PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 10 Maret 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS


Ibu Won Jae masuk ke kamar anaknya melihat kalau sebelum tidur bermain game di ponselnya. Won Jae pun terbangun dan melihat video si pelaku yang memberitahu kalau hanya membutuhkan alkohol oles, sebuah botol kaca, dan pemantik dan Yang terpenting adalah sebuah truk.
“Aku bisa mendapatkan alkohol dari apotek dan hanya perlu membakar truk itu.” Ucap Won Jae dengan senyumannya membuat rencana. 

Apotek Wonjae
Ayah Won Jae keluar dari Apotik berteriak menyuruh anaknya agar cepat keluar. Saat itu Wan Seung dan Seol Ok mengintai dari dalam mobil. Wan Seung sudah menduga kalau  di apotek itu dan Sejak awal sudah punya firasat melihat payung yang dibawa Won Jae.
“Lantai duanya adalah rumah mereka jadi Pelaku masuk ke rumahnya. Karena itulah dia menghilang di depan Hee Yeon.” Ucap Seol Ok. Akhirnya keduanya pun turun dari mobil menemui ibu Won Jae dan anaknya.
“Apa Kau lupa sesuatu? Jangan ke mana-mana sepulang sekolah. Kau harus langsung pulang. Paham?” ucap Ibu Won Jae pada anaknya.

“Maaf... Apotek kami belum buka.” Kata Ibu Won Jae pada Wan Seung dan Seol Ok yang menghampirinya.
“Aku... Detektif Ha Wan Seung dari Polsek Joongjin. Aku datang untuk mengajukan beberapa pertanyaan tentang pembakaran berantai.” Kata Wan Seung
“Aku suka baju dan tasmu. Apa Ibumu yang memilihkannya? Sepatu olahragamu yang bagus itu terlihat agak usang... Tapi tumitnya belum usang. Ini Kelihatannya baru.” Komenta Seol Ok berkomentar didepan Won Jae.
“Apa belum lama ini kau menumpahkan aseton di sepatumu?” tanya Seol Ok. Won Jae menyangkal. Saat itu Ibu Won Jae langsung memarahi Seol Ok.

“Apa akhir-akhir ini kau bermain api?” tanya Wan Seung. Ayah Won Jae yang sudah menunggu keluar dari mobil berteriak marah, Ibu Won Jae menyuruh anaknya segera masuk mobil saja. 
Ibu Won Jae membela anaknya kalau Won Jae, tidak punya waktu untuk berkeliaran menyebabkan kebakaran.  Bahkan Won Jae langsung pergi kursus begitu sekolah selesai dan pulang sangat sore.  Won Jae masuk ke dalam mobil melihat ada korek didalam laci, wajahnya seperti menemukan mainan yang sangat disukainya.
“Bagaimana dengan waktu di antara kursus itu? Kejahatan itu dilakukan antara pukul 15.00 dan 16.00.” kata Seol Ok

“Apa maksudmu? Dia masih kecil. “ ucap Ibu Won Jae membela. Ayah Won Jae akhirnya memberikan kartu nama.
“Anda seorang pengacara di Firma Hukum Shingang. “ kata Won Jae. Ayah Won Jae ingin tahu Apa mereka punya surat perintah
“Tidak. Kami hanya perlu menanyakan beberapa hal kepadanya.” Kata Won Jae
“Jika kau mengganggu putraku sekali lagi, maka kita akan bertemu di pengadilan.” Kata Ayah Won Jae mengancam. Won Jae dan Seol Ok seperti tak bisa berkata-kata lagi. 


Ayah Won Jae mengantar anaknya ke sekolah, lalu terlihat sedikit khawatir dan ingin bicara pada Won Jae sebelum turun mobil. Tapi Ia seperti ragu memilih untuk tak mengatakan apapun pada Won Jae.
“Kau harus Langsung pulang selepas sekolah.” Ucap Ayah Won Jae. Anaknya pun menganguk mengerti.
Ayah Won Jae yang gelisah memilih untuk mengambil sebatang rokok dan mencari korek, tapi tak menemukan di laci mobilnya. 

Wan Seung seperti tak yakin dengan ucapan Seol Ok yaitu  Pelakunya anak kecil, yaitu Seorang anak SD membakar rumahnya. Seol Ok pikir kalau Wan Seung tak melihat tangan Won Jae kalau menyentuh aseton dengan tangan kosong saat menuangkannya ke sebuah botol. Ia melihat tangan Won Jae saat memberikan permen di hari sebelumnya.
“Rambut bagian depannya juga terbakar... Itu karena dia tidak terbiasa menggunakan pemantik.” Ucap Seol Ok mencari bukti dengan cara mengelus kepala Won Jae.
“Dia anak yang aneh... Dia Bisa saja memakai korek api atau kertas untuk membuat api... Kenapa dia memakai puntung rokok?” keluh Wan Seung tak habis pikir
“Karena dia anak SD... Dia bahkan meniru bagian yang sepele. Tapi dia tidak meniru waktu kejahatannya... Dia tidak bisa meelakukanya Karena sekolah selesai pada pukul 14.30.” kata Seol Ok yakin. 

Seorang ibu dan anaknya berjalan masuk ke dalam sekolah mereka akan  menonton "Minnie's Adventure” setelah pulang sekolah. Wan Jae datag memanggil Ye Na. Si anak wanita terlihat senang melihat Won Jae yang datang.
“Won Jae, aku akan menonton film hari ini...Kalau kau apa yang akan dilakukan?” tanya Ye Na. Won Jae seperti memikirkan sesuatu rencanya.
“Itu Rahasia.” Ucap Won Jae lalu Ibu Ye Na menyuruh keduanya agar segera masuk. 

Keduanya sampai di kantor polisi, Wan Seong melihat Won Jae itu  terlihat normal dan tak habis pikir ingin membuat kebakaran itu. Seol Ok yakin kalau saat Kebakaran terjadi, maka Orang-orang menjerit lalu Kelas dibatalkan dan Mobil pemadam berdatangan.
“Pasti itu pertunjukan bagus untuk anak-anak.” Ungkap Seol Ok. Wan Seung pun heran dengan Wan Jae bisa menjadi peniru. Seol Ok juga penasaran soal itu.”
“Aku akan meminta bantuan Divisi Wanita dan Pemuda.” Kata Wan Seung yakin
“Kukira kau sedang cuti.” Kata Seol Ok. Wan Seung yakin kalau  Mereka tidak tahu soal itu.

Keduanya pergi ke bagian "Divisi Wanita dan Pemuda" Seorang Polwan melihat Wan Seung kalau sedang cuti. Wan Seung tak percaya kalau Cepat sekali tersebarnya.  Polwan piir Wan Seung itu harus istirahat jadi tak perlu mencampuri masalah putra Komite Kepolisian
“Kau Bilang, Putra Komite Kepolisian... Bagiku, dia hanya tersangka kasus pembakaran.” Kata Wan Seung dengan nada tinggi
“Usianya baru sembilan tahun.” Ucap Polwan merasa tak ada gunanya
“Jadi, Apa kita harus mengabaikan tindak pidana yang dilakukan anak-anak? Bantu aku agar dia bisa mendapatkan konseling.” Kata
“Entahlah... Pokoknya jangan sampai ketahuan Pak Kapolsek atau Pak Manajer. Masyarakat bahkan mengeluh ke Ketua Shin” kata Polwan. Wan Seung meminta agar membantunya. 



Saat itu terdengar suara Tuan Jo yang mengeluh karena Wan Seung datang dan membuat masalah padahal seharusnya sedang cuti. Seol Ok dan Wan Seung langsung bergegas sembunyi. Sung Woo mengatakan  akan menyuruhnya ke divisi Kontrol Lalu Lintas jika melihat Wan Seung.

“Tidak perlu... Kau Pastikan saja Kepala Shin tidak melihatnya.” Ucap Tuan Jo merasa sangat tersiksa sekarang
“Coba kau Lihat foto ini... Pokoknya dia dan wanita itu akan membuat masalah jika mereka bersama. Jadi Cari tahu keberadaan wanita itu sekarang.” Perintah Tuan Jo. Sung Woo menganguk mengerti. 


Seol Ok dan Wan Seung pun langsung bergegas keluar setelah keduanya pergi. Wan Seung mengumpat akan membalas keduanya nanti dan berpikir  tidak tahu kapan Won Jae akan membuat kebakaran lagi jadi Tidak ada yang bisa mereka lakukan.
“Kita harus mengawasinya Supaya dia tidak membakar lagi.”ucap Seol Ok
“Ayo tunggu dia di sekolah pada pukul 14.00 karena sekolahnya selesai pukul 14.30. Dia terlalu berbahaya untuk ukuran anak-anak”kata Wan Seung

Di sekolah terlihat kegaduhan, semua anak berteriak ketakutan sambl berlarian, sementara Won Jae dengan santai berjalan masuk ke dalam kelas dan membawa tasnya. Seol Ok dan Wan Seung datang ke sekolah binggung karena gerbang sekolah di tutup
“Pak, kenapa gerbangnya ditutup?” tanya Seol Ok binggung
“Alarm kebakarannya tiba-tiba berbunyi. Sekolah selesai lebih awal.” Kata petugas. Keduanya kaget mendengarnya. 

Keduanya pergi ke  apotik, Ibu Won Jae dengan nada tingi menegaskana kalau anaknya bukan pelaku pembakaran itu. Seol Ok pikir kalau Ini juga tidak baik untuk Won Jae. Ibu Won Jae menyuruh mereka keluar saja karena akan mengurus anaknya sendiri.
“Apa Won Jae di rumah?” tanya Seol Ok. Ibu Won Jae yakin kalau anaknya ada di sekolah.
“Sekolah sudah selesai dua jam lalu dan Pelajarannya selesai lebih awal hari ini.” Kata Seol Ok
“Dia bahkan tidak memberitahuku.” Ucap  Ibu Won Jae panik dan bergegas mengeluarkan ponselnya.
“Jika dia belum pulang... “ kata Seol Ok. Wan Seung yakin kalau Won Jae berencana membuat kebakaran lagi.
Wan Seong memikirkan  Apa yang ingin dia bakar hari ini, Seol Ok yakin akan memakai metode Na Jin Tae lagi dan akan meniru sesuai urutannya, mulai Gerai keempat Genoise yang pertama dibakar lalu Berikutnya rumah Wan Seung kemudian toilet tempat Na Jin Tae ditangkap.
“Bukan. Tidak sama... Kapur mentah butuh waktu sehari untuk diantarkan. Jadi, rumahku dahulu, kemudian gerai keempat Genoise.” Kata Wan Seung
“ Ini Urutannya berbeda dari Na Jin Tae.” Ucap Seol Ok. Wan Seng tak percaya kalau Won Jae melakukannya secara acak
“Dia peniru yang luar biasa. bahkan meniru hal yang tampak sepele.
 kata Seol Ok lalu melihat di web "Dangerous Whisper" lalu yakin kalau itu pasti truk 

Won Jae sudah ada didepan sebuah truk, senyuman sangat lebar menatap pedang buah yang ada di truk. Si Paman binggung melihat Won Jae yang menatapnya sambil tersenyum. Won Jae pun naik ke ke lantai 15 dengan mengunakan lift.
Seol Ok yakin kalau Won Jae mengikuti jumlah tayangnya. Wan Seung tak habis pikir dengan kelakuan Won Jae yang masih anak-anak lalu memikirkan Tempat yang bisa didatangi anak sembilan tahun dengan jalan kaki dan mencari sebuah Truk.
“Ayo ke Divisi Kontrol Lalu Lintas. Kita akan menemukan sesuatu di video CCTV.” Ucap Wan Seung. Seol Ok menahan Wan Seung untuk pergi.
“Kurasa aku tahu Won Jae di mana.” Kata Seol Ok melihat Ibu Won Jae keluar rumah sambil menelp dan masuk ke dalam mobil. 


Mereka mengikuti mobil ibu Won Jae yang menunju sebuah tempat.  Ibu Won Jae heran anaknya yang harus pergi ke tempat yang lusuh, lalu menelp seseorang ingin tahu anaknya pergi ke blok berapa, dan ia menemukan informasi ke Blok 103.
“Siapa yang tinggal di Blok 103?... Ahh... Ibunya Ye Na! Lalu Kenapa pula dia ke sana?” kata Ibu Won Jae heran 

Ye Na bergegas memanggil ibunya karena truk buah itu pergi, karena ingin buah yang sukainya. Ibunya mengeluh kalau harga strawberry itu mahal. Akhirnya keduanya pergi ke Truk penjual buah, si paman tahu kalau Ye Na sangat suka dengan Buah strawberry.
Setelah Ye Na membeli buah, truk pun pergi. Wan Jae melihat dari atas kesal karena seharusnya belum boleh pergi. Ibu Ye Na melihat anaknya makan buah tanpa dicuci, Ye Na mengoda ibunya kalau akan tetap makan dan menjauh.
Ibu Won Jae menelp seperti menanyakan anaknya. Ibu Ye Na pikir kalau Won Jae Mungkin akan datang dan bermain di rumahnya jadi nanti kalau memang datang maka akan menjaganya. Ibu Won Jae datang bersama dengan Seol Ok dan Wan Seung.
Won Jae sudah melempar Bom Api, lalu Seol Ok berteriak menyuruhnya minggir. Tapi Ibu Ye Na yang terkejut hanya diam dan tubuhnya tersambar api dan terbakar. Ye Na melihat ibunya ingin mendekat sambil menangis. Seol Ok langsung menutup mata Ye Na menjauhkan dari ibunya. Wan Seung pun berusaha memadam api dengan jaketnya, Ibu Won Jae pun shock melihatnya. 



Won Jae dari atap gedung terlihat kecewa lalu turun dengan lift, menyakinkan diri kalau Semua akan baik-baik saja dan akan bilang bahwa ingin main ke rumah Ye Na. Saat keluar lift, tangan Wan Seung sudah menahanya.
“Lepaskan aku... Aku datang untuk bermain dengan Ye Na.” Ucap Won Jae mengelak, tapi Wan Seung tak peduli menarik Won Jae keluar.
Ibu Won Jae melihat anaknya keluar memastikan lebih dulu kedaaan Won Jae dan melihat kalau jarinya terbakar. Wan Seung mengatakan harus menginvestigasinya karena  melempar bom api dari atap. Ibu Won Jae meminta bukti kalau Won Jae yang melakukannya.
“Menurut Anda kenapa jarinya terbakar?” ucap Wan Seung. Ibu Won Jae seperti tak peduli mengajak Won Jae pergi.
“Apa Anda tidak melihat Korbannya ? Apa anda tidak merasa bersalah?” kata Wan Seung marah menunjuk ke arah Ye Na masih sangat shock.
“Dia masih kecil.” Ucap Ibu Won Jae merasa anaknya tak bersalah.
“Apa Kau tidak melihat dia terguncang? Bagaimana dengan anak itu? Dan kau bisa-bisanya Anda hanya memikirkan anak sendiri Anak itu melihat ibunya terbakar di depan matanya.” Kata Wan Seung marah. Ye Na terlihat masih menangis dan dipeluk oleh Seol Ok
“Bicaralah dengan suamiku.” Kata Ibu Won Jae lalu bergegas pergi saat suaminya datang. Wan Seung langsung berdiri didepan mobil menyuruh Ayah Won Jae keluar. Ayah Won Jae terus menyalakan klakson pun akhirnya keluar.
“Won Jae tertangkap tangan.. Aku akan membawanya ke kantor polisi.” Ucap Wan Seung 

“Apa wewenangmu menginvestigasinya? Won Jae berusia di bawah 10 tahun. Apa Kau tidak tahu dia dibebaskan dari tanggung jawab pidana? Dia harus ikut secara sukarela. Sebagai walinya, aku tidak akan mengizinkan itu. Penangkapan tanpa surat perintah mustahil di mata hukum.” Tegas Ayah Won Jae. Saat itu Sung Woo dkk datang
“Apa yang akan kau lakukan? Anakku sepertinya terguncang. Aku akan memastikan dia diinvestigasi besok.” Kata Ayah Won Jae
“Kami perlu bicara dengannya setidaknya satu menit.” Ungkap Sung Woo
“Kalau begitu, coba seret dia. Aku mau melihat kalian mencobanya.” Kata Ayah Won Jae
“Biarkan mereka pergi.” Kata Sung Woo akhirnya memberian jalan. Sung Woo terlihat sangat marah karena membiarkan pergi begitu saja
“Apa Kau tidak tahu besok sudah terlambat? Dia akan mengarahkan Won Jae untuk besok.” Kata Won Jae marah
“Apa Kau punya cara lain?” ucap Sung Woo. Sementara Seol Ok yang menenangkan Ye Na menahan amarah karena ayah Won Jae pergi begitu saja.
Ibu Ye Na dengan luka bakar langsung dibawa ke IGD dengan meraung kesakitan.  Sementara  Wan Seung membawa Ye Na ke kantor polisi bertemu dengan Tim Dokter. Dokter ingin tahu Apa Ye Na punya kerabat atau wali yang lain. Wan Seung pikir tidak ada.

“Kami akan menjaganya untuk sementara. Tapi jika perawatannya berkepanjangan,maka anak itu harus pindah ke panti asuhan. Dan Hanya ada tempat tinggal sementara di sini.” Ucap Dokter.
Wan Seung terlihat sangat sedih. Ye Na duduk di luar dengan Seol Ok masih menangis memanggil ibunya.  Seol Ok memberikan sebotol minuman, Ye Na meminta agar bisa melihat ibunya. Seol Ok pun hanya bisa terdiam.
Akhirnya Seol Ok melihat sepatu Ye Na yang kotor karena menginjak buah strawberry lalu membersihkanya dan dan menangis mengingat kejadian sebelumnya. 

Keduanya bertemu dengan dokter di depan ruang operasi. Dokter memberitahu kalauu pasien selamat, tapi luka bakar pada wajah dan tubuhnya sudah lebih dari tingkat tiga. Wan Seung ingin tahu Berapa lama perawatannya.
“Dengan Menimbang operasi rekonstruksi wajahnya, bisa sampai seumur hidup. “ kata Dokter
“Ye Na tidak punya siapa-siapa untuk menjaganya.” Ucap Wan Seung lalu Seol Ok melihat tangan Wan Seung yang juga terluka. Tapi Wan Seung seperti tak sadar memilih untuk mengangkat telp yang berdering. 

Kakak memberitahu kalau ayah mereka dibebaskan hari ini dan merasa Wan Seung harus mengetahuinya. Wan Seung hanya terdiam. Kakaknya tahu kalau adiknya sangat sibuk tap meminta agar bisa  datang ke ceremony inaugurasinya. Wan Seung tetap diam.
“Udara pagi dan malam masih dingin... Jangan sampai kau terserang flu. Jangan lupa makan karena sibuk. Pastikan kau makan tepat waktu.” Ucap Kakak Wan Seung
“Yah... Benar, kakak cerewet... Baiklah, kakak akan berhenti... Jaga dirimu.” Ucap Kakak Wan Seung dengan memegang payung. 

Tuan Ha akhirnya keluar, Kakak Wan Seung langsung menyambut ayahnya dan melihat kalau pasti sangat lelah. Tuan Ha pikir kalau anaknya tidak perlu datang dan pasti sibuk menyiapkan seremoni itu.  Kakak Wan Seung mengajak Tuan Ha ke rumah sakit dahulu.
“Tidak usah.. Kita harus selesaikan seremoni itu dahulu.” Ucap Kakak Wan Seung. 
“Aku akan mengurusnya... Kondisi Ayah bisa memburuk jika terus begini.” Kata Kakak Wan Seung khawatir
“Ayah harus menunjukkan kepada mereka bahwa ayah masih sehat. Jika melihat ayah lemah, maka mereka akan menyerbu ayah seperti hiena.” Ucap Tuan Ha lalu bergegas pergi. 

Seol Ok memasangkan plester di tangan Wan Seung yang terluka. Wan Seung mengeluh kalau rasanya sakit, Seol Ok meminta agar merawat luka ditanganya dengan baik dan tepat waktu. Wan Seung pikir kalau luanya itu  tidak seberapa dibandingkan luka ibunya Ye Na.
“Andai aku lebih cepat sedetik...” ucap Seol Ok merasa sangat bersalah.
“Jangan menyalahkan dirimu... Kita sudah berusaha. Dan Sia-sia mengetahui pelakunya... Kita tidak bisa menghentikan ini.” Ucap Wan Seung 

Ayah Won Jae akhirnya bertanya pada anaknya apakah  yang melempar api dari atap tadi. Won Jae terdiam seperti ragu dan juga ketakutan. Ibu Won Jae meminta anaknya kalau tidak boleh berbohong kepada ayahnya dan harus memberitahu yang sebenarnya agar Ayahnya itu bisa melindungi Won Jae. Akhirnya Won Jae mengaku dengan mengangukkan kepala.
“Apa Kau pernah menyebabkan kebakaran sebelum ini?” tanya Ayah Won Jae. Won Jae mengaku sudah Dua kali.
“Bagaimana kau mendidiknya?” teriak Ayah Won Jae marah pada sang istri
“Apa?!! Kita berdua bekerja. Kenapa kau hanya menyalahkan aku?” teriak Ibu Won Jae membela diri
“Memangnya aku salah? Kau hanya duduk seharian di apotek. Kenapa kau tidak tahu dia pergi ke mana sepulang sekolah?” teriak Ayah Won Jae
“Kau juga tidak melakukan apa-apa..” teriak Ibu Won Jae. Won Jae melihat keduanya adu mulut hanya bisa menangis.  


Seol Ok merasa tak percaya kalau Won Jae itu  baru sembilan tahun dan mereka seperti tak bisa melakukan apapun pada seorang anak kecil, seperti Memenjarakannya dan Menuntutnya,bahkan Won jae terlalu muda untuk dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan.
“Jadi, Apa kita membiarkannya seolah-olah tidak terjadi apapun? Seseorang terbakar.” Ucap Wan Seung
“Mustahil kita bisa menang.” Kata Seol Ok pasrah
“Kita tidak bisa selalu memenangkan pertarungan. Jika bertarung, terkadang kita bisa menang. Jika seorang detektif menyerah, maka seluruh dunia menyerah. Kita adalah harapan terakhir bagi orang-orang yang kesusahan.” Kata  Wan Seung Yakin
Seol Ok teringat dengan ucapan Wan Seung tentang Orang-orang yang kesusahan. Ayah dan Ibu Seol Ok  harus meninggal didalam taksi, lalu ia menjerit histeris karena tak bisa mendekati keduanya.
“Tidak biasanya kau begini... Kita belum tahu akhirnya.” Ucap Wan Seung dan mengulurkan tanganya untuk mengajak pergi. Seol Ok menatap Wan Seung seperti tak percaya lalu keduanya pun pergi. 


Ayah Won Jae memberitahukan anaknya kalau Yang dilakukan adalah eksperimen sains dan ada di buku teks yaitu Eksperimen terjun bebas. Ibu Won Jae memberitahu kalau Saat polisi menanyaikan nanti maka Won Jae harus mengatakan hal itu.
“Itu tidak ada di buku teks.” Balas Won Jae. Ayahnya meminta Won Jae mengikuti saja yang dikatakan ayah dan ibunya.
“Selain itu, kau tidak pernah membakar apa pun.” Ucap Ayah Won Jae
“Tapi kenapa kita harus berbohong?” tanya Won Jae polos
“Jika tidak, maka polisi bisa datang menangkapmu.” Jawab Ibu Won Jae.
“Terlepas dari perbuatanku, maka aku tidak bisa dipenjarakan sebelum berusia 10 tahun. Ayah pengacara. Kenapa tidak mengetahuinya?” kata Won Jae yang membuat keduanya terdiam. 


Ibu Won Jae pikir anaknya tinggal dengan bibinya di Kanada untuk sementara. Ayah Won Jae pikir kalau anaknya memang tidak akan dihukum, tapi akan diinterogasi. Ia yakin kalau Won Jae tidak bertanggung jawab secara pidana, tapi orang tuanya punya tanggung jawab perdata.
“Kita bisa memberi mereka kompensasi.” Kata Ibu Won Jae yakin
“Kita tidak tahu kapan pasien luka bakar serius akan sembuh. Jika mereka membuktikan bahwa dia sengaja melakukannya, maka kita harus membayar kompensasi dalam jumlah yang sangat besar. Kita harus menjadikan ini kesalahan.”.” Ucap Ayah Won Jae licik. 



Seol Ok masih tak percaya kalau keluarg Won Jae bahkan tidak meminta maaf dengan berpikir Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia yakin Jika Won Jae lebih tua satu atau dua tahun, mungkin orang tuanya  tidak bisa melakukan itu.
“Aku yakin mereka ingin membuat kesepakatan.. Mereka takut anaknya dipenjara.” Kata Wan Seung sibuk memotong kimchi
“Anak itu tidak bisa disalahkan karena dia masih kecil. Orang tuanya tidak disalahkan karena mereka tidak melakukannya. Lantas, apa kita menyalahkan korban?” kata Seol Ok terus makan sup.
“Apa kau mengunyah makananmu? Makanlah perlahan-lahan. Kau bisa sakit.” Kata Wan Seung melihat cara makan Seol Ok
“Aku harus makan supaya kuat melawan mereka dan menang.” Kata Seol Ok
“Aku senang melihatmu begitu bersemangat. Tapi kenapa aku sendiri yang memotong kimchi? Dan Kau hanya duduk dan memakannya. Aku juga masih terluka.” Keluh Wan Seung. Seol Ok mengejek Wan Seung itu perhitungan lalu mengambil guntig.
“Barusan kau terlihat agak keren, tapi kau hanya perhitungan.” Puji Seol Ok. Wan Seung tak percaya kalau terlihat keren hanya dengan memotong kimchi, lalu meminta kembali guntingnya. 


Seol Ok membaca buku tentang hukum dengan membaca teks "Anak di bawah usia 10 tahun Tidak akan diadili di depan pengadilan Pasal 9 Kode Hukum Pidana. Barang siapa yang berusia di bawah 14 tahun tidak akan dihukum.”
“ Peraturan Pengadilan Remaja, Pasal 42 Seorang anak di bawah usia 10 tahun tidak akan diadili di hadapan pengadilan." Kita tidak bisa menerapkan hukum-hukum ini.” Ucap Seol Ok sedih
“Kita bisa mengajukan gugatan perdata. Orang tuanya wajib memberikan ganti rugi.” Kata Wan Seung sambil makan cemilan
“Kasus perdata butuh waktu lama. Bagaimana kalau menghukum dia sesuai peraturan sekolahnya? Won Jae seorang murid.” Kata Seol Ok penuh semangat
“Coba pikirkan. Kepala sekolahnya harus setuju mengumpulkan komite disiplin murid. Bukankah dia akan menyadarinya? Ibunya Won Jae adalah anggota dewan Asosiasi Orang Tua Murid dan Guru.” Kata Wan Seung
“Lalu.. Apa Kau akan menyerah” Jika kita menyerah, artinya seluruh dunia menyerah” ucap Seol Ok dengan senyuman. Wan Seung mengaku kalau itu  Tidak akan.


Keduanya pergi ke depan kantor polisi. Seol Ok menegaskan mereka tidak boleh mengalah. Wan Seung pikir Jika adan mencoba menghentikan investigasi ini, maka tidak peduli ketua atau ketua timnya maka  akan melaporkan mereka kepada para inspektur. Seol Ok  menyuruh Wan Seung agar mengigitnya saja seperti anjing
“Jangan khawatir. Pergilah ke sekolah Won Jae. Jika hukum tidak bisa membantu,  maka sekolah wajib melakukannya.” Ucap Wan Seung menyakinkan.
“Detektif Ha.... Semangat... Kau Sering-sering oleskan salep... Kalau tidak, akan ada bekas luka.” Ucap Seol Ok lalu pergi meninggalkan kantor, tapi saat itu Hee Yeon datang dengan mobilnya. 


Keduanya naik mobil bersama. Hee Yeon tak percaya kalau u sungguh melihat pelaku pembakaran itu, lalu merasa menyesal karena Selama ini tutup mulut karena mungkin saja bukan Won Jae pelakunya jadi seharusnya bisa melaporkan.
“Jika kulaporkan, ini tidak akan...” kata Hee Yeon benar-benar merasa bersalah.
“Meski kau melapor, tidak ada cara untuk menghentikannya.” Kata Seol Ok
“Apa ada yang bisa kulakukan? Aku akan melakukan apa saja.” Kata Hee Yeon. 

Tuan Jo baru keluar dari ruangan. Wan Seung melihat dan memanggilnya, Tuan Jo panik buru-buru masuk ke dalam ruangan karena ponselnya tertinggal, Tapi Wan Seung lebih dulu mencengkram baju Tuan Jo sebelum masuk ruangan bahkan hampir menjepitnya didepan pintu.
“Tolong terima kasus ini... Cuma kau yang bisa kupercaya. Aku salah sudah membiarkan Pak Gye menanganinya. Seandainya kuberikan kepadamu, maka insiden mengerikan itu tidak akan terjadi” ucap Tuan Jo
“Aku senang Anda menyadarinya” ungkap Wan Seung
“Tuan Gye ingin mendapatkan prestasi yang lebih baik, jadi, dia tidak serius menginvestigasinya. “ bisik Tuan Jo
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar