PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 17 Maret 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Seol Ok pergi ke kaki lima, Si bibi mengatakan kalau membuat roti panggang di pagi hari. Seol Ok pun memesan untuk sarapan.
Lalu Ia melihat menu makanan pilihan berjejer didepanya “Perut babi dan ham, perut babi dan potongan, gratis soda” Ia teringat kembali saat Mi Joo yang sibuk dengan bukunya bahkan langsung memesan menu nomor dua tanpa menatap si bibi penjual.
“Apa kau membunuh pria tua itu? Tapi Kenapa kau melakukannya? Apa kau mencoba untuk menyembunyikannya?” tanya Seol Ok merasa kalau ada yang aneh.
“Yoon Mi Joo...mungkin bukan pelakunya.” Kata Seol Ok yakin

Sung Ha bertemu dengan polisi yang bertemu Seo Hyun Soo. Polwan membenarkan kalau Hyun Soo  datang mencari Detektif Ha dan selalu ingat karena menerima kartu namanya. Sung Ha memastikan kalau yang dimaksud adalah Letnan Ha Wan Seung.
“Ya, dia sekarang bekerja  di Kantor Polisi Joongjin.” Ucap Polwan
“Apa dia benar-benar Seo Hyun Soo?” tanya Sung Ha sedikit curiga. Si polwan deran Sung Ha menanyakan hal itu.
“Karena Nona Seo meninggal 17 tahun yang lalu.” Kata Sung Ha. Si polwan kaget mendengarnya.
Sung Ha bertanya apakah Polwan kenal suaranya, Si Polwan menganguk lalu Sung Ha sengaja memutar rekaman suara dari Pulpen yang ditemukan didalam mobil kalau Hyun Soo menelp Tuan Kim.
“Pak Kim.. Kudengar kau mencariku.” Ucap Hyun Soo. Tuan Kim bertanya siapa yang menelpnya.
“Ini aku, Hyun Soo... Seo Hyun Soo.” Ucap Hyun Soo
Sung Ha bertanya apakah itu suara wanita saat menemuinya. Polwan mengaku  bukan karena terdengar sangat berbeda, bahkan tidak terdengar serupa. Sung Ha pun menyimpulkan kalau Artinya Seo Hyun Soo bukan hanya satu orang.


[Kantor Polisi Joongjin]
Sung Woo masuk ruangan melihat Wan Seung tertidur dan berusaha dibangukan oleh Na Ra. Wan Seung langsung terbangun dengan terjatuh dari kursi. Sung Woo mengejek kalau yang dilihatnya sangat Luar biasa. Wan Seung melihat Na Ra mengeluh karena di bangunkan.
“Kau ingin aku membangunkanmu saat Ketua Gye datang untuk bekerja.” Kata Na Ra.
“Bukan, itu bukan Ketua Gye, Tapi Aku sedang berbicara tentang Pak Hwang.” Ucap Wan Seung. Na Ra seperti salah sangka.
“Apa kau pernah belajar  sepanjang malam untuk dipromosikan? Hei.. Tetaplah bersama, dan mulai bekerja.” Ucap Sung Woo memperingati
“Aku tidak perlu melakukan itu  untuk menangkap penjahat.” Kau tetap bersama,  tapi kau tidak pernah menangkapnya Tapi dia bagus untuk dipromosikan” Komentar Wan Seung tentang Sung Woo pada Na Ra
“Wan Seung... Kenapa kau tidak pindah ke tim lain?” keluh Sung Woo
“Aku tidak ingin berkemas... Jika kau ingin ditransfer, maka kau bisa. Tapi Beraninya kau membuatku pergi?” ucap Wan Seung lalu pamit pergi karena harus ke toilet.
“Wah... Apa dia pikir dia atasanku? Coba Lihatlah...” keluh Sung Woo, Na Ra melihat Wan Seung pergi lalu mengikutinya. 


Wan Seung berjalan dilorong dan berhenti saat melihat Sung Woo berjalan dengan kepala Shin, lalu segera bersembunyi. Na Ra mendekat bertanya apakah Wan Seung akan pergi ke tim forensik. Wan Seung membenarkan.
“Kudengar itu tempat paling berbahaya di sini.” Ucap Na Ra. Wan Seung binggung kenapa di anggap Berbahaya.
“Pak Gong bilang kepalamu akan runtuh di sana.” Ucap Na Ra. Wan Seung pun heran Na Ra yang malah mengikutinya.

“Karena itu seru... Aku suka pergi ke rumah berhantu dan sebagainya. Ketua Gye  pasti bosan berurusan denganmu.” Komentar Na Ra lalu sibuk dengan ponselnya.
“Aku akan selfie  setelah menemui Pak Hwang.” Kata Na Ra. Wan Seung melihat Na Ra mendapatkan ponsel baru
Na Ra memberitahu kalau ponsel miliknya keluaran baru, dan mencoba memperlihatkan aplikasi yang bagus. Wan Seung ingin tahu dariman Na Ra mendapataknya. Na Ra menjawab dari ayahnya dan mengirimkan pesan karakter buatan sendiri. 


Sung Ha bertemu dengan Ketua Shin diruangan, terlihat sangat serius. Sung Ha mengatakan kalau mereka  tidak punya banyak waktu. Tuan Shin mengaku kalau terus memperhatikan Letnan Ha.
“Apa kau harus melakukan ini tiba-tiba?” tanya Ketua Shin. Sung Ha pun hanya diam sambil meminum tehnya, ketua Shin pun mengajak agar bisa melakukanya. 

Wan Seung bertanya apakah Na Ra belum pernah kesana dan berdiri didepan papan peringatan “Terbatas” lalu akhirnya Tuan Hwang membuka jendela pada pintunya dan bertanya ada apa datang ke tempatnya.  WanS Seung mengatakan ingin tahu hasil otopsi kasus Noryang-dong. Tuan Hwang pun menyuruh Wan Seung masuk.
“Tunggu... Apa yang membawamu kemari?” tanya Tuan Hwang melihat Na Ra akan masuk dan segera menutup pingtunya.
“Dia menyukai rumah berhantu.” Kata Wan Seung. Tuan Hwang memastikan kalau yang dilihatnya adalah Polisi Shin Na Ra. Nae Ra senang karena  ada yang mengenalnya.
 “Orang yang pergi ke klub setiap malam, toko online sepanjang waktu, dan mengambil selfi di TKP. Jadi kau adalah pencari perhatian. Semua orang bertanya-tanya  bagaimana kau lulus ujian polisi. Kau beruntung memiliki hidup yang mudah. Jadi bersikap baiklah pada ayahmu dan Pergilah bermain di taman hiburan. Jangan buang waktuku yang berharga. Uang pajak orang kotor sebagai gantinya.” Ucap Tuan Hwang sinis
Na Ra heran Tuan Hwang yang dianggap sebagai Pencari perhatian.  Di dalam ruangan, Tuan Hwang menawarkan Teh, Wan Seung pun menganguk untuk menerimanya. Tuan Hwang pikir Wan Seung bisa minum di luar lalu kembali.  Wan Seung binggung maksudnya.
“Apa kau mengharapkanku untuk melayanimu? Aku tidak sebebas itu.” Ucap Tuan Hwang membuka pintu dan Na Ra terlihat senang berharap agar diajak.
“Mari kita lihat hasil otopsi.” Ucap Wan Seung. Tuan Hwang pun mendorong Na Ra dan kembali menutup ponselnya. 



“Apa kau mengatakan kasus pembunuhan Noryang-dong?” kata Tuan Hwang. Wan Seung membenarkan.
Tuan Hwang sibuk melempar semua kertas diatas meja yang membuat Wan Seung melonggo, lalu menemukan berkasnya dan memberikan pada Wan Seung.  Wan Seung binggung melihat tulisan Tuan Hwang hanya seperti garis lurus pada Laporan Otopsi dan ingin tahu apa yang ditulis.
“Dia terjatuh dengan pisau  yang menempel di tubuhnya, Jadi dia berdarah dengan lembut. Dia ditikam sekali saja., Arteri abdomennya ditikam. Sepertinya dia meninggal  karena pendarahan internal.” Ucap Tuan Hwang.
“Apa bekas luka ini?” tanya Wan Seung melihat hasil foto TKP.
“Ini dari operasi dan melihat Lokasi mengatakan bahwa itu  adalah aneurisma perut.” Jelas Tuan Hwang
“Kenapa pelakunya hanya menikamnya sekali?” tanya Wan Seung
“Aku tidak tahu.  Aku bukan seorang profiler. Aku tidak peduli dengan pikiran pelakunya.” Kata Tuan Hwang berjalan pergi
“Apa pelakunya tidak berniat membunuhnya?” kata Wan Seung lalu melihat ponselnya kalau Tuan Kang menelp. 

Tuan Kang membuatkan kopi untuk Wan Seung yang datang ke kantornya. Wan Seung mengeluh  Tuan Kang yang selalu memberiku kopi instan dan mengeluh kalau tidak punya Americano. Tuan Kang balas mengumpat mendengarnya.
“Kau harus membayar kopi... Jangan mencoba untuk mendapatkan  informasi gratis dariku dan Bayar untuk itu. Real estate tidak berjalan  dengan baik akhir-akhir ini.” Ucap Tuan Kang
“Aku tidak ingin membuatmu  merasa tidak nyaman.” Kata Wan Seung
“Aku tidak seperti itu. Bahkan jika kau membawakanku  semua yang kau miliki, maka Aku tidak akan merasa tidak nyaman.” Kata Tuan Kang
“Jadi kenapa kau meneleponku? Apa kau memanggilku  untuk melunasi tagihan kopiku?” keluh Wan Seung
“Apa kau kenal Woo Sung Ha?” tanya Tuan Kang. Wan Seung bertanya apakah maksudnya  Inspektur Woo?
“Ya. Dia ada di cara  "Dicari Tersangka"... Inspektur Woo dari kantor pusat. Tapi Kenapa dia mencarimu?” kata Tuan Kang Wan Seung terlihat binggung.
“Ya, dia datang menemuiku lalu Dia bertanya tentangmu.” Kata Tuan Kang. Wan Seung pikir kalau ini aneh. 


Flash Back
Tuan Kang bertanya siapa yang dicari, Wan Seung pikir  Ini adalah seseorang yang kau kenal baik yaitu Detektif Ha Wan Seung dengan wajah serius.
Wan Seung pun bertanya-tanya kenapa profiler itu mencarinya, lalu teringat kembali saat melihatnya di kantor bertemu dengan Tuan Shin.  Ia berpikir saat itu Sung Ha datang untuknya tapi kenapa malah bertemu dengan Ketua Shin.
“Apa Inspektur Woo  pergi menemui kepala polisi?” tanya Tuan kang
“Kepala memerintahkannya untuk mengawasiku. Aku tidak percaya bahkan dia  membawa profiler.” Ungkap Wan Seung. Tuan Kang pikir itu bagus.

“Tidak. Musuh ada dimana-mana.” Kata Wan Seung geram
“Musuh atau bukan, jangan terlalu goyah. Dan Usahakan bersikap ramah dengan Inspektur Woo... Dia mungkin berada di pihak yang baik. Dan Juga, kau bisa mendapatkan  informasi tentang Kepala Shin. Oke?” saran Tuan Kang
“Aku akan berusaha bersikap baik dengan Kepala Shin.” Kata Wan Seung lalu beranggapan kopi yang diberikan Tuan Kang mengerikan.
“Kau harus mendapatkan pembuat kopi.” Ejek Wan Seung. Tuan Kang tak terima dengan ejekan Wan Seung. 


Seol Ok sudah datang ke kantor polisi. Wan Seung melihatnya berkomentar kalau seharusny berada di perkuliahan jam segini tapi malah ada dikantor polisi. Seol Ok menegaskan akan menangkap  pelakunya terlebih dahulu.
“Aku tahu kau tidak bisa  tinggal lama di sana. Dan Bagaimanapun, aku tidak  memintamu untuk berada di sini. Jangan salahkan aku  jika kau gagal dalam ujian.” Tegas Wan Seung
“Aku akan belajar  setelah menangkap pelakunya.” Ucap Seol Ok lalu masuk ke kantor 

Keduanya melihat Detektif Yuk dan Han Min sedang saling berebut CD,  Saat itu Sung Woo melihat Seol Ok mengeluh Ahjumma yang datang lagi dan ingin tahu apa yang dinginkan sekarang.
“Ketua Tiam Gye, Dia punya nama... Jangan panggil dia seperti itu.” Ucap Wan Seung menegur Wan Seung
“Tapi kau memanggilku itu juga.” Bisik Seol Ok pada Wan Seung
“Tapi itu tidak sama  saat aku memanggilmu Ahjumma. Kau bilang saat aku memanggilmu Ahjumma terdengar seperti namamu.” Balas Wan Seung. Sung Woo hanya bisa melihat keduanya yang berbisik didepanya.
“Aku tahu kau sudah dekat.. Tapi mari kita tidak mencampuri  urusan dengan senang hati.” Sindir Sung Woo
Wan Seung menyuruh Seol Ok sebagai saksi agar duduk, lalu mengataka kalau sedang  mendapatkan sebuah  pernyataan dari seorang saksi karena mengenal Noryang-dong dengan cukup baik. Seol Ok melihat meja Wan Seung mengeluh kalau seharusnya membersihkan meja karena sangat berantakan.
“Saksi. Kau terlalu banyak bicara... Bersihkan sendiri jika hal itu mengganggumu.” Keluh Wan Seung
“Hei... Bagaimana kasus Lee Wang Sik?” tanya Tuan Joo melewati lorong. Sung Woo mengatakan akan melapor padamu.
“Kenapa kau malah duduk disini? Ayo pergi ke ruang pertemuan.” Kata Tuan Joo lalu tersadar kalau ada sosok yang menganggunya.
“Coba Lihat siapa di sini... Apa yang membawamu kemari? Kau menyerahkan tugasmu  sebagai petugas kehormatan dan kabur.” Ucap Tuan Jo mengingat saat terakhir kali di kerubungi oleh anak-anak yang memintanya coklat.
“Apa aku melakukannya?” ucap Seol Ok berpura-pura lupa dengan kejadian sebelumnya. 



Akhirnya Seol Ok mengikuti Tuan Kang meminta izin agar bisa diberikan kesempatan sekali lagi.  Tuan Jo langsung menolak. Seol Ok merasa kalau  akan sangat membantu karena seperti tinggal  di Noryang-dong akhir-akhir ini.
“Ada banyak petugas polisi di sini yang dulunya tinggal di Noryang-dong.” Ucap Tuan Jo
“Manager Jo.. Kasus ini aneh.” Kata Seol Ok menahan Tuan Jo dengan memegang lenganya. Tuan Jo ingin tahu Bagaimana anehnya
“Kenapa kau mencoba bergabung dalam rapat? Bukankah kau bilang  kasus terakhir itu aneh juga? Jadi Jangan ganggu aku. Pergi saja.” Kata Tuan Jo akhirnya bergegas pergi.
Wan Seung melihat Reporter Park datang dan langsung menyapanya, lalu memberikan kode pada Seol Ok agar bicara. Seol Ok bertriak kalau  menangkap pelaku yang mencoba untuk menyalahkan Na Jin Tae.
“Manajer Jo. Punya pertemuan yang bagus... Aku merasa tidak enak tentang pulang ke rumah. Aku hanya akan duduk   dan berbicara dengan reporter ini.Aku sama sekali tidak akan mengganggumu..” Ucap Seol Ok dan akan pergi dengan reporter untuk minum teh.  Tuan Jo panik langsung berlutut didepan Seol Ok sebelum pergi.
 “Ayo pergi ke ruang rapat.” Ucap Tuan Jo memohon. Seol Ok pun bisa tersenyum mendengarnya. 


Sung Woo dan detektif Yuk melihat Seol Ok datang mengeluh karena datang lagi. Seol Ok mengaku kalau datang untuk membantu dan memastikan kalau Tuan Jo yang memperbolehkanya. Sung Woo kaget mendengarnya. Tuan Jo lalu menyuruh agar Seol Ok masuk saja.
“MCJ atau seseorang sedang pindah ke sini, jadi ada reporter yang berkerumun di luar. Mari kita tetap tenang.” Bisik Tuan Jo pada Sung Woo
“Siapa MCJ?”tanya Wan Seung tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Tuan Jo.  Sung Woo memilih untuk masuk dengan Tuan Jo tanpa menanggapinya.
“Karena itu inisial kurasa itu nepotisme. Bisa jadi kepala petugas keamanan. Kupikir itu seseorang yang lebih tinggi.” Komentar Han Min yakin
“Bukankah kau kenal MC Jay? Dia seorang rapper. Apa dia benar-benar datang ke sini? Aku adalah penggemar berat nya.” Ungkap Na Ra dengan penuh semangat masuk ke dalam ruang rapat. 


Sung Woo menjelaskan  Setelah mencari dan memeriksa CCTV, mereka menemukan bahwa tersangka Yoon Mi Joo  sedang melewati gang  Pada 3:17 pagi dimana Lee Wang Sik dibunuh. Tuan Jo ingin tahu hasil otopsi. Sung Woo menjelaskan kalau Tuan Lee meninggal karena  banyak pendarahan internal dan hanya ditikam sekali.
“Apa Dia ditikam hanya sekali  lalu dia meninggal?”ucap Tuan Jo seperti tak percaya
“Sayangnya, aortanya saat dia menjalani operasi ditikam.” Jelas Wan Seung
“Yoon Mi Joo sudah hidup di tempat tinggal yang dimiliki Lee Wang Sik. Mereka bertengkar karena uang sewa.” Ucap Han Min. Tuan Jo ingin tah apakah ada Tersangka lainnya
“Pada saat pembunuhan itu, orang yang melewati gang itu... Menurut video yang kami periksa, hanya ada Yoon Mi Joo.” Kata Sung Woo 

Seol Ok bertanya apa gambar yang ada dilayar, Wan Seung memberitahu itu gambar tempat CCTV. Seol Ok mengangkat tanganya, Wan Seung menariknya meminta agar Hanya diam saja. Sung Woo menghela nafas melihatnya dan akhirnya membiarkan Seol Ok bicara.
“Ada banyak cara untuk tidak tertangkap CCTV... Tidak ada CCTV di gang ini... Bagaimana jika kau melakukan pembunuhan dan masuk melalui pintu belakang? Tidak ada CCTV di bagian belakang  bangunan tempat tinggal. Bahkan jika pelakunya  keluar dari pintu belakang, menusuk korban, dan masuk lagi ke pintu belakang, mereka tidak akan tertangkap CCTV.” Ucap Seol Ok
“Maka kita seharusnya  tidak sampai membuat kesimpulan dengan hanya melihat rekaman CCTV.” Ucap Na Ra. Seol Ok mengaku kalau itu yang ingin dikatakan

“Mereka berdua tidak berdaya... Aku tidak berpikir kau harus ada dipihaknya.” Bisik Han Min pada Na Ra
“Pintu belakang selalu terkunci. Manajer memiliki kunci pintu belakang.” Ucap Seol Ok
“Ini yang paling pentingkami menemukan darah korban pada pakaiannya. “Kata Sung Woo.
Noda darah pada pakaiannya berarti dia secara fisik menyentuhnya, dan itu tidak bisa menjadi bukti pembunuhan.” Kata Seol Ok. Han Min mengangkat tangan untuk bicara.
“Kami juga menemukan darah korban di sepatunya.” Ucap Han Min. Tuan Jo senang mendengarnya.
“Apa kau mengatakan saat dia menikam korban, darah itu ternoda pada pakaiannya, dan dia menginjak darah yang mengalir dari lukanya?” tanya Seol Ok. Han Min membenarkan.
“Itu Aneh juga... Bagian atas sepatunya bersih... Jelas Seol Ok. Wan Seung pun melihat Darah memercik bukan mengalir seseorang menusuknya.
“Aku mengerti... Dia tidak menusuknya,  tapi dia terkena darahnya. Jadi darahnya tidak terciprat pada sepatunya.” Kata Na Ra
“Apa kebetulan dia menginjak  darah saat  lewat setelah korban meninggal?” kata Seol Ok 


Na Ra menganguk setuju, Sung Woo langsung memberikan tepuk tangan mengaku sangat terkejut dengan nada menyindir, Tuan Jo melihat sikap Sung Woo heran seperti mendukung pernyataan Seol Ok.  Sung Woo mengatakan kalau di bagian belakang sepatunya, menemukan sidik jari korban.
“Apa Korban...meraih sepatu Yoon Mi Joo?” ucap Seol Ok bisa membayangkanya.
“Ini adalah bukti bahwa dia masih hidup.” Teriak Tuan Jo yakin
“Lalu 99,9 persen kepastian bahwa dia pelakunya?” kata Na Ra. Tuan Jo menganguk setuju.
“Tapi itu tidak 100 persen.” Balas Wan Seung.  Sung Woo pun ingin tahu apakah ada yang ingin dikatakan Seol Ok sekarang. Seol Ok hanya bisa diam saja sambil mengigit bibirnya.
“Amatir sepertimu seharusnya  tidak menempelkan hidungnya dalam urusan profesional.” Ejek Sung Woo saat keluar dari ruang rapat.
“Pekerjaan bagus sekalipun. Kami sudah lebih yakin  dengan penyebabnya. 99,9 poin untuk pria dengan kebijaksanaan. Kami juga 99,9 persen yakin pelakunya.” Kata Tuan Jo dengan nada mengejek. Seol Ok pun hanya bisa diam saja. 


“Aku rasa kau benar-benar  tidak cocok dengan Noryang-dong, melihat bagaimana dugaan kau salah.” Komentar Wan Seung
“Bagian pakaiannya yang kau katakan, dimana noda darah korban?” tanya Seol Ok. Wan Seung menjawab kalau hanya ada disisi lengan.
Seol Ok memastikan kalau memang hanya disitu saja, Wan Seung menganguk. Seol Ok pikir kalau tidak terlalu banyak, Wan Seung berpikir kalau Seol Ok sedang merasa menyesal dengan dugannya. Seol Ok pikir perlu bicara dengan Yoon Mi Joo.
“Ketua Gye tidak akan membiarkanmu  pergi ke ruang interogasi.” Ucap Wan Seung
“Dia tidak bisa menghentikanku  untuk mengunjunginya.” Kata Seol Ok. Wan Seung ingin tahu apa yang ada dipikiran Seol Ok
“Aku tidak 100 persen yakin bahwa dia adalah pelakunya” kata Seol Ok yakin. 

Seol Ok bertemu dengan Mi Joo di ruangan kunjungan. Mi Jo menceritakan karena agak terlambat hari itu jadi menggunakan jalan pintas  untuk pergi lebih cepat dan itu terjadi. Seol Ok ingin tahu kenapa ada darah di pakaiannya. Mi Joo pikir kalau ini karena terkena darah mimisan karena sering mimisan.
“Bukankah kau melihat sesuatu? Apa kau tidak mendengar jeritan?” tanya Wan Seung
“Aku benar-benar tidak tahu... Aku harus mengambil tes hari itu, jadi tidak bisa  memikirkan hal lain selain itu. Aku tidak mendapatkan nilai  bagus pada tes terakhir, jadi aku sangat khawatir.” Cerita Min Joo
“Kau biasanya memakai earphone kemana-mana, 'kan? Dan kau menutup telinga lain dengan tanganmu.” Ucap Seol Ok mengingat saat melihat kebiasaan Min Joo
“Itu benar... Ini untuk mendengarkan bagian-bagian penting.” Kata Min Joo
Seol Ok pikir kalau Min Joo bertemu seseorang, dan lengan kanan serta telinga yang tertutup. Min Joo mengingat kejadian sebelumnya pernah di tabrak oleh seseorang dan heran karena Seol Ok bisa mengetahui hal itu.
“Jika kau telah menikam  orang tua itu dengan pisau, maka kau pasti sudah memiliki  darah di ujung pakaianmu. Jika itu mimisanmu, Kau pasti sudah memilikinya  di sisi luar lenganmu Hanya ada satu cara  untuk mendapatkan darah di sisi dalam lenganmu.” Ucap Seol Ok
“Lalu orang yang menabrakku.. “ kata Min Joo. Seol Ok membenarkan.
“Kau menyaksikan pelakunya. Darah pasti sudah ternoda  pada pakaianmu saat itu. Apa kau kebetulan ingat wajah itu? Apa kau ingat baju atau tinggi badannya?” tanya Wan Seung penuh semangat
“Biasanya aku tidak melihat  orang saat aku berjalan.” Kata Min Joo. Wan Seung heran karena Min Joo yang menabrak tapi tidak ingat
“Aku tidak ingin menyia-nyiakan  waktuku untuk berdebat. Jadi aku hanya lewat  seperti tidak terjadi apa-apa.” Kata Min Joo. Seol Ok hanya bisa diam saja memikirkanya. 

Seol Ok pergi ke Rumah Kost Ino, Seol Ok ingin  tahu Orang macam apa korban, Pria tambun mengaku Tuan Lee terkenal baik di Noryang bahkan datang ke kota ini  dengan tangan hampa dan membangun gedung tinggi, da Tuan Lee juga yang membangun tempat tinggalnya sekarang.
“Kau sedang menyelidiki kasus ini karena... Apa aku benar? Kau berpikir Mi Joo mungkin bukan pelakunya... Itu yang kau pikirkan, 'kan?” ucap Si pria bersemangat
“Hari itu, apa kau melihat dia pergi keluar?” tanya Seol Ok. Si pria mengingat sata keluar kamar melihat Min Joo keluar dari kamar lalu melihat ponselnya.
“Ya, mungkin sudah lewat jam 3 pagi... Dia sangat terlambat.” Kata Si pria. Wan Seung heran ingin tahu kenapa si pria bangun pada waktu itu
“Itu...karena bunyi mesin mobil. Suara mobil yang dinyalakan,  jadi terdengar sangat nyaring.” Cerita si pria. Wan Seung binggung apa maksudnya.
“Oh Yah... Ada seorang pria yang selalu memarkir mobilnya  di samping kediamannya. Dia bertengkar hebat dengan Pak Ketua sebelumnya.” Cerita si pria tambun. 

Flash Back
Tuan Lee berteriak marah pada pengemui kalau di gang itu  sempit, jadi tidak bisa  memarkir mobilnya. Si pria mengancam kalau akan menelepon polisi. Tuan Lee terus berteriak agar si pengemudi segera turun. Si pria tambun melihat dari tangga hanya bisa mengelengkan kepala dengan sikap Tuan Lee
“Apa kebetulan dia pelakunya?.. . Jadi aku benar... Dia adalah pelakunya. “ucap Si Pria tambun yakin. Seol Ok dan Wan Seung saling berpendangan. 

“Hampir tidak ada orang yang mengendarai mobil mereka di kota ini. Dari lembaga, tempat tinggal, dan ruang belajar ke restoran, tempatnya sangat dekat satu sama lain. Ini lebih merepotkan  untuk mengendarai mobil.” Jelas Si pria tambun lalu menunjuk sebuah mobil yang terparkir.

Wan Seung melihat ada petunjuk pemilikinya di Unit 1017 dan ingin tahu dimana Gedung M Tower. Si pria memberitahu kalau  Itu bangunan terbesar tepat di depan persimpangan dan disitu tempat anak-anak  keluarga kaya tinggal.
“Ini tak ada bandingannya dengan tempat tinggal kita.” Ucap si pria iri
“Dia tinggal di tempat yang bagus, jadi kenapa dia parkir di sini?” kata Wan Seung.
Seol Ok sibuk menelp dengan nomor yang tertempel di mobil lalu terkejut melihatnya. Wan Seung bertanya ada apa.


Pria mesum sudah ada diruangan belajar terlihat senang karena teman wanitanya akan datang,  tapi saat akan pergi melihat Wan Seung sudah ada dibelakangnya. Wan Seung merasa kalau itu Seperti yang diharapkan. Seol Ok pun datang menghampiri si pria mesum.
“Dia terlihat jauh lebih baik tanpa kacamata.” Komentar Seol Ok. Wan Seung mengeluh mendengarnya.
“Kami pernah bertemu sebelumnya, jadi sebaiknya kau menyapa.” Kata Wan Seung yang menahan Si pria mesum agar tak kabur. 

Ketiganya akhirnya berada dalam mobil untuk mengambil video black box. Si pria mesum mengaku berdebat dengann Tuan Lee untuk masalah parkir, tapi tidak membunuhnya, menurutnya sama sekali tidak masuk akal. Seol Ok membahas Si pria tinggal di M Tower, tapi malah parkir di gang sempit.
“Kudengar banyak wanita di sini yang polos karena mereka hanya belajar. Jadi mudah untuk menjemput mereka.” Akui Sipria mesum
“Apa yang kau lakukan jam 3 pagi?” tanya Wan Seung
“Apa maksudmu? Aku bernyanyi di karaoke Lalu aku pulang ke rumah.” Kata Si pria mesum
“Kau tidak hanya pulang... Coba Lihat. Sepertinya dia melihat hantu Atau...kau membunuh seseorang.” Kata Wan Seung melihat rekaman Black Box si pria berlari ketakutan didepan mobil.
“Itu benar-benar bukan aku.” Tegas si pria. Wan Seung tahu kalau si pria yang mencuri kunci toilet.
“Bukan aku yang mencurinya. Aku hanya  memilikinya di sini.. Tapi Aku tidak mencurinya.” Ungkap si pria lalu mengakui yang terjadi sebenarnya. 


Ketiganya sudah ada didepan toilet, Si pria menceritakan benar-benar harus pergi ke toilet saat karaoke hendak ditutup Tapi tidak bisa membedakan yang mana toilet pria. Ia merasa karena keadaanya  sangat mendesak Jadi membawa semua kunci dan pergi ke toilet.
Flash Back
Si Pria masuk ke dalam toilet yang remang-remang, lalu tiba-tiba dikagetkan dengan seseorang yang membuka pintu dan berlari ketakutkan karena kalau melihat hantu di kamar mandi.
“Apa itu mengejutkan melihat seseorang masuk?” tanya Wan Seung. Si Pria terlihat binggung menjelaskanya.
“Oh, Aku...sedikit malu.” Ungkap si pria. Seol Ok tahu kalau yang dimasuki oleh  Si pria adalah toilet wanita.
Si Pria kaget kalau mengetahuinya, Wan Seung pikir kalau memang bukan toilet wanita kenapa si pria harus kabur menurutnya itu sangat bodoh karena mencoba untuk  merekam wanita di toilet. Si pria menyangkal kalau tidak melakukannya.
“Aku tidak melihat ada  kertas toilet di toilet pria. Aku hanya pergi ketoilet wanita untuk mendapatkan beberapa kertas toilet.” Jelas Si Pria. Wan Seung merasa kalau itu tak masuk akal.
“Kau tidak akan percaya padaku bahkan saat aku mengatakan yang sebenarnya. Lalu bagaimana aku bisa menghapus  diriku setelah aku masuk nomor dua? Apa aku melakukannya dengan ketiakku? Aku butuh kertas toilet. Inilah kenapa aku melarikan diri. Aku ingin menjadi pejabat pemerintah, jadi aku harus hati-hati dengan ini.” Ungkap si pria berusaha untuk menyakinkan.
“Apa kau bahkan belajar untuk ujian?” tanya Wan Seung

“Ya. Aku benar-benar akan  menjadi pejabat pemerintah. Aku suka orang yang  seperti pejabat pemerintah.” Ungkap Si pria
“Pejabat pemerintah membenci tipe sepertimu.”ejek Wan Seung
Seol Ok ingin tahu apakan si pria melihat wajah dan orang yang masuk. Si pria mengingat-ingat kejadian sebelumnya. 
Flash Back
Si pria melihat seseorang yang masuk dan bertanya siapa itu, lalu melihat ada pisau ditangan seorang wanita.
Ia pun memberitahu Seol Ok kalau melihat pisau ditangan orang yang masuk ke dalam toilet. Seol Ok dan Wan Seung langsung saling berpandangan. 



Keduanya keluar dari gedung, Seol Ok menanyakan pendapat Wan Seung kenapa si wanita itu kabur. Wan seung pikir ituKarena ada pria di toilet wanita. Seol Ok pikir kalau orang biasanya berteriak dulu. Si pria mengingat kalau orang itu berlari keluar begitu melihatnya.
Seol Ok merasa kalau itu sangat aneh. Si pria menunjuk bibi penjual makanan dalam truk menceritakan bibi itusering bertengkar dengan kakek  karena melakukan bisnisnya di depan tokonya, menurutnya keduanya seperti melakuka pertarungan besar.Tuan Lee berteriak meminta bibi agar memindahkan truknya,
“Semua orang di kota ini bertengkar dengan pria tua itu.” Ungkap si bibi. Seol Ok bertanya apakah itu sebabnya bibi itu pindah tempat berjualan.
“Dia melemparkan fitnah besar  mengatakan bahwa aku merusak...bisnisnya, jadi apa yang  bisa kulakukan? Jadi Aku harus pindah. Aku bahkan tidak berpaling  untuk menghadap ke arahnya setelah itu terjadi.” Cerita si  bibi
“Kenapa kau pergi ke toilet pada hari kematiannya?” tanya Wan Seung, tangan si bibi mulai bergetar dan Seol Ok bisa melihatnya.
“Aku benar-benar harus pergi kesan, dan itu satu-satunya toilet di sekitar sini.” Cerita si bibi
“Lalu kenapa kau kabur?” tanya Wan Seung. Si bibi mengaku takut kalau Tuan Lee melihat menggunakan toilet itu.
“Dia mungkin memanggil polisi  karena aku membuka kunci toilet dengan pisauku.” Ungkap si bibi


Flash Back
Di depan toilet, Si bibi tak terima dinggap pencuri. Si kakek mengatakan kalau si bibi yang tidak membayar untuk air, mencuci,atau listrik, tapi tetap pakai toilet miliknya dan itu dinamankan pencuri.  Si bibi pun tak bisa berkata apa-apa.
“Dia sudah menangkapku menggunakan toilet lama sekali dengan CCTVnya. Aku membayarnya 150 dolar sebagai denda.” Cerita si bi
“Apa itu hanya untuk menggunakan toilet?  Wah.. Betapa pria tua yang keras.” Komentar Wan Seung
“Dia pria tua berdarah dingin dan mengerikan. Setiap orang yang bekerja untuknya memiliki sesuatu untuk mengeluh tentang dia. Bila kau beberapa menit terlambat, maka dia melepas satu jam penuh dari gaji mereka. Dan mereka mengumpulkan uang  untuk perkumpulan juga.” Cerita si bibi Seol Ok tak menyangka mendengarnya.
“Kudengar dia membelikan cucunya  sebuah mobil mewah dan mengirimnya  ke luar negeri untuk belajar.” Cerita Si bibi Wan Seung ingin tahu apakah cucunya itu pergi sendiri. 




Wan Seung dan Seol Ok menaiki tangga bersama, Seol Ok menceritakan kedua Orang tua Cucu Tuan Lee itu orang kaya tapi telah meninggal dunia dan seharusnya mencurigai keluarganya dulu. Wan Seung pikir kalau ini aneh  kalau mereka menikamnya sekali.
“Jika itu adalah anggota keluarga,  dia bisa saja punya hati yang lemah.” Kata Seol Ok. Akhirnya Wan Seung menekan bel rumah.
“Apa anda Pak Lee In Ho?” tanya Wan Seung pada seorang anak muda membuka pintu. Si pria bertanya siapa itu.
“Kami dari kepolisian.” Ucap Wan Seung. Seol Ok bertanya Apa pelakunya kidal. Wan Seung mengatakan Pengguna tangan kanan.
“Kapan kau melukai lenganmu?” tanya Seol Ok melihat si pria yang mengunakan gips.
“Sudah seminggu.” Kata si cucu Tuan Lee menatap tanganya yang terluka. 


Akhirnya keduanya pergi ke TKP, Seol Ok seperti membayangkan yang terjadi saat malam kejadian. Tuan Lee yang ditikam lalu si pelaku panik dan berlari tak sengaja menabrak Min Joo. Wan Seung melihat Seol Ok ingin tahu apakah ada ide dalam pikiranya sekarang. 
“Aku butuh sesuatu yang manis.” Ucap Seol Ok dengan wajah tersenyum. Wan Seung hanya bisa mengerutkan dahinya.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar