PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 18 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 31

PS : All images credit and content copyright : SBS
Tuan Choi memangggil Jaksa Jung yang duduk di meja jaksa, keduanya pun mendekat. Tuan Choi berbisik kalau mereka harus minta larangan perjalanan untuk Pengacara Lee. Jae Chan binggung kenapa Tuan Choi membahas Larangan perjalanan
“Aku kemari memakai mobil Pengacara Lee.” Cerita Tuan Choi mengingat saat akan masuk melihat ada koper dibagian belakang.
“Aku melihat koper di jok belakangnya. Setelah persidangan ini dia mungkin akan kabur ke luar negeri.” Jelas Tuan Choi khawatir, terlihat Yoo Bum sibuk berbicara dengan Tuan Ko.
“Bukankah butuh beberapa hari untuk mendapat persetujuan larangan?” kata Jae Chan pada Jaksa Lee.
“Kita bisa mendapatkannya hari ini jika mendesak.” Kata Jaksa Lee lalu menghampiri Hee Mi dan Jaksa Son akan kembali ke ruang sidang.
Jaksa Lee dengan nada berbisik kalau mereka harus minta larangan perjalanan untuk Pengacara Lee. Yoo Bum melihat para jaksa berbicara terlihat sedikit gugup. 


Woo Tak membacakan sumpah dengan mengangkat satu tanganya.  "Saya bersumpah akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya. Jika terbukti berbohong, maka saya bersedia dihukum atas sumpah palsu." Hakim pun meminta jaksa mulai bertanya pada saksi.
“Saksi, Anda yang pertama tiba di atap Firma Hukum Hae Kwang pada malam kejadian, 'kan? Tolong jelaskan kejadian saat Anda tiba?” kata Jae Chan.
“Baik... Saat saya tiba disana, terdakwa, Lee Yoo Beom, sedang terisak saat membawa Nam Hong Joo. Saya melihat dua payung terbuka dari kejauhan.” Jawab Woo Tak dengan mengingat kejadian diatap.
“Apa ada orang lain di atap?” tanya Jae Chan. Woo Tak mengatakan Tak ada.
“Foto berikut adalah bukti Nomor 1 dan 2. Pada gagang payung di foto terdapat sidik jari keduanya. Ini Fakta bahwa dia membawa dua payung ini ke atap menunjukkan niatnya untuk kembali bersama terdakwa, Lee Yoo Bum. Lee Yoo Bum membunuh Ha Joo Won yang tidak berniat membunuh. Ini juga bertentangan dengan pernyataan pertahanan dirinya.” Jelas Jae Chan.
“Tolong bersikeras bahwa payung itu ditemukan di lantai pertama, bukan atap. Katakan bahwa payung itu mungkin berbeda dengan yang saksi lihat.” Bisik Yoo Bum pada Tuan Ko. Jae Chan pun hanya menatapnya.
“Saksi yang bersama kita hari ini adalah polisi yang pertama tiba di TKP dan melihat situasinya. Payung yang dia lihat di atap dan yang dari lantai pertama bisa diidentifikasi sama oleh saksi. Saksi, tolong gambarkan payung itu.” Ucap Jae Chan.
“Payung pertama sangat panjang. Payung kedua pendek dan bisa dilipat.” Jawab Woo Tak
“Apa warnanya?” tanya Jae Chan. Woo Tak terlihat panik mengingat kembali saat berbicara dengan Hong Joo. 

Flash Back
“Bagaimana kau akan bersaksi? Apa Kau akan menyembunyikan bahwa dirimu buta warna? Jika mereka tahu kau berbohong, maka kau akan dihukum atas sumpah palsu.” Ucap Hong Joo panik
“Aku takkan dihukum.” Kata Woo Tak yakin.
“Apa Kau akan mengatakan bahwa dirimu buta warna? Maka kau terpaksa harus mundur sebagai polisi.” Kata Hong Joo. 

Jae Chan kembali bertanya kenapa Woo Tak tak bisa mengatakan warna payung itu. Woo Tak terdiam, Jae Chan pun bertanya  Apa warna payung itu. Woo Tak dengan terbata-bata mengatakan kurang bisa membedakan warna.
Semua kaget mendengarnya, Seung Won dan Dae Goo kaget kalau seorang Polisi yang buta warna. Jae Chan sangat shock. Hong Joo dan Tuan Oh tak habis pikir dengan yang dilakukan Woo Tak karena mengaku di persidangan. Tuan Ko senang karena menurutnya Permainan berakhir.
“Ya, saya seorang polisi... Menjadi buta warna berarti saya tidak memenuhi syarat untuk ini. Begitu kesaksian saya berakhir, maka saya akan menyerahkan surat pengunduran diri.” Kata Woo Tak. Semua langsung kaget dengan keputusan Woo Tak. Hong Joomenjatuhkan lembaran kertas dari tanganya yang bergetar
“Dia bilang Mengundurkan diri untuk bersaksi?” ucap Doo Hyun kaget dan yang lainya pun tak percaya akalu Woo Tak  Berani sebagai polisi melakukan ini.
“Lanjutkan interogasinya, Jaksa Jung.” Ucap Woo Tak terlihat tenang.  Jae Chan melihat tanganya bergetar tak bisa mengambil kertas akhirnya mengunkaan tangan kananya.
“Saksi, tolong gambarkan payung yang Anda lihat malam itu?” ucap Jae Chan.
“Yang Mulia, bahkan orang biasa takkan ingat payung yang dia lihat di malam hari dalam beberapa detik. Selain itu, saksi buta warna.” Kata Tuan Ko berdiri dari tempat duduknya.
“Saya bukan tak bisa melihat, tapi saya melihatnya secara berbeda. Bukan mengenali warna secara berbeda dari orang biasa, tapi saya mengenali cahaya dan warna lebih baik daripada orang biasa. Jadi, kemampuan melihat saya saat malam lebih baik dari mereka.” Ucap Woo Tak
“Yang Mulia, kita harus mendengarkan pernyataan saksi. Itu masih bisa dinilai.” Kata Jae Chan. Hakim pun meminta Jae Chan agar melanjutkan.
“Saksi, payung apa yang Anda lihat malam itu?” tanya Jae Chan melanjutkan.
“Payung panjang yang saya lihat malam itu bergagang kayu. Gagangnya melengkung seperti tongkat. Lalu Payung lipatnya bergagang silinder. Ada dua lingkaran pada gagangnya. Payung panjang memiliki warna yang sama dengan dasi Terdakwa dan Payung lipat. memiliki warna yang sama dengan bagian depan jubah And Tapi lebih terang.” Ucap Woo Tak.
Foto payung yang ditemukan pun terlihat dilayar, Semua tak percaya kalau yang dikatakan Woo Tak memang benar.  Jae Chan pun bertanya Apa payung dalam foto sama dengan yang dilihat malam itu. Woo Tak menjawab kalau itu memang sama. 
[BAGIAN 16. SELAMAT TINGGAL, KAWAN]
“Kita akan mengakhiri pemeriksaan saksi dan akan kembali pada 25 Juli pukul 11.00 untuk sidang terakhir.”ucap Hakim menutup sidang.
Jae Chan bingung melihat tanganya yang terus bergetar, Jaksa Lee khawatir dengan Woo Tak apakah  baik-baik saja, karena baru kehilangan Pekerjaan akbibat pernyataannya. Jae Chan yang masih binggung menerima pesan dari Woo Tak lewat ponselnya.
“Jangan canggung. Aku baik-baik saja. Mari terus berteman.” Tulis Woo Tak. Tapi Jae Chan seperti masih merasa khawatir. 

Di meja seberang.
Tuan Ko pikir Yoo Bum sudah tahu kalau sebaiknya mengumpulkan bukti dan alasan bahwa perbuatannya tidak disengaja. Yoo Bum bingung karena Tuan Ko mengatakan Tidak disengaja dan tak akan menyatakan dirinya yang tidak bersalah.
“Kurasa kita tidak perlu melanjutkan pernyataan pertahanan diri.  Bukankah lebih baik mengurangi hukuman beberapa tahun? Pengacara Seo akan bergabung di sidang berikutnya menggantikanku.” Ucap Tuan Ko berjalan pergi. Yoo Bum mengejarnya tapi seniornya hanya pergi begitu saja, wajahnya pun terlihat makin marah. 

Hong Joo yang menangis dalam ruang sidang mencari Woo Tak, tapi Woo Tak sedang berbicara dengan Tuan Oh. Tuan Oh mengumpat marah dengan Woo Tak yang sudah gila, karena sudah bilang tutup mulutnya dan seharusnya bilang tidak melihat apa-apa malam itu
“Kau tak bisa menarik ucapanmu di persidangan.” Ucap Tuan Oh khawatir. Woo Tak mengaku kalau sudah mengetahuinya.
“Orang tuamu bekerja keras berternak babi dan sapi agar kau masuk akademi polisi! Putra tunggal dalam tiga generasi!” kata Tuan Oh sedih.
“Aku bukan putra tunggal dalam tiga generasi, Senior. Orang tuaku juga tidak tinggal di desa. Mereka sudah lama bercerai dan menikah lagi. Meskipun aku berhenti, mereka akan berkata, "ohh.. Kau berhenti?" Itu saja.” Akui Woo Tak. Tuan Oh kaget mendengarnya ternyata Woo Tak hidup sendirian.
“Lencana ini...tidak pernah...cocok bagiku. Lencana ini selalu berat... Ini Sulit... Tapi...aku ingin menanggung bebannya. Aku menikmatinya. Bekerja denganmu... adalah kenangan yang menyenangkan bagiku. Aku merasa sudah cukup dan tidak seharusnya meminta lebih. Terima kasih banyak, Senior Kyung.” Ucap Woo Tak sambil menangis dan memberikan hormat.
“Dasar Anak nakal.... Kau pasti sangat menderita.” Kata Tuan Oh akhirnya memeluk Woo Tak dan sama-sama menangis. 



Yoo Bum mencuci tanganya dengan cepat dan menatap dirinya di cermin dengan menyakinkan Semua akan baik-baik saja, Tidak akan masalah Ini belum berakhir.  Ia mengeluarkan dari sakut jaketnya, tapi malah membuatnya terjatuh sebuah paspor dan tiket keberangkatan.
Di ruang kejaksaan
Jaksa Son sibuk menelp  memberitahu nama Lee Yoo Bum, karena Ada laporan mungkin akan kabur ke luar negeri hari ini jadi tolong segera keluarkan larangan perjalanannya. Hee Mi pun sibuk mengetik dari layar dengan sangat serius. 

Jaksa Lee melihat pesan dari ponselnya <"Larangan perjalanan Lee Yoo Beom disetujui" lalu memuji pacarnya yang memang sempurna dalam segala hal. Jae Chan kaget bertanya apakah Jaksa Lee sedang berkencan dengan seseorang. Jaksa Lee hanya menjawab kalau ini waktu terbaik, lalu saat itu Tuan Choi datang menghampiri.
“Larangan perjalanan Lee Yoo Bum telah disetujui.” Ucap Jaksa Lee. Tuan Choi pun bisa mengucap syukur.
“Terima kasih untuk hari ini. Anda akan datang di sidang berikutnya, 'kan?” kata Jaksa Lee.
“Sidang berikutnya adalah sidang terakhir, 'kan? Siapa yang membacakan tuntutan?” tanya Tuan Choi
“Kenapa? Apa Kau takkan datang jika aku melakukannya dan akan datang jika Jaksa Jung yang melakukannya? Begitukah?” ucap Jaksa Lee. Tuan Choi membenarkan.
“Ya, silakan datang. Kau harus datang, karena Jaksa Jung yang akan melakukannya.” Kata Jaksa Lee mengejenya.
“Aku takkan melewatkan sidang terakhir.”ucap Tuan Choi sambil menjabat tangan Jaksa Lee. Jaksa Lee mengeluh kalau Tuan Choi mengecewakankny.
“Penampilanmu bagus hari ini, Jaksa Jung.” Ungkap Tuan Choi memuji sambil menjabat tangan lalu berjalan meninggalkan keduanya 


Tuan Choi baru keluar dan Yoo Bum datang mendekatinya. Yoo um terlihat sangat marah menyindir kalau  Perkataan Tuan Choi  hari ini mengesankan. Kalau Seluruh tanggung jawab dan penghargaan adalah untuk jaksa. Ia pikir Saat menyelidiki kasus pembunuhan berantai cairan infus, tidak mengharapkan hadiah.
“Aku yakin Myung Yi Suk adalah pelaku sesungguhnya. Aku ingin menangkapnya bagaimanapun juga alasanya.. Itu saja.” Ucap Yoo Bum. Tuan Choi mengaku kalau sudah tahu.
“Lalu kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa semua orang dengan kejam...” teriak Yoo Bum marah besar.
“20 November 1983. Itu hari lahirmu, Pengacara Lee. Benarkan?” kata Tuan Choi.
“Ya... hari itu  bahkantidak diingat orang tuaku, tapi kau merayakannya denganku setiap tahun. Apa Kau merayakannya denganku untuk mengkhianatiku seperti ini?” ucap Yoo Bum marah.
“Itu hari yang sama dengan hari lahir adikku. Usiamu dan hari lahirmu. Jadi, kau istimewa bagiku. Itu sebabnya aku melakukan ini. Larangan perjalanan untukmu sudah diberlakukan jadi Kau tidak perlu pergi ke bandara sekarang.” Ucap Tuan Choi
Yoo Bum tak percaya kalau Tuan Choi sudah mengetahui rencananya.  TUan Choi memegang pundak Yoo Bum meminta agar  berhentilah melarikan diri karena sudah cukup. Yoo Bum melepaskan tangan Tuan Choi terlihat sangat marah.
“Kau hanya akan terluka dan menderita.” Ucap Tuan Choi seperti melihat adiknya didepan wajahnya.
“ Jadi,... berhentilah keras kepala. Berhenti menyakiti orang lain. Ikutlah dengan kakak, Guk Hyun.” Kata Tuan Choi membayangkan dirinya bertemu dengan adiknya lagi saat masih muda. 



Jae Chan seperti merasakan sesuatu lalu memberikan tumpukan berkas yang berat pada Jaksa Lee kalau akan menemui Penyidik Choi. Jaksa Lee kaget Jae Chan akan Sekarang. Jae Chan melepaskan jubahnya dan di pasangkan pada Jaksa Lee.
“Maaf, aku akan segera kembali.. Aku takkan lama.” Ucap Jae Chan bergegas pergi. Jaksa Lee pun hanya bisa berteriak
Jae Chan keluar melihat Tuan Choi sedang menahan Yoo Bum pergi, TUan Choi menyakinakn Yoo Bum kalau hanya akan terluka. dan menderita jadi Tolong hentikan dan Jangan marah. Tapi Yoo Bum memilih untuk bergegas pergi. Saat itu Tuan Choi melihat ke arah langit ada selembar daun maple di bawa oleh angin

“Dedaunan masih terlalu dini untuk menjadi merah.” Ucap Tuan Choi menatap kearah langit. Jae Chan hanya melihat dari kejauhan.
“Sepertinya aku pernah melihat ini...Ini hampir waktunya..” kata Tuan Choi melihat Selembar daun ditangan.
“Aku tahu musim gugur tiba karena dirimu... Kupikir aku masih punya banyak waktu.” Gumam Tuan Choi lalu tanpa sadar ada sebuah mobil yang datang dari  belakang.
Jae Chan panik melihat Tuan Choi  hanya diam saja, lalu melayang dan jatuh tertabrak, setelah itu berlari menghampirinya. Tuan Choi bisa melihat Jae Chan yang berlari menghampirinya. Semua oran yang ada di sekitar kejaksaan pun kaget karena Tuan Choi tiba-tiba di tabrak.

Jae Chan panik melihat Tuan Choi dan meminta agar segera memanggil ambulance. Seseorang pun menelp kalau melihat kecelakaan mobil dan ada yang menabraknya.. Yoo Bum dibawa keluar oleh pihak kejaksaan, wajahnya terlihat tanpa rasa bersalah sudah menabrak Tuan Choi.
“Jaksa Jung... Ada yang ingin... Ada yang ingin kukatakan kepadamu.” Kata Tuan Choi dengan mengeluarkan banyak darah. Jae Chan meminta agar Tuan Choi jangan bicara karena Ambulans sebentar lagi tiba.
“Tidak apa-apa. Dulu sekali, 13 tahun yang lalu, aku melihat ini dalam mimpiku.. Dalam mimpiku, kau mengatakan sesuatu kepadaku.” Cerita Tuan Choi seperti merasakan saat itu berbaring di rumah sakit, saat masih muda
“Penyidik Choi.. Jika Anda bermimpi tentang ini, jangan menemuiku. Jika tidak menemuiku, Anda takkan meninggal. Jadi, jangan datang kepadaku.” Kata Jae Chan.
“Kau tidak mengatakannya seperti itu... jadi Katakan... Katakan lagi.. Cepat.. Waktuku tidak banyak.” Ucap Tuan Choi
“Penyidik Choi... Jika aku bertemu dengan Anda lagi...” ucap Jae Chan sambil menangis. 


Flash Back
Saat pertama kali bertemu, Jae Chan menerima jabatan tangan Tuan Choi  sebagai penyidiknya, bernam Choi Dam Dong. Jung Jae Chan seperti acuh dengan Tuan Choi yang ada didepannya.
“Bodoh sekali aku tidak mengenalimu. Bagimu, aku menjengkelkan dan ceroboh.”
Jae Chan menyuruh Tuan Choi agar bisa meminta dokter membawakan rekam medis. Tuan Choi mengeluh kalau harus lembur lagi.

“Anda selalu lembur karena kasusku menumpuk.”
Lalu Tuan Choi meminta agar Penyidik Choi untuk pergi ke TKP kasus Park Joon Mo. Tuan Choi melonggo binggung lalu bergegas menahan Jae Chan agar tak pergi sendirian diatap karena berbahaya. Lalu ia pun menahan Jae Chan agar tak pergi ke penampungan sampah karena memakai sepatu baru.
“Sepatu barumu rusak karena aku. Anda menderita karena diriku.”

“Tapi... Meskipun begitu... Jika Anda masih bisa mempercayai orang sepertiku, datanglah kepadaku.” Ucap Jae Chan sambil menangis mengingat kenangan dengan Jaksa Lee.
Flash Back
“Bagaimana jika aku tidak bisa mendakwa kasus ini?” tanya Jae Chan saat makan bersama.  
“Kau akan mendapat masalah, Masyarakat akan membencimu.” Ucap Tuan Choi
“Aku akan banyak bertanya dan belajar dari Anda. Aku... akan sangat menghormatimu.” Jae Chan mengingat saat bertemu dengan ayah dari korban pembunuhan kalau akan menghukum pelaku. 

Tuan Choi membenarkan kalau itu yang dikatakan Jae Chan, karena itu sebabnya polisi cepat mendatanginya dan sengaja datang ke dalam kejaksaan karena mengetahui apa yang akan terjadi dan itu adalah Ini pilihannya, jadi meminta Jae Chan Jangan menyalahkan dirinya. Jae Chan terus menangis berharapa agar Tuan Choi bisa bertahan.
 “ Kau boleh, Salahkan dirimu sesaat dan Ingatlah selama mungkin. Kau mengingatnya, 'kan? Itu... Itu baru putra dari atasanku.” Ucap Tuan Choi akhirnya tanganya pun lemas.
“Pak... Jangan pergi.. Kumohon jangan pergi.” Jerit Jae Chan menjerit histeris karena di tinggalkan oleh Tuan Choi. 

Flash Back
Tuan Choi terbangun dari tidurnya, setelah bermimpi panjang dan mendengar temanya yang sedang membaca sebuah puisi "Meskipun hidup memberimu cobaan, jangan sedih atau marah. Hatimu hidup di masa depan. Masa kini dirimu sedih. Semuanya hanya sesaat. Apa yang telah berlalu dan berlalu sekarang... akan dikenang di masa depan."
“Ini Puisi yang indah.”ungkap temanya dan dikagetkan oleh Tuan Choi yang sudah tersadar dan langsung duduk.
“Aku lapar.” Kata Tuan Choi. Temanya pun dengan penuh semangat keluar ruangan karena akan segera membawakan sesuatu.
“Hei.. Kau takkan melakukan hal bodoh, 'kan?” kata temanya khawatir.
“Aku takkan kemana-mana dan takkan melakukan hal bodoh. Akhir hidupku bukan sekarang. Ada yang harus kutemui di masa depan.” Kata Tuan Choi yakin menatap ke arah jendela. 

Rumah duka, di bagian depan layar tertulis "Mendiang: Choi Dam Dong" para jaksa pun memberikan penghormatan terahir pada Tuan Choi dan keluar yang menungunya. Lalu dibagian depan meja, mereka menuliskan nam dan pemberitahuan "Kami tidak menerima uang duka atas permintaan mendiang"
Hyang Mi datang dengan sekertaris lainya, hanya bisa menangis kepergian Tuan Choi. Dibagian belakang ada tumpukan amplop surat dalam tas tertulis dibagian depan. "Kepada Jung Jae Chan, 217-16, Banghak-dong, Eunpyeong-gu, Seoul"

Hong Joo membantu di ruang makan lalu melihat Jae Chan yang pergi, kejadian sama seperti saat 13 tahun lalu. Di rumah duka, Jae Chan melihat Hong Joo yang pergi dan mengikutinya, kali ini Hong Joo yang mengikuti Jae Chan.
Jae Chan melihat sebuah bola baseball di lantai dan menemukan Hong Joo. Hong Joo pun bisa menemukan Jae Chan karena melihat sepatu diruangan yang sama.Saat masih remaja Hong Joo menangis sendirian, dan ketika dewasa Jae Chan menangsi sendirian.
Keduanya duduk berdampingan dan saat masih remaja,Jae Chan memeluk Hong Joo yang menangis dan kali ini Hong Joo yang memeluk Jae Chan agar menangis dipelukanya. Jae Chan menangis histeris karena kehilangan orang yang paling disayanginya untuk kedua kalinya.
Bersambung ke episode 32

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar:

  1. Your blog really very fantastic and all the information are very awesome and great it's really interesting all the topic about the Korean drama.

    BalasHapus