PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 04 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 24

PS : All images credit and content copyright : SBS
Seung Won masuk minimarket, temanya yang menjaga kasir menyapa lebih dulu. Lalu Seung Won kaget melihat Myung Dae-Goo dan bertanya apakah bekerja paruh waktu diminimarket. Dae Goo menganguk dan bertanya apakah Seung Won tinggal didaerah sini. Seung Won balik menganguk.
“Tolong beri aku kantong plastik daur ulang 10 ml dan kantong makanan daur ulang ukuran dua liter. Masing-masing sepuluh buah.” Ucap Seung Won.
“Apa Kau membelikan ini untuk Ibumu?” tanya Dae Goo. Seung Won mengelengkan kepala karena orang tuanya sudah meninggal.
“Aku adalah seorang ibu sekarang karena kakakku tak bisa mengurus rumah.” Ucap Seung Won membeli barang yang dan meminta Dae Goo menambahkanya.
“Apa Kakakmu sering datang kesini?” tanya Dae Goo ingin tahu.
“Jika ada pria tinggi berwajah biasa yang kekanakan datang, maka itu kakakku, Kau harus Hati-hati dengannya.” Kata Seung Won yang merasa malu dengan tingkah kakaknya.
“Seung-Won. Apa Kau bisa meminta kakakmu bertemu dengan ayahku?” ucap Dae Goo. Seung Won kaget mendengar kalau ingin bertemu dengan Tuan Myun.
Ia mengingat kata-kata temanya, kalau Dae Goo harus dekat dengan Seung Won, karena Kakaknya jaksa jadi Mungkin kakaknya Seung Won bisa membebaskan ayahnya Seung Won berkata kalau Kakaknya sedang sibuk karena persidangan penting. Dae Goo pun berpikir melupakan dan  seharusnya tidak mengatakan apa-apa.

Hong Joo masuk rumah melihat ibunya sedang mengangkat bangku untuk menaiki tangga, lalu bertanya kenapa dengan bangku itu. Nyonya Yoon pikir sudah tidak dipakai, jadi akan ditaruh di atas. Hong Joo pikir  untuk sarapan besok, mereka akan kekurangan kursi.
“Biarkan mereka sarapan di rumah” kata Nyonya Yoon. Hong Joo heran dan ingin tahu alasanya.
“Ibu lelah dan tidak nyaman bertemu Jaksa Jung.” Ucap Nyonya Yoon. Hong Joo merengek dengan sibuk ibunya. 

Chan Ho berlari menemui ibunya, dengan wajah bahagia memberitahu kalau  sudah bisa buang air kecil sendiri dan baru saja melakukanya.  Jaksa Son terlihat ikut bahagia memuji anaknya, lalu mereka berjalan sampai depan lobby.
“Pangeran kecil ibu... Nenek akan datang setengah jam lagi. Kau bisa sendiri, 'kan?” ucap Jaksa Son. Chan Ho pun menganguk.
“Chan-Ho...Kita harus berterima kasih kepada banyak orang. Ibu harus membalas kebaikan banyak orang.” Kata Jaksa Soon mengelus pundak anak anaknya.
“Ya, cepat balas mereka Aku baik-baik saja sekarang.” Kata Chan Ho terlihat senang karena sudah bisa ke toilet sendiri. 


Hong Joo keluar dari rumah menelp Woo Tak bertanya sedang ada dimana. Woo Tak mengatakan sedang menuju ke rumah Hong Joo untuk sarapan. Hong Joo meminta maaf karena mereka  harus melewatkan sarapan hari ini. Woo Tak kaget dan ingin tahu alasanya.
“Ibuku agak sibuk karena restorannya.” Kata Hong Joo mencari alasanya. Woo Tak pun bisa mengerti.
“Aku menemukan pengisi dayamu... Pengisi daya merah yang terjatuh di mobilku dan Akan kuberikan kepadamu nanti. Jangan lupa membawa payung. Hari ini akan hujan.” Ucap Woo Tak memasukan power bank berwarna hijau ke dalam saku bajunya. Hong Joo pun mengerti dengan wajah terlihat menyembunyikan sesuatu. 

Jae Chan dan adiknya sudah keluar rumah, bertanya apakah sedang menunggu mereka. Hong Joo mengatakan ingin sarapan di luar jadi mengajak pergi bersama. Seung Won menolak kalau akan sarapan di rumah Hong Joo saja karena tidak suka sarapan di luar.
“Kau menyukainya. Ayo sarapan di luar.” Ucap Jae Chan menarik adiknya lalu memeluk tapi seperti memitingnya.
“Jam berapa persidangan hari ini?” tanya Hong Joo. Jae Chan menjawab Jam dua siang lalu bertanya apakah Hong Joo akan datang
“Tentu saja. Hari ini sidang terakhir Aku harus melihat apa kura-kura lambat bisa menangkap sang kelinci.” Kata Hong Joo. Jae Chan pun mengajak mereka untuk segera pergi. Seung Won meminta kakaknya agar bisa melepaskan pelukanya. Mereka pun tak pula untuk membawa payung karena akan turun hujan. 

Jaksa Lee bertanya apakah Pengacara Lee tidak setuju dengan hasil autopsi. Jae Cahn menjelaskan kalau ia harus menginterogasi dokter yang melakukan autopsi. Hee Mi merasa tidak pernah melihat ada yang tidak setuju dengan hasil autopsi.
“Dia akan menunjukkan kesalahan karena melakukan autopsi setelah transplantasi organ.” Ucap Jaksa Lee yakin. Jaksa Park pikir  Pengacara Lee bermain kotor.
“Jaksa Jung... Ayo pergi ke persidangan hari ini. Aku akan menanyai dokter autopsinya sendiri” ucap Jaksa Soon. Jaksa Park kaget dan ingin tahu alasanya.
“Aku tidak tahan dengan permainan kotornya sebagai pengacara. Bolehkah?” kata Jaksa Son/
“Terima kasih jika kau bisa ikut denganku.. Terima kasih, Jaksa Son.” Kata Jae Chan seperti ada orang yang bisa menemaninya.
“Tidak masalah... Aku lebih berterima kasih kepadamu.” Kata Jaksa Son. Jaksa Lee binggung kenapa dengan dirinya. Jaksa Son terlihat binggung menjelaskanya.
“Aku juga berterima kasih kepadamu belakangan ini. Kolegaku yang manis.”ungkap Jaksa Lee mencoba mengalihkan dengan menekan wajah Jae Chan sampai hanya terlihat bibirnya saja karena gemas. 


Ruang Sidang
Mereka memperlihatkan "Hasil autopsi" Jaksa Son bertanya apakah  dokter menulis hasil autopsi sendiri. Dokter membenarkan. Jaksa Son ingin tahu Berdasarkan hasil autopsi, apa penyebab kematian.
“Penyebab kematian adalah pukulan luar pada otak korban yang menyebabkan perdarahan di membran araknoid.” Ucap Dokter.
“Autopsi dilakukan tepat setelah transplantasi organ. Bagaimana itu bisa terjadi?” kata Jaksa Son.
“Saat korban tiba di rumah sakit tepat setelah kecelakaan, dia tidak memiliki cedera lain selain perdarahan otak dan beberapa patah tulang. Saat kami melakukan pindai CT dan MRI sebelum transplantasi,. organ lain terlihat baik-baik saja. Jadi, kami menghapus kerusakan organ sebagai penyebab kematian. Lalu kami melakukan autopsi tepat setelah transplantasi.” Jelas Dokter
“Apakah Mungkin hasil autopsi berubah karena transplantasi organ?” tanya Jaksa Son. Saat itu Dae Goo ikut duduk dibangku melihat persidangan. Dokter mengatakan kalau itu tidak mungkin.
Jaksa Lee duduk dibangku, mencoret tenda dalam agendanya "Masalah pertama, autopsi setelah transplantasi" lalu memuji kalau Jaksa Soo memiliki Strateginya bagus karena ingin memimpin permainan dengan menanyakan hal sama sebelum pengacara terdakwa.
“Berdasarkan hasil autopsi, tulang rawan tiroid kanan patah. Apa maksudnya itu?” tanya Jaksa Son
“Tulang rawan tiroid menutupi pita suara seperti yang ada di leher. Tulang itu patah saat seseorang dicekik. Dan Itu penyebab umum patah.” Jelas Dokter
“Bagaimana jika patah karena orang itu terjatuh? Seperti saat mabuk dan jatuh ke suatu tempat.” Tanya Jaksa Son.
“Tulang rawan tiroid tidak akan patah hanya karena jatuh.” Jawab Dokter.
“Tapi bagaimana jika kita anggap tulang rawan tiroid korban patah karena jatuh seperti pernyataan pengacara terdakwa?” tanya Jaksa Son
“Maka patahnya pasti juga terjadi di rahang dan tulang belakang leher. Tapi itu tidak terjadi. Poin terpenting adalah kami menemukan darah di sekitar tulang rawan tiroid. Itu hanya muncul jika leher ditekan menggunakan kedua tangan.” Jelas Dokter
“Semua argumennya jelas. Jadi, kesimpulannya, hasil autopsi menunjukkan korban meninggal karena dicekik. dan dia jatuh ke bawah pintu lift, Hal itu menyebabkan dia tewas akibat luka luar dan perdarahan. Benarkan?” ucap Jaksa Son. Dokter membenarkan dan Jaksa Son menyudahi pertanyaan. 
Hakim pun meminta Yoo Bum sebagai Pembela, mulai pemeriksaan silang. Yoo Bum memperlihatkan surat kematian dan bertanya  Kapan korban Lee Hwan didiagnosis mati otak. Dokter menjawab Jam 08.30, 2 Juni 2016. Yoo Bum pun ingin Jadi, kapan sebenarnya jantungnya berhenti. Dokter menjawab Jam 05.17 sore, 2 Juni 2016.
“Perbedaannya sembilan jam ..Bagaimana penentuan waktu kematiannya?” tanya Yoo Bum
“Saat kami mencoba mentransplantasi organnya, maka kami mencatat itu sebagai waktu kematiannya.” Jelas Dokter mengingat saat ada diruang operasi
“Jadi, itu pasti waktu kematian yang tercatat dalam dakwaan, 'kan?” ucap Yoo Bum. Dokter membenarkan dan Yoo Bum menyudahi pertanyaanya.
Jaksa Lee tak percaya kalau Yoo Bum yang tidak setuju dengan bukti hanya untuk itu saja. Hee Mi juga penasaran apa sebenarnya rencana yang dibuat oleh Yoo  Bum. Jae Chan menatap dingin, karena tahu Yoo Bum itu sangat licik. Hong Joo masuk ruangan duduk disamping Tuan Lee karena bangku yang kosong
“Nyawa korban Lee Hwan direnggut oleh dosen yang dulu dia kagumi.Tapi sejak kecelakaan sampai persidangan hari ini, Terdakwa, Moon Tae-Min, berusaha menutupi kejahatannya. Dia membantah tuduhan dan sering mengubah pernyataan. Dia bahkan tidak menyesali perbuatannya.” Ucap Jae Chan.
“Berdasarkan KUHP Pasal 250 ayat 1, saya meminta terdakwa dihukum 10 tahun penjara atas pembunuhan.” Kata Jae Chan. Hakim pun meminta Yoo Bum untuk  sampaikan pernyataan penutup.
“Persidangan hampir berakhir. Keterangan dari anak lima tahun, Autopsi setelah transplantasi organ. Semuanya tidak membuktikan terjadi pembunuhan. Melihat alasannya yang labil, maka saya selalu ingin menanyakan ini. Bisakah kita menghukum terdakwa atas pembunuhan?” ucap Yoo Bum
“Kenapa dia mengatakan omong kosong itu dengan sopan?” keluh Jaksa Lee mendengar ucapan Yoo Bum.
“Berdasarkan pernyataan Dokter autopsi, korban, Lee Hwan, meninggal tanggal 2 Juni 2016, pukul 08.30 pagi. Setelah 9 jam, pukul 05.17 sore, jantungnya berhenti berdetak setelah organnya dipindahkan. Seperti kita tahu, mati otak tidak dianggap meninggal menurut KUHP.” Ucap Yoo Bum.
“KUHP hanya mengenal kematian saat jantung berhenti berdetak. Hal sama berlaku juga dalam UU transplantasi organ. Kami merujuk kepada keluarga pasien yang meninggal karena mati otak sebagai "keluarga". Kita baru sebut mereka "keluarga yang berduka" Setelah transplantasi organ selesai.”jelas Yoo Bum. Jae Chan mendengarnya tak percaya kalau Yoo Bum agar mengara pada hal yang tak dinginkanya.
“Jika korban Lee Hwan mendapat luka di otaknya dan meninggal hanya setelah beberapa jam,. kita bisa mendakwa terdakwa atas pembunuhan. Tapi saat korban mati otak, maka jantungnya tidak berhenti berdetak. Saat dia melakukan operasi transplantasi, jantungnya berhenti berdetak” kata Yoo Bum. Jaksa Son juga tak habis pikir kalau Yoo Bum akan menyerang.
“Terdakwa tidak membuat jantungnya berhenti berdetak.” Kata Yoo Bum.
Saat diruang operasi Dokter mengatakan kalau akan membedah arteri utamanya. Yoo Bum menegaskan kalau dokter yang membuat jantungnya berhenti berdetak. saat membedah arteri utama jadi kematian yang dianggap oleh KUHP bukan disebabkan oleh terdakwa, melainkan dokter yang melakukan operasi. Hong Joo tak percaya Yoo Bum sekarang malah menyalahkan dokter.
“Jadi menurut KUHP, korban tidak meninggal karena terdakwa. Dia meninggal karena transplantasi organ.” Ucap Yoo Bum tanpa rasa menyesal.
“Lidahnya kejam sekali.” Kata Hee Mi terlihat benar-benar marah. Tuan Moon terlihat sedikit tersenyum karena bisa membuat dirinya terbebas.
“Maka, kita tak bisa mendakwanya atas kematian korban. Selain itu, terdakwa mengaku tidak bersalah atas pembunuhan.” Kata Yoo Bum. 

“Apa-apaan ini? Apa maksudmu?!!! Jadi Siapa yang membunuh putraku?”teriak Tuan Lee terlihat sangat marah. Hong Joo yang duduk disampingnya meminta agar bisa tenang.
“Apa dokter itu membunuh putraku? Dan Bukan pria itu?” Teriak Tuan Lee tak ingin tanganya di pegang oleh Hong Joo.
“Semua tidak masuk akal. Jangan khawatir, Pak.” Ucap Hong Joo menenangkan lalu memberitahu penjaga kalau akan membawanya keluar.
“Kau.. Jangan khawatir... Jaksa disana akan membuktikan... semua ini tidak masuk akal.” Ucap Hong Joo sengaja berbicara nyaring. Pengawal meminta Hong Joo bisa tenang.
“Aku harus membuatnya mengerti, jadi, kami bisa keluar dari sini. Kau bisa Bayangkan perasaan ayahnya. Kenapa kita tidak bisa mendakwanya? Jika dia tidak memukul putranya, maka dia pasti masih hidup. Lalu Dokter juga takkan melakukan transplantasi organ... Kalian setuju, 'kan?” teriak Hong Joo marah.
Jaksa Lee mendengar pertanyaan Hong Joo sebelum keluar berpikir kalau yang dikatakanya benar dan sangat berani. Hee Mi dengan sinis berkomentar kalau Hong Joo mengatakan yang dia pikir benar saja, lalu melirik tangan Jaksa Lee yang ada diatas pundaknya. Jaksa Lee pun meminta maaf dan langsung menariknya. Jae Chan sempat terdiam sejenak. 

“Jaksa, apa ada pernyataan tambahan dari pihak Anda?” ucap Hakim. Jaksa Son bertanya apakah ia yang harus mengatakanya. Jae Chan pikir lebih baik ia yang mengatakanya lalu berdiri untuk bicara.
Di luar ruangan
Tuan Lee dengan tubuh bergetar tak percya kalau hukum sangattidak masuk akal dengan Transplantasi organ tidak membuat terdakwa bersalah. Hong Joo menyakinkan kalau tak akan seperti itu, kalau Hukum tidak selonggar itu..
“Mereka akan mengadili orang yang bersalah.” Kata Hong Joo menyakinkan Tuan Lee.
“Aku seharusnya tidak menyetujui transplantasi itu. Ini Semuanya karena aku.” Kata Tuan Lee merasa menyesal
“Pak, ini bukan kesalahanmu.” Ucap Hong Joo ingin membuat Tuan Lee tak menyesal 

Dalam ruang sidang
“Setelah mendengar pengacara terdakwa,. Ayah korban pasti menyalahkan dirinya.” Ucap Jae Chan. Semua yang mendengar seperti merasa kasiha.
Jae Chan yakin kalau Tuan Lee akan mengatakan "Karena aku menyetujui transplantasi itu, maka aku tak bisa menghukum pembunuh putraku. Dengan Niatku baik, tapi hasilnya buruk dan Hukum membela penjahat." Ia pikir kalau Hukum seharusnya tidak melakukan itu.
“Tentu saja. Itu seharusnya tidak terjadi... Bahkan Itu tidak boleh terjadi.” Ucap Jaksa Lee dengan berpura-pura batuk. Hee Mi panik menyuruh temanya diam. Dae Goo mendengar ucapan Jae Chan dengan wajah serius.
“Korban mengalami mati otak karena terdakwa. Seperti kata pengacara terdakwa, setelah mati otak, jika hari berlalu tanpa transplantasi organ,maka jantungnya akan berhenti dan dia akan meninggal. Seperti pasien mati otak lainnya Tapi hanya karena transplantasi organ terjadi di antara kematiannya, bisakah terdakwa dinyatakan tidak bersalah?.” Ucap Jae Chan. 


Diluar ruang sidang
“Itu tidak masuk akal. Tanpa transplantasi organ pun, maka putra Anda pasti meninggal dalam beberapa hari. Dia pasti meninggal tanpa dokter transplantasi itu Coba bayangkan jika Moon Tae-Min tidak memukul putra Anda..” Kata Hong Joo.
Dalam Ruang Sidang
“Jika Moon Tae-Min tidak memukul korban, akankah korban meninggal? Sebenarnya cukup mudah mencari tahu siapa penyebab kematiannya. Coba hapus penyebab-penyebab yang membuatnya meninggal. Meskipun kita menghapus dokter dalam kasus itu, maka korban pasti akan meninggal juga.” Ucap Jae Chan. Yoo Bu menatap sinsi.
“Tapi keadaannya berubah jika kita menghapus terdakwa. Jika terdakwa tidak melakukan itu, maka korban takkan meninggal dan bisa melanjutkan hidupnya.” Jelas Jae Chan. 


Di luar ruang sidang
Hong Joo menyakinkan  Transplantasi organ tidak membunuh putra Tuan Lee, dan Yang membunuh putranya adalah Moon Tae-Min. Ia meminta Tuan Lee Jangan keliru.
“Hukum tak bisa merancukan fakta. Hukum harus dengan jelas dan adil mengadili orang yang bertanggung jawab atas kejahatan itu. Hanya karena waktu kematian menerapkan aturan baru kepada kasus, maka kita tak bisa menyatakan terdakwa tidak bersalah. Jika tidak, kita bisa mengatakan bahwa keadilan itu tak ada.” Ucap Jae Chan.
“Selain itu, demi korban yang memberi hidup baru kepada tujuh orang dan kepada keluarganya yang menyetujui transplantasinya,kita tak bisa membiarkan persidangan membela terdakwa. Karena itu tidak adil. Tolong biarkan keadilan mengalir seperti sungai di persidangan ini. Biarkan itu terjadi di persidangan ini. Saya harap itu terjadi.” Ucap Jae Chan
Saat itu Hong Joo dan Tuan Lee sudah kembali duduk, Jae Chan sempat menatap Hong Joo seperti sudah bisa membuktikan kalau persidangan selesai dengan kemungkinan dirinya akan menang. 

Akhirnya sidang pun selesai, Jaksa Son memanggil juniornya saat keluar ruang sidang. Jae Chan mengucapkan  terima kasih banyak untuk hari ini. Jaksa Son pikir kalau ia yang harus berterima kasih, karena Berkat Jae Chan bisa tidur tanpa rasa bersalah dengan memeluk erat Jae Chan menangis haru. Jae Chan menganguk mengerti walaupun masih binggung karena Jaksa Son malah berterimakasih padanya. 

Yoo Bum terlihat kesal mencuci tanganya seperti sangat maarah karena harus membela orang yang bersalah, saat akan mengambil tissue ternyata sudah habis, membuatnya mengumpat kesal. Dae Goo melihat Yoo Bum menawarkan untuk memakai saputangannya. Yoo Bum menolak dan langsung keluar dari toilet. Dae Goo melihat payung hijau yang tertinggal. 

Hong Joo pulang, Nyonya Yoo memberitahu kalau mengambil semua selimut dari kamar anaknya. Hong Joo melihat kalau  Sepertinya mesin cuci tidak bisa mencuci semuanya. Nyonya Oh pikir akan mencucinya di laundry. Hong Joo lalu duduk disamping ibunya, bertanya apakah mereka tidak memanggil mereka untuk sarapan lagi besok. Nyonya Yoon mengangguk.
“Ibu, aku menghadiri persidangan Jae-Chan hari ini. Saat melihat persidangan itu,maka aku sadar selama ini aku keliru.” Ucap Jae Chan. Nyonya Yoon bertanya apa maksudanya Keliru.
“Seperti kata Ibu, kupikir Ayah meninggal karena aku.  Kupikir Jae-Chan ditembak karena aku. Pikirkan itu membuatku menderita. Tapi Aku sadar bahwa itu keliru setelah melihat persidangan tadi... Selama ini aku keliru... Ayah meninggal karena tentara yang kabur dan Jae-Chan ditembak ayahnya Yoo Soo-Kyung. Semua itu pasti terjadi meskipun aku tak ada di TKP.” Jelas Hong Joo.
Ibu Hong Joo seperti tak yakin,  Hong Joo menyakinkan menurutnya Yang lain bersalah dan ia tidak tahu itu jadi keliru selama ini. Ibu Hong Joo pun bertanya apakah anaknya merasa lebih baik sekarang dan tidak menyalahkan dirinya. Hong Joo mengaku tidak seperti itu. 


Ibu Hong Joo memasukan semua selimut dalam mesin cuci ukura besar. Jae Chan datang melihat ibu Hong Joo menyapanya dengan melihat Banyak sekali cuciannya dengan gugup mengubah panggilan “ibu”jadi “bibi”. “
“Apa Kau akan mencuci pakaian?” tanya Ibu Hong Joo. Jae Chan membenarkan. Suasana terasa sangat canggung.
Jae Chan teringat kata-kata Nyonya Yoon pada Hong Joo “Aku tahu dari naluri seorang ibu. Kematian Ayah, kecelakaan Jae-Chan, dan semua itu. Kau menyalahkan dirimu dan menderita karena itu. Kau terus menyalahkan dirimu dan hatimu terluka. Kau akan terus melakukan itu.” Akhirnya Jae Chan memberanikan diri bicara pada Nyonya Yoon. 

“Bibi... Ada yang ingin kusampaikan... Hong-Joo tak ada hubungannya dengan kecelakaanku. Orang yang menembakku adalah orang lain, bukan dia. Hong-Joo mengetahuinya. Dia takkan...” ucap Jae Chan disela oleh Ibu Hong Joo
“Dia takkan keliru dengan itu. Dia juga takkan menyalahkan dirinya.” Kata Nyonya Yoon. Jae Chan binggung karena Ibu Hong Joo bisa mengetahui yang dikatakan.
“Apa Kalian berlatih kalimat yang sama? Kau tahu dari Hong-Joo, kalau aku kemari dan mengikutiku.” Ucap Ibu Hong Jo
“Tidak. Ini kebetulan dan Aku datang untuk mencuci.” Ucap Jae Chan.
“Hentikan omong kosongmu. Kau bahkan tidak membereskan rumahmu, tapi membawa pakaian kotor kesini. Kedatanganmu kesini terdengar dibuat-buat.” Sindir Nyonya Yoon.
“Aku sering membereskan rumah, Ibu... maksudku... Bibi...” kata Jae Chan tak ingin Nyonya Yoon marah
“Maaf sudah membuatmu bingung, tapi kau boleh memanggilku "Ibu". Maaf aku telah berpikiran sempit. Aku tahu seharusnya tidak melakukan ini. Tapi aku pengecut seperti manusia lain. Aku menyakiti anak orang lain untuk melindungi anakku. Maaf aku telah melakukan itu sebagai orangtua. Maafkan aku.” Akui Nyonya Yoon.
Jae Chan pikir tak masalah. Nyonya Yoon bertanya apakah Jae Chan sudah memaafkanya, Jae Chan menganguk. Nyonya Yoon mengucapkan  Terima kasih sudah peduli dan mencintai Hong-Joo. Jae Chan pikir ia yang lebih berterima kasih,  Nyonya Yoon dengan memanggilnya Bibi tapi buru-buru mengantinya jadi ibu dan mereka pun berpelukan. 


Jae Chan melihat mobil merah kesukaan bertanya-tanya milik siapa dan langsung selfie dengan gaya imutnya. Jaksa Lee datang menyapa Jae-Chan, bertanya Sedang apa di depan mobilnya. Jae Chan kaget kalau itu mobil milk seniornya.
“Ini mobil impian. Mobil merah... “ kata Jae Chan
“Beri tahu saja aku. Kapanpun kau membutuhkan ini, maka kau boleh meminjamnya.” Kata Jaksa Lee penuh semangat. Jae Chan binggung karena Jaksa Lee memperbolehkanya.
“Aku baru tahu bahwa Moon Tae-Min sudah didakwa. Dinyatakan Bersalah atas pembunuhan dan hukumanya Tujuh tahun penjara!” ucap Jaksa Lee. Keduanya berteriak gembira.
“Ahh... Seharusnya 10 tahun penuh!” pikir Jae Chan. Jaksa Lee merasa kalau Tujuh tahun juga sudah lama lalu mengucapkan Terima kasih.
“Kenapa Kau mengatakan hal yang sama juga? Kenapa semua orang berterima kasih kepadaku? Apa orang harus berterima kasih karena jaksa melakukan tugasnya?” kata Jae Chan heran. Jaksa Lee pikir itu normal jadi ingin berterima kasih saja.
“Katamu aku boleh meminjam mobilmu kapan saja, 'kan?..Baiklah. Aku ingin meminjamnya sekarang!” ucap Jae Chan penuh semangat. Jaksa Lee terlihat kaget, Jae Chan meminta kunci. Jaksa Lee memberikan dengan tangan gemetar. 


Hong Joo baru keluar dari kantor seperti baru ingin menelp Jae Chan, Jae Chan keluar dari mobil bertanya apakah Hong Joo bisa libur karena mereka bisa melihat laut satu jam jika pergi sekarang. Dengan mobil milik Jaksa Lee, Hong Joo terlihat bahagia pergi bersama Jae Chan ke pantai. 

Hong Joo membandingkan foto yang diambilnya dengan pantai yang ada didepanya, ia pikir kalau sungguh terlihat sama dan bertanya bagaimana Jae Chan bisa menemukannya. Jae Chan mengatakan kalau sudah melakukan pencarian.
“Apakah Ini laut yang sama dengan yang ada di mimpimu?” tanya Jae Chan. Hong Joo menganguk.
“Kau berbohong.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengelak karena Sebenarnya ini lebih indah dari yang ada di mimpinya.
“Kau tidak bermimpi tentang itu. Aku tahu kau berbohong.” Kata Jae Chan. Hong Joo kaget karena Jae Chan bisa mengetahuinya.
“Sudah kubilang sebelumnya, Aku bisa mendeteksi semua kebohongan. Aku bisa tahu kau berbohong. Kau terus bilang jangan lengah dan juga datang ke persidangan. Wajahmu sangat jelas saat berbohong.” ucap Jae Chan
“Kenapa kau diam saja?Lalu kenapa kita kemari?” kata Hong Joo sedikit kesal.
“Entahlah. Kau sepertinya ingin melihat pantai. Kau ingin melihat aku menang di persidangan dan melihat laut. Kupikir kau ingin melihat keduanya. Jadi Aku berusaha keras untuk itu.” Ungkap Jae Chan.
“Terima kasih sudah berusaha keras.” Kata Hong Joo
Jae Chan mengajak Hong Joo untuk segera mendekati bibir pantai. Hong Joo pikir Masih pagi jadi hanya ingin melihat laut. Akhirnya Jae Chan sudah melepaskan sepatunya berdiri di bibir pantai bermain ombak dan mengambil gambar dengan ponselnya. Hong Joo menatap pungung Jae Chan bisa mengucap syukur karena yang ada dalam mimpinya tak terjadi.
“Ini tidak begitu dingin. Mendekatlah” ucap Jae Chan. Hong Joo tahu kalau Jae Chan berbohong.
“Bibirmu menjadi ungu karena terlalu dingin.” Kata Hong Joo. Jae Chan mengaku tak seperti itu
“Hei.. Foto ini bisa dijadikan foto profilmu.”kata Jae Chan mengambil gambar Hong Joo. Hong Joo meminta agar dikirimkan.
Tapi Jae Chan terus saja mengambil foto Hong Joo, yang membuat Hong Joo penasaran bagaimana wajahnya dan mulai mendekat. Jae Chan langsung mengendongnya dan berputar-putar diatas pantai. Hong Joo berteriaak meminta Jae Chan agar tak menceburkan ke pantai. 

“Mengetahui masa depan adalah suatu anugerah. Aku menganggapnya begitu. Tapi anugerah ini merebut perasaan mendebarkan. Membunuh keinginan untuk mengambil tantangan Itu memutuskan asa.” Gumam Jae Chan.

Di rumah, Ibu Hong Joo menaruh cincin Jae Chan diatas meja kamar anaknya, lalu menatap semua kertas mimpi yang ditulis anaknya "Kematianku, saat hujan, Seragam Tim Biru SBC" seperti ia berusaha mempercayai anaknya kalau itu tak akan terjadi. 


Doo Hyun melaporkan dari depan penjara, kalau Sekitar jam 05.00 pagi ini, Tuan Myung, 52 tahun, gantung diri dengan mengikat pakaian dalam yang dikenakan saat menjalani hukuman di Penjara Seoul Gu Min.
“Masa depan yang tak bisa kuubah. Masa depan yang telah ditetapkan.”
Dae Goo menangis histeris didepan meja kasir, karena ayahnya yang meninggal karena gantung diri dan itu semua atas jaksa yang mengatakan kalau ayahnya yang bersalah. Payung milk Yoo Bum pun masih disimpan olehnya.
Woo Tak melihat berita dari tempat duduknya,  “Mei 2015 lalu, Pak Myung ditunjuk sebagai pelaku pembunuhan berantai menggunakan alat suntik yang menghebohkan, dan dipenjara seumur hidup.”
 “Itu bentuk lain putus asa. Aku kehilangan segalanya dengan menyerah dan mengulangi setiap hari dengan sia-sia.”
“Korban meninggalkan surat bunuh diri yang menyatakan bahwa dia difitnah. Dia juga berharap agar kebenaran terungkap.”
Polwan bertanya pada Woo Tak apakah  protofonnya sudah penuh. Woo Tak terlihat bingung dan bertanya Kapan mulai mengisinya. Tuan Oh melihat kalau Lampunya hijau jadi sudah penuh. Woo Tak seperti memang buta warna. 


“Aku berharap memberinya waktu bersantai dengan membawanya ke laut. Semoga ini bisa menjadi perlindungan dari hari-hari yang sia-sia. Kuharap.. hari ini mendebarkan baginya.”
Jae Chan menatap Hong Joo yang duduk disampingnya, Hong Joo terlihat sangat bahagia karena diajak ke pantai. Keduanya seperti menikmati waktu bersama setelah semua ketegangan yang dirasakan.
Bersambung ke episode 25

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar