PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 06 Januari 2018

Sinopsis Andante Episode 15 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
[Episode 15: Keajaiban Bom]
Shi Kyung duduk dikamar kembali memanggil ayahnya, bertanya Apa yang akan Ayah lakukan jika jadi dirinya, karena benar-benar tidak tahu dan tidak punya banyak waktu.
“Kenapa aku berdiri dengan tidak melakukan apapun? Ini sangat membuatku frustrasi. Tolong bantu aku.” Ucap Shi Kyung memegang bingkai ayahnya.
“Bernard... Temuilah Bom.” Kata Shi Young masuk ke dalam kamar kakaknya. 

Kepala Perawat melihat Direktur Park melihat masih ada di dalam ruangan lalu memberikan berkas, Tentang piknik musim semi Hospice dan itu adalah hasil jajak pendapat dari pasien dan wali pasien serta membahas tentang relawan.
“Mereka ingin belajar tentang terapi seni dan terapi musik. Jung Won bersertifikat dalam terapi seni. Adiknya bersertifikat dalam terapi musik.” Ucap Kepala perawat bersemangat
“Kepala perawat. Mari kita bicarakan ini lain kali saja.” Kata Direktur Park dengan wajah seperti gelisah. Kepala Perawat pun menganguk mengerti. 

Shi Kyung berlari dan sampai didepan kamar Bom, lalu mendengar ibunya sedang berbicara dengan ibunya. Nyonya Oh mengaku senang mendengar ibu Bom yang  datang. Bom mengaku sudah meminta bantuannya dan merasa harus pergi dengan ibunya.
“Kemudian, Shi Kyung akan merasa sedikit lebih baik. Shi Kyung dan orang-orang di sini... Aku ingin mereka semua mengingatku seperti itu. Berdiri di sana dan tersenyum dengan ibuku. Pemakaman orang hidup hari ini sangat menyenangkan. Aku bisa tertawa bersama semua orang. Dan aku bisa mengucapkan selamat tinggal.”ungkap Bom berkaca-kaca. Nyonya Oh mengerti
“Aku yakin mereka semua juga menyukainya” kata Nyonya Oh
“Aku juga ingin menjalani sisa hidupku seperti itu. Menangis, membenci, sakit hati, dan yang lainnya... Aku sudah melakukan semuanya. Tapi tubuhku berubah. Aku kehilangan kesadaranku. Aku tidak berpikir itu aku. Penyakit ini... penyakit ini... Alih-alih terlihat sakit..., aku hanya ingin terlihat seperti saat aku masih menjadi diriku dulu. Untuk Shi Kyung...” ucap Bom
Shi Kyung mendengar ucapan Bom merasa kalau pertunjukan harus terus berlanjut jadi mereka harus lanjutkan pertunjukan karena it yang diinginkan penonton akhirnya berjalan pergi meninggalkan rumah sakit. 


Bom datang bersama ibunya meminta agar terus tersenyum, Ibu Bom menganguk mengerti mencoba tersenyum lebar. Bom akan pamit dengan Nenek berpesan agar harus tetap sehat bahkan setelah pergi ke Seoul serta terus belajar menulis juga lalu memeluk Nenek Kim.
“Kenapa kau pergi? Kau harus tinggal di sini bersama kami. Nenek akan menusuk jarimu saat kau sakit. Nenek akan membuatkan makanan yang lezat. Jangan pergi.” Ucap Nenek Kim. Bom tetap akan pergi.
“Terima kasih.” Ucap Bom pada Ibu Shi Kyung. Nyonya Oh berpesan agar Bom Hati-hati dijalan dan Jaga dirinya juga. Bibi Oh sedih mengucapkan Selamat tinggal. Bom tak lupa mengucapkan Terima kasih.
“Kau.. Pergi saja. Kita sudah mengucapkan selamat tinggal kemarin.” Kata Shi Young tak bisa menahan rasa sedihnya.
“Shi Young, kau harus memanggil Bernard dengan "Oppa" sekarang.” Pesan Bom. Shi Young dengan kesal merasa Bom tak perlu melupakan.

“Kirimi aku video sebagai bukti, mengerti?” tegas Bom. Shi Kyung hanya menatap Bom yang akan pergi.
“Aku akan berpamitan dengan Shi Kyung di luar. Pintu depan adalah tempat rahasia kami.” Kata Bom pada Shi Kyung
“Tolong kirimkan kabar terbaru tentang Bom.” Pinta Nyonya Oh pada Ibu Bom. Ibu Bom menganguk mengerti dengan anaknya yang terus meminta agar tetap tersenyum.
“Terima kasih telah menjaga Bom selama ini.” Ucap Ibu Bom berusaha untuk tersenyum. 

Shi Kyung dan Bom duduk didepan rumah, Bom pikir Begitu kembali ke Seoul,  mungkin tidak bisa menghubungim Shi Kyung jadi meminta agar mengirimi kabar terbaru tentang Keluarga, teman, dan Hospice. Shi Kyung pikir akan mengirimkan kabar dengan telepati pada Bom.
“Baiklah, kita sudah banyak berlatih.” Piki Bom. Shi Kyung pun mencoba sekarang dengan mengangkat tanganya seperti melakukan telepati.
“Tebak siapa yang kupikirkan sekarang.” Kata Shi Kyung. Bom pikir  Itu terlalu mudah.
“Aku berada tepat di depanmu. Siapa lagi yang akan kau pikirkan? Tentu saja aku.” Ejek Bom. Shi Kyung mengeluh kalau Bong Gu itu curang.
“Ini semua berkat Bernard dan telepati hebatnya.” Kata Bom. Shi Kyung mengejek kalau Duk Boon adalah nama nenekknya ("Berkat dirimu")
“Itu leluconku... Jangan meniruku.” Kata Bom, Ibu Bom menungu didepan mobil memberitahu kalau mereka bisa terjebak macet.


Bom akhirnya pamit pergi, Shi Kyung pun berpesan agar Bom sampai dengan selamat di Seoul. Keduanya berpesan dengan Bom akan masuk ek dalam mobil, Shi Kyung hanya menatap akhirnya berlari menarik Bom dan memeluknya dengan erat.
“Jangan lupa dengan apa yang kau katakan. Ucap Shi Kyung lalu menyuruh Bom pergi karena Ibunya sudah menunggu lalu melepaskan Bom pergi.

Bom duduk dibangku belakang mengucapkan terimakasih pada ibunya karena sudah datang Dan sudah mau tersenyum karena pasti sangat sedih jika harus pergi sendiri. Ibu Bom seperti menahan rasa sedihnya duduk dibelakang kemudi.
“Aku sangat membenci Ibu saat berada di sini. Aku hanya berpikir kalau Ibu tidak memahamiku. Kurasa aku juga tidak memahami Ibu. Maafkan aku. Aku selalu berpikir, "Aku ingin mati, aku ingin mati." Aku datang ke sini dan bertemu orang yang baik.” Ungkap Bom terlihat senang
“Itu adalah waktu yang singkat. Waktu yang sangat singkat... Meski begitu, aku senang. Jadi, kau harus melupakan semua kesulitan yang aku alami, Ibu. Habiskan waktu Ibu dengan orang baik..” kata Bom dan dihentikan oleh Ibunya.
“Cukup... Ibu mengerti. Kau tidak ingin pergi ke tempat lain, 'kan?” kata Ibu Bom sambil mengusap air matanya. Bom pikir tidak.
“Tapi Bisakah kita mampir ke satu tempat lagi?” ucap Bom seperti teringat sesuatu. 


Bom pergi ke pohon besar yang selama ini menemaninya ketika ayahnya pergi, ia menatap lalu berdiri didepan pohon dengan menatap cincin pemberian Shi Kyung. Ia hanya bisa menangis melihat cincin yang diberikan Shi Kyung saat sebelum melakukan perayaan kematian. 

Ga Ram membonceng Shi Young bertanya Apa yang Shi Kyung lakukan setelah sekolah akhir-akhir ini karena belum pernah melihatnya di Hospice. Shi Young hanya bersandar di punggung Ga Ram dengan erat, Ga ram pikir Shi Young mengantuk
“Kau tidur seperti ini saat pertama kali aku memberimu tumpangan, Apa kau ingat?” ucap Ga Ram. Shi Young memanggil Park Ga Ram dengan suara bergetar.
“Apa Kau menangis?” kata Ga Ram menghentikan sepedanya. Shi Young meminta Ga Ram terus berjalan saja.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ini tentang Nenek dan Shi Kyung, hatiku sangat sakit.Tapi, aku bahkan tidak bisa menunjukkannya. Aku merasa seperti tercekik.” Ucap Shi Young menangis di punggung Ga Ram.
“Kau belum pernah mendengar kabar dari Bom, bukan?” ucap Ga Ram menenangkan.
“Hal yang paling kutakutkan adalah bahwa kita mungkin mendengar kabar dari Bom. Shi Kyung juga begitu, tapi dia pura-pura tampak baik-baik saja. Aku merasa sangat kasihan padanya. Apa yang harus kulakukan?” ungkap Shi Young seperti menahan rasa sedih saat ada dirumah.
“Menangislah jika perlu. Menangislah sebanyak yang kau inginkan.”kata Ga Ram membiarkan Shi Young menangis di punggungnya. 

Ga Ram tahu kalau  ini sulit untuk Shi Young juga, tapi butuh bantuannya.  Shi Young melihat video Tae Min karenan Neneknya juga penggemarnya dan bertanya Ada apa dengan dia. Ga Ram menceritakan kalau Tae Min  adalah pemilik Hospice ini.
“Kepemilikan dengan nama yang berbeda. Kami sudah mencari tahu, dan dia adalah pemilik sebenarnya. Aku tidak tahu kenapa, tapi dia ingin merubah bangunan ini.” Ucap Ga Ram. Shi Young binggung maksudny akan Merubah bangunan
“Artinya Hospice akan ditutup.” Jelas Ga Ram. Shi Young makin kaget mendengarnya.
“Dia terkenal karena melakukan banyak pekerjaan amal, jadi apa alasannya?” pikir Shi Young
“Aku juga tidak tahu itu... Kupikir itu terjadi begitu saja.” Kata Ga Ram. Shi Kyung pun bertanya Apa yang harus mereka lakukan. Ga Ram juga tak tahu.
“Kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Pikir Ga Ram. Shi Young pikir ada sesuatu yang bisa dilakukan dan merasa kalau mereka berbicara dengan Shi Kyung tentang hal itu
“Dia tidak akan duduk diam jika dia tahu Hospice akan ditutup. Dan juga, dia agak aneh, jadi dia mungkin memikirkan sesuatu.” Kata Shi Young yakin. Ga Ram merasa tak yakin kalau mereka harus memberitahu Shi Kyung tentang ini.
“Entahlah. Tapi Tetap saja, kita tidak bisa diam dan tidak berbuat apa-apa.” Ucap Shi Young yakin. 


Bibi Oh pikir baru mulai bekerja, dan ini sudah musim semi menurutnya Istirahat musim semi pendek. Shi Young bertanya pada ibunya  Apa Hospice baik-baik saja akhir-akhir ini. Nyonya Oh balik bertanya apakah anaknya menanyakan hal itu karena tahu sesuatu.
“Tidak... bukan begitu.” Ucap Shi Young. Nyonya Oh malah makin ingin tahu apakah ada sesuatu yang terjadi. Shi Young mengaku Tidak ada yang terjadi.
“Direktur akhir-akhir ini tampak aneh, jadi pasti ada yang tidak beres.” Kata Nyonya Oh khawatir lalu melihat Shi Kyung akhirnya pulang.
“Kemana saja kau? Kau tidak menjawab teleponmu.” Kata Nyonya Oh memarahi anaknya. Shi Kyung mengaku baru saja keluar mencari udara segar.

“Nenek, kau sudah mengkonsumsi vitamin yang Bom berikan pada Nenek, 'kan?” kata Shi Kyung melihat botol vitamin.
“Apa yang diberikan Bom padaku? Siapa itu Bom?” kata Nenek Kim yang sudah terkena demensa. Shi Young dan yang lainya hanya bisa menatap sedih.
“Paling tidak Nenek harus meminumnya.” Ucap Shi Kyung lalu memakan vitamin dari Bim.
“Nenek harus makan nasi terlebih dahulu.” Kata Nyonya Oh. Shi Young memberitahu kakaknya kalau Ga Ram ingin bicara. Shi Kyung bertanya kenapa ingin bicara dengannya.
Saat itu telp Shi Kyung berdering dan melihat di layar ponsel ada telp dari ibu Bom. Shi Young meminta agar kakaknya bisa menemui Ga Ram untuk mencari tahu. Nenek Kim heran melihat Shi Kyung hanya diam saja padahal Ponselnya berdering.
Akhirnya Shi Kyung mengangkat telp dari Ibu Bom dan hanya terdengar suara tangisan. Semua pun tahu kalau pasti sesuatu yang buruk terjadi, Nenek Kim binggung mencari darimana suara tangisan.
“Putri...ku... Bom....” ucap Ibu Bom, Semua hanya bisa menahan tangis mengetahui kalau Bom pasti sudah tiada. Akhirnya Shi Kyung masuk ke dalam kamar dan jatuh lemas di depan lemarinya.
“Ayah.... Aku ingin menangis... Tapi Air mataku tidak mau menetes. Aku sangat mengantuk.” Gumam Shi Kyung akhirnya berbaring di lantai kamarnya. 

Anak-anak sedang membersihkan bagian depan Hospice, seorang pria turun dari mobil dengan pria lainya. Mereka pun bisa mengenal kalau pria itu selebriti. Si pria dengan rambut blonde, menjelaskan Untuk saat ini, didepan mereka adalah Hospice, tapi begitu merenovasinya, dan merasakan Udaranya sangat bagus.
“Astaga! Anda sudah datang... Anda datang jauh-jauh kesini.” Ucap Direktur Park menyapa Tae Min. Tae Min bertanya siapa pria itu
“Aku direktur Hospice ini, Park Young Geun. Seharusnya aku menemui Anda lebih dulu untuk menyapa.” Kata Direktur Park. Tae Min baru tahu kalau Direktur Park ada di Hospice.
“Aku sangat menghormati orang seperti Anda.” Ungkap Tae Min.
“Karena Anda di sini, mari kita masuk dan minum teh.” Ucap Direktur Park setelah berjabat tangan. Tae Min pikir tak perlu.
“Aku sedang ada tamu hari ini, dan aku sangat sibuk. Anda pasti sangat sibuk. Jangan khawatirkan aku.” Kata Tae Min.
“Tetap saja, banyak hal yang ingin kubicarakan dengan Anda.” Ucap Direktur Park.
Tae Min seperti tak peduli berjalan pergi dengan membahas kalau akan membangun sebuah hotel, beberapa murid melihat Tae Min datang bukan untuk kegiatan amal. Saat itu seorang wanita melihat Tae Min yang berjalan seperti mengenal sudah lama. 

Shi Young melihat bibinya apa yang sedang dilakukan didepan kamar kakaknya. Bibi Oh meminta Shi Young tak berisik. Nyonya Oh menanyakan keadaan Shi Kyung apakah masih tidur. Bibi Oh khawatir karena Shi Young yang  sudah tidur sejak tengah malam tadi.
“Bu, apa Shi Kyung melakukan itu lagi? Apakah Hanya tidur?” ucap Shi Young
“Kita harus membangunkannya dan menyuruhnya ke sekolah.” Kata Nyonya Oh lalu berteriak memanggil Shi Kyung untuk bangun.
Ketiga masuk kamar dan dikagetkan dengan melihat Shi Kyung tertidur sambil meringkuk tanpa mengunakan selimut. Mereka hanya bisa menatap sedih melihat keadaan Shi Kyung. 

Shi Kyung bergegas keluar kamar karena terlambat, lalu melihat sosok wanita berambut panjang di dalam rumah dan mengajak Bong Gu pergi bersama tapi seperti wajah Bom menghilang begitu saja. Shi Kyung terbangun dari tidurnya dan terlihat sangat kaget.
“Lee Shi Kyung, Apa kau baik-baik saja?” ucap Guru Park kasihan melihat Shi Kyung
“Aku...harus pergi ke ruang UKS.” Kata Shi Kyung berjalan pergi keluar dari ruang kelas. Shi Young menatap sedih kakaknya yang sangat frustasi. 

Bibi Oh bercerita kalau tidak tahu bagaimana cara membantunya karena yang dilakukan Shi Kyung  hanyalah tidur di rumah jadi merasa sangat kasihan padanya. Wakepsek bertany Apa anak-anak yang lain tahu kalau Bom sudah meninggal
“Tidak, aku belum memberi tahu mereka. Karena Shi Kyung... Aku tidak tahu bagaimana atau kapan harus menceritakan kepada yang lain.” Ucap Guru Park. Guru BP hanya diam saja menatap jendela seperti ikut merasa sedih dan Joo Yeon ternyat mendengar pembicaraan para guru, langsung menangis mengetahui kalau Bom sudah meninggal. 

Joo Yeon berjalan masuk kedalam kelas dan langsung menangis histeris dengan berjongkok karena lemas. Semua teman-temanya terlihat bingung, bertanya Apa yang terjadi. Joo Yeon sambil menangis hanya mengatakan kalau ini  tentang Bom.
Merka ingin tahu Ada apa dengan Bom, Joo Yeon terus saja menangis. Shi Young melihat Joo Yeon menangis karena sudah tahu pasti tentang Bom yang sudah meninggal. Semua temanya pun merasa sedih termasuk Yong Gi. 

Shi Kyung masuk ke dalam kelas dan langsung berbaring diatas meja kerjanya, Shi Young sedang belajar dengan Ga Ram terlihat sedih, teman yang lain pun hanya bisa diam sampai akhirnya Yong Gi berteriak memanggil Shi Kyung “Anak Gila”
“Pulanglah jika kau mau tidur.” Teriak Yong Gi. Shi Kyung hanya diam saja. Yong Gi makin marah karan Shi Kyung yang mengabaikannya
“Pulang dan tidurlah. Aku tidak tahan melihatmu.” Teriak Yong Gi. Joo Yeon pun marah berteriak pada Yong Gi.
“Ada apa denganmu? Saat ini, dia..” ucap Joo Yeon tak bisa melanjutkan. Yong Gi bertanya Saat ini, apa?..
“Saat ini, Shi Kyung mengalami masa sulit. Kau tahu itu, jadi apa masalahmu?” kata Joo Yeon. Yong Gi pikir ini hanya lelucon.
“Apa dia harus membuatnya begitu jelas?” ucap Yong Gi marah. Joo Yoeon heran dengan sikap Yong Gi.
“Kau tidak bisa memberikan kata-kata motivasi. Apa kau harus mengatakan hal-hal seperti itu?” kata Joo Yeon membela
“Apa itu sulit baginya? Apa dia satu-satunya yang menghadapi kesulitan di dunia ini?” teriak Yong Gi. Joo Yeon berteriak sambil melotota
“Lee Shi Kyung, kau mau kemana?” tanya Shi Young melihat kakaknya membereskan buku ke dalam tas lalu keluar dari kelas.
“Dia menyuruhku pergi, jadi Aku akan pergi.” Ucap Shi Kyung tak peduli. Yong Gi berkomentar itu Ide bagus, bahkan menurutnya Jika Shi Kyung akan seperti ini, maka lebih baik pindah sekolah saja. 


Saat itu Tae Min datang ke Hospice dengan banyak fans yang sudah tua menyapanya, bahkan ingin berjabat tangan. Tae Min dengan senyuman berjabat tangan dengan pasien tapi setelah itu memanggil Hong Shik untuk memberikan tissue basah.
Seorang nenek pun senang karena  bisa menyentuh  dan memegang tangan tae Min bahkana tidak akan mencuci tangannya. Sementara pada anak-anak murid lainya hanya melihat Tae Min dengan tatapan muak, karena akan mengubah rumah sakit jadi hotel. Tae Min pun pergi ke arah belakang rumah sakit. 

Ga Ram berada didepan rumah bertanya apakah tak masalah mengatakannya pada Shi Kyung. Shi Young pikir  merkea harus melakukannya karena  tidak bisa begitu saja meninggalkan Shi Kyung seperti itu dengan kakaknya tidur setiap hari seperti zombie.
“Kehidupan macam apa itu? Kita perlu memotivasinya apapun caranya.” Pikir Shi Young 

“Jika kita tidak melakukan apa-apa, maka Hospice akan lenyap. Lee Shi Kyung, coba pikirkan solusinya.” Ucap Shi Young pada kakaknya
“Aku tidah tahu.” Kata Shi Kyung seperti tak peduli. Shi Young kesal menegaskan kalau Hospice akan lenyap
“Tentu saja, aku tahu ini adalah permintaan yang sulit untukmu. Namun, aku harus melakukan sesuatu, jadi aku melakukan ini.” Kata Ga Ram
Shi Young menyuruh temanya untuk pergi. Shi Young mengulang kalau  Hospice akan lenyap dan Shi Kyung harus tahu kalau artinya  Jae Woong Ajusshi, Kyung Ae Ajummha, Nenek Bong Sook, Sung Joon Oppa Dan juga Bom. Shi Kyung mengangkat kepala mendengar nama Bom.
“Tempat peristirahatan terakhir mereka akan lenyap.” Ucap Shi Young. Shi Kyung pikir lalu kenapa.
“Apa yang kau ingin aku lakukan? Apa aku semacam pemecah masalah? Apa yang bisa kulakukan?” teriak Shi Kyung marah
“Lakukan apapun. Lakukan sesuatu meski sulit! Itulah dirimu.” Ucap Shi Young pada kakaknya.
“Siapa aku? Aku? Aku bukan siapa-siapa... Jadi, keluarlah. Keluar!” kata Shi Kyung terlihat sangat marah mendorong keduanya agar keluar dari kamarnya. Nyonya Oh dan Bibi Oh melihat dari depan pintu pun hanya bisa diam. 


Nenek Oh menusukan jarum pada tangan Shi Kyung sambil bertanya Makanan apa yang di makan sehingga membuatnya seperti ini. Shi Kyung seperti tak merasakan sakit, lalu memberitahu neneknya kalau  Ada yang macet, dan tidak mau turun jadi meminta agar menusuk lagi.
“Tunggu sebentar... Biarkan aku mencoba menepuk punggungmu.” Ucap Nenek Kim. Shi Kyung melihat gantungan kunci di tas neneknya.
“Apa Bom baik-baik saja?.. Bom memberikan itu padaku. Kenapa aku tidak melihat Bom akhir-akhir ini?” ucap  Nenek Kim. Shi Kyung terdiam melihat neneknya mengetahui Bom tapi lupa kalau Bom sudah meninggal.
Bersambung ke Part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar