PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 17 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 30

PS : All images credit and content copyright : SBS
Jae Chan berjalan bersama dengan Nyonya Yoon dan Hong Joo dari ruangan rawat.  Nyonya Yoon pikir Pulang dari rumah sakit bukanlah hal besar jadi tidak perlu datang. Hong Joo membenarkan karena dirinya bukan anak kecil.
“Ya, tapi kau saksi penting... Aku sudah menghubungi kepolisian dan meminta jaminan perlindungan.” Ucap Jae Chan.
“Apa Kau meminta jaminan perlindungan?” tanya Hong Joo.
“Mungkin Takkan ada yang terjadi, tapi Ini hanya untuk berjaga-jaga. Bagaimana jika Yoo Bum keluar untuk menculiknya?” kata Jae Chan.
“Jadi, kau akan terus bersamaku sampai persidangannya berakhir?” ucap Hong Joo. Jae Chan meminta Hong Joo agar Bertahan dan Persidangan akan segera dimulai.

Saat itu mobil polisi datang  ke depan rumah sakit,  Woo Tak turun dari mobil kala akan melindungi Nona Nam dengan memperkenalka diri sebagai Han Woo Tak dari Polsek Sangku dan juga Letnan Oh Kyung Han ikut mengenalkan diri kalau akan menjaga sampai persidangannya usai.
“Woo Tak... Aku senang ini dilakukan oleh polisi yang kami kenal.” Kata Nyonya Yoon.
“Apa Kau baik-baik saja? Aku sangat mencemaskanmu.” Ucap Woo Tak ramah. Hong Joo mengaku baik-baik saja.
“Jae Chan memberitahuku, kau berusaha mati-matian menyelamatkanku.” Kata Hong Joo. Woo Tak merendah kalau tak seperti itu.
“Woo Tak, Apa kau satu-satunya polisi di Hangang-gu?” keluh Jae Chan dengan nada mengoda.
“Benar, 'kan? Aku juga terkejut saat ditugaskan melakukan ini. Ini Sungguh kebetulan.” Ucap Woo Tak
“Kebetulan apanya? Hei.. Kau ini bicara apa? Ini Pasti salah satunya. Jaksa Jung yang meminta kita,atau Letnan Han yang menawarkan diri.” Kata  Petugas Oh.
“Aku tidak pernah membuat permintaan semacam itu.” Akui Jae Chan dengan memalingkan wajahnya. Woo Tak mengaku tidak menawarkan diri.
“Salah satu dari kalian pasti sedang berakting untuk membodohi kami semua, tapi aku bahkan tidak tertarik, jadi, ayo kita pergi” kata Tuan Oh mengantar keduanya naik mobil. Hong Joo melambaikan tangan pada Jae Chan sebelum naik mobil. 


Jaksa Lee mengajak Jae Chan untuk memesan makan malam dari Dongchunwon dan periksa kembali barang-barang sitaan dengan memberikan berkas. Jae Chan menganguk mengerti dengan sibuk melihat berkas, lalu memberitahu aklau Dongchunwon tutup setiap Minggu jadi mengajak makan ramyun saja.
Jaksa Lee mengerti berjalan ke meja dispenser lalu bertanya apakah Jae Chan mau juga. Jae Chan tanpa memalingkan wajahnya, mengatakan mau rasa kimchi. Jaksa Lee hanya bisa menahan amarah karena Jaksa Lee seperti seniornya yang menyuruh junior.
“Bagaimana kau bisa begitu tenang? Nona Nam nyaris mati. Jika aku menjadi dirimu, maka setidaknya aku akan mencengkeram kerah Lee Yoo Bum” ucap Jaksa Lee.
“Apa aku terlihat tenang?” tanya Jae Chan santai. Jaksa Lee melihat kalau Jae Chan itu mulai agak menakutinya. .
“Aku sama sekali tidak tenang tapi gusar.” Akui Jae Chan memirkirkan yang akan dilakukan pada Yoo Bum. 

Saat melakukan interogasi ia tak bisa menahan amarahnya, menyerang Yoo Bum dan beberapa orang langsung menarikanya agar tak memukul Yoo Bum.
“Setiap detik, aku membayangkan menarik kerahnya, meneriaki, dan memukulinya habis-habisan.”
Akhirnya Ia kena marah oleh Jaksa Park dengan mendorongnya keluar dari ruangan. Jaksa Park menegaskan kalau Jae Chan Jangan mencampuri kasus itu lagi
“Tapi konsekuensinya terlalu berat.Aku akan dikeluarkan Aku takkan bisa melakukan apa-apa. Aku terpaksa menerimanya dan juga menerima perintah penahanan. Semuanya akan berantakan.” 

Jaksa Lee pikir itu alasan Jae Chan yang menahan amarah. Jae Chan membenarkan, bahkan setiap pagi, rahangnya sakit karena menggeretakkan gigi di malam hari. Jaksa Lee mengaku punya pelindung mulut dan menawarkan untuk meminjamkanya, Jae Chan pikir itu membantu.
“Seharusnya kau memberitahuku lebih awal... Bawakan besok.” Ucap Jae Chan.
“Baiklah, akan kubawakan. Lagipula, tampaknya kau merasa semua milikku adalah milikmu. Aku akan membawakan si Merah dan pelindung mulut untukmu.” Kata Jaksa Lee mengeluh karena Jae Chan seperti merasakan miliknya jadi milik juniornya juga. 

Tulisan "Vecaron, tiga botol" dalam tabel. Tuan Ko bertanya Tulisan tangan siapa ini. Tuan Choi menjawab  Itu tulisan tangannya. Setelah itu Tuan Ko meminta agar  membacakan yang tertulis ini secara lantang karena usia jadi rabun jauh. Lalu Hong Joo mengatakan Woo Tak  tidak boleh membuat kesalahan.
“Pak Han, kenapa Anda tak bisa memberi tahu kami warna payungnya? Apa warna payungnya?” tanya Jae Chan.
“Saya tidak begitu bisa membedakan warna.” Akui Woo Tak dalam ruang persidangan.
Woo Tak terbangun dari tidurnya, sangat kaget dan kebinggungan lalu bertanya kembali pada anjingnya apa yang harus dilakukan karena Tampaknya akan mengacaukan semuanya.


Jaksa Lee berjalan masuk ruang pengadilan meminta Jae Chan Tenang saja karena Hari ini, mereka hanya akan memeriksa daftar barang bukti, lalu memberitahu Jae Chan kalau ada Tuan berGaji Delapan Digit di Arah pukul tiga. Jae Chan melihat Tuan Ko sedang berbincang dengan Yoo Bum.
“Jaksa Lee Ji Kwang. Aku banyak mendengar tentangmu.” Ucap Jaksa Lee menjabat tangan Tuan Ko yang menghampirinya.
“Tolong jangan terlalu keras dengan kami, Jaksa Jung.” Kata Tuan Ko pada Jae Chan sambil menjabat tangan.
“Itu yang ingin kami minta darimu... Pak Delapan... Maksudku, Presdir Ko.” Ucap Jaksa Lee berusaha untuk ramah.
“Aku sudah meninjau daftar barang buktimu. Kau menyelidiki semuanya dengan sangat teliti.” Kata Tuan Ko.
“Ahh.. Begitukah? Kalau begitu, jangan tidak menyetujui terlalu banyak. Itu memperumit keadaan kedua pihak.” Ungkap Jaksa Lee.
Tuan Ko tahu karena benci jika persidangan ditunda lalu berjalan bersama dengan Jaksa Lee. Jae Chan dan Yoo Bum saling menatap tanpa banyak berkata-kata. 

Sidang pun dimulai, Hakim bertanya pada pengacara Ko apa pendapat mengenai barang bukti ini. Tuan Ko mengataakn Bukti Nomor 3, Nomor 7 dan Nomor 11, tak menyetujuinya. Jaksa Lee yang mendengarnya hanya bisa mengeluh karena sebelumnya Tuan Ko takkan menentang semua bukti.
“Nomor 13, tidak setuju.” Ucap Tuan Ko. Jaksa Lee kembali berkomentar lebih baik semua saja tak menyetujuinya.
“Kami juga tidak setuju dengan bukti Nomor 15, tapi kami akan mengesampingkan ini.” Kata Tuan Ko. Jaksa Lee mengucapkan terimakasih dengan nada menyindir.
“Nomor 17, tidak setuju.” Kat Tuan Ko.  Semua terlihat kaget, Jae Chan pun tak banyak berkata-kata seperti menahan emosinya.
“Nomor 17 adalah pernyataan saksi, Nam Hong Joo. Apa Anda tidak menyetujuinya?” tanya  Jaksa
‘Tidak, Nona Nam satu-satunya saksi dalam kasus ini. Pernyataannya akan memutuskan terdakwa bersalah atau tidak, jadi, dia harus bersaksi di ruang sidang ini untuk menentukan kredibilitasnya.” Jelas Tuan Ko
Hong Joo berada dikamar, melihat surat panggilan sebagai saksi di pengadilan. Hakim pun bisa menerima alasan Tuan Ko dan bertanya Apa da lagi yang ingin ditegaskan. Tuan Ko mengaku masih ada banyak di daftar mereka.
“Nomor 19, tidak setuju.” Ucap Tuan Ko. Jaksa Lee heran dengan Tuan Ko karena meragukan kredibilitas Penyidik Choi.
“Perlukah kita memanggil Penyidik Choi Dam Dong juga?” tanya Hakim.
“Ya, Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Nona Ha Joo Won untuk menutupi perbuatan dia dalam merusak bukti, saat menangani kasus pembunuhan berantai cairan infus, maka kita harus memanggil Penyidik Choi, yang menyelidiki kasus tersebut, untuk memeriksa detilnya lebih jauh.” Jelas Tuan Ko.
Tuan Choi menerima surat panggilan dengan wajah gugup karena tak menyangka harus bersaksi. Tuan Ko mengatakan tidak setuju dengan bukti Nomor 34, Nomor 44. Hakim heran karena Tuan Ko juga tidak menyetujui Nomor 44. Jae Chan meliha itu "Pernyataan, Han Woo Tak"
“Apakah artinya kita perlu memanggil Pak Han Woo Tak juga?” tanya Hakim.
“Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa bersalah atas pembunuhan dan percobaan pembunuhan berdasarkan pernyataannya, maka kita harus memastikan keabsahan pernyataannya di ruang sidang ini.” Kata Tuan Ko. Woo Tak pun menerima surat "Panggilan untuk Bersaksi" ke rumahnya.
“Kalau begitu, Jaksa Penuntut, apakah Anda akan melakukan pemanggilan terhadap Nona Nam, Penyidik Choi, dan Pak Han agar kita bisa menanyakan mereka sebagai saksi di persidangan nanti?” kata Hakim. Keduanya menjawab “Ya” dengan wajah menahan amarah.
“Mereka jelas ingin menggoyahkan kredibilitas saksi-saksi kita. “ kata Jaksa Lee. Jae Chan pikir Persidangan ini akan melelahkan.



Woo Tak melihat snack dan bir yang dibeli Jae Chan lalu bertanya apa maksudnya ini. Jae Chan pikir Woo Tak telah berusaha menjaga Hong Joo beberapa hari ini jadi ingin mentraktirnya dan sebagai tanda terima kasihknya. Woo Tak pikir kalau ini seperti bisa melihat hati Jae Chan sebenarnya.
“Aku merasa kau agak pelit soal urusan berterima kasih.” Ejek Woo Tak. Jae Chan merengek agar Woo Tak tak bersikap seperti itu.
“Tidak, dia cukup terbuka denganku.” Kata Hong Joo lalu mendengar bunyi suara pesan masuk.
Hong Joo melihat wallpaper Woo Tak bayangan dengan seorang wanita lalu bertanya Siapa ini. Woo Tak kebingungan menjeleaskan. Hong Joo yakin kalau itu adalah wanita yang disukaianya. Woo Tak makin panik. Jae Chan melihat lalu bertanya apakah Ini bayangan gadis yang disukai Woo Tak. 
“Ya, benar.” Kata Woo Tak akhirnya mengaku. Hong Joo melihat dari bayangan kalau wanita itu pasti cantik.
“Dia sepertinya tipe yang cerdas dan polos.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir itu maksudnya Hong Joo sedang memuji dirinya.
“Bukan, gadis ini.” Kata Hong Joo. Jae chan kesal karena Hong Joo yang bisa tahu karakter seseorang dengan dari bayangannya saja
“Aku bisa melihat.” Kata Hong Joo yakin lau mengeluh dengan mata Jae Chan lalu telpnya berdering dan sedikit menyingkir karena harus menerima telp dari seniornya yang memberitahu akan menghadiri sidang Lee Yoo Bum besok. 


Jae Chan kesal dengan Hong Joo yang seharusnya  tidak berhak menyindir, karena bahkan tidak tahu bahwa itu bayangan dirinya sendiri. Woo Tak kaget kalau Jae Chan sudah tahu tentang hal itu. Jae Chan menganguk dan terlihat santai.
“Jangan canggung... Aku akan berpura-pura tidak tahu, jadi, tetaplah berteman.” Kata Jae Chan.
“Kau sangat pengertian.. Jika begitu, bisakah kita berbicara seperti teman sekarang?” kata Woo Tak.
“Ah,tak bisa..  Aku tidak sepengertian itu.” Kata Jae Chan tetap ingin mengunakan bahasa formal.
“Ah, tampaknya akan ada banyak reporter disana besok. Semoga aku tidak melakukan kesalahan. Aku sangat gugup.” Kata Hong Joo kembali duduk. Jae Chan mengaku lebih gugup bahkan dadanya terasa sakit.
Hong Joo mengajak mereka makan yoghurt, ketiga membuka tutup Yoghurt dengan menjilat bagian tutupnya.


“Kemarin, hari ini, dan besok. Kami terbiasa setiap hari seperti hari lainnya, tapi hari istimewa sebentar lagi dimulai.”
Tuan Choi baru keluar dari rumah, Yoo Bum sudah menunggu didalam mobil menyuruh Tuan Choi masuk karena akan mengantar ke pengadilan. Tuan Choi pun tak menolak.  Di dalam ruang sidang, Doo Hyun, Seung Won menenami Dae Goo dengan menenangkanya. Woo Tak memakai topi dan seragam lengkap.
“Bagi sebagian orang, hari ini akan membawa kebahagiaan atau kemarahan.” Sebagian lain akan mengingat hari ini sebagai hari yang sedih.”
Jaksa Lee membaca pesan dari pacarnya "Ini hari yang penting untukmu. Aku akan datang untuk mendukungmu" Jae Chan datang bertanya apakah jaksa Lee sudah siap. Jaksa Lee dengan penuh semangat mengatakan sudah siap.
 “Pada akhirnya, kita akan mendengar kata-kata terakhir seseorang. "Jangan menangis. Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu. Tapi jangan melupakan apa yang terjadi." 

Hong Joo masuk bersama dengan Woo Tak dan Petugas Oh,  Tuan Choi datang dengan Yoo Bum berpapasan dengan Jaksa Lee dan Jae Chan. Lalu Jaksa Lee berjalan dengan Tuan Choi, menyapa Yoo Bum kalau  akan bertemu di dalam.
“Kau pasti gugup.” Ucap Jaksa Lee. Tuan Choi  membenarkan. Jaksa Lee meminta agar Tuan Choi santai dan tenang saja.
 “Orang akan berpikir kau terdakwa, dan aku jaksa.” Kata Yoo Bum mengejek. Jae Chan mengatakan kalau akan berusaha.
“Jangan berpikir persidangan ini harus lebih berat dari seharusnya. Jawabannya sudah jelas jika kau berpikir logis.” Kata Yoo Bum,
“Antara pengacara yang bekerja sama dengan pembunuh berantai untuk membunuh seorang reporter dan pembunuh berantai yang berusaha membunuh pengacara dan reporter, mana yang lebih masuk akal bagimu?” kata Yoo Bum mulai mencuci otak Jae Chan.
“Benar, kurasa argumen kami lebih masuk akal.” Kata Jae Chan. Yoo Bum mengaku  penasaran melihat pihak mana yang menurut hakim paling meyakinkan.
“Aku juga penasaran... Siapa yang lebih dia percayai kali ini?” kata Jae Chan. 


Hong Joo menyapa Tuan Choi yang sudah ada diruang sidang. Tuan Cho menyapa Hong Joo yang lama tidak berjumpa dan menanyakan apakah sudah membaik, Hong Joo mengaku sudah pulih. Tuan Choi pun mengucap syukur.
“Lama sekali tidak bertemu, Pak.. Aku sangat merindukanmu.” Ungkap Hong Joo. Tuan Choi dengan gugup mengaku juga merasakan hal yang sama. 

Saat itu semua diminta agar berdiri karena hakim masuk ruang sidang. Semua pun duduk kembali setelah Hakim duduk di kursinya. Hakim bertanya apakah Jaksa Pembela dan Jaksa Penuntut. Semuanya hadir,  keduanya menjawab kalau hadir.
“Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Ha Joo Won. untuk menutupi fakta bahwa terdakwa merusak barang bukti saat menangani kasus pembunuhan berantai cairan infus. Entah dia memanipulasi bukti atau tidak adalah kunci untuk memecahkan kasus ini.” Ucap Tuan Ko memberikan pernyataan lebih dulu.
“Penyidik Choi, pada 12 Desember 2014, Anda melakukan penggeledahan dan penyitaan di kantor Myung Yi Suk, benarkan?” ucap Tuan Ko. Tuan Choi membenarkan.
“Saya melihat "Vecaron, tiga botol" di bawah daftar ini. Apa itu Vecaron?” tanya Tuan Ko.
“Itu obat yang digunakan si pembunuh berantai untuk membunuh korbannya. Pelaku memasukkan obat itu ke tubuh pasien melalui cairan infus dan membunuh 11 orang.” Kata Tuan Choi
“Seperti yang kita tahu, telah terungkap .bahwa Ha Joo Won pembunuh sebenarnya, tapi sebagian bersikeras bahwa botol Vecaron adalah bukti palsu. Apa Anda setuju dengan mereka?” tanya Tuan Ko
“Ya, saya yakin itu dimanipulasi.” Kata Tuan Choi. Dae Goo terlihat menahan rasa sedihnya. Seung Won pun mengucap punggung temanya agar bisa tetap bertahan.
“Botol itu adalah bukti penting, tapi Anda membubuhkannya di bawah daftar dengan pena berbeda. Apa yang terjadi?” tanya Tuan Ko. Tuan Choi mengingat saat dalam ruangan bersama dengan Yoo Bum.
“Saya membuat daftar barang sitaan di lokasi dan memeriksanya kembali saat kembali ke kantor sambil membandingkan dengan bendanya. Seperti itu karena yang hilang di daftar ditambahkan kemudian.” Jelas Tuan Choi
“Lalu bagaimana dengan tulisan tangan ini? Tulisan tangan siapa ini?” tanya Tuan Ko. 


Woo Tak terdiam karena yang dikatakan Tuan Ko sama dengan yang ada pada mimpinya dan Tuan Choi menjawab kalau tulisan tangannya.  Woo Tak makin panik, Jae Chan dan Hong Joo terlihat tegang.
“Anda yang melakukan penggeledahan dan penyitaan dan juga yang membuat daftar barang sitaan, lalu menambahkan barang sitaan tambahan di daftar. Lantas, menurut Anda, siapa yang pertama harus dicurigai. merusak barang bukti?” kata Tuan Ko mulai memutar balikan fakta.
“Apa ini? Dia Licik sekali. Mereka berusaha menimpalkan semua kepada Penyidik Choi?” ucap Jaksa Son dengan Hee Mi terlihat sangat marah.

“Yang Mulia, Dia bertanya berdasarkan spekulasi tidaklah pantas. Tolong abaikan pertanyaan ini.” Ucap Jaksa Lee menyela.
“Pertanyaan awal diperbolehkan dalam uji silang, jadi, saya rasa tak ada masalah.” Kata Hakim.
“Saksi.. Bolehkah saya menolak menjawab berdasarkan Pasal 148 KUHAP? Apa Anda menolak memberi kesaksian?” kata Hakim.
“Ya, saya takkan menjawab pertanyaan itu.” Kata Tuan Choi
“Maka orang akan berpikir Penyidik Choi benar merusak barang bukti. Ini Gawat.” Kata Jaksa Son. 

Tuan Ko pun menyudahi pertanyaan. Hakim pun meminta  Jaksa Penuntut, apa ada pertanyaan lain untuk saksi. Jae Chan pun maju ke depan ruang sidang, dengan bertanya dimana saat memeriksa kembali daftar itu. Tuan Choi mengataka berada di ruangan Jaksa Lee di Kantor Kejaksaan Yeonju.
“Kalau begitu, tolong sebutkan nama yang meninjau daftar barang sitaan di lokasi.” Kata Jae Chan.
“Saya, Pak Seo, dan Pengacara Lee Yoo Bum, yaitu jaksa yang menangani kasus ini.” Kata Tuan Choi.
“Maka tiga orang memiliki akses terhadap barang sitaan tersebut, jadi, ketiganya bisa saja merusak barang bukti. Apa Betul?” kata Jae Chan. Tuan Choi menjawab benar.
“Satu dari ketiga orang itu menerima penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum setelah kasus itu terpecahkan.” Kata Jae Chan.
“Dia bilang Penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum? Kenapa dia menanyakan pertanyaan acak seperti itu?” komentar Doo Hyun.
Jae Chan ingin tahu siapa orangnya, Tuan Choi pun menjawab Yoo Bum.  Yang menerima penghargaan. Jae Chan ingin tahu Kenapa bukan mereka bertiga. Tuan Choi menjawab karena mereka berdua  hanya penyidik jadi Seluruh tanggung jawab dan penghargaan adalah untuk jaksa.
“Lalu kapan Pengacara Lee mendapat tawaran dari Firma Hukum Hae Kwang?” tanya Jae Chan.
“Tepat setelah menerima penghargaan.” Jawab Tuan Choi
“Apakah Anda mendapat penghargaan setelah kasus itu terpecahkan?” tanya Jae Chan. Tuan Choi mengatakan tidak mendapatkan penghargaan apapun.
“Saat sejumlah orang dicurigai merusak barang bukti, pertanyaan tentang siapa yang melakukannya muncul. Jawabannya bisa mudah didapat jika pertanyaannya agak dipelintir. Siapa yang diuntungkan dari dirusaknya barang bukti? Siapa yang paling diuntungkan?” ucap Jae Chan
“Dia adalah Pengacara Lee Yoo Bum.” Kata Tuan Choi menunjuk Yoo Bum. Jae Chan terlihat sangat yakin lalu menyudahi pertanyaan.
Doo Hyun dan reporter lainya terlihat sangat bersemangat menulis berita dengan judul "Yang Diuntungkan Dari Rusaknya Barang Bukti adalah si Pelaku adalah Lee Yoo Bum". Hong Joo berkomentar kalau Tuan Choi berhasil melalui bagian tersulit.Woo Tak juga berpikir seperti itu. Hong Joo merasa gugup karena akan melakukan sidang menjadi saksi.
“Hal terpenting dalam menentukan apakah tindakan terdakwa adalah pertahanan diri ataukah aksi pembunuhan dan percobaan pembunuhan. adalah bagaimana saksi, Nona Nam Hong Joo, bisa ada di atap. Pembela bersikeras bahwa Ha Joo Won menggendong Anda di punggungnya. Apa Anda ingat yang terjadi?” ucap Jaksa Lee 
“Ya, saya ingat... Tapi terdakwa, Lee Yoo Bum, yang menggendong saya.” Kata Hong Joo.
“Dia bersikeras bahwa dirinya secara fisik tidak kuat menggendong Anda karena dia diberi obat.” Kata Jaksa Lee  .
“Tidak, dia tidak di bawah pengaruh obat sampai kami tiba di atap.” Kata Hong Joo.
Jaksa Lee  bertanya Bagaimana Hong Joo bisa sangat yakin. Hong Joo bercerita saatpingsan di atap, melihat dua orang dengan jelas memegang payung, menurutna Jika Ha Joo Won menggendongnya seperti yang dikatakan terdakwa, maka Yoo Bum tak bisa memegang payung.
“Jika terdakwa diberi obat, maka dia takkan terpikir untuk membawa payung.” Tegas Hong Joo.
“Itu benar. Hei, Nona Nam sangat hebat... Dia sangat pintar.”bisik Petugas Oh pada Woo Tak. Woo Tak pun bisa tersenyum.
“Tapi payung itu bisa menjelaskan jika terdakwa tidak diberi obat. Dia pasti membawa saya ke atap dalam keadaan sadar dan Ha Joo Won pasti mengikutinya dengan membawa dua payung.” Kata Hong Joo
“Tapi dia bersikeras bahwa secara fisik dirinya tidak mampu karena dia diberi obat tidur seperti Anda. Lalu obat itu ditemukan dalam tes darah yang dia jalani.” Kata Jaksa Lee 
“Dia mungkin meminum pil itu sendiri setelah membunuh Ha Joo Won. Untuk bisa mengklaim tindakannya sebagai pertahanan diri.” Kata Hong Joo. Semua yang menonton merasa kalau itu masuk akal.
“Itu berdasarkan spekulasinya, tapi mereka tidak keberatan.” Bisik Jaksa Son. Hee Mi membenarkan lalu berpikir kalau mereka sudah tahu dengan tatapan curiga.
“Anda berkata Ha Joo Won akan membawa dua payung. Kenapa dia melakukan itu?” Jaksa Lee.
“Karena dia mengira akan meninggalkan lokasi bersama terdakwa.” Ucap Hong Joo.
“Dia benar...Dia hanya akan membawa satu Jika tahu akan pergi sendiri.” Komentar Doo Hyun
“Dengan kata lain, terdakwa mendorongnya hingga tewas saat dia tidak berniat membunuh terdakwa. Itu bukan pertahanan diri, tapi Itu pembunuhan.” Kata Hong Joo yakin. Jaksa Lee pun menyudahi pertanyaan. 

Hakim pun meminta Jaksa Pembela untuk menanyakan saksi sekarang. Tuan Ko yang sibuk dengan stabilonya pun berjalan ke tengah sidang, dengan membahas yang diingat oleh Hong Jooo, bahwa  terdakwa yang tidak diberi obat menggendong Anda ke atap setelah diberi obat. Hong Joo membenarkan.
“Ini yang diminum saksi dan terdakwa di hari kejadian. Dan Untuk meminumnya, perlu resep Lalu Bisakah Anda membacakan yang tertulis ini secara lantang? Saya rabun jauh karena usia.” Ucap Tuan Ko. Woo Tak panik karena Tuan Ko mengatakan hal yang sama dengan dalam mimpinya. “Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Tuan Oh melihat Woo Tak kaget. Woo Tak menutupinya mengaku tak ada apa-apa.
"Dilaporkan bahwa ada berbagai.. efek samping termasuk halusinasi dan perubahan perilaku. Yang telah dilaporkan termasuk halusinasi visual..." ucap Hong Joo terlihat kaget
“"Halusinasi visual, halusinasi pendengaran, dan perubahan perilaku." Itu yang tertulis disana, 'kan?” kata Tuan Ko.
“Maksud Anda, saya berhalusinasi?” ucap Hong Joo dengan nada penuh amarah.
“Tidak, bukan itu maksud saya. Saya hanya memberi tahu efek samping yang bisa muncul.” Kata Tuan Ko membela diri.
“Saya tidak mengalami efek samping seperti ini saat kejadian.” Tegas Hong Joo.
“Mayoritas orang yang mengalami efek samping seperti mengatakan hal-hal seperti itu. Mereka berkata bahwa baik-baik saja.” Ucap Tuan Ko.
“Dia melibas pernyataan Nona Nam dengan omong kosong.” Kata Tuan Oh panik. Jaksa Son mengerti alasan Tuan Kotidakmenyatakan keberatan tadi.
“Dia sengaja tetap diam untuk mematikan argumen Nona Nam.” Kata Jaksa Son.
“Ini gila. Apa kita akan membiarkan dia menginjak-injak kita begitu?” ucap Hee Mi marah. 



Hong Joo menegaskan sambil menangis sangat ingat kejadiannya kalau Yoo Bum membawa ke atap, memegang payung,dan membantu Ha Joo Won untuk membunuh nya. Tuan Ko pikir ingatan terdakwa membawa Hong Joo  ke atap,... memegang payung, dan membantu Ha Joo Won membunuhnya datang setelah meminum pil itu.
“Yang Mulia, bukan hanya saksi yang meminum pil itu. Terdakwa bersikeras bahwa dia juga meminumnya. Jika pernyataan saksi diragukan karena pil itu, maka semua argumen terdakwa seharusnya juga diragukan. Dia menyatakan bahwa berusaha menyelamatkan Nona Nam dan mendorong Ha Joo Won hanya karena dia menyerangnya.” Kata Jae Chan setelah mengeberak meja.
“Dia juga bersikeras bahwa itu semua hanya pertahanan diri. Tapi semua yang dia yakini bisa saja, halusinasi dari pil tidur yang dia minum.” Tega Jae Chan.
“Benar. Jangan biarkan mereka menginjak-injak kita.” Ucap Hee Mi bangga. Tuan Choi pun memuji Jae Chan  yang memang putra Kepala Jung.
“Itu artinya pernyataanmu akan menjadi kunci kasus ini.” Kata Tuan Oh pikir sekarang hasilnya seri. Woo Tak terlihat gugup karena akan di sidang sebagai saksi. 


Jaksa Park pikir Han Woo Tak memegang kuncinya sekarang karena Pernyataan kedua pihak kehilangan kredibilitasnya,dan Woo Tak satu-satunya saksi yang tersisa. Jae Chan membenarkan. Jaksa Park ingin tahu Kapan dia akan diinterogasi.
“Segera setelah sidang dimulai pukul 4 sore.” Ucap Jae chan
“Presdir Ko takkan bisa menjatuhkan kredibilitasnya juga, 'kan?” kata Jaksa Son khawatir. Jaksa Lee mengeluh seniornya malah berkata seperti itu.
“Itu takkan terjadi... Kita memiliki payung itu. Kudengar sidik jari Lee Yoo Bum dan Ha Joo Won ditemukan disana. Bahkan, aku merasa kita tidak butuh pernyataan Han Woo Tak.” Kata Hee Mi yakin.
“Masalahnya, payung itu ditemukan di depan halaman gedung, bukan di atap.” Kata Jaksa Park.
“Pasti karena tertiup angin, karena Kudengar, angin kencang di hari itu.” Ucap Hee Mi.
“Itu pernyataan kita. Mereka bisa bilang payung itu ditinggalkan di lantai bawah. Kita butuh pernyataan bahwa saksi melihat payung itu di atap. Menurutmu, Han Woo Tak akan bagaimana?” kata Jaksa Park
“Jangan khawatir. Dia polisi, dan dia yang pertama tiba di lokasi jadi Dia pasti akan bersaksi.” Ucap Jae Chan yakin. 


Woo Tak panik memikirkan nasibnya karena  Pelaku akan bebas jika aku membuat kesalahan. Saat itu tiba-tiba Hong Joo datang mengatakan kalau Woo Tak,tidak tahu warna payung-payung itu, jadi meminta agar mendengar baik-baik. Satu berwarna hijau dan satu lagi merah.
“Mereka akan bertanya kepadamu seperti apa payung itu. Jika kau tidak bisa menjawab, mereka akan tahu bahwa kau buta warna. Maka kau terpaksa harus keluar dari kepolisian. Jadi, ingat kau harus ini. Payung yang panjang berwarna hijau, yang tiga tingkat berwarna merah.” Kata Hong Joo terus berbicara.
“Hong Joo...Bagaimana kau tahu?” kata Woo Tak hanya bisa melonggo.
“Itu tidak penting sekarang. Kau tidak boleh membuat kesalahan, mengerti? Ahh... Tidak... Katakan saja kau sakit dan pulang. Kau bisa diam jika pengacara itu terus menginterogasimu.. Kau lebih baik  Pergilah saja. Aku akan bilang kau pingsan.” Ucap Hong Joo panik
“Maka Lee Yoo Beom akan dibebaskan.” Kata Woo Tak
“Itu tidak penting sekarang... Kau tak bisa meninggalkan kepolisian. Katamu kau tak bisa menyerah sebagai polisi. Jika mereka tahu kau buta warna, maka kau terpaksa merelakan segalanya. Jadi Pergilah saat tak ada orang. Aku akan menjelaskan kepada Jae Chan. Jadi, sebaiknya kau...” kata Hong Joo dan tiba-tiba Woo Tak langsung memeluknya.
“Aku takkan lari.. Aku takkan membuat kesalahan. Jadi Jangan khawatir.” Ucap Woo Tak. Hong Joo terlihat masih sangat panik. 



Woo Tak akhirnya masuk ruang sidang, Hakim meminta Woo Tak aagar membaca sumpah itu dengan lantang dan Jika berbohong setelah bersumpah, maka akan dihukum atas sumpah palsu. Woo Tak menjawab kalau sudah mengetahuinya.
"Saya bersumpah akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya.Jika terbukti berbohong, saya bersedia dihukum atas sumpah palsu." Kata Woo Tak dengan mengangkat satu tanganya sebagai sumpah. 

[EPILOG]
Woo Tak melihat Hong Joo sendirian di halte lalu bertanya Dimana Jae Chan. Hong Joo mengatakan kalau Jae Chan pulang karena ponselnya tertinggal dan Sebentar lagi datang l Jaksa Lee  lalu bertanya dimana mobil Woo Tak. Woo Tak mengatakan tak bisa membawanya karena ada pembagian jalan.
“Kita sudah lama tidak naik bus bersama.” Ucap Hong Joo. Saat itu Woo Tak melihat bayangan dirinya dengan Hong Joo, seperti Hong Joo sedang bersadar padanya, akhirnya ia pun mengambil gambar di ponselnya.
“Kau sedang apa?” tanya Hong Joo melihat Woo Tak yang membelakanginya. Woo Tak pura-pura tak melakukan apapun, tapi wajahnya tersenyum bahagia bisa memiliki foto bayangan dengan Hong Joo.
Bersambung ke episode 31

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar