PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 19 November 2017

Sinopsis The Package Episode 11 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Tuan Oh dan Nyonya Han duduk di kapal persiar seperti tak saling bicara.
“Apa kau tahu kenapa aku datang ke sini?” gumam Tuan Oh.
Flash Back
Tuan Oh mengambil minum di rumahnya lalu melihat obat milik istrinya pun mencari tahu. Ia pergi ke sebuah apotik karena hanya tahu kalau itu obat  Penyakit Dalam, lalu memberitahhu kalau apoteker mengalami gangguan pencernaan sudah lama.
“Sudah berapa lama dia minum obat ini?” tanya apoteker.

“Sudah lama sekali Dia membuat alarm, jadi dia tidak pernah lupa untuk meminumnya. Apa itu gangguan pencernaan?” ucap Tuan Oh. Si Apoteker melihat obat di tanganya terlihat serius memberitahu yang sebenarnya.
“Dia bilang kau menderita kanker.” Gumam Tuan Oh melihat obat yang diminum oleh istrinya adalah obat kanker. 


Nyonya Han mengajak suaminya segera pulang. Tuan Oh sibuk melihat lembaran kertas ditangnya meminta istrinya untuk mendekat. Nyonya Han pikie mereke harus mau pulang. Tuan Oh menyuruh istrinya untuk duduk didekatnya.
“Aku minta anak-anak untuk mencetaknya. Ayo pergi kesana.” Kata Tuan Oh memperlihatkan lembaran Paket VIP ke Perancis
“Bagaimana dengan restorannya?” tanya Nyonya Han. Tuan Oh dengan santai kalau mereka bisa libur beberapa hari.
“Kau membuatnya terdengar seperti kita kaya.  Ini sudah musim piknik perusahaan. Apa kau ingin dikutuk oleh pelanggan reguler kita?” ucap Nyonya Han.
“Ayo pergi. Kau bilang itu impianmu  untuk pergi ke Perancis.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han binggung bertanya Kapan mengatakanya.
“Kau mengatakannya saat menonton film. Kau bilang tidak menginginkan hal lain  jika bisa pergi ke sana. Apa itu? Itu film yang bercerita tentang seorang putri.” Ucap Tuan Oh
“Apa maksud mu "Liburan Romawi"? Apa itu Roma?” kata Nyonya Han. Tuan Oh membenarkan.
“Roma dan Perancis kan sama saja. Ayo pergi dan bersenang-senang hanya kita berdua.” Kata Tuan Oh bersikukuh
Nyonya Han binggung apakah hanya mereka berdua, lalu bertanya dengan anak-anak mereka. Tuan Oh pikir merkea tidak punya uang yang cukup, jadi lebih baik berdua saja. Nyonya Han pikir benar-benar tidak ingin pergi kalau cuma berdua. Tapi Tuan Oh tak mau tahu langsung menelp agen memesan dua tiket.
“Kupikir kau akan sangat bahagia.” Gumam Tuan Oh mengajak istrinya pergi. 


Ketika di bandara, Nyonya Han menahan amarah suaminya mengeluh alasan sifat Tuan Oh jadi tidak ingin pergi berlibur bersama. Tuan Oh yang perhatian menatap Nyonya Han dan menarik jaketnya agar tak kedinginan, tapi setelah itu dikamar Nyonya Han malah mengatakan hal yang disangka olehnya.
“Aku benar-benar membencimu.” Ungkap Nyonya Han. Tuan Oh yang kaget pun keluar dari kamar dengan wajah penuh amarah. 

[Episode 11- Aku hidup seperti orang bodoh]
So So cemberut tak ingin menatap Ma Roo dan hanya mendengar suara penyanyi diatas panggung. Ma Roo berusaha menjelaskan kalau tidak bermaksud seperti itu. So So memberitahu kalau ingin mendengarkan musik dan Ma Roo malah duduk di depanya.
“Kau bisa mendengar musiknya, kan?” kata Ma Roo. So So pikir  perlu memejamkan mata, karena masih bisa mendengar.
“Apa Kau tidak ingin melihatku?” tanya Ma Roo yang ada didepan So So. So So membenarkan.
“Apa aku harus menghilang karena memberi peringatan tanpa mengetahui apapun?” tanya Ma Roo. So So menganguk dengan wajah cemberut.
“Apa kau kecewa?” tanya Ma Roo. So So menjawab kalau sangat kecewa.
“So So, kau masih belum dewasa. Kau bilang mengikuti seorang pria ke sini dan menikah.” Ucap Ma Roo. So So makin kesal karena tak ingin membahasnya.
“Kau tidak bisa pulang sekarang karena orang itu telah pergi.” Ucap Ma Roo. So So kesal Ma Roo masih tetap membahasnya.
“Kau malu melihat keluargamu... Jadi kau mendapatkan gelar PhD-mu seolah-olah kau sedang dihukum. Kenapa kau sangat membenci dirimu sendiri? Kau bilang aku benar, karena melawan perusahaanku.” Ucap Ma Roo. So So yang marah memilih untuk pergi.
“Perusahaan menuntutku sebesar 1,4 miliar won. Karena mengganggu bisnis mereka dan mengungkapkan rahasia.” Ucap Ma Roo. So So pun berhenti melangkah.
“Apa yang kau pikirkan? Masih bisakah kau mengatakan... Aku melakukan hal yang benar. Kau tidak melakukan kesalahan. Itulah yang ingin aku katakan. Kau juga tidak salah. Tidak salah bila kau menutup telepon di masa lalu” ucap Ma Roo meminta So So untuk duduk kembali. 



So So akhirnya duduk kembali. Ma Roo menjelaskan  Hal yang salah untuk dilakukan akan melupakanny, Tanpa ada kekhawatiran. So So mengaku kalau sangat suka dengan Paris dan Pekerjaannya tidak buruk serta tidak memaksakan diri untuk menanggungnya.
“Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan selain menyuruhku kembali ke Korea?” ucap So So
“Kembalilah ke Korea.” Ucap Ma Roo. So So pikir Ma Roo sedang bercanda padanya
“Kembalilah ke Korea bersamaku. Jika kau kembali ke Perancis nanti,  aku akan datang padamu. Aku tidak bisa datang ke sini setiap waktu... Maksudku, aku bisa datang, tapi aku tidak akan sering melihatmu, dan ini akan mahal harganya. Aku tidak mengatakan itu buang-buang uang” ucap Ma Roo. So So makin tak mengerti apa maksud ucapan Ma Roo.
“Ini Lamaran.” Ucap Ma Roo. So So mengeluh karena  lamaran jadi begitu terus terang, bahkan tidak merasakan apapun.
“Aku minta maaf.” Kata Ma Roo dengan wajah tertunduk. So So makin kesal karena Ma Roo  yang merusak kencan.
Ma Roo kembali membahas Tentang lamarannya, So So menyela kalau Ada banyak hal yang tidak mereka ketahui satu sama lain. Ma Roo pikir Besok adalah hari terakhir mereka. So So mengatakan akan menjawabnya besok. Ma Roo pun ingin tahu jawaban So So.
So So mengatakan akan mengikuti hatinya, lalu meminta Ma Roo untuk menyingkir karena tidak bisa melihat panggung. Ma Roo mengoda kalau lebih baik menatapnya saja. 


Semua sudah ada di dalam bus, wajah pasangan terlihat tak bersemangat. So So bertanya apakah mereka sadar bahwa hari ini  adalah hari terakhir. Ma Roo menjawab lantang  “Iya” So So yang masih kesal berpikir kalau mereka tidak harus menjawabnya.
“Setelah kita berfoto di lokasi khusus.. Kita akan melewati Pont Neuf dan mengunjungi Place de la Concorde. Dan kemudian kita akan pergi ke Louvre, lalu  Notre-Dame de Paris pada hari yang menyenangkan ini. Aku sudah merenungkan tentang di mana  kita akan mengambil foto kenang-kenangan. Apa kalian penasaran dengan hal itu?” ucap So So
“Iya!” jawab Ma Roo penuh semangat, tapi 3 pasangan lainya terlihat tak bergairah.
“Iya. Kau tidak harus menjawabku” komentar So So mengarah pada Ma Roo seperti masih marah dengan kejadian semalam.
“Di kebanyakan paket wisata, observatorium Menara Eiffel diikut sertakan. Tapi jika kalian pergi ke sana, kalian hanya berpikir, "Wow, itu tinggi." Hal ini mirip dengan apa yang kalian lihat saat lepas landas atau mendarat di pesawat terbang. Tapi tempat ini akan sangat berbeda. Ini bukan observatorium. Tapi kalian bisa melihat pemandangan Paris yang paling indah.” Jelas So So . Semua hanya terdiam seperti saat pertama datang.
“Apa semua orang bertengkar? Kenapa semua orang hanya tertunduk? Aku kira ini adalah suasana keluarga setelah sekian lama. Kau tahu bahwa keluarga pasti  akan banyak bertengkar, kan? Kita akan turun, jadi ingatlah untuk membawa paspor, dompet, dan telepon!” ucap So So. Ma Roo pun kembali menjawab dengan penuh semangat


Mereka pun turun disebuah tempat. So So bertanya pada Tuan Oh apa tempat ini mengingatkannya. Tuan Oh pikir ini Seperti Perancis. So So sedikit menyindir kalau Apa itu tempat yang bagus untuk memanggang daging. Tuan Oh pikir Tidak mungkin seperti lupa ungkapan saat pergi ke sebuah tempat.
“Ini adalah tempat yang berkelas, yaitu observatorium Paris yang pertama. Silahkan lihat-lihat, dan ketemu di sini dalam 15 menit.” Ucap So So. Semua menjawab “Ya”

Kyung Jae mengandeng tangan So Ran untuk foto. So Ran melepaskanya, mengatakan nanti saja.  Kyung Jae meminta maaf berpikir kalau ia yang akan mengambil gambarnya saja. So Ran mengatakan sedang tidak ingin berfoto.
“Apa Kau tidak tahu ini hari apa?” ucap Kyung Jae. Saat itu Nyonya Han datang menghampiri mereka.
“Apa Anda ingin difoto  dari pinggang ke atas?” tanya So Ran.
“Tidak, kau baik sekali saat memotretku terakhir kali, jadi kau boleh memotret dengan bebas sekarang ini.” Kata Nyonya Han penuh semangat.
“Kalau gitu, aku akan membuat Anda terlihat seperti aktris kali ini.” Ucap So Ran
“Hei, aku tidak pernah bisa menjadi aktris.” Kata Nyonya Han dengan Tuan Oh melirik sinis pada istrinya yang sedang foto.
So Ran mengeluh Nyonya Han terlihat hanya diam dengan wajah lesu, menyuruhnya untuk melakukan Pose yang seksi. Nyonya Han pikir tak mungkin tapi setelah itu bisa bergaya dengan senyuman lebar. Tuan Oh hanya bergumam kalau membenci melihat Nyonya Han yang mengambil foto. 

Flash Back
Nyonya Han sudah siap di foto, Tuan Oh menyuruhnya untuk bangun. Nyonya Han meminta untuk sekali saja. Tuan Oh mengomel Nyonya Han  mengambil foto pemakaman jika datang ke studio untuk mendapatkan foto paspor
“Apa kita akan sekarat saat berlibur?” keluh Tuan Oh. Nyonya Han pikir sekalian saja karena ada di studio foto. 
“Jika aku mau difoto sekarang, dia akan memberiku diskon 20 persen.” Ucap Nyonya Han. Tuan Oh menyuruh istrinya bangun dan segera pulang.
“Akhir-akhir ini, orang tidak mengatakan foto pemakaman mereka sebagai hal yang tidak beruntung. Jika kau melakukannya lebih awal, kau akan menerima lebih banyak keberuntungan...” jelas Si fotographer. Tuan Oh memarahinya karena berkata sepeti itu hanya agar bisnisnya lagi dan meminta agar memanggil managernya.
“Baiklah, aku tidak akan melakukannya.  Hentikan. Tidak akan kulakukan. Ayo pergi.” Ucap Nyonya Han akhirnya mengalah dan meminta maaf pada sang fotographer. 

“Itu karena kau hanya berpikir tentang kematian dan bukannya berjuang untuk hidup.Aku punya alasan.” Gumam Tuan Oh 
So Ran dan Nyonya Han melihat hasil foto. Nyonya Han seperti tak percaya kalau wajahnya terlihat sangat berseri. Tuan Oh tersenyum melihat Nyonya Han tersenyum memujinya dalam hati kalau istrinya sangat cantik saat tersenyum.
“Kau cantik, tidak peduli berapa banyak aku melihatmu.” Gumam Tuan Oh sambil tersenyum. So Ran menyuruh Tuan  Oh agar mendekati istrinya.
“Jangan menyuruhku seperti itu.” Ucap Tuan Oh ketus. So Ran mengeluh kalau akan memotret mereka berdua
“Apa Kau seorang fotografer sekarang ?” keluh Tuan Oh. Ho Rang siap dengan ponselnya meminta agar tersenyum. Keduanya foto dengan berdiri dengan jarak yang jauh. 
“Ahjushi, cobalah tersenyum dan Ahjumma, pegang lengan.” Ucap Ho Rang. Nyonya Han pun merangku lengan suaminya, tapi Tuan Oh belum juga tersenyum. Ho Rang pun meminta agar Tuan Oh bisa tersenyum.
“Anak ini, kau tidak mendengarkan. Kau hanya perlu memotretnya...” keluh Tuan Oh sambil mengomel.
So Ran tanpa menghitung langsung mengambil gambar, Tuan Oh makin marah karena memotretnya ketika sedang berbicara. So Ran membalas kalau Tuan Oh itu terlalu cerewet jadi nanti tidak bagus jadinya. Tuan Oh ingin melihat hasil fotonya, tapi semua memilih untuk pergi meninggalkanya.
“Mereka bilang sebaiknya jangan menolak sejak awal. Aku berencana untuk tersenyum dan memegang tanganmu. Setelah potretan pertama kita.” Gumam Tuan Oh. 

So So memberitahu So Ran harga  Gaun itu kurang lebih dari 100 euro. So Ran tak percaya kalau Ini lebih murah dari perkiraannya. So So pikir tidak punya alasan untuk memakainya, jadi pakaian itu jadi sia-sia belaka. So Ran ingin tahuApa toko itu sulit ditemukan.
“Tepat di belakang hotel. Masuklah ke pintu belakang, belok kiri, lalu ke gang pertama dan berjalan satu menit.” Jelas So So. So Ran pikir Ternyata dekat jadi membuatnya lega.
“Wisatawan lain dari kelompok terakhir, kalau tidak salah membeli 5. Itu untuk pernikahan temannya.” Cerita So So. So Ran tak percaya kalau ada yang membelinya juga.
“Pasti ada banyak ketegangan. Kau tahu bagaimana itu di antara teman-teman.” Ucap So Ran
“Kau benar. Selalu ada satu teman yang tidak bisa kau kalahkan. Kau harus terlihat lebih cantik saat mereka menikah.” Ungkap So So . Keduanya terlihat sangat akrab membahas tentang pakaian dan pertemanan. 


Ma Roo dan Kyung Jae melihat keduanya berpikir  Wanita sangat mudah menjadi teman. Ma Roo juga berpikir seperti itu karena memang terlihatmenarik. Kyung Jae juga melihat kegembiraan So Ran saat dengan So So..
“Pacarmu itu cantik juga.” Ucap Ma Roo memuji. Kyung Jae membalas kalau pacar Ma Roo juga cantik.
“Terima kasih.” Kata Ma Roo lalu tersadar kalau itu menganggap bahwa mereka tahu So So sudah menjadi pacarnya.
“Ahhh.. Kau berada di pasukan pencari, kan? Apa Di pasukan tentara?” ucap Kyung Jae berusaha mengalihkan kegugupna.
“ Tidak, di 505 pasukan khusus.” Ucap Ma Roo. Kyung Jae mengingat 505 ada Di bawah gunung. Ma Roo tak percaya kalau Kyung Jae bisa tahu.
“Tentu saja! Jika kau menuju Seoul dari sana, ada kompleks industri.” Kata Kyung Jae. Ma Roo membenarkan dengan penuh semangat. 


So So dan So Ran melihat kedua pria seperti sangat akrab berkomentar yang sama bahwa Pria begitu mudah menjadi teman. So So pikir kalau  itu menarik dan bertanya-tanya Apa yang mereka lakukan. Ho Rang merasa  tidak penasaran, karena menurutnya Kyung Jae sangat frustasi.
“Tapi pacarmu terlihat sangat tampan.” Puji So So melihat keduanya seperti saling tarik tambang.
“Dia tidak setampan itu. Pacarmu bahkan jauh lebih tampan.” Ucap So Ran balas memuji.
“Aku tidak punya pacar.” Akui So So. So Ran tak memperpanjang lagi mengatakan  akan menghubungi So So jika  tidak menemukan tokonya. Ma Roo dan Kyung Jae terlihat sangat bersemangat mengobrol, sampai akhirnya terpisah karena Kyung Jae harus mengikuti Ho Rang pergi. 

Ma Roo ingin mendekati So So yang berdiri sendirian, So So langsung memberikan kode agar Ma Roo menjauh. Akhirnya Ma Roo pun hanya bisa mengambil foto So So dari kejauhan. So So memberikan senyumanya. 

“Ini adalah jembatan Pont Neuf yang ada di film  "The Lovers on the Bridge." Kata "Pont" berarti jembatan, dan "Neuf" berarti baru. Jadi itu berarti "jembatan baru." Aku pikir "Pont Neuf" adalah sebuah kata yang melengkapi romantisme Paris.” Jelas So So
“Berjalan-jalan santai, dan juga mengobrol, lalu bicarakan kenapa kalian datang ke sini untuk berlibur.” Kata So So. Ma Roo hanya tersenyum didepan jembatan, berjalan jauh dari So So 

Saat itu Kyung Jae menerima telp dari seniornya, lalu berteriak kaget kalau hari ini dan mengucapkan terimakasih dengan wajah bahagia. Ia lalu memberitahu So Ran, keputusan investasi akan dilakukan hari ini dan melewati babak final jadi Yang tersisa hanyalah persetujuan CEO.
“Berarti kan belum diputuskan.” Ucap So Ran dengan nada dingin.
“Ini kan sudah mendekati dan Persetujuan CEO hanya sebuah formalitas.” Kata Kyung Jae yakin
“Baiklah, aku berharap ini akan berhasil.” Ucap So Ran. Kyung Jae mengeluh karena So Ran bersikap bahagia dengannya. So Ran dengan dingin mengaku sangat senang.
“So Ran, aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan melakukannya dengan sangat bagus. Aku hanya akan menaruh kartu nama yang akan kusimpan bertahun-tahun di dompet yang kau berikan kepadaku. Aku akan menepatinya.” Ucap Kyung Jae penuh semangat. So Ran pun menganguk setuju.
Tiba-tiba ponsel mereka berbunyi, tanda alarm hari ke 2,555 hari dan sudah Tujuh tahun hubungan mereka. Keduanya terlihat gugup tak berani menatap dan hanya saling memalingkan wajah. 


“Sudah sekitar 27 atau 28 tahun sejak kita bersama. Aku tidak dalam situasi terbaik, jadi kau mengalami kesulitan ini. Aku tahu kau mengalami kesulitan.” Gumam Tuan Oh melihat istrinya berlari ke depan jembatan dengan senyuman bahagia.
**
Flash Back
Tuan Oh mengumpat marah, berpikir kalau restoranya kedai kopi karena membawa mesin kopi ke restoran. Nyonya Han terlihat bahagia meminum kopi dari cangkirnya. Tuan Oh kesal pikir kalau mereka akan masuk berita karena menyediakan menu Americano dengan ayam.
“Secangkir kopi setelah makan akan sangat menyenangkan. Ini saja akan memberikan kita 100 juta won dalam sebulan.” Ucap Nyonya Han tersenyum bahagia.
“Siapa yang bilang begitu?” tanya Tuan Oh marah. 


Nyonya Han pergi ke bisnis MLM milik teman Kyung Jae seperti sangat terpengaruh memberli mesi kopi berharga 8,24 juta won dan dengan iming-iming kalau membeli enam,   akan menjadi direktur, 9 menjadi  direktur utama dan apabila 12 akan menjadi presdir, bahkan dengan omset 100 juta/ bulan.
“Jadi, berapa yang kau beli?” tanya Tuan Oh. Nyonya Han dengan bangga kalau ia jadi seorang direktur sekarang.
“Apa Kau sudah membeli enam?” ucap Tuan Oh menghitung. Nyonya Han yakin kalau mereka bisa jadi kaya sekarang.
“Pada saat itu, aku pikir  Aku yang menderita kanker. “ gumam Tuan Oh hanya bisa melonggo dan Nyonya Han terlihat hanya tersenyum. 

Nyonya Han merasa terpana melihat pemandangan didepanya yang sangat bagus. Tuan Oh kembali berkomena kalau ada perlu ada Restoran ikan mentah dan restoran ikan rebus didekat jembatan. Ia berangan-angan  akan menggunakan jaring, dan istrinya bisa menggunakan pancing.
“Itu akan membuat kita sibuk. Di sini, kita akan membuka restoran ikan sungai Seine. Dan di sana, kita akan buka restoran sup ikan Pont Neuf.” Ucap Tuan  Oh bangga bisa menjual Sup ikan.
“Pasti sukses. Kita bisa mengembangkan bisnis kita dan menghasilkan banyak uang. Dan kita bisa hidup bahagia untuk waktu yang sangat lama.” Ungkap Nyonya Han. Tuan Oh bisa tersenyum karena Nyonya Han sangat bersemangat dan selalu tersenyum.


So So melihat peta papan jalan, wajahnya seperti sedih mengingat kenangan masa lalunya.
Flash Back
So So berada dikamarnya mengantungkan semua foto dengan suaminya di dinding, terlihat ada didepan jembatan yang sama.

So So kembali berjalan meninggalkan kenanganya, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya “Kakimu akan sakit. Duduk dan istirahatlah.” Ma Roo mengirimkan pesan. So So binggung dimana Ma Roo bisa melihatnya, ternyata Ma Roo ada diseberang jalan sengaja tak mendekati So So.
“Kau penguntit?” ejek So So membalas pesan Ma Roo yang duduk diseberang jalan.
“Kita sudah sampai. Apa kau ingat saat pertama kali kita datang ke sini?” tulis Ma Roo
“Tidak ada yang mengesankan hari itu.” Balas So So.
“Apa Kau melepasnya?” tulis Ma Roo lalu panik kalau salah mengetik maksud tulisanya. So So membalas kalau baru saja akan memblokirnya.
“Setelah agenda hari ini, habiskan waktu denganku.” Ajak Ma Roo. So So membalas kalau Ma Roo jadi lebih berani saat ini.<


“224 tahun yang lalu, Marie Antoinette... Dieksekusi di sini,  yaitu di Place de la Concorde. Mereka menuduhnya menyia-nyiakan uang untuk gaya hidupnya yang boros. Serta berbagai alasan lainnya, tapi itu semua bohong. Dan Semua orang, Mereka mencari alasan untuk membencinya.”cerita So So
“Setelah Marie Antoinette meninggal dengan menyedihkan karena kebencian, dia mengatakan ini. Orang akan bisa mengetahui siapa sebenarnya diri mereka saat mereka tidak bahagia.” Ucap So So.  Tuan Oh bergumam kalau yang dikatakan So So memang benar.
“Saat tahu kau sakit,  Aku menyadari siapa aku. Aku itu bodoh.” Ungkap Tuan Oh dalam hati. 

“Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku pergi ke katedral untuk pertama kalinya dalam hidupku.”
Tuan Oh berdoa sendirian di gereja bahkan pergi ke kuil demi istrinya.
“Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa.”
Saat Nyonya Han bertanya apakah Tuan Oh pernah berdoa untuknya da yakin kalau pasti belum pernah. Tapi sebenarnya Tuan Oh sudah melakukan sujud di depan Budha tanpa henti demi mendoakan istrinya. 

Semua akan pergi tapi saat itu melihat ada dua orang yang berdiri saling berdekatan. Kyung Jae merasa kalau ini aneh melihat Ho Ran dan Tuan Oh berdiri sangat dekat. Nyonya Han juga tahu kalau Mereka bukan tipe yang bisa akur.
“Aku tahu. Ini pemandangan paling aneh  yang pernah dilihat di Perancis.” Kata Ma Roo.
Saat itu juga Tuan Oh kaget melihat So Ran sudah ada disampingnya, dan So Ran pun juga ketakutan karena Tuan Oh sudah ada disampinganya. Tuan Oh kembali mengomel So Ran yang berdiri di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. So Ran ikut mengomel kalau Tuan Oh itu terlalu cerewet. Tuan Oh berpikir kalau disampingnya itu adalah hantu.  So Ran memilih untuk pergi meninggalkan saja. 

So Ran berbicara pada So So kalau ada toko sandwich baguette di dekat sini. So So membenarkan dan sedikit heran karena So Ran bsia mengetahuinya, lalu So So pikir bisa mengajak mereka istirahat  di taman dengan beberapa sandwich dan akan membelikanya.
Mereka semua makan dengan bangku masing-masing dan terpisah. Tuan Oh kembali mengeluh karena sangat membencinya dengan membeli roti untuk seseorang yang sedang susah makan. Nyonya Oh seperti sudah tahu kalau suaminya sedang mengomel dalam hati.
“Hentikan. Berkat dia, aku mendapatkan kembali kekuatanku sehingga aku bisa mengangkat piramida” gumam Nyonya Han. 


So So mengambil foto masing-masing dengan gaya seperti sedang mengangkat museum yang terlihat seperti piramida. Ma Roo pun mengikuti gaya yang di minta oleh So So, saat akan turun dari pijakan, So So menyuruhnya mengulang. Kali ini So So sengaja hanya mengambil foto wajah Ma Roo yang sedang tersenyum. 

Semua berkumpul, So So memberitahu kalau Jangan kaget saat mereka mengecek barang kalian di pintu gerbang dan merasa pasti tahu yang butuhkan untuk memotret. Semua menjawab Mona lisa. So So membenarkan.
“"Mona" adalah gelar yang diberikan kepada wanita yang sudah menikah. Dan "Lisa" adalah nama modelnya. Jika kalian menerjemahkannya,  itu akan menjadi "Nyonya Lisa." Ini adalah lukisan yang terkenal di dunia,  jadi cobalah untuk mengambil gambar meski sulit.” Jelas So So
“Apa seseorang akan menghentikan kita?” tanya Nyonya Oh
“Bukan begitu. Tapi bayangkan dirimu berfoto dengan Mona Lisa. Kau akan membuat pose terbaikmu. Dengan elegan mengagumi karya tersebut.” Ucap So So. Nyonya Oh membayangkan seperti dalam museum sendirian dan berpose di depan lukisan Monalisa.
“Itu akan sulit dilakukan. Anda akan tahu saat masuk ke dalam. Dan Pak, Anda tidak mengenakan pakaian hiking hari ini.” Ucap So So. Tuan Oh pikir kalau pakaian hiking dilarang. So So mengaku bukan seperti itu
“Apa ada pakaian museum? Kenyamanan adalah kuncinya.” Kata Tuan Oh. So So pun mengajak merka segera masuk ke dalam dan akan menunggu di pintu keluar.


Hyung Goo sedang berlatih nyanyi diatas panggung dengan sangat serius, saat itu Su Su datang memanggil mantan kakak iparnya.  Hyung Goo seperti ketakutan menyuruh Su Su untuk pergi dan jangan mendekat. Tapi Su Su berjalan makin mendekat.
“Jangan mendekatiku... Jangan kesini... Aku akan memukulmu.”kata Hyung Goo ketakutan memegang stand untuk note balok yang bisa untuk memukul So So berjalan makin dekat
“Hei, panggil polisi! .. Jangan mendekatiku. Jangan...” kata Hyung Goo berjalan mundur dan akhirnya jatuh dari panggung.
“Ada apa? Apa kau mengancamku dengan menyakiti diri sendiri?” ejek So Su Su melihat Hyung Goo jatuh dari panggung.
“Aku datang ke sini untuk berterima kasih. Karena Aku sudah menemui Noonaku Dan dia masih cantik, baik, dan keren. Aku selalu menganggap dia terlalu baik untukmu. Jadi terima kasih telah meninggalkannya lebih awal dan belilah beberapa koyo untukmu. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi, Bae Hyung Goo.” Kata Su Su memberikan uangnya pada Hyung Goo.
“Aku tidak melakukan apapun dan Dia yang jatuh sendiri.” Tegas Su Su memberitahu yang lainya. Hyung Goo berteriak marah melihat Su Su yang pergi begitu saja.


Doo Ri melihat Su Su keluar dari ruang pertunjukan bertanya apakah sudah memukulnya. Su Su mengelengkan kepala. Doo Ri heran kenapa Su Su tak memukulnya.  Su Su tahu kalau akan menjadi pelaku lagi nanti. Do Ri pikir Su Su sudah punya catatan kriminal.
“Jadi sebaiknya kau  memukulinya sekali lagi.” Kata Doo Ri. Su Su hanya menatap calon istrinya.
“Apa? Apa kau tersentuh oleh  betapa cantiknya aku?”goda Doo Ri pada calon suaminya.
“Aku... hidup sebagai orang jujur  sampai sekarang karena Noonaku. Tapi mulai sekarang, aku akan hidup sebagai orang yang jujur untukmu. Aku berjanji.” Ungkap Su Su
“Aku tidak bisa bilang apa-apa. Ini sesuatu yang akan kau katakan saat malam pertama kita setelah menikah.” Kata Doo Ri
“Apa menurutmu kita punya waktu untuk berbicara di malam pertama kita setelah menikah?” ejek Su Su. Doo Ri dengan wajah bahagia menjawab  kalau itu tak mungkin.
“Si Kunyuk itu begitu terkejut saat melihatku, Dia langsung terjatuh dari panggung. Aku pikir dia melukai punggungnya.” Cerita Su Su berjalan pergi sambil memeluk Doo Ri.
Bersambung ke Part 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar