi.” Ucap Sang Go memberikan setangkai bunga pada Soo Ji.
Soo Ji sempat terkesima lalu melihat Manager Park berjalan didepan cafe dengan yang lainya, seperti membahas tentang kehidupan sosialnya, akhirnya ia meminta Sang Goo kalau mereka perlu bicara. Sang Goo pikir mereka lagi bicara sekarang dan meminta Soo Ji menerima bunganya. Soo Ji menyuruh Sang Goo untuk ikut denganya dan bergegas keluar dari cafe.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar