PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 17 November 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 29

PS : All images credit and content copyright : SBS
Woo Tak melaporkan dari  Mobil Patroli Empat Polsek Sangku, kalau menerima panggilan tentang kasus penculikan yaitu Atap Firma Hukum Hae Kwang di Moguk-dong jadi meminta agar mengirimkan ambulans dan mobil patroli.
“Bisakah kita memercayai orang yang barusan menelepon?” kata Petugas Oh ragu.
“Ya. Kita harus tiba disana dalam lima menit.” Kata Woo Tak yakin. 

Hong Joo sudah terbaring dibawah hujan dengan payung hijau diatasnya, Jae Chan panik menaiki taksi meminta agar lebih cepat supaya cepat sampai. Hong Joo tersadar tanpa bisa membuka matanya, melihat Nyonya Ha sudah mengeluarkan suntikan dari jaketnya.
“Suntikan ini...akan melumpuhkan semua otot di dalam tubuhmu. Lalu kau tidak akan bisa bernapas, dan  akan mati perlahan dalam 5 menit seakan kau tertidur. Kematianmu akan menjadi seperti sebuah keberkahan.” Ucap Nyonya Ha
“Pukul berapa sekarang Dan dimana aku sekarang?” ucap Hong Joo terlihat sangat lemah. Nyonya Ha sempat kaget karena Hong Joo masih mampu berbicara.
“Apa Kau mau tahu dimana dan pukul berapa akan mati? Ini atap Firma Hukum Hae Kwang, dan sekarang pukul 10.30 malam.” Ucap Nyonya Ha.
“Jae Chan... Apa Kau mendengar itu? Kau mendengar itu, 'kan?” kata Hong Joo sengaja memberitahu agar Jae Chan bisa melihat dalam mimpinya.
Nyonya Ha melihat Hong Joo Wanita yang menarik lalu mulai menusukan suntikanya. Yoo Bum melihat dari kejauhan dengan payung berwarna merah, lalu meminum pil yang sebelumnya sempat di taruh dalam kopi Hong Joo. 
Woo Tak dan Tuan Oh sudah sampai di gedung, tapi tak bisa menekan tombol lift. Petugas datang bingung melihat dua polisi yang datang. Woo Tak ingin tahu Bagaimana cara ke atap. Petugas mengatakan Liftnya tidak berfungsi karena mati listrik.
“Tapi Lift darurat kami ada disana.” Ucap petugas keamanan. Woo Tak berlari lebih dulu. Tuan Oh pun meminjam senter pada petugas. 

Nyonya Ha menatap Yoo Bum merasa kalau pengacaranya itu tampak mengerikan dan terlihat seperti akan membunuhnya. Yoo Bum membenarkan kalau  memang hendak membunuhnya. Nyonya Ha mengartikan kalau  Yoo Bum kau akan menjadi seorang pembunuh.
“Tentu saja tidak... Maksudku, aku harus membersihkan sampahnya Kau berniat membunuh reporter itu, begitupun aku. Aku berakhir membunuhmu selagi mencoba menghentikanmu, dan itu kulakukan sebagai pertahanan diri pihak ketiga, sehingga aku tidak akan divonis bersalah.” Ucap Yoo Bum berjalan mendekati Nyonya Ha yang ketakutan.
“Kau yang menyuruhku untuk mengaturnya dengan baik dan memastikan ini menguntungkan bagi semuanya. Inilah jawaban yang kutemukan.” Kata Yoo Bum akhirnya seperti mencengkram tubuh Nyonya Ha. 


Woo Tak dan Tuan Oh sudah sampai di lantai paling atas, lalu mencari tangga untuk sampai ke atap. Tuan Oh bisa melihat tanda hijau dari kejauhan, Woo Tak pun segera menaiki tangga dengan langkah cepat.
Ketika sampai diatas berteriak memanggil Hong Joo, Yoo Bum sudah mengendong Hong Joo dengan baju yang basah kuyup. Woo Tak pun langsung berlari mengendongnya. Yoo Bum terlihat lemas dengan baju yang sudah basah kuyup, di bagian taman hanya terlihat dua payung yang tertinggal. Tuan Oh melihat Yoo Bum terlihat lemas menuruni tangga  untuk membantunya. Yoo Bum mengaku baik-baik saja, tapi meminta agar  memeriksa Hong Joo.

Jae Chan masuk ke dalam gedung melihat Woo Tak sudah mengendong Hong Joo. Woo Tak memberitah kalau masih bisa merasakan denyutnya. Jae Chan menyuruh Woo Tak agar bisa membaringkan Hong Joo segera. Woo Tak binggung.
“Masalahnya bukan dia bisa bernapas atau tidak. Tapi Dia tak bisa bernapas karena paru-parunya lumpuh. Jelaskan kepada tim medis. dan minta alat bantu pernapasan.” Ucap Jae Chan. Woo Tak mengerti lalu bergegas keluar dari gedung.
Jae Chan berusaha agar memberikan pertolongan pertama pada Hong Joo, memberikan nafas buatan. Wajahnya panik sama dengan Hong Joo saat menolongnya di tepi sungai. Keduanya sama-sama memberikan nafas buatan agar bisa kembali hidup. 

[BAGIAN 15: BANTULAH AKU]

Yoo Bum akhirnya tersadar dan melihat tanganya sudah di infus, lalu berusaha untuk duduk. Dua pria menanyakan keadaanya.  Yoo Bum mengaku agak pusing, Tapi merasa baik-baik saja. Dua polisi memperlihatkan ID cardnya kalau dari Kantor Polisi Hangang dan meminta agar bisa memberikan penjelasan apa yang terjadi.
“Aku bertemu dengan Nona Nam di kantorku untuk wawancara, dan kami minum kopi bersama. Lalu Aku tiba-tiba merasa lemah. Seseorang pasti memasukkan semacam obat di dalamnya.” Cerita Yoo Bum mulai mengarang cerita.
 Flash Back
“Aku merasa pusing, tapi sungguh melihat wanita itu, yaitu Ha Joo Won, sedang membawa Nona Nam keluar dari kantorku. Aku mencoba menghentikannya, tapi aku kesulitan bergerak karena obat itu.” Cerita Yoo Bum saat itu terlihat lemah di kantornya dan melihat Nyonya Ha yang mengendong Hong Joo. 



“Ha Joo Won adalah wanita yang tewas karena jatuh, 'kan?” ucap Polisi memastikannya.
“Ya. Dia datang menemuiku beberapa hari lalu. Dia bersikeras bahwa dialah pembunuh berantai cairan infus. Dia datang untuk berkonsultasi kepadaku.” Jelas  Yoo Bum.
“Jadi Orang yang tertangkap bukan pembunuh yang sesungguhnya?” ucap polisi kaget. Yoo Bum membenarkan.
Yoo Bum menceritakan kalau menyarankan Nyonya Ha menyerahkan diri, tapi menolak nasihatnya. Ia merasa Nyonya Ha melihat saat bertemu Nona Nam dan mengira membocorkan informasinya kepada media. Polisi bertanya apakah itu alasan pendapat Yoo Bum kalau Nyonya Ha yang  meracuni kopinya.
“Ya, itu spekulasiku.” Ucap Yoo Bum. Polisi ingin tahu apa yang terjadi setelah itu.
“Aku lemas, tapi masih sadar. Aku berpikir harus mencegah dia membunuh orang lagi, jadi, aku berusaha mengikuti mereka ke atap. Tapi Ha Joo Won telah meracuni Nona Nam. Aku ingin menghentikannya, tapi merasa lemas karena obat itu. Lalu Ha Joo Won langsung menyerangku.” Cerita Yoo Bum kembali mengarang kalau dengan lemah mengikuti sampai ke atap dan menghentikan ulah Nyonya Ha.
“Saat berusaha menghentikannya, kami berkelahi. Aku terpaksa mendorongnya, lalu dia jatuh dari gedung.” Ucap Yoo Bum.
“Setelah itu, kau pingsan selagi berusaha menyelamatkan Nona Nam.” Kata Polisi

Yoo Bum membenarkan, lalu menutup wajah rasa penyelasan kalau saja  tidak diracuni, karena mungkin bisa menyelamatkan Nona Nam. Polisi pikir Yoo Bum tak perlu khawatir karena Hong Joo baik-baik saja. Yoo Bum melotot kaget dengan memastikan kalau maksudnya Hong Joo masih hidup.
Polisi membenarkan. Yoo Bum tak habis pikir kalau mendengar obat itu bisa membunuh siapapun dalam lima menit. Polisi tahu kalau  Semua orang bilang itu kejaiban dan mendengar bisa mati jika terlambat satu menit saja dan Jaksa Jung menyelamatkannya dengan napas bantuan berulang kali.
Yoo Bum kaget kalau Jung Jae Chan datang ke lokasi. Polisi pikir Hon Joo sangat beruntung dan merasa Dewi Keberuntungan pasti berada di sisinya.


Hong Joo diruang ICU dengan alat bantu dari mulutnya, Ibu dan Jae Chan pun menemaninya. Dokter datang menghampiri, Jae Chan ingin tahu  keadaan Hong Joo. Dokter memberitahu Hong Joo sudah melewati masa kritisnya dan bisa selamat berkat pertolongan pertama. Keduanya pun bisa bernafas lega.
“Tapi masalanya, aku tak bisa memberi tahu, kapan dia akan siuman. Dia tak bisa bernapas, artinya Tak ada oksigen yang masuk ke otaknya saat itu, dan itu pasti menyebabkan trauma psikis yang parah. Kami tak bisa memprediksi apapun saat ini.” Jelas Dokter. Jae Chan menahan Nyonya Yoon yang jatuh lemas.
“Maafkan aku.. Aku seharusnya menyelamatkannya lebih cepat.” Ucap Jae Chan measa bersalah.
“Jangan bilang begitu, Terima kasih telah menyelamatkannya. Aku senang dia masih hidup dan bisa saja mati... Kau Tenang saja, Hong Joo pasti akan siuman. Dia akan siuman seakan tak ada yang terjadi.” Ucap Nyonya Yoon mengelus kepala anaknya. 



Jae Chan duduk diruang tunggu. Woo Tak datang menanykan kedaan Hong Joo. Jae Chan memberitahu kalau Hong telah melewati masa kritis Tapi masih koma. Woo Tak memberitahu baru saja mendengar pernyataan Pengacara Lee Yoo Bum. Jae Chan ingin tahu apa yang dikatakanya.
“Kurasa dia akan bilang itu pertahanan diri.” Kata Woo Tak. Jae Chan tak bisa menahan amarah langsung berdiri.
“Dimana dia sekarang? Apa Di UGD?” kata Jae Chan. Woo tak menahanya dan saat itu Tuan Choi datang memanggilnya. Jae Chan kaget melihat Tuan Oh yang datang
“Kenapa... Kenapa kau harus melakukan ini? Kenapa kau harus mendadak pergi? Kenapa di saat seperti ini? Kenapa harus di saat seperti ini? Aku... Kau meninggalkanku... sendirian. Kenapa kau harus meninggalkanku? Kenapa...” ucap Jae Chan mendekati Tuan Choi. Akhirnya Tuan Choi pun memeluk Jae Chan seperti anaknya sendiri dan meminta maaf. Woo Tak melihat keduanya yang dekat. 


Keduanya duduk ditaman, Jae Chan memberitahu Tak ada yang tahu kau mengundurkan diri, bahkan Nona Moon juga bilang tidak akan memberi tahu siapapun dan Anggap saja mengambil cuti, jadi saat kembali.. Tuan Choi langsung mneyela kalau takkan kembali.
“Aku akan bekerja di Firma Hukum Hae Kwang.” Kata Tuan Choi
“Apa Kau mengundurkan diri untuk bekerja dengan Yoo Bum?”kata Jae Chan tak percaya.  Tuan Choi membenarkan. Jae Chan ingin tahu alasanya.
“Dulu, adikku kabur dari militer. Setiap kali dia meneleponku untuk memberitahuku dia tak bisa bertahan, maka kubilang semua orang menghadapinya dan pengalaman akan membuatnya dewasa.” Cerita Tuan Choi

Flash Back 
Saat masih muda Tuan Choi menerima telp dari adiknya,  Adiknya menelp dari telp umum terlihat sudah babak belur seperti tak kuat dalam camp militer. Tuan Choi mengatakan kalau tak bisa pergi mendatanginya.
“Aku hanya memarahi dia seperti itu. Aku tidak pernah benar-benar mendengarkannya. Aku merasa bersalah karena tidak pernah mendengarkan. Lalu, saat dia mendatangiku setelah melarikan diri, maka membujuknya menyerahkan diri, bukanlah yang pertama kupikirkan.”
Tuan Choi membawa adiknya pergi lalu mencari tempat sepi di dekat kereta bawah tanah, lalu pergi ke minimarket membelikan banyak makanan karena yakin kalau adiknya pasti lapar karena hanya itu  yang ada di benak untuk memberikan makan. Tapi saat kembali, adiknya sudah tak ada tempat.
“Saat kudengar dia telah membunuh atasanku dan merenggut nyawa orang lain, rasanya aku ingin bunuh diri. Aku merasa sebagai pembohong.” Tuan Choi membayangkan saat adiknya menembak Ayah Jae Chan dan meledakan bom di dalam bus. 


Jae Chan pun bertanya Kenapa sekarang karena punya banyak waktu dan seharusnya bilang sejak awal, karena Pasti itu akan lebih mudah. Ia pun bertanya apa yang dilakukan apakah akan memaafkanya Atau ingin ia makin membencinya. Tuan Choi mengatakan Tidak keduanya.
“Kau menanyakan alasanku bekerja di Firma Hukum Hae Kwang. Aku hanya menjawab pertanyaanmu. Aku tidak ingin menjadi pembohong lagi dan tidak boleh pura-pura bodoh seperti saat itu. Itulah alasanku mengundurkan diri dan Tak ada alasan lain.” Kata Tuan Choi lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Penyidik Choi... “  Jae Chan tak ingin ditinggalkan begitu saja. Tuan Choi langsung memberikan nasehat pada juniornya.
“Jangan gegabah, Jaksa Jung... Menemui Pengacara Lee sekarang untuk menginterogasinya, hanyalah tindakan gegabah. Sikap tidak sabar seperti itu takkan menguntungkanmu. Dari penyidikan hingga ke persidangan, maka kau takkan bisa melakukan apapun.” Jelas Tuan Choi
“Sekarang, buatlah pilihan... Kau akan memukulnya sekarang dan dikeluarkan dari penyidikan dan proses hukum Atau kau akan merelakannya sekarang agar bisa memberikan pukulan yang pantas dia dapatkan melalui penyidikan dan persidangan kelak?” tanya Tuan Choi menatap Jae Chan.
Jae Chan lalu bertanya darimana Tuan Choi tahu keberadaanya,  Tuan Choi mengaku hanya tahu saja, kalau Sesuatu memberitahu bahwa Jae Chan akan dipecat dan tak bisa berbuat apa-apa jika menemui Pengacara Lee dan berulah dan merasa kalau Firasatnya tajam.
“Kenapa? Apa Kau pikir itu omong kosong?” kata Tuan Choi melihat Jae Chan hanya menatapnya.
“Tidak... Menurutku itu bukan omong kosong. Aku takkan... bertindak gegabah.” Kata Jae Chan sadar kalau Tuan Choi pasti mengetahui dari mimpi.
“Yah.. Bagus... Itulah yang seharusnya kaulakukan sebagai putra Kepala Jung. Aku sungguh ingin bertemu denganmu lagi. Putra Kepala Jung.” Ucap Tuan Choi memeluk kepala Jae Chan layaknya seperti anak

Jaksa Park membahas Tentang kasus pembakaran karavan, bertanya apakah mereka yakin Ha Joo Won adalah tersangka utamanya. Hee Min memberitahu kalau Nyonya Ha itu mirip dengan wanita di rekaman CCTV SPBU, dan sidik jari yang di temukan di lokasi cocok dengan miliknya.
“Kami telah melacak BTS ponsel pembakarnya, dan jejaknya cocok dengan tersangka.” Ucap Hee Mi
“Kalau begitu, mari kita simpulkan dia pelaku kasus pembakaran itu. Karena sudah mati, dia tak bisa didakwa, jadi, tutup saja kasusnya.” Ucap Jaksa Park. Semua pun menganguk setuju.
“Selain itu, kalian juga yakin Ha Joo Won adalah pembunuh berantai cairan infus sebenarnya, 'kan?”tanya Jaksa Park
“ Kami memeriksa setiap kasus yang terjadi setelah penangkapan Yi Suk, dan semua korbannya satu kamar dengannya. Kami menggeledah rumahnya dan menemukan botol serta jarum suntik yang digunakan dalam kasus itu. Semuanya cocok dengan botol yang kami kumpulkan di lokasi.” Ucap Jaksa Lee.
“Kita juga tak bisa mendakwanya atas hal ini karena dia sudah mati. Yait "Tak bisa mendakwa karena sudah meninggal" Lalu Bagaimana dengan manipulasi bukti?” tanya Jaksa Park. 


Yoo Bum menemui Dae Goo dengan Seung Won yang ada di minimarket, mengaku Ha Joo Won memanipulasi buktinya dan itu bukan diirnya. Beberapa orang sengaja mengambil gambar dari luar minimarket. Seung Won  bertanya apakah itu artinya Nyonya Ha yang menjebak ayahnya Dae Goo pembunuhan berantai.
“Jika yang kuingat benar, botol-botol itu ditemukan di ruangan ayahmu. Ruang itu ada di dalam rumah sakit, maka sebagai pasiennya, dia bisa memasuki ruangannya. Bagaimana menurutmu? Apa Masuk akal?” kata Yoo Bum dengan wajah menyakinan.
“Ya... Sangat Mudah bagimu untuk memunculkan teori yang masuk akal itu. Lalu Kenapa waktu itu kau kesulitan? Kenapa kau tak bisa memikirkannya saat itu?” kata Dae Goo marah
Saat itu Yoo Bum langsung berlutut, semua yang ada di luar kaget dan langsung mengambil foto.  Yoo Bum meminta maaf Sebagai jaksa, seharusnya tidak berhenti mencurigai Nyonya Han, tapi  tidak menyangka Nyonya Ha bisa secakap dan seteliti itu dan mengakui kalau Semua ini kesalahannya.
“Kau harus bertanggung jawab, karena kau bilang itu kesalahanmu.” Ucap Dae Goo.
“Aku ingin bertanggung jawab, tapi membuat kesalahan semacam itu, tidak dianggap melanggar hukum.” Kata Yoo Bum dengan senyuman liciknya.
Dae Goo tak bisa menahan amarahnya langsung menyerang Yoo Bum berteriak kalau untuk menghidupkan ayahnya kembali. Seung Won menahanya agar tak membabi buta. Yoo Bum bisa tersenyum karena banyak orang yang melihat dari belakang jadi hanya tahu kalau Dae Goo yang menyerangnya lebih dulu. 

Jaksa Park mengartikan  kematian Ha Joo Won adalah penutupan yang sia-sia untuk sejumlah kasus. Jaksa Lee pikir Kesimpulannya, semua ini adalah ulahnya. Jaksa Park mengajak mereka untuk fokus pada sisa persidangan untuk kasus Ha Joo Won. Jae Chan menerima pesan dari Nyonya Yoon. “Hong Joo baru saja siuman.”
“Pak, aku harus keluar sebentar.” Kata Jae Chan. Jaksa Lee panik bertanya apakah ada yang terjadi.
“Hong Joo baru saja siuman.” Kata Jae Chan. Semua kaget, Jaksa Park pikir itu kabar baik jadi menyuruh Jae Chan segera menjenguknya.
 Jae Chan pun bergegas dan mengatakan segera kembali nanti lalu keluar dari ruangan. Jaksa Son pun mengucap syukur karena  mencemaskannya juga.
“ Jaksa Lee, bagaimana jika kau satu tim dengan Jaksa Jung dan menangani persidangan bersama?” kata Jaksa Park
“Kudengar, Presdir firma itu, Pak Ko, akan membela Lee Yoo Beom. Kau takkan bisa menanganinya sendirian.” Kata Jaksa Son.
“Begitukah? Dia hanya seorang pengacara. Dia bukan apa-apa.” Kata Jaksa Lee merendahkan Pengacara Ko  
“Gara-gara dia, permintaan kita untuk surat perintah melawan Lee Yoo Bum ditolak. Dia bahkan tidak ditangkap atas penyidikan pembunuhan. Hebat, 'kan?” kata  Jaksa Son
“Ya, pantas saja gajinya delapan digit.” Ucap  Hee Mi. Jaksa Lee sempat kaget mendengar gajinya Delapan digit.
“Wah, memangnya dia bekerja apa setiap hari?” ejek Jaksa Lee.
“Penghasilannya sekitar 27.000 dolar sehari. Meski hanya bekerja empat hari dalam setahun, dia tetap lebih kaya daripada dirimu. Ini sangat Cepat, 'kan?” Balas Hee Mi
“Cukup cepat untuk membuatku ingin mengumpatmu. Aku akan bersatu dengan Jaksa Jung dan menumpasnya bersama-sama.” Kata Jaksa Lee menahan amarahnya. 

Jae Chan berlari ke bagian UNIT PERAWATAN INTENSIF tapi terlihat pengumuman bahwa "Jam besuk hanya dua kali sehari, pukul 11 siang dan 7 malam" lalu melihat jamnya kalau sudah terlambat. Seorang perawat keluar, Jae Chan langsung menghampirinya meminta izin untuk bisa masuk sebentar.
“Aku hanya butuh lima menit... Ahh.. Bukan, hanya satu menit. Aku hanya akan melihat wajahnya, lalu pergi.” Ucap Jae Chan panik.
“Maaf. Silakan kembali pada jam besuk berikutnya.” Kata si perawat.
“Kumohon. Izinkan aku memastikan dia baik- baik saja.” Ucap Jae Chan memohon.
“Aku baik-baik saja.” Kata Hong Joo sudah duduk dibangku, Jae Chan kaget melihat Hong Joo sudah duduk diluar ruangan. 

Jae Chan langsung mendekati Hong Joo memastikan kalau baik-baik saja apakah Tangan dan kakimu bisa digerakkan dan bisa mengenalinya. Hong Joo pikir itu Tentu saja, bahkan juga tahu Jae Chan sudah berusaha menyelamatkannya dan mendengar semuanya yang dikatakan.
Jae Chan langsung mengendong Hong Joo terlihat bahagia karena Hong Joo akhirnya kembali sadar dan bisa mengucap syukur, karena Hong Joo baik-baik saja.
“Terima kasih... Kau telah menyingkirkan mimpi burukku yang panjang.” Ucap Hong Joo. Jae Chan 


Keduanya berjalan di taman, Jae Chan merasa khawatir bertanya apakah Hong Joobisa berjalan dan tidak merasa pusing. Hong Joo mengelengkan kepala, karena ia merasa baik-baik saja jadi menunggu Jae Chan di luar ruangan.
 “Bagaimana kau tahu aku akan terlambat? Apa Kau bermimpi lagi?” tanya Jae Chan.
“Aku terus memimpikanmu selagi tertidur.  Karena itu aku punya firasat soal kasus itu dan omong kosong macam apa yang akan diucapkan Lee Yoo Bum. Bahkan Aku juga tahu soal Penyidik Choi. Dia pernah menjadi polisi.” Kata Hong Joo. Jae Chan membenarkan.
“Aku melihatmu menangis di mimpiku.. Aku menangis bersamamu.” Ungkap Hong Joo. Jae Chan pun tak bisa berkata-kata lagi. 

Tuan Choi sudah ada di FIRMA HUKUM HAE KWANG dan memiliki papan nama di depanya,  bahkan ada meja rapat yang cukup besar, tapi wajahnya seperti merasa terbebani. Yoo Bum datang membawakan kopi untuk Tuan Choi.  Tuan Choi dengan gugup mengucapkan terima kasih.
“Bagaimana? Apa Kau suka kantormu?” tanya Yoo Bum. Tuan Choi mengangguk.
“Meja kerja ini lebih besar daripada meja kerja kepala jaksa.” Kata Tuan Choi tak percaya melihatnya.
“Kami juga punya gimnasium dan sauna. Kau bebas menggunakannya kapan saja.” Kata Yoo Bum bangga
“Ya ampun, aku harus menyombongkan ini kepada Nona Moon... Ah.. Aku hampir lupa. Kabarnya, Reporter Nam Hong Joo sudah siuman.” Kata Tuan Choi.
Yoo Bum kaget kalau Hong Joo siuman. Tuan Choi melihat mimik wajah Yoo Bum seperti tak suka, berpikir kalau ini kabar baik. Yoo Bum mengaku kalau itu memang baik. Saat itu Seorang pria masuk masuk, Tuan Ko berkomentar kalau memang kabar baik karena mereka punya satu sekutu lagi. Keduanya menyapa Tuan Ko.
“Aku hanya perlu membaca tulisanmu dengan lantang di meja hijau, 'kan? Dimana drafnya? Apa Sudah disiapkan?” tanya Tuan Ko. Yoo Bum mengatakan sudah. 


Yoo Bum membawa Tuan Ko ke dalam ruanganya, lalu memberikan tumpukan berkas yang cukup tebal. Tuan Ko duduk di kursi untuk membacanya, sambil berbicara untuk membuat jadwal makan malam dengan Reporter Nam.
“Dia memihak kita, jadi, kita harus mendiskusikan yang akan diucapkan di persidangan.” Kata Tuan Ko santai.
“Presdir, ada yang ingin kusampaikan... Reporter Nam tidak akan memihak kita.” Kata Yoo Bum.
“Kenapa? Kau telah bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya.” Kata Tuan Ko heran.
“Dia mungkin salah paham soal aku jadi pasti kebingungan saat itu.” Akui Yoo Bum. Tuan Ko baru melihat berkas  "Argumen Pembelaan” langsung menutup berkasnya.
“Katakan dia salah paham bagaimana. Aku Sudah lama tidak ke meja hijau jadi tidak mau mempermalukan diriku. Kau harus Dengar, Pengacara Lee. Apa Kau pikir aku mau membelamu karena menyukaimu? Apa Kau pikir aku mengambil kasus itu untuk mendapatkan uang receh itu?” ucap Tuan Ko
“Tidak... Aku tidak tertarik... Aku bahkan tidak memercayaimu. Bahkan Kau membunuhnya dengan sengaja atau tidak,aku tidak peduli. Aku hanya tidak menyukai fakta bahwa nama firmaku telah tercemar. Jadi Kau harus memberitahuku kenyataannya, agar aku bisa membersihkan atau menutupinya. Katakan sekarang. Ini Salah paham bagaimana?” ucap Tuan Ko
“Presdir... Sebenarnya...” kata Yoo Bum dengan tatapan serius.
Bersambung ke episode 30

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar