PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 03 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 21

PS : All images credit and content copyright : SBS
Yoo Bum mengemudikan mobilnya dengan hujan yang cukup deras, seorang menelpnya dengan memastikan lebih dulu kalau yang ditelpnya memang benar Pengacara Lee Yoo-Bum, yang membebaskan Kang Dae-Hee.  Yoo Bum membenakran dan ingin tahu siapa yang menelpnya.
“Apa Kau merekam panggilan ini?” tanya suara pria dengan nada berat. Yoo Bum menjawab tidak dan ingin tahu kenapa.
“Aku ingin berkonsultasi mengenai masalah penting.” Ucap Si Pria. Yoo Bum pun mengajak untuk membuat janji bertemu untuk besok.
“Besok sudah terlambat, Jadi Sempatkanlah waktu untukku sekarang.” Kata si pria seperti mendesak Yoo Bum.
“Dengar, kau pikir dirimu siapa?!” ucap Yoo Bum marah. Pria itu mengaku kalau ia adalah penulis Moon Tae-Min. Yoo Bum terdiam mendengarnya. 

Yoo Bum sudah ada diruangan bertemu dengan Tuan Moon mengaku sudah  memiliki empat novel, berpikir akan membawanya jika tahu akan bertemu dengannya hari ini, karena ingin meminta tanda tangan. Tuan Moon hanya terdiam. Yoo Bum ingin memulai dengan melepaskan jam tanganya.
“Aku mulai mengerjakan novel baru, dan butuh konsultasi pengacara.” Ucap Tuan Moon. Yoo Bum pikir itu suatu kehormatan.
“Apakah tokoh protagonisnya seorang pengacara?” tanya Yoo Bum. Tuan Moon mengatakan bukan.
“Seorang pembunuh.” Ucap Tuan Moon. Yoo Bum kaget dan ingin tahu pekerjaan dari si Pembunuh.
“Dia penulis dan profesor.” Kata Tuan Moon. Yoo Bum berpikir kalau itu seperti Tuan Moon.
“Kenapa kau berkata begitu?” keluh Tuan Moon. Yoo Bum pun meminta maaf dan meminta maaf agar bisa menjelaskan alur ceritanya secara detil.

Flash Back
“Ceritanya dimulai di pesta peluncuran buku sang penulis.”
Sebuah layar besar bertuliskan judul buku Tuan Moon yang baru diliris  berjudul "'Pemuda, Bersorak untuk Musim Semi'". Hong Joo mewawancari Tuan Moon sebagai reporter, mengetahui Esai ini tentang masa muda. Topik itu belum pernah tulis sebelum oleh Tuan Moon.
“Apa Ada hal khusus yang membuat Anda tertarik dengan topik itu?”tanya Hong Joo.
“Seperti kau tahu, aku penulis, serta pengajar. Aku tak bisa berhenti memikirkan mereka, yang belajar dalam situasi sulit. Jadi, aku memutuskan mendonasikan, 100 persen hasil penjualan bukuku untuk beasiswa.” Ucap Tuan Moon seperti terlihat sangat dermawan. 

Seorang pria naik keatas panggung dengan memperlihatkan tulisan dilayar  "Kebenaran tentang Profesor Moon Tae-Min". Hong Joo pikir kalau salah satu muridnya memiliki hadiah kejutan untuk Tuan Moon. Semua pun mengarahkan pandangan pada pria muda dengan tangan di gips diatas panggung.
“Halo, aku berdiri di hadapan kalian hari ini, untuk mengungkapkan kebenaran tentang tamu istimewa kita hari ini, Profesor Moon Tae-Min. Belum lama, foto ini dijadikan sampul majalan sekolah kami. Profesor Moon berkata ingin melompat bersama kami sampai lututnya putus.” Ucap Si pria dengan melihat mereka foto melompat bersama dan terlihat akrab.
“Siang itu, kami harus membantunya pindah rumah hingga lutut kami lemas. Selain itu Ada lagi. Kami bahkan harus antar jemput putranya ke sekolah, dan menjadi petugas parkir di pernikahan putrinya. Menggunakan tesis sebagai...” ucap si pria yang langsung ditarik petugas keamanan untuk keluar dari gedung.
Si pria berteriak kalau ingin membeberkan semua perbuatan bejat Tuan Moon. Tuan Moon menyangkal kalau semua tak benar, mengaku kalau mengkritik tesis mahasiswa itu dengan cukup kasar jadi merasa dendam padanya. Hong Joo terdiam melihat si pria yang ditarik keluar dari ruangan. 

Si pria langsung di dorong didepan pintu lift oleh Tuan Moon, dan dicengkram lehernya dengan wajah penuh amarah kalau pasti sedang mabuk. Ia pikir kalau Tindakannya tadi itu tak bisa dimaafkan meskipun sedang mabuk. Si pria mengaku kalau saat ini sangat sadar.
“Kurasa kau tidak ingin dipublikasikan. Sepertinya kau ingin meninggalkan bidang ini untuk selamanya.” Ucap Tuan Moon mengancam.
“Benar. Aku tidak butuh dipublikasikan. Aku hanya belajar cara memoles sepatu dan mencuci mobilmu Apa gunanya menjadi penulis? Aku asisten dosen disini, Bukan budakmu.” Ucap si pria marah
Tuan Moon terlihat marah, Si pria memperlihatkan ponselnya kalau merekam percakapan, jadi tak peduli mengancamnya seperti  yang selalu dilakukan. Tuan Moon langsung mencekik leher si pria, kalau akan mati dengan mendorong ke depan pintu lift.
Tiba-tiba seorang pria yang ada didalam lift panik merasakan sesuatu yang jatuh. Si pria terlihat jatuh tak sadarkan diri atas lift. 

“Jadi, karena marah, dia mencekik asistennya, yang akhirnya jatuh ke poros lift karena terpental. Apa ada saksi mata?” ucap Yoo Bum
“Entahlah... Dia berpikir tak ada yang melihat, tapi ada satu hal yang mengusiknya. Dia menemukan topi anak di lantai, tapi dia tidak tahu apakah sudah ada disana, atau ada yang menjatuhkannya saat insiden itu terjadi.” Cerita Tuan Moon melihat sesuatu yang berbunyi dari tangga darurat lalu menemukan sebuah topi.
“Apa yang terjadi kepada asisten dosen itu?” tanya Yoo Bum. Tuan Moon mengatakan Kepalanya terluka, sehingga sedang dalam keadaan Koma. 

“Dia berada di ICU, dan hanya bisa bernapas. Kita tak bisa menyebut dia masih hidup.” Cerita Tuan Moon
“Maksudmu, apa dia mati otak?” kata Yoo Bum. Tuan Moon membenarkan.  Yoo Bum mengajak Tuan Moon agar meluruskan terminologinya dulu.
“Protagonis dari cerita ini, .bukanlah seorang pembunuh. KUHP tidak mengkategorikan mati otak sebagai kematian. Hanya kasus henti jantung yang dianggap kematian” ucap Yoo Bum. Tuan Moon tak percaya mendengarnya.
“Itu bisa dianggap cedera akibat kelalaian, tapi itu pun kurang tepat. Dia bisa dianggap tidak bersalah.” Kata Yoo Bum. Tuan Moon makin kaget kalau si toko menjadi Tidak bersalah.
“Ya.. Jika protagonis dan pengacaranya menyusun rencana bagus bersama, maka dia bisa dianggap tidak bersalah.” Kata Yoo Bum bangga.
Tuan Moon langsung berkomentar kalau itu bagus dan merasa kalau mendatangi orang yang tepat, lalu dengan seperti layaknya bos meminta Yoo Bum membawakan kopi dan tertawa bahagia. Ia merasa kalau dirinya sangat lega jadi Tiba-tiba menginginkan kafein.
“Semua staf-ku sudah pulang. Kita bisa pergi membeli kopi.” Ucap Yoo Bum karena hanya ruanganya yang menyala.
“Kita harus membangunkan otak demi menyusun rencana. Kau perlu meningkatkan layanan konsumen firmamu.” Ucap Tuan Moon dengan nada mengejek.
“Ya ampun, bagaimana aku bisa memberi layanan lebih baik dari ini? Jujur saja, kau menyelewengkan kekuasaan dan membunuh murid itu. Dan Kini, kau memintaku untuk membuatmu bebas. Coba Sadari posisimu karena kini kau seorang kriminal. Beraninya kau memintaku membawakan kopi?” ucap Yoo Bum dengan mata sinisnya. Tuan Moo tak percaya Yoo Bum bisa menatap sinis.
“Hidupmu kini ada di tanganku... Dengan kata lain, aku lebih berkuasa darimu. Jadi Perbaiki sikapmu. Jika aku bicara dengan sopan, maka kau juga harus begitu. Jangan lupa bahwa kau kriminal dan jaga sikapmu!” tegas Yoo Bum agar bisa mengikuti perintahnya. 
Ia meminta Tuan Moon agar mengatakan "Kumohon tolong aku, Pengacara Lee." Tuan Moon langsung tertunduk menuruti perintah Yoo Bum dengan wajah ketakutan memohon bantuanya. Yoo Bum pun memuji sikap Tuan Tuan karena ia jadi bersemangat menyusun rencana bersamamu.


Rapat Redaksi
Hong Joo menceritakan penulis itu, Moon Tae-Min, adalah orang yang sangat seram, karena Salah satu asistennya membuat onar di peluncuran buku terbaru, dengan berkata ingin membeberkan perbuatan bejat Penulis Moon dan ia tahu persis apa yang telah terjadi.
“Dia mungkin sewenang-wenang, terhadap asistennya menggunakan nilai sebagai alasan.” Ungkap Hong Joo. Doo Hyun mengaku tadinya sebagai penggemar jadi sangat kecewa.
“Baiklah, bagus. Kau sudah mewawancarai asistennya, 'kan?” ucap ketua Tim. Hong Joo mengaku akan mewawancarinya tapi ada insiden. Mereka ingin tahu insiden apa yang dimaksud.
“Kudengar dia mabuk dan jatuh ke poros lift. Kini dia koma.” Kata Hong Joo. Doo Hyun yakin kalau itu Pasti karena alkohol.
Ia lalu memanggil pegawai baru, karena Semua lapar, jadi menyuruh untuk pergi ke minimarket membeli snack yang mereka suka dan ia meminta odeng dengan memberikan kartu kreditnya. Hong Joo tiba-tiba membuka suaranya.
“Kuberi tahu, budaya hirarkis ini harus dihapuskan. Yang Lebih tua bukan berarti lebih berkuasa. Kenapa kau memperlakukan rekan kerjamu seperti budak?” ucap Hong Joo.
“Kau bicara kepadaku, 'kan?” pikir Doo Hyun merasa tersindir.
“Tidak, aku bicara dengan Penulis Moon. Kenapa? Apa aku terdengar seperti bicara denganmu? Apa Kau merasa bersalah?” kata Hong Joo menyindir.
“Tidak, untuk apa... Ah... Kenapa kau memegang kartu kreditku?” kata Doo Hyun lalu mengambil kartu dan juga mengajak untuk melanjutkan rapat. 


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SEOGU
Jae Chan sudah menganti bajunya, Hong Joo datang dengan Woo Tak bertanya apakah sudah siap untuk pulang. Jae Chan mengangguk lalu terlihat cemburu karena mereka datang bersama, lalu melihat Hong Joo yang  belum mengunakan cincin dijarinya
Ia mengingat sebelumnya bertanya apakah Hong Joo mendapatkan cincin itu, Hong Joo mengangguk tapi ia tak melihat Hong Joo memakainya. Hong Joo menjawab kalau tadi berpapasan  dengan Woo Tak di depan rumah sakit.
“Apa?!! Kalian sudah saling berbicara santai?” ucap Seung Won mendengar keduanya. Jae Hyun mengaku kalau itu sekarang seperti itu
“Apa artinya kita juga boleh?” ucap Woo Tak. Jae Chan langsung menolaknya.
“Ini berdasarkan apa? Kalian berdua bicara seperti teman,  dan kenapa kalian juga. Tapi kalian berdua tak bisa?” ucap Seung Won heran melihat kakaknya menolak bicara banmal pada Woo Tak
“Sudahlah. Kau membawakan kartu ID kantorku, 'kan?” ucap Jae Chan. Seung Won memberikan pada kakaknya. 

Jae Chan memperlihatkan kartu ID Cardnya pada Chan Soo "Jung Jae-Chan, Kantor Kejaksaan Agung" denganm menegasakan kalau ia memang seorang jaksa. Chan Soo pun bisa mengerti tanpa banyak berkata-kata lagi.
“Apa? Kau hanya mengatakan Itu saja? Apa Tak ada yang mau kau katakan kepadaku? Bukankah seharusnya mengatakan "Maaf atas kesalahpahamannya. Maaf aku sudah meragukanmu." Padaku” kata Jae Chan kesal
“Kenapa kau seperti ini? Jangan kekanak-kanakan.” Keluh Woo Tak. Hong Joo juga tak ingin Jae Chan melakukan itu karena membuatnya malu
“Maaf, aku sudah meragukanmu. Tapi karena kau seorang jaksa, seharusnya kau tidak keliru, mengenai ketetapan KUHP, atau memaksa orang agar percaya bahwa dirimu jaksa,. saat kau tidak membawa kartu ID-mu.” Ucap Chan Soo lalu berjalan pergi.
“Kau bilang Memaksa... Beraninya kau!” ucap Jae Chan marah. Adiknya menarik sang kakak untuk tak memperpanjang lagi.
“Semua yang dia katakan benar.” Ucap Seung Won pada sang kakakn.
“Benar. Dia mengingatkanku kepadamu. Dari tidak sopannya sampai wajahnya, dia seperti kau waktu kecil. Berhentilah bicara sembarangan!” kata Jae Chan marah 


Tiba-tiba saat itu juga Chan Soo tak sadarkan diri, semua langsung berlari mendekati Chan Soo dengan berteriak panik. Di depan ruang IGD, semua menunggu dengan wajah panik. Dokter akhirnya keluar memberitahu Chan Soo sedang cuci darah darurat, jadi akan baik-baik saja. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Ya, dia menderita gagal ginjal akut. Dia telah menjalani cuci darah selama lima tahun. Kurasa tubuhnya mengandung banyak racun. Dia juga agak bengkak.” Jelas Dokter
“Kau bilang Lima tahun? Tapi dia masih sangat kecil.” Kata Seung Won merasa kasihan.
“Kami kehabisan pembuluh darah untuk ditusuk. Transplantasi adalah satu-satunya cara, tapi kami tidak menemukan donor. Ini sangat memusingkan.” Jelas Dokter 

Saat itu Tuan Moon datang melihat keadaan Assitennya, dengan sang ayah yang menjaga anaknya. Ia meminta maaf karena seharusnya tidak membiarkan anaknya minum.
“Dia tidak pernah membuat masalah saat mabuk dulu. Entah bagaimana dia bisa mengalami insiden seperti ini.” Ungkap Sang Ayah merasa bersalah.
“Ya ampun, tidak perlu meminta maaf.” Kata Tuan Moon bersikap ramah.
“Kau sudah menyempatkan diri di jadwal sibukmu untuk kemari. Aku sungguh menghargai itu.” kata Sang ayah. Tuan Moon pikir sudah seharusnya membesuk murid favoritnya. Dokter datang berkunjung.
“Dokter, operasi Hwan berjalan lancar, 'kan?” tanya Tuan Moon.
“Otaknya sudah rusak parah saat dia tiba disini. Dia bahkan tak bisa bernapas sendiri. Kau harus menyiapkan mental untuk situasi terburuk.” Kata Dokter. Ayah Hwan langsung jatuh lemas mendengarnya, Tuan Moon sedih tapi ada wajah tersenyum bahagia mengetahui keadaan mahasiwanya.
Sementara Jaksa Son masuk ke dalam ruangan dengan wajah panik, lalu memegang tangan Chan-Ho kalau sudah datang. Chan Ho seperti hanya mengerakan pelupuk mata tanpa membukanya. Jaksa Son hanya bisa menangis melihat keadaan anaknya. 

[BAGIAN 11: MATI ATAU MENJADI JAHAT]

Woo Tak mengantar mereka pulang, lalu bertanya dimana Jae Chan akan tinggal selama masa pemulihan, dirumahnya Atau di rumah Hong-Joo seperti dirinya. Seung Won menjawab tentu saja harus dirumahnya,
“Kenapa merepotkan orang lain? Dia punya rumah dan Kau juga sudah sembuh. Kau merasa baikan, 'kan?” ucap Seung Won melihat kakaknya
“Tidak, aku tidak merasa baikan. Aku belum sembuh sepenuhnya, Bagian peruktku masih sakit.” Kata Jae Chan
“Kalau begitu, kau harus di rumahku beberapa hari seperti Woo-Tak. Aku akan merawat...” kata Hong Joo dan langsung disela oleh Seung Won.
“Eh, tidak perlu. Itu akan sangat memalukan... Woo-Tak pantas dirawat olehmu. Tapi kau tidak.” Ucap Seung Won. Jae Chan binggung kenapa adiknya berpikiran seperti itu.
“Memang kau cedera saat berusaha menyelamatkan Hong-Joo seperti dia?” Apa kau tinggal sendiri seperti Woo-Tak?” kata Seung Won. Woo Tak kaget seperti ingin memberikan kode agar membiarkan saja.
“Tidak, aku tinggal bersamamu, tapi kau tidak berguna.Karena itu...” kata Jae Chan kembali disela oleh adiknya.
“Aku akan berusaha berguna. Jadi Biarkan aku merawatmu, ya? Terima kasih untuk semuanya hari ini. Ayo pergi, jangan merepotkan mereka lagi.” Ucap Seung Won menarik kakaknya untuk pergi. Hong Joo memanggil Seung Won.
“Jae Chan.. Ayo ke rumahku. Aku pernah mengalami ini, jadi, pasti lebih baik darimu. Kau tidak apa-apa menginap di rumahku, 'kan?” ucap Hong Joo. Jae Chan seolah-olah berpikir. Tapi Hong Joo sudah mengandeng tanganya untuk masuk rumah. 


Seung Won memanggil kakaknya karena harus sendirian dirumah, mengeluh kalau kakaknya yang tidak mengerti juga. Woo Tak membalas kalau Seung Won yang tak mengerti. Seung Won binggung apa maksudnya itu.
“Mereka baru sadar bahwa sebenarny pernah bertemu 13 tahun lalu. Jangan ganggu mereka agar bisa berbincang.” Kata Woo Tak. 

Ibu Hong Joo membuatkan semangkuk bubur, Jae Chan pun mengucapkan Terima kasih. Ibu Hong Joo meminta maaf karenaa Jae Chan yang harus mengalami itu dan akan merawat Jaksa Jung, jadi menyuruh Hong Joo merapikan kamarnya.
“Dia harus minum obat dan...” kata Hong Joo khawatir tapi Ibunya menyela.
“Ibu akan memastikan dia minum obat. Cepat rapikan kamarmu. Jika dia melihat kamarmu, maka akan merasakan jijik dan pingsan.” Kata Nyonya Yoon. Hong Joo mengeluh kalau Kamarnya tidak berantakan dan berjalan pergi.
“Bubur abalon ini sangat enak.”ungkap Jae Chan berusaha untuk ramah
“Berapa lama kau berencana menginap disini? Dua hari cukup, 'kan?”kata Nyonya Yoon seperti bersikap dingin. Jae Chan pikir cukup dan merasa heran dengan sikap Nyonya Yoon yang berbeda. 

Hong Joo mencari-cari sesuatu di dalam laci dan seluruh kamarnya, merasa kalau meletakkannya di dalam kamar. Ia pikir kalau Jae Chan  pasti akan sangat kecewa jika tahu menghilangkannya. Saat itu terdengar ketukan pintu, Jae Chan meminta izin untuk masuk. Hong Joo pun mempersilahkanya.
“Wah, ini lebih berantakan daripada yang aku bayangkan.” Komentar Jae Chan saat masuk. Hong Joo mengaku kalau biasanya tidak sekacau ini karena hanya mencari sesuatu. Jae Chan ingin tahu apa yang dicarinya.
“Ada pokoknya yang aku cari” kata Hong Joo alu menyuruh Jae Chan agar duduk karena akan mengukur suhu tubuhnya. Jae Chan pun duduk diatas tempat tidur Hong Joo.
“Hong-Joo, Apa kau tidak suka cincin yang aku berikan?” tanya Jae Chan. Hong Joo sempat terdiam lalu mengaku kalau sangat suka.
“Lalu kenapa tidak dipakai?” tanya Jae Chan seperti kecewa.
“Aku mencemaskan anggapan rekan kerjaku, dan ibuku juga akan salah paham jika melihatnya. Aku akan memakainya jika hanya bersamamu.” Kata Hong Joo
“Berjanjilah kepadaku.” Kata Jae Chan menagihnya. Hong Joo menganguk dengan melihat termometer kalau Demamnya sudah hampir turun.
“Aku akan mengganti perbanmu besok pagi.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir Hong Joo terdengar seperti dokter.
“Kau tahu, aku sempat latihan dengan Woo-Tak.” Kata Hong Joo
Jae Chan kaget bertanya apakah Hong Joo  memeriksa suhu tubuhnya dan mengganti perbannya juga. Hong Joo menganguk, lalu bertanya apakah Jae Chan merasa terganggu dan cemburu. Jae Chan menyangkalnya dengan nada sinis. Hong Joo pikir kalau tidak perlu mengelaknya begitu.
Tiba-tiba terdengar suara ibunya, menyuruhnya agar segala keluar. Hong Joo pun keluar dari kamarnya dengan berpesan pada Jae Chan kalau memberitahu apabila membutuhkan sesuatu. Jae Chan menganguk dengan mengucapkan terimakasih. 

Jae Chan mulai mengkhayal saat Hong Joo memeriksa suhu tubuh Woo Tak di tempat tidur dan terlihat sangat mesra, dengan tangan Woo Tak mengelus kepala Hong Joo. Jae Chan melempar sandar dan berbaring di tempat tidur, dan bayangnnya hilang.
Tapi Ia melihat saat Hong Joo berusaha mengoda Woo Tak untuk menganti perbanya, seperti gaya Hong Joo yang selalu membuat pria jatuh cinta padanya. Jae Chan terlihat kesal melempar bantal dan bayangan pun hilang.
“Ah, seharusnya aku tidak kemari... Seharusnya aku di rumah saja.” Keluh Jae Chan menutupi wajahnya dengan selimut. 

Hong Joo memakai cream malam dengan ibunya bertanya apakah melihat cincinnya Yang diberikan Jae-Chan sebagai hadiah. Nyonya Yoon mengak tidak dan bertanya apakah Hong Joo menghilangkannya. Hong Joo merasa yakin meletakkannya di laci, tapi tak ada didalam kamarnya.
“Kenapa mengolesnya dengan hati-hati? Kau hanya akan tidur.Lebih baik Oleskan saja dan tidurlah.” Kata Nyonya Yoon.
“Tidak. Belakangan ini, kulitku sangat kering. Bagaimana jika rusak? Bahkan Jae-Chan tinggal bersama kita. Ibu dengar kau dan Jaksa Jung sebenarnya bertemu 13 tahun lalu.” Ucap Hong Joo genit.
“Apa Kau merasa lebih dekat dengannya karena tahu soal itu?” kata Nyonya Yoon sinis
“Kenapa? Apa Ibu ingin aku merasa lebih dekat dengannya?” goda Hong Joo. Nyonya Yoon langsung menolak kalau tidak mau itu terjadi.”
“Kami mungkin saja makin dekat dan Kita tidak pernah tahu. Seiring waktu, kami mungkin...” Ucap Hong Joo.
“Tidak. Ibu tidak mau itu.... Ibu tidak mau nanti kalian makin dekat.” Kata Ibunya langsung berbaring ditempat tidur. Hong Joo kaget melihat sikap ibunya seperti tak biasa pada Jae Chan. 

Dokter memberitahu Tuan Lee kalau sudah memeriksakan yang diminta, bahwa anaknya memang mendaftarkan diri untuk menjadi donor organ. Tuan Lee pun sudah menduganya Dokter pikir Tuan Lee seharusnya bangga dengan putranya
“Hwan, Apa kau dengar itu? Doktermu memujimu.” Ucap Tuan Lee mengajak anaknya bicara.
“Kabari kami jika Anda sudah memutuskan tanggalnya.” Kata Dokter.
“Besok lusa... Karena hari Itu,....hari,... ulang tahunnya.” Ucap Tuan Lee menahan tangisnya. Dokter pun menganguk mengerti. 

Jaksa Son menerima kabar akan ada Donor ginjal, perawat mengatakan Itu memang belum dipastikan, tapi ada seorang pasien mati otak yang bisa menjadi donor, jadi harus melakukan tes antibodi lebih dulu dan Jika cocok, Chan-Ho akan bisa mendapatkan transplantasi ginjal. Jaksa Son terlihat bahagia dan mengucapkan Terima kasih.

Yoo Bum dan Tuan Moon seperti memenangkan sidang. Tuan Lee terlihat marah ingin tahu Siapa yang membunuh putranya, lalu berteriak pada Jae Chan sebagai jaksa karena ingin tahu pelakunya.
“Apa Kita tak bisa menangkapnya karena tak ada autopsi? Kenapa hukum sangat tidak adil?” ucap Tuan Lee menangis didepan Jae Chan. Jae Chan terlihat sangat tertekan.
Woo Tak terbangun dari tidurnya, lalu kebingungan mengajak bicara pada anjingnya, cara mengatakan itu kepada Jae Chan tentang mimpinya.  

Jaksa Lee terlihat sangat marah karena  Hanya demi menangkap satu orang itu, maka Jae Chan membunuh tujuh orang dan itukah keadilan yang dimaksud Jae Chan. Lalu Jae Chan membawa semua barang dalam ruangan seperti akan mengundurkan diri jadi jaksa dengan wajah frustasi.  Hong Joo membuka mataya terlihat panik karena bermimpi buruk.

Woo Tak sudah ada didepan rumah Hong Joo bertanya pada bonekanya apa yang harus dikatakan, seperti sangat binggung. Saat itu Hong Joo keluar rumah dengan membawa kantung sampah, wajahnya terlihat lesu berjongkok dengan helaan nafas lalu kembali berjalan.
“Berhenti menghela napas. Apa Kau benci daur ulang ? Apa terjadi sesuatu?” ucap Woo Tak datang membantu.
“Aku bermimpi buruk. Aku sedang memikirkan bagaimana cara mengatakannya.” Kata Hong Joo. Woo Tak kaget karena ia juga merasakan itu.
“Apa ini soal Jae-Chan?” tanya Hong Joo. Woo Tak membenarkan dan bertanya apakah Hong Joo juga seperti itu.
“Ya, Apa kau juga melihat dia mengundurkan diri?” tanya Hong Joo. Jae Chan menganguk kalau melihatnya juga. 


Saat itu di atap rumah, Jae Chan melihat Hong Joo dan Woo Tak didepan rumah, dengan wajah cemburu heran karena merkea tak malah berbicar didepan rumah. Akhirnya Jae Chan berjalan mendekat didepan pagar ingin tahu yang dibicarakan keduanya.
“Kita harus memberi tahu Jae-Chan. Itu akan menimpanya.” Ucap Woo Tak
“Apa yang berubah jika kita memberi tahu dia? Tak ada yang bisa dia ubah meski dia mengetahuinya lebih awal.” Kata Hong Joo
“Setidaknya dia bisa menghindarinya.” Kata Woo Tak.
“Lalu apa akhirnya? Orang lain harus menerimanya jika dia melarikan diri. Apa Kau akan lari jika mengetahui itu? Apa Kau sanggup?” ucap Hong Joo. Woo Tak mengaku tidak.
“Jae-Chan sepertimu. Dia takkan lari jika mengetahuinya. Jadi, sebaiknya kau tidak memberi tahunya. Aku akan membuat dia lari ini.” Kata Hong Joo.Woo  Tak bertanya bagaimana caranya. 


Jae Chan hanya diam saja saat menunggu dihalte bus, lalu melihat bus yang datang dan mengajak Hong Joo naik. Tapi Hong Joo hanya diam saja, Jae chan binggung apakah mereka tak harus naik. Hong Joo mengatakan kalau  tidak ke kantor dan sudah izin hari ini. Jae Chan binggung menanyakan alasannya.
“Karena ini hari yang sangat indah... Tak ada debu, dan kau juga cuti. Aku tidak ingin bekerja di hari seperti ini.” Ungkap Hong Joo
“Lalu? Kau mau kemana?” tanya Jae Chan. 

Di kantor
Doo Hyun menerima pesan Hong Joo “Senior, maafkan aku. Aku izin hari ini karena cuacanya sangat bagus.” Lalu mengeluh kalau Cuaca yang bagus pasti telah membuat Hong Joo gila.
Sementara di kejaksaan, Jaksa Lee memberikan kopi pada Hee Mi yang terlihat kekelahan karena lembur.  Hee Mi bertanya Apa tak ada yang lembur di divisi Jaksa Lee Untuk menggantikan seseorang.
“Hei, Jaksa Jung bukan ingin cuti. Aku yakin dia tahu betapa banyak pekerjaan dia yang kita kerjakan.” Kata Jaksa Lee membela.
“Kalau begitu, dia harus segera kembali.” Keluh Hee Mi merasa lelah menyelesaikan semua kasus.
“Aku yakin dia juga merasa tidak enak karena mengambil cuti. Aku.. Kasihan dengan dia” ungkap Jaksa Lee. 

Tapi saat itu Hong Joo dan Jae Chan sedang asik berkencan ke bukti dengan melihat domba-domba yang berkeliaran. Mereka lalu foto ditengah-tengah ilalang, sepasang pria dan wanita lain juga foto, keduanya seperti saling menyanyangi dan memuji.
Hong Joo dan Jae Chan hanya menatap binggung karena keduanya terlihat foto sangat mesra. Tiba-tiba si pria memberikan surpise kalau membelikan sebuket bunga. Si wanita terkejut. Jae Chan melihat pasangan lain, akhirnya memberikan bunga ilalan karena Hong Jo suka bir dan dibuat dari tanaman itu.

Hong Joo berjalan di belakang Jae Chan, tanganya terlihat ragu untuk merangkul lengan Jae Chan dari belakang. Jae Chan melihat Hong Joo menarik tangan Hong Joo untuk memegang lenganya, bertanya mau keman lagi. Hong Joo pikir akan ke pantai besok.
“Setidaknya sudah lima tahun kita terakhir melihat laut.” Kata Hong Joo bersemangat.
“Tapi aku kembali bekerja besok.” Kata Jae Chan. Hong Joo menyuruh jae Chan izin saja seperti dirinya.
“Apa sesuatu terjadi kepadaku besok?” ucap Jae Chan. Hong Joo terlihat kaget dan binggung.
“Aku mendengar percakapanmu dengan Woo-Tak pagi ini. Katamu kau melihat sesuatu di mimpimu. Jadi Katakan saja. Kenapa kau ingin aku lari?” ucap Jae Chan penasaran.
“Kau harus membuat pilihan dan itu Pilihan yang sangat sulit. Jika yang kulihat di mimpiku yang akan benar terjadi, maka kau akan langsung melakukan inspeksi saat kembali bekerja besok.” Cerita Hong Joo 

“Pasien mati otak yang seharusnya cedera kepala di sebuah kecelakaan. Tapi di tengah inspeksimu, kau mendapati bahwa cedera itu bukan diakibatkan oleh kecelakaan.” Jelas Hong Joo dengan Hwan yang masih terbaring di ruanganya.
Jae Chan bingung apa maksud Hong Joo mengatakan  Bukan kecelakaan, lalu bertanya apakah Artinya ada yang sengaja melukainya. Hong Joo membenarkan kalau Jae Chan memutuskan melakukan autopsi,. dan akhirnya menangkap pelaku. Jae Chan pikir apa masalahnya sekarang.
“Korban mati otak itu, mengajukan diri menjadi donor organ. Karena kau memutuskan melakukan autopsi,. Maka dia tak bisa lagi mendonorkan organnya. Jadi, tujuh pasien yang menunggu transplantasi...” kata Hong Joo. Jae Chan menebak kalau mereka Meninggal
“Ya... Karena terguncang,...kau berhenti sebagai jaksa.” Kata Hong Joo
“Bagaimana jika aku tidak melakukan autopsi? Apa Aku tak bisa menangkap pelaku tanpa itu?” tanya Jae Chan mulai serius
“Woo-Tak juga bermimpi dan Itu yang kau lakukan di mimpimu. Kau memilih tidak melakukan autopsi, agar bisa menyelamatkan ketujuh orang itu, tapi...” kata Hong Joo. 

Tuan Moon mencari si pemilik topi menemukan seorang anak dengan topi yang sama dengan tas bertuliskan TK HAKDONG
“Pelaku dibebaskan dengan putusan tidak bersalah, karena penyebab kematian, tak bisa dipastikan tanpa autopsi.< Lalu Ayah korban menyalahkanmu atas segalanya. Jadi, setelah menyalahkan dirimu...” kata Hong Joo dan disela oleh Jae Chan.
“Aku mundur sebagai jaksa.” Kata Jae Chan. Hong Joo membenarkan.
“Apa Ada informasi dari korban? Apa Kau tidak tahu siapa dia?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengatakan tidak melihat di mimpinya.

“Jika aku melakukan autopsi, tujuh orang akan meninggal. Jika tidak, aku menyelamatkan ketujuh orang itu. Pelaku bebas. Jika aku melakukan autopsi atau tidak, maka aku tetap meninggalkan posisi jaksa. Kurasa kau ingin aku lari, karena apapun itu, aku akan menyesalinya... Hah, itu sangat buruk.” Kata Jae Chan.
Hong Joo pikir memang sangat buruk. Jae Chan menatap ke depan ilalang, lalu mengajak Hong Joo untuk pergi ke pantai besok. Hong Joo kaget. Jae Chan pikir ingin melarikan diri. Hong Joo dengan senang hati karena mereka akan pergi. 



“Aku tahu.. aku seperti pengecut,tapi aku masih ingin melarikan diri. Aku tidak ingin meninggalkan kejaksaan selamanya.” Kata Jae Chan berjalan pergi.
“Ya, aku yakin kau tidak ingin berhenti.” Kata Hong Joo. Jae Chan teringat Hong Joo berkata “Lalu? Orang lain harus menerima jika dia melarikan diri. Apa Kau akan lari jika mengetahui itu? Apa Kau sanggup?”
“Tentu saja. Aku sangat sanggup.” Ucap Jae Chan menjawab pertanyan Hong Joo, lalu mengingat saat Hong Joo mengatakan “Jae-Chan sepertimu. Dia takkan lari jika mengetahuinya.”
“Salah. Aku akan melarikan diri. Menyusahkan orang atau tidak, maka aku tidak peduli. Aku dan Woo-Tak padadasarnya berbeda. Hati nuraniku punya standar yang tergolong rendah.” Ucap Jae chan membela diri
“Itu bagus... Kita harus sadar diri.” Kata Hong Joo terlihat sedikit binggung dengan kata-kata Hong Joo tapi ditanggapinya. 

Sepasang pria dan wanita memanggil Jae Chan dengan panggilan Ahjussi, untuk bisa mengambil foto mereka. Jae Chan langsung menolak dengan ketus kerena tak ada alasan memotret orang yang tidak dikenal, lalu memastikan pada Hong Joo kalau akan bertindak dan berkata semaunya.
“Dasar.. Menyebalkan sekali. Ayo, Sayang. Akan kutraktir barbeku. Jangan dipikirkan!” ucap si wanita mengajak pergi pacarnya. Hong Joo memberikan pujian pada pacarnya. 

Seung Won duduk bersama dengan temanya yang dikucilkan. Temanya pikir kalau kakak Jae Chan adalah jaksa yang baik. Jae Chan heran temanya berkomentar aneh seperti itu, Temanya mengetahui Jae Chan yang membuktikan Do Hak-Young tidak bersalah dan membebaskannya.
“Hei, dia hanya menjalankan tugasnya. Seperti Guru mengajari murid. Presiden melindungi rakyat,. dan jaksa hanya menuntut pelaku kejahatan. Melakukan tugasnya bukan berarti dia jaksa yang baik.” Pikir Seung Won tak ingin memuji kakaknya.
“Tapi melakukan itu tidak selalu mudah. Aku belajar itu dari ayahku. Ayahku seorang dokter, tapi bertemu dengan jaksa licik, lalu membuatnya menjadi pembunuh berantai.”cerita temanya.
“Siapa jaksa itu?” tanya Seung Won kaget. Temanya pikir Seung Won  takkan mengenalnya.
“Dia mengubah pernyataan saksi dan memalsukan bukti. Begitulah cara dia mengubah orang tidak bersalah menjadi penjahat.” Ungkap Teman Jae Chan terlihat sangat marah. 


Yoo Bum keluar dari rumah bersama Tuan Moon, sebagai mantan jaksa. Ia merasa kalau Tuan Moon beruntung, karena Staf rumah sakit itu memberitahu bahwa Lee Hwan Akan segera mendonasikan organnya. Tuan Moon terlihat senang karena itu  artinya takkan ada autopsi.
“Ini akan berakhir jika mereka tak bisa menjalankan autopsi. Ini akan dianggap sebagai kematian akibat kecelakaan. Jangan terlalu cemas meski kasusnya diteruskan ke pengadilan. Ini Akan mudah membebaskanmu karena banyak yang buram.” Ucap Yoo Bum yakin
“Aku sangat mempercayaimu.” Kata Tuan Moon. Yoo Bum pun meminta Tuan Moon harus mencari pemilik topi itu karena Itu yang paling membuatku khawatir. Tuan Moon menganguk mengerti, Saat itu di dalam mobil. Woo Tak seperti sedang membuntuti Yoo Bum dengan kamera mencari sebuah petunjuk.
Bersambung ke episode 22

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar