PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 10 Maret 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 4 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Saat itu Sung Woo melihat keduanya lalu mendekat, Tuan Jo langsung memarahi Sung Woo yang mengacaukan pekerjaan dan meminta agar tak menganggu lalu mengajaknya pergi. Sung Woo dibuat binggung dan masih tetap ingin bicaa tapi Tuan Jo bergegas menarik Sung Woo untuk pergi saja.
Sung Woo berada didalam ruangan Tuan Jo mengeluh padahal memintanya agar tidak melibatkan Wan Seung dalam kasus ini. Tuan Jo meminta agar juniornya itu duduk sambil minum Kopi mengaku kalau Semua ini demi Sung Woo. Sung Woo terlihat binggung
“Maksudku, ada yang terluka dalam kasus ini... Kita harus melakukan investigasi. Bagaimana jika kita melakukannya? Ayah anak itu pengacara sukses. Dia tidak akan tinggal diam. Sekeras apa pun kau berusaha, kasus ini tidak akan berakhir baik.” Jelas Tuan Jo
“Kau detektif terbaik Joongjin. Jangan sampai ada kasus buruk di resumemu.” Kata Tuan Jo lalu berdiri dan sedikit menjauh. Sung Woo seperti memikirnya.
“Wahh.. Aku tidak sanggup lagi... Aku Diserang dari segala arah.” Ucap Tuan Jo 


Na Ra datang dengan membawakan sebuah alat dan di nyalakan diatas meja.  Han Min bertanya apa yang dibawanya. Na Ra memberitahu kalau itu alat untuk kulit keringnya. Han Min ingin tahu harganya. Na Ra denan santai menjawab 96 dolar.
“Astaga. Itu terlalu mahal!.. Kau ditipu karena membayar lebih dari 80 dolar.” Ucap Han Min menjerit lalu memperlihatkan ponselnya sebuah "Kupon Pendaftaran Anggota"
“Pakailah sebuah kupon dan dapatkan diskon kartu kredit. Ditambah diskon 10 persen karena menggunakan aplikasi. Jika ditambah penghematan pada penjualan pagi dari Harga awal 96 dolar. Kamu bisa membelinya seharga 66 dolar.” Kata Han Min menghitung dengan cepat.
“Tidak masalah. Aku memakai kartu ayahku.”kata Na Ra santai. Han Min pun memujinya.
“Omong-omong, bagaimana ayahmu hari ini?” tanya Han Min penasaran
“Entahlah. Aku ke kelab semalam dan paginya langsung ke kantor.” Ucap Na Ra lalu merasa sedih kalau akan keriput jika lelah.
Han Min mendengar ponselnya berdering sambil mengeluh kalau sangat menganggu, tapi setelah itu dengan suara lantang mengangkat telp dari atasnya yang menyuruh untuk Ruang rekaman. Ia pun menjawab kalau segera ke sana bersama Na Ra, setelah menutup telp ia mengajak NaeRa kaalu akan mengajarinya cara merekam pernyataan.
“Wahh... Aku sudah lama menginginkannya.” Ungkap Na Ra penuh semangat.
“Tapi itu tidak seasyik bayanganmu.” Komentar Han Min berjalan keluar. 


Di depan ruanga interogasi
Wan Seung dan detektif Yuk saling mencengkram, Detektif Yuk menahan agar Wan Seung tak boleh masuk sementara Wan Seung menyuruhnya untuk minggir. Han Min melihat seniornya langsung mengalihkan padangan Na Ra, dengan bertanya apakah tidak lupa membawa sesuatu. Na Ra mengaku tak lupa.
“Ya, kau pasti lupa walau tidak lupa... Apa kau tidak merasakan kuasa gelap di koridor ini?” ucap Han Min. Na Ra yang polos mengaku tidak.
“Kau harus mengetahuinya secara naluriah.” Kata Han Min. Na Ra pun makin binggung. Keduanya pun akhirnya melihat dari jendela pintu.
“Kau tidak boleh masuk.” Ucap Detektif Yuk saat Wan Seung menyuruhnya minggir. 

“Hei... Apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini? Orang bisa salah paham.” Ucap Sung Woo akhirnya datang merelai keduanya.
“Tapi aku tidak menentangnya... Bawa dia pergi dari hadapanku... Aku pemilih soal pria... Dia merusak pemandangan.” Komentar Wan Seung kesal
“Jangan ganggu dia... Dia bekerja keras.” Ucap Seung Woo. Detektif Yuk bingung melihat sikap Sung Woo malah membiarkanya.
“Kita tidak punya waktu untuk mengurus anak sembilan tahun. Jadi Berbuatlah sesuka hatimu dan Kerjakan dengan benar.” Kata Sung Woo. Detektif Yuk ingin menyela tapi Sung Woo lebih dulu mengajaknya untuk pergi
“Aku mengerti maksudnya. Dasar licik.. Dia menghindari kasus ini karena kasusnya menyusahkan.. Baiklah. Terima kasih karena tidak ikut campur.” Ucap Wan Seung akhirnya masuk ke ruangan intergasi. 

Won Jae duduk dengan pria yang ada disampingnya,  Wan Seung masuk melihat Won Jae dengan nada mengejek kalau sudah menunjuk seorang pengacara. Ayah Won Jae mengaku kalau datang sebagai wali bukan pengacara. Wan Seung pun terlihat serius untuk menginterogasi. 

Di Sekolah
Ibu Guru mengaku  sungguh merasa bersalah atas kejadian itu. Seol Ok pun meminta bantuan dari ibu guru dalam hal ini. Ibu Guru pikir  tidak punya wewenang jadi meminta agar bicaralah dengan Kepala Sekolah. Seol Ok pikir kalau ibu guru wali kelas Ye Na. Ibu guru mengaku kalau ia juga wali kelas Won Jae. Keduanya pun hanya terdiam. 

Wan Seung mulai melakukan interogasi dengan mengatakan kalau Won Jae yang mencoba membakar Genoise dengan menggunakan aseton dan puntung rokok. Ayah Won Jae menjawab kalau anaknya tidak melakukannya. Wan Seung tahu kalau Won Jae memesan kapur mentah di situs online,  dan meminta barangnya diantarkan ke Joongjin4-dong, Da-gil 56-2.
“Kau membuka  karungnya dengan pisau, dan mengamati tempat itu terbakar.” Ucap Won Seung
“Dia tidak melakukannya.” Kata Ayah Won Jae. Won Jae seperti bisa sedikit tersenyum karena sang ayah membelanya. 

Ibu Guru merasa tak bisa membantunya. Seol Ok memberitahu kalau ibu Ye Na  menderita luka parah. Menurutnya Jika pihak sekolah tidak mengambil tindakan, maka Ye Na akan sangat terluka. Ibu Guru mengaku kalau Ye Na dan Won Jae adalah murid-murid yang disayangi.
“Aku harus memikirkan Won Jae juga dan harus adil.” Ungkap Ibu Guru
“Jadi, apamaksudmu penderitaan Ye Na sebanding dengan penderitaan anak yang membakar ibunya? Dan Bisa-bisanya kamu mengaku sebagai guru.” Ucap Hee Yeon marah. Seol Ok duduk disampingnya meminta agar Hee Yeon tenang.
Hee Yeon tetap tak bisa terima, Seol O akhirnya mengajak Hee Yeon untuk pergi saja. Hee Yeon merasa ibu guru itu hanya mencoba menyelamatkan dirinya. Di papan terlihat nama  "Kim Won Jae, Seo Ye Na"

Won Seong berkomentar Karena ayah Won Jae yang menjawab pertanyanya merasa kalau Won Jae adalah bayi yang tidak berdaya. Ayah Won Jae meminta agar Wan Seung mengatakan yang penting saja.  Wan Seung tahu karena memang menurutnya Won Jae tidak tahu apa-apa.
“Kenapa dia pergi ke apartemen sewaan itu?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae menjawab anaknya pergi ke rumah temannya.
“Itu rumah Ye Na, kan? Kudengar Won Jae sering ke sana.” Kata Wan Seung. Ayah Won Jae terlihat gugup mengaku kalau memang itu setahunya seperti itu.
“Tapi Ye Na tidak pernah berkunjung ke apotek, kan?” kata Wan Seung. Ayah Won Jae hanya diam. Wan Seung pun memastikan pada Won Jae yang hanya terdiam.  

Didepan "SD Joongjin"
Hee Yeon merasa kalau sudah mengacaukannya, merasa kesal kalau seharusnya menahan diri. Seol Ok pikir  Ucapan Hee Yeon tidak salah lalu  memikirkan mereka harus bagaimana sekarang. Hee Yeon pikir akan menemui kepala sekolahnya.
“Dia Menjawab telepon saja tidak, apalagi menemui kita. Jadi Bagaimana bisa?” kata Seol Ok merasa kalau itu mustahil
“Dahulu aku sering membuat kue pesanan khusus di Cheongdam-dong. Salah satu klienku bekerja di Departemen Pendidikan. Aku yakin dia akan membantuku” kata Hee Yeon yakin 

Ruangan interogasi
Wan Seung mendengar kalau Ye Na membenci Won Jae lalu Won Jae pergi ke rumah Ye Na dan mengganggunya. Won Jae langsung menjawab kalau Itu tidak benar. Wan Seung memberitahu kalau Semua orang di sekolah membahas bahwa Won Jae menyukai Ye Na.
“Dia terus mengikuti Ye Na.” Kata Wan Seung. Won Jae mengaku tidak mengikutinya.
“Kau bahkan mengikutinya ke rumahnya padahal dia bilang tidak menyukaimu.” Kata Wan Seung mulai membuat Won Jae marah dan membuka mulutnya.
“Tidak. Aku tidak ke sana untuk bermain dengannya.” Kata Won Jae
“Lalu kenapa kau ke sana?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae meminta agar jangan menanggapi pertanyaan Wan Seung
Han Min dan Na Ra terlihat sedang duduk di ruang kontrol merekam semuanya. Saat itu Tuan Shin dan Tuan Jo masuk ruangan, Han Min kecepolosan memanggil Tuan Shin seperti ayahnya sendiri. Tuan Shin menyuruh agar kembali duduk dan mendengarkan bersama.
“Kenapa kau tidak bisa menjawab? Kurasa aku benar... Kau menyukai Ye Na, kan?” ucap Wan Seung
“Tidak... Aku mau melakukan eksperimen sains.” Kata Won Jae. 
“Kenapa harus di apartemen itu?” tanya Wan Seung. Won Jae beralasan  Karena truknya pergi ke blok itu. Ayah Won Jae kesal meminta agar jangan menjawab pertanyaan Wan Seung
 “Kau mau melakukan eksperimen terhadap truk itu rupanya. Tapi tidak bisa karena truknya pergi dari blok itu dan Kau tidak mau pergi tanpa melakukannya. Jadi Kau tidak melakukannya dengan niat jahat. Kau tidak akan melemparkannya kepada seseorang jika truknya masih di situ. Benarkan?” ucap Wan Seung. Won Jae membenarkanya.
“Jadi, pada akhirnya, kau melemparkannya kepada seseorang.” Ucap Wan Seung. Won Jae pun hanya bisa terdiam, Ayahnya pun tak bisa lagi berkata-kata
Semua yang ada di ruang kontrol tegang. Na Ra langsung berdiri memberikan tepuk tangan karena Wan Seung berhasil. Han Min berbisik meminta agar Na Ra jangan mengatakan hal itua. Na Ra binggung karena melihat Wan Seung di pihak mereka dan bekerja dengan baik.
“Kurasa tidak seharusnya dia bekerja dengan baik.” Kata Han Min mengetahui atasanya tak suka dengan Wan Seung. Na Ra seperti tak mengerti dan tetap mendukung Wan Seung. Tuan Shin dan Tuan Jo seperti nampak kecewa karena Wan Seung kembali berhasil. 



Ayah Won Jae akhirnya berdiri merasa kalau anaknya sudah lelah jai meminta agar menyudahi saja. Wan Seung setuju kalau Ayah Won Jae harus bersiap untuk persidangan, karena Won Jae baru saja mengakui bahwa sengaja melakukannya dan Ganti ruginya akan sangat besar. Ayah Won Jae seperti tak peduli mengajak anaknya segera keluar.
“Kau lebih baik memikul tanggung jawab itu bersamanya jika kau menyayanginya... Entah itu keisengan atau eksperimen, anakmu sudah menghancurkan sebuah keluarga.” Pesan Wan Seung sebelum Ayah Won Jae keluar dari ruangan. Ayah Won Jae tetap menatap sinis. 


Seol Ok dan Hee Yeon sudah ada didepan rumah dengan wajah tegang. Hee Yeon akhirnya menekann bel lalu bertanya  Apa Kepala Sekolah ada di rumah dan memperkenalkan namanya. Saat itu pintu terbuka, tapi Ibu Won Jae keluar lebih dulu dengan tatapan meremehkan.
Keduanya seperti hilang kesempatan pertama, tapi Hee Yeon mencoba masuk ke dalam rumah. Seol Ok pun memberikan semangat dan menunggu diluar rumah. 

Sidang di SD Joongjin, Won Jae dengan ayah dan ibunya duduk berjejer dengan komite sekolah. Kepsek mengatakan kalau Kim Won Jae unggul dalam pelajaran, dan memiliki hubungan baik dengan teman-temannya.
“Setelah mempertimbangkan peraturan sekolah dan hal-hal lainnya, kami memutuskan bahwa Won Jae dan orang tuanya wajib bekerja sukarela di sebuah rumah sakit selama 10 hari, empat jam per hari.” Ucap Kepsek. Ketiganya kaget
“Dengar.. Anak ini tidak bisa melakukan apa-apa di sana. Peraturan bahkan tidak mencantumkan bahwa orang tua wajib melakukan pelayanan masyarakat.” Ucap Ibu Won Jae membela diri
“Sampai kemarin...Komite telah memutuskan demikian. Masyarakat banyak membicarakan insiden ini. Tolong pikirkan reputasi sekolah ini. Kami tidak bisa menyuruh Won Jae pergi ke sana sendiri.”jelas Kepsek
Ibu Won Jae pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Won Jae yang kesal mengaku pada ibunya kalau tidak mau ke sana.

Di luar ruangan
Ayah Won Jae binggung Kenapa Kepesek tiba-tiba menentang mereka dan mungkin kemarin sudah membuatnya marah. Ibu Won Jae mengaku tak tahu dengan sikap Kepsek yang berubah.
“Kita tidak bisa mengubah hal yang sudah terjadi. Apa yang kalian dapatkan dari menyakiti anak ini?.” Tegas Ibu Won Jae melihat Seol Ok dan Wan Seung yang berdiri tak jauh darinya.
“ Won Jae harus belajar bertanggung jawab. Jika kalian melindunginya, maka dia bisa melakukan kejahatan lebih besar.” Ucap Seol Ok
“Jangan perlakukan dia seperti penjahat. Aku tidak akan berdamai. Jadi Kita lihat saja bagaimana akhirnya.” Ucap Ayah Won Jae yang sombong
“Apa Kalian sungguh tidak merasa bersalah sedikit pun?” tanya Wan Seung heran
“Semua orang pernah berbuat salah.” Balas Ayah Won Jae santai
“Itu keisengan... Jadi, kalian akan memaafkan orang yang melakukan kesalahan serupa seperti Won Jae. Apa Itu maksud Anda?” kata Seol Ok.
Ibu Won Jae merasa kalau Seol Ok seperti mengutuknya akan seperti ibu Ye Na.  Ayah Won Jae tak ingin berlama-lama mengajak merkea pergi saja. Wan Seung pikir keluarga Won Jae pikir hal seperti itu tidak akan terjadi kepada mereka.
“Ibunya Ye Na juga tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepadanya.” Kata Seol Ok dengan menahan tangis. 


Seol Ok dan Wan Seung berdiri diatap apartement. Wan Seung menceritakan Won Jae sudah mengaku dan itu dibahas di komite disiplin murid jadi Semua sudah selesai dan Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Won jae bertanya apakah menurut Won Seung kalau Won Jae aan bertanggung jawab sepenuhnya.
“Buktinya di mana-mana, termasuk sidik jari dan tandanya. Jadi Tidak ada lagi yang perlu diinvestigasi.” Ucap Wan Seung menyakinan
“Apa mungkin dia tidak sengaja melakukannya? Jika jatuhnya vertikal, maka bom api itu pasti jatuh ke petak bunga. Itu tidak akan mengenai ibunya Ye Na jika dia tidak menjadikannya target. “ ucap Seol Ok sedih
“Tapi Untunglah bom api itu tidak langsung mengenainya.” Komentar Wan Seung
“Aku sedih karena berusaha keras menghukum anak sembilan tahun. Aku malah berharap itu kesalahan.” Ungkap Seol Ok lalu menatap kebawah
“Tapi Melihat dari atas sini, manusia terlihat begitu kecil seperti semut... Pasti karena itulah Won Jae tidak merasa bersalah. Dia akan bisa melihat teriakan, tangisan, dan penderitaannya dari dekat. Dengan atau tanpa menutup mataku, maka aku bisa merasakan rasa sakitnya. Walau mereka memberinya kompensasi uang tidak dapat menyembuhkan penderitaannya.” Kata Seol Ok sedih
“Ini hanya keisengan anak-anak, tapi hasilnya begitu mengerikan. “Komentar Wan Seung
Tapi tidak seorang pun sudi bertanggung jawab dan Itu yang lebih mengerikan.” Balas Seol Ok 

Ketiganya sampai dirumah sakit, Ayah Won Jae pikir kalau  Sepuluh hari menjadi relawan akan cepat berlalu jadi meminta agar bisa Bertahan dan lakukan itu dengan Won Jae. Istrinya bertanya apa yang akan dilakukan suaminya.
“Memang hanya aku orang tuanya? Kenapa kau selalu kabur dari hal-hal seperti ini?” ucap Ibu Won Jae marah
“Ibunya Ye Na wanita... Aku tidak bisa merawatnya, memberinya makan, memakaikan pakaian, dan membersihkan tubuhnya.” Kata Ayah Won Jae. Istrinya pun tak bisa menolaknya dan mengajak Won Jae untuk ikut denganya. 

Didepan kamar rawat
Ibu Won Jae mengatakan pada anaknya kalau akan melakukannya sendiri jadi meminta agar Won Jae mengerjakan PR-nya saja. Won Jae pun menganguk mengerti. Sementara saat itu di ruang rawat, Ibu Won Jae melakukan kesala
“Jika melakukannya seperti itu, pasien akan kesakitan Pasti rasanya lebih menyakitkan daripada melahirkan..” Ucap Dokter memarahinya. Ibu Won Jae hanya bisa terdiam melihat semua badan ibu Ye Na dibalut perban.
Ibu Ye Na terus memanggil anaknya. Dokter memberitahu kalau  Putrinya baik-baik saja.

Ye Na berjalan sendirian dengan wajah sedih, Won Jae duduk ditaman bahagia melihat Ye Na datang memberitahu kalau sedang menunggu ibunya menyelesaikan pekerjaan sukarela lalu bertanya apa yang dilakukan Ye Na ke rumah sakit.
“Aku datang untuk menjenguk ibuku... Ibuku ada di sana.” Ucap Ye Na menahan tangisnya
“Tapi kenapa kau tidak masuk?” tanya Won Jae. Ye mengaku kalau ia takut.
“Aku takut melihat wajah ibuku.” Ucap Ye Na seperti ingin menangis.
“Kalau begitu, duduklah bersamaku di sini... Ibuku juga menyiapkan camilan.” Kata Wan Seung membuka kotak bekalnya.
Ye Nan melihat ada buah strawberry dan langsung menjerit histeris, seperti trauma akibat membeli buah itu jadi terluka. Won Jae yang melihat Ye Na histeris kebingungan dan membuatnya takut. Saat itu Seol Ok baru datang mendengar teriakan Ye Na langsung memeluknya mencoba menenangkan dan bisa melihat kalau Ye Na trauma melihat buah strawberry. 

Won Jae  duduk diam di depan ruang rawat. Ibunya keluar dari kamar melihat anaknya yang lesu bertanya apakah sakit. Won Jae dengan menahan tangisnya mengatakan Wanita yang Ibu rawat setiap hari, Wanita berwajah menakutkan yang menjerit setiap hari itu...”
“Kau tidak boleh bilang begitu... Dia tidak menakutkan, tapi Dia terluka.” Kata Ibu Won Jae membela anaknya.
“Apa dia terluka karena aku?” ucap Won Jae mulai menangis. Ibu Won Jae bertanya siapa yang mengatakan itu dan mengaku kalau semua  hanya kesalahan.
“Wanita itu ibunya Ye Na... Dahulu Ye Na selalu tersenyum setiap kali melihatku... Dahulu dia sering membuat lelucon... Tapi sekarang...” ucap Won Jae mengingat kejadian sebelumnya
“Aku ingin cepat dewasa agar bisa membalas orang yang melempar bom api kepada ibuku.” Kata Ye Na saat ada dipelukan Seol Ok sambil menangis
“Apa yang harus kulakukan jika dia sampai tahu aku pelakunya? Bagaimana jika dia tidak mau berbicara denganku lagi? Bagaimana jika dia membenciku? Bagaimana jika dia menjadi dewasa dan tidak memaafkanku? Ibu, aku... Aku takut sekali.” Ucap Won Jae menangis. Ibunya pun hanya bisa terdiam 


Akhirnya Seol Ok mengajak Ye Na ke depan pintu ruang rawat memberitahu kalau ibunya  mungkin tidak bisa memeluk karena kesakitan. Ye Na menganguk mengerti. Seol Ok pun melihat ke dalam jendela berpikir kalau masa pelayanannya sudah selesai.
Wan Seung pikir itu benar dan melihat sesuatu didalam ruangan. Ayah Won Jae membantu ibu Ye Na, Istrinya memarahi kalau harus Pelan-pelan karena suaminya tidak lebih baik daripada Won Jae. Seol Ok dan Wan Seung seperti senang melihat ketiganya mau bertanggung jawab
“Pasien luka bakar seperti mengalami sakit melahirkan saat sesuatu menggosok kulit mereka yang terluka.” Ucap Ibu Won Jae
Ye Na akhirnya masuk ke dalam ruangan, menangis memanggil ibunya dengan seluruh tubuhnya diperban. 


Hee Yeon meminta pegawainya agar mengeser vasnya ke kanan sedikit dan Lalu kotak serbetnya ke kiri. Pegawai mengikuti perintah bosnya. Hee Yeon pikir kalau itu sudah bagus, dan terlihat jauh lebih baik. Pegawai itu pun memuji Bosnya memang sangat mahir dalam hal menata meja.
“Bisa ambilkan vas yang lebih sederhana daripada ini? Serta, saat kamu memesan taplak meja, pastikan warnanya lebih cerah.” Perintah Hee Yeon. Si pegawai menganguk mengerti. 

Seseorang masuk ke dalam toko, Hee Yeon memberitahu kalau buka besok, tapi wajahnya terlihat bahagia karena yang datang adalah Seol Ok. Seol Ok membawakan tanaman dengan mengucapkan selamat Selamat atas pembukaan gerai. Hee Yeon memujinya dan merasa harus meletakkannya di tempat yang terlihat olehku.
“Sesering apa aku harus menyiramnya?” tanya Hee Yeon dan saat itu pandanganya berpaling pada Wan Seung yang datang.
“Ini Sekali sepekan... Pastikan sampai akarnya terendam... Hei.. Kau tidak membawakan hadiah pembukaan toko baru?” ejek Seol Ok pada Wan Seung
“Kukira akulah yang harus menerima hadiah darinya.” Komentar Wan Seung. Hee Yeon hanya tersenyum lalu meminta mereka untuk ikut denganya karena akan memberimu sesuatu.

Keduanya akhirnya makan cake buatan Hee Yeon. Seol Ok menceritakan  Ye Na dan ibunya akan dibantu departemen layanan masyarakat dari suatu firma hukum, karena Anggaran dari kepolisian tidak banyak jadi, Detektif Ha mencarikannya. Hee Yeon pikir itu kabar baik.
“Detektif Ha, aku juga ingin berterima kasih kepadamu.” Ungkap Hee Yeon. Wan Seung seperti gugup di tatap oleh Hee Yeon
“Dan Untungnya, ibunya Ye Na sudah sadar.” Kata Seol Ok mencoba mencegah keduanya saling bertatapan
Di rumah sakit, Ibu Ye Na memegang tangan Seol Ok mengucapkan  Terima kasih, Ye Na pun terlihat senang kalau bisa dibantu selama di rumah sakit. Seol Ok mengaku kalau ingin Hee Yeon menjadi orang pertama yang tahu. Hee Yeon mengejek kalau Seol Ok itu tak datang untuk mengatakan itu hanya ingin melahap kuenya. Seol Ok hanya menatap sinis.
Pegawai Hee Yeon datang memperlihatkan vas bunga yang dirangkainya, lalu meminta pendapat bosnya. Hee Yeon memujinya kalau itu bagus.  Seol Ok melihat si pegawai Hee Yeon berpikir kalau pernah melihatnya di suatu tempat.
“Aku ada urusan jadi permisi” kata Wan Seung. Seol Ok ingin tahu kemana akan pergi.
“Haruskah aku melaporkan segala sesuatunya kepadamu?” balas Wan Seng
“Aku tidak penasaran.. Aku hanya basa-basi.” Ungkap Seol Ok lalu Wan Seung menyuruh Seol Ok makan saja. 


Tuan Ha dan anaknya masuk ke sebuah tempat berkomentar kalau Ini sangat sederhana. Kakak Wan Seung pikir Demi citra Firma Hukum Ha dan Jung yang lebih baik maka akan terus membangun tempat ini dengan integritas. Tuan Ha menganguk mengerti.
“Kita sudah bilang akan menolak semua karangan bunga. Siapa pengirimnya?” ucap Kakak Wan Seung melihat nama Tuan Kim sebagai pengirimnya.
“Selama ini dia mengelabui kita di balik Jung Ji Won. Beraninya dia mengirimkan bunga.” Ucap Tuan Ha sinis
“Apa dia kenalan Ayah?” tanya kakak Wan Seung. Tuan Ha mengaku kalau hanya mengenalnya sedikit.
“Saat kita melemah, dialah orang pertama yang akan menggigit kita.” Kata Tuan Ha
“Ayah... Kita sudah melalui banyak hal, tapi Firma Hukum Ha dan Jung tidak selemah itu. Aku pasti akan memimpinnya dengan baik. “ ungkap kakak Wan Seung.
“Seharusnya ayah bertahan sedikit lebih lama.” Kata Tuan Ha lalu mengajak mereka untuk masuk.
Sebuah acara dengan spanduk  "Seremoni Inaugurasi Presdir Ha Ji Seung" Tuan Ha pun masuk ke dalam ruangan menyapa semua koleganya. Seseorang melaporkan dari depan pintu kalau Bunganya sudah diantarkan, Seluruh keluarganya hadir dan kesehatan Tuan Ha tidak memburuk.


Seol Ok melihat kue yang diberikan oleh Hee Yeon dan memakan mengunakan sendok kecil, lalu memuji kalau rasanya enak. Hee Yeon lalu bertanya apakah Seol Ok dan Detektif Ha berpacaran. Seol Ok kaget lalu mengeluh kalau jadi merusak rasa kuenya.
“Itu Tidak akan pernah.” Tegas Seol Ok
“Kalau begitu, apa Detektif Ha punya pacar?” tanya Hee Yeon penasaran. Seol Ok menjawab kalau berpikir itu tidak.
“Lalu Di mana dia tinggal sekarang? Karena rumahnya kebakaran, sepertinya dia tinggal di tempat lain. Apa Kau tahu di mana?” tanya Hee Yeon

“Mana aku tahu? Kami tidak sedekat itu.” Kata Seol Ok lalu bergegas pamit pergi karena panik,
Hee Yeon pikir harus menghabiskannya. Seol Ok menolak lalu teringat sesuatu dan memberitahu Hee Yeon kalau sudah melepaskan pekerjaannya sebagai polisi kehormatan. Hee Yeon binggung kenapa tiba-tiba memutuskanya.
“Seorang polisi kehormatan sesungguhnya hanyalah gelar kehormatan. Tidak ada kuasa pada gelar itu. Aku tidak bisa mengaku polisi jika tidak dibolehkan masuk ke kantor polisi. Dan Aku sudah menelantarkan kedai makan siangku, jadi, aku akan pergi dan membersihkannya.” Ucap Seol O seperti akan pergi ke tempat Kyung Mi


Si pegawai menuruni ruangan produksi dan terlihat bersemangat kaalu Bosnya memakai mentega Prancis yang gurih, bahkan sangat banyak. Hee Yeon mengaku kalau menunggu tamu istimewa dan menyuruh Si pegawai  bisa pergi ke gerai ketiga, untuk periksa persediaan barang, lalu pulang. Si pegawai menganguk mengerti
“Aku menunggu seorang pekerja sambilan besok, jadi kau tidak perlu memikirkan gerai ini.” Ucap Hee Yeon. Si pegawai menganguk mengerti. 

Hee Yeon bertemu dengan seorang pria di suatu tempat. Si pria mengetahui Hee Yeon yang menemui kepala sekolah Won Jae. Hee Yeon membenarkan  menurutnya Kepala sekolah itu sangat baik.
“Tapi karena itu yang pertama, sepertinya dia sulit terbiasa dengan kueku. Dia agak kaget.” Ungkap Hee Yeon yang masih mengingat wajah Kepsek yang terkejut
“Tolong jangan ditolak. Ambillah... Ini tanda terima kasihku... Tapi aku tidak yakin Anda akan menyukai kue ini.” Kata Hee Yeon memberika kuenya dan dibawahnya ada tumpukan uang lembaran 50ribu won.
Bersambung ke episode 5

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar