PS : All images credit and content copyright : KBS
Mi Joo
akhirnya di bebaskan dan berjalan dengan menatap sekeliling dan melihat ada
yang membawa buku "Pengantar Hukum Acara Pidana" lalu diseberang jalan Si Hwan melambaikan
tangan dengan membawakan tahu untuk Mi Joo, dan keduanya duduk di cafe.
“Kudengar
orang harus makan tahu saat dibebaskan.” Ucap Si Hwan sengaj memberikan tahu
untuk Mi Joo
“Aku
tidak pernah dipenjara... Mereka memberitahuku bahwa pak tua itu memegang tumit
sepatuku untuk minta tolong. Tapi Aku tidak tahu karena sibuk mendengarkan
rekaman pelajaran.” Ucap Mi Joo bisa membayangkan saat si kakek berusaha
meminta tolong dengan memegang belakang sepatunya.
“Seandainya
aku tahu, maka aku bisa menyelamatkannya. Apa yang kulakukan dengan hidupku? Aku
ingin menjadi seorang polisi yang baik Tapi aku bahkan tidak menyadari orang
sekarat yang memegang tumit sepatuku.” Ucap Mi Joo merasa sangat menyesal
“Kau bisa
lebih menaruh perhatian mulai sekarang.” Ucap Si Hwan memberikan semangat
“Seandainya
aku lebih menaruh perhatian...” kata Mi Joo. Si Hwan menyela kalau Mi Joo tidak
akan bisa melakukan apa pun, tapi hanya sedang sial dan Semua akan berlalu jadi
meminta agar berpikir seperti itu.
“Saat
ditahan, aku memikirkan ini. "Jika menjadi seorang polisi, dapatkah aku
menjadi polisi yang baik?" Selama ini, aku hanya memikirkan diriku. Aku
hanya memikirkan soal bertahan dalam kompetisi ini. Lalu Akankah aku berubah
jika menjadi polisi?” ucap Mi Joo merasa bersalah
“Jadi,
mulai sekarang, aku akan memperhatikan segala sesuatu di sekitarku Aku akan
melihat orang-orang yang melewatiku. Terkadang aku akan menatap langit malam
Aku akan bertemu dengan orang dan menikmati kopi yang enak juga.” Kata Mi Joo.
Si Hwan
menyetujuinya kalau rencana itu baik lalu meminta Mi Joo agar makan tahu,
karena akan membuat keadaanya lebh baik lagi. Mi Joo seperti merasakan banyak
pelajaran setelah masuk ke tahanan untuk lebih perhatian pada sekitarnya.
Wan Seung
kembali ke kantor, Sung Woo memujinya kalau Kinerjanya bagus. Wan Seung pikir
kalau hanya melakukan tugas seorang detektif lalu mengajak untuk melakukan menginvestigasi
dengan baik.
“Tidak
masalah jika kita tidak menangkap 100 penjahat, tapi menangkap satu orang tidak
bersalah adalah salah.” Kata Wan Seung
“Kau
sudah tahu berita dari Manajer Jo, kan? Selamat.” Ucap Sung Woo. Wan Seung
binggung berita apa itu.
“Mari
kita minum teh.” Kata Tuan Jo yang sudah ada didepan Wan Seung lalu mengajaknya
pergi.
Tuan Jo
membuatkan secangkir kopi, Wan Seung meninumnya lalu meminta agar tambahkan
air. Tuan Jo pun menurutinya, lal memuji
kalau Wan Seung luar biasa bisa memecahkan begitu banyak kasus sejak pindah ke
Polsek Joongjin.
“Aku
Kasihan pada Ketua Tim Gye... Orang akan bilang dia tidak sebanding denganmu...
Aku terlalu menonjol.” kata Wan Seung bangga.
“Pasti
itu pun tidak mudah bagi Anda.” Komentar Tuan Jo menahan rasa dongkolnya.
“Tidak...
Indra keenamku... Ini tidak pernah tumpul.” Kata Wan Seung lalu meminta kopi
lagi karena kopinya yang terlalu encer. Tuan Jo pun menahan amarah memberikan serbuk kopi.
“Karena
itulah semua ketua tim...” ucap Tuan Jo yang langsung disela oleh Wan Seung
“Kenapa
mereka? Apa Mereka bicara di belakangku?” ucap Wan Seung marah
Tuan Jo
mengaku kalau Mereka menginginkan Wan Seung di unit itu. Wan Seung menegaskan
kalau dirinya orang yang setia. Jadi tidak akan meninggalkan Unit Satu Tindak
Pidana Berat. Tuan Jo tahu kalau Unit Satu Tindak Pidana Berat bagus, tapi
mengingat kemampuan Wan Seung kalau itu bukan tempat yang baik.
“Unit
Satu adalah tim unggulan.” Kata Wan Seung, Tuan Jo mengaku Unit Dua yang lebih unggulan.
“Unit Dua
sudah dibubarkan dan Tidak ada orang di sana.” Kata Wan Seung
“Itu Hanya
orang-orang berantakan yang dapat meja kerja. Unit Dua ditugaskan karena mereka
tim unggulan.” Tegas Tuan Jo menyakinkan.
Wan Seung
mencoba tetap tenang lalu membaca pesan yang masuk dari kakaknya “ Ini acara
amal pertama Dongban... Kau akan datang, kan?”
Seol Ok
bertemu dengan Ki Bum yang membawakan brosur tempat asrama belajar PNS. Ki Bum
menceritakan kalau pamannya butuh waktu tiga
tahun untuk menemukan properti itu. Seol Ok heran kenapa Ki Bum malah pergi
Noryang-dong, bukan di tempat pamanya saja.
“Para
gadis di sana bukan tipeku... Masalahnya bukan sekadar tipeku atau bukan. Tapi
Mereka menakutkan.” Ungkap Ki Bum. Seol Ok melihat nama "Institut
Cheongryul" dan melihat tempatnya di pegunungan...
“Kau
harus berjalan kaki dua jam untuk ke halte bus... Selain itu, tidak ada layanan
telepon seluler.” Ucap Ki Bum dan tempat di pengunungan yang cukup luas tapi
terkesan angker.
“Kurasa
yang bisa orang lakukan hanya belajar.” Komentar Seol Ok. Kim Bum menceritakan
tempat itu punya pusat kebugaran dan pelatih pribadi juga.
“Dengan Waktu
transportasi ke Noryang-dong, Waktu yang dihabiskan ke kantin dan di pusat
kebugaran... Aku bisa menghemat semua itu.” Kata Seol Ok
“Karena
itulah banyak orang dari sana lulus ujian. Selain itu, penerimaannya setiap
tiga bulan. Dan Besok.... Besok hari penerimaannya. Jadi Kau tidak perlu
menunggu.” Kata Ki Bum mengecek tanggal di ponselnya
“Jika
tidak pergi besok, haruskah aku menunggu tiga bulan?” tanya Seol Ok
“Ya. Jika
kau tertarik, maka aku akan bicara dengan pamanku. Mungkin kau bisa mendapatkan
diskon 50 persen.” Ucap Ki Bum. Mata Seol Ok langsung berbinar-binar
mendengarnya.
Seol Ok
pergi ke atap terlihat bahagia karena bisa hemat 2.500 dolar per tiga bulan,
lalu melihat sisa saldo dalam tabunganya dan bertapa kagetka kalau Sisa uangnya
hanya 2900 dolar, lalu mulai ragu apakah akan membayarnya atau tidak.
“Yah..
Benar... Aku harus lulus kali ini... Jika tidak, tamatlah riwayatku... Pokoknya
kita harus lulus.” Ucap Seol Ok menyakinkan diri setelah menghabiskan uang
tabunganya.
Ji Seung
menyapa semua tamu yang datang diacara amal. Wan Seung datang memanggil
kakaknya memuji kalau sudah bekerja keras dan mencium sesuatu yang
mencurigakan. Ji Seung binggung bertanya apa itu maksudnya.
“Aku
merasakan sentuhan wanita... Apa Kakak punya pacar? Kakak memberiku banyak
kejutan...Kakak menjadi presdir Firma Hukum Ha dan Jung dan mendirikan jaringan
publik... Selain itu, ada pacar rahasia.” Goda Wan Seung
“Aku tidak
punya pacar.” Akui Ji Seung sambil tersenyum. Wan Seung memperingatkan kakaknya
Jangan membohonginya.
“Kakak
tahu julukanku Pengendus Seodong.” Ungkap
Wan Seung bangga.
Saat itu
tiba-tiba berapa orang masuk ke dalam lobby. Seorang pria mengaku dari
Kejaksaan Wilayah Seoul, kalau Jaringan publik milik Ji Seung dituntut atas
penghindaran pajak jadi meminta agar mengikutinya. Wan Seung pikir mereka bisa bicara lebih
dulu.
“Tunggu...
Kurasa ada kesalahpahaman... Biar kutangani... Jangan khawatir.” Ucap Ji Seung
pun akan ikut kejaksaan lalu memnta adiknya agar menjaga ayahnya, semua orang
pun dibuat binggung dengan Ji Seung yang dibawa kejaksaan.
“Jaringan
publik itu baru didirikan bulan lalu... Tapi sudah dituntut dengan penghindaran
pajak? Aneh.” Ucap Wan Seung heran, sementara di luar ada mata-mata kembali
melaporkan.
“Sekretaris
Kim... Presdir Ha telah ditahan... Dia sedang dibawa ke kejaksaan.” Ucap Pria mata-mata.
Hee Yeon
membuat kue mendengarkan berita di TV “Presiden
Direktur Firma Hukum Ha dan Jung ditahan atas tuduhan penghindaran pajak di
suatu acara jaringan publik pada sore ini.”
Lalu berkomentar
kalau merasa tak perlu khawatir jadi sedang membuat kue yang sangat
istimewa.
Wan
Seung datang ke rumah sakit melihat
berita tentang kakaknya.
“Jaringan
publik ini didirikan... Presiden Direktur baru Firma Hukum Ha dan Jung yang
mendirikan Dongban, sebuah jaringan publik yang mendukung para korban tindak
kejahatan, telah ditahan dengan tuduhan penghindaran pajak. Mantan presiden
direktur Ha dan Jung terlibat dalam kasus pembunuhan tahun lalu.
Ia pun
melihat ayahnya yang dirawat belum sadarkan diri, wajahnya terlihat sangat
sedih.
Wan Seung
datang menemu Tuan Park di restoran. Tuan Park
tidak pernah membayangkan ayahnya menjadi selemah. Wan Seung tahu kalau
orang –orang yang diatas tidak mengizinkan tamu masuk. Ia Tahu bahwa ayahnya
sakit, sepertinya mereka mencoba menyudutkan kakaknya juga.
“Dia tidak
punya opini publik yang baik. Itu akan tetap terjadi.” Kata Tuan Park. Wan
Seung merasa Firasatnya tidak baik.
“Dengar,
aku mendukungmu... Aku sedang menyelidikinya, jangan khawatir.” Kata Tuan Park
menyakinkan.
“Kapan
jjajangmyeon itu selesai? Sudah kubilang kita bisa memesan makanan, kenapa Anda
mau repot-repot?” keluh Wan Seung.
“Sebentar
lagi siap... Aku mau memasak hidangan lezat untukmu setelah sekian lama, tapi
kau tidak sabaran.” Ucap Tuan Park
Seol Ok
pergi ke "Dosirak Dong Ho"
dengan menuliskan pesan, menyakinkan Sebelum Kyung Mi kembali, akan lulus ujian
dan mengembalikan toko ini seperti semula. Ia menuliskan "Kami sedang
libur Sampai pemiliknya lulus ujian masuk kepolisian"
Tuan Park
selesai masak, Wan Seung mengejek kalau
itu jjajangmyeon biasa. Tuan Park menyuruh mencoba saja. Wan Seung mencoba lalu
mencobanya dan langsung memuji kalau rahasianya luar biasa. Tuan Park bahagai
menerima pujian masakahanya.
“Apa Anda
sudah tahu tentang Sekretaris Kim?” tanya Wan Seung penasaran.
“Komentar
setiap orang tentangnya berbeda.Ada yang mengatakan orang itu wanita, ada juga
yang mengatakan dia seorang pemuda atau pria tua. “ kata Tuan Park
“Aku tahu
rumor-rumor bahwa Sekretaris Kim adalah seorang politikus, pedagang senjata,
pelobi, atau agen Badan Intelijen Nasional.” Kata Wan Seung. Tuan Park seperti
baru tahu mendengarnya.
“Anda
tidak sehebat dahulu.” Ejek Wan Seung
“Lalu apa
yang kau lakukan di Polsek Joongjin? Apa yang kau ketahui? Kau bilang akan
mendapatkan informasi dari Kapolsek Shin.” Balas Tuan Park
“Aku
harus dekat dengannya untuk mendapatkan informasi.” Ungkap Wan Seung. Tuan Park
menyuruh sanjung dan cobalah mengambil hatinya menurutnya tak susah.
“Dia harus
memberiku kesempatan dahulu, Tapi Dia menganggapku sebelah mata sekarang.” Kata
Wan Seung mengingat kembali saat di kantor.
Flash back
Wan Seung
berusaha untuk mencari informasi dengan mendekati ketua Shin, tapi Ketua Shin
terus menghindar walaupun Wan Seung sudah menyapanya lebih dulu. Bahkan Ketua
Shin berusaha berbalik arah saat akan bertemu dengan Wan Seung.
“Aku
harus mengambil tindakan agar ada perkembangan.” Kata Tuan park
“Sepertinya
Anda sudah mengambil tindakan.” Kata Wan Seung.
“Terserah...
Tapi Kudengar Kapolsek Shin sering ke Gereja Joongjin.” Ucap Tuan Park
“Apa Anda
mau mencari informasi Sekretaris Kim dari Kapolsek Shin?” kata Wan Seung penuh
semangat. Tuan Park pikir kalau harus diperkenalkan.
“Dia
tidak akan memperkenalkan Anda semudah itu.” Komentarn Wan Seung. Tuan park
merasa percaya diri kalau pandai bersosialisasi. Keduanya pun menikmati jajang
buatan Tuan Park.
Seol Ok
membereskan semua barang-barang dalam koper mengetahui kalau Murid-murid hanya
diizinkan memakai seragam dan mempersiapkan semuanya, lalu melihat foto ayah
dan ibunya.
“Ayah... Kali
ini aku pasti akan lulus ujian... Aku benar-benar akan menjadi polisi.” Ucap
Seol Ok lalu mematikan ponselnya.
“Mari
kita berpisah untuk sementara sampai aku lulus ujian. Sampai jumpa.” Kata Seol
Ok pada ponselnya dan menaruh didepan foto orang tuanya.
Esok
hari, Seol Ok dengan kopernya datang menemui Ki Bum yang sudah menunggu, Ki Bum
melihat Seol Ok hanya membawa koper yang kecil saja. Seol Ok heran dengan mobil
yang dibawa Ki Bum ada di pinggir jalan. Ki Bum mengaku kalau itu mobil milik
temanya.
“Hei...
Keluarlah untuk memberi salam. Dia Dae Woon dan mendaftar juga di institut itu.
Jadi Kamu bisa pergi bersamanya. “ ucap Ki Bum dan seorang pria berkaca mata
keluar dari mobil
“Apa Dia
pacarmu?” ucap Dae Woon berusaha akrab dengan merangku keduanya. Ki Bum mengeluh temanya yang asal bicara.
“Kalian
memang teman. Apa Kalian memesan dalam jumlah banyak?” tanya Seol Ok. Kim Bum
bertanya apakah yang dimaksud kacamatanya da akhirnya membenarkan tanpa bisa
mengelak.
“Beri
tahu temanmu untuk melepaskan kacamata itu sekarang juga dan menurunkan
lengannya dariku.” Ucap Seol Ok
“Dia di
sampingmu, jadi beri tahu sendiri. Apa Kau malu kepada orang asing?” ucap Ki
Bum mengejek. Seol Ok langsung menatap sinis
“Hei.. Turunkan
lenganmu darinya dan lepaskan kacamata itu.Dia wanita menakutkan... Seorang
pria aneh selalu mengikutinya, pria itu menyebut dirinya anjing... Kau bisa
digigit, jadicepat lepaskan.” Ucap Ki Bum dan Seol Ok memperlihatkan wajahnya
yang galak seperti anjing akan mengigit.
Akhirnya
si pria pun melepaskan tanganya, Ki Bum pun menyuruh Seol Ok untuk masuk mobil.
Seol Ok masuk lebih dulu dan Dae Waon memasukan koper ke dalam mobil. Seol Ok
binggung Ki Bum tak ikut denganya. Ki Bum mengaku harus menyelesaikan film
dokumenter di Noryang-dong. Dan banyak urusan, Seol Ok sudah ada didalam mobil
bingung dan akhirnya pergi dengan Dae Woon. Ki Bum pun kembali mengunakan
kacamata kamera.
Wan Seung
pulang ke rumah melihat lampu yan menyala, wajahnya tersenyum bahagia karena artinya Seol Ok sudah pulang
dan bisa menduganya berapa lama akan bertanya.
“Dia sudah
terlalu tua untuk belajar... Sebaiknya dia menjaga sikapnya dan menangkap
penjahat saja.” Ucap Wan Seung masuk rumah sambil memanggil Seol Ok, tapi tak
ada sahutan hanya ada sebuah surat dengan makanan diatas meja.
“Aku
ingin membuatkanmu makanan sebelum pergi, tapi penerimaannya dimulai besok,
jadi, waktuku tidak cukup. Aku meninggalkan ponselku, jadi, mungkin aku tidak
bisa dihubungi. Aku pasti akan lulus ujian dan kembali. Jaga rumah untukku.”
Wan Seung
membaca surat Seol Ok merasa si Ahjumma sudah gila, merasa tak percaya kalau
akan belajar di Institut berasrama karena Belajar di Noryang-dong saja sudah
konyol dan sekarang mau belajar di institut berasrama. Ia mencoba menelp Seol
Ok tapi ponselnya tak aktif.
Seol Ok
sudah ada di perjalanan menuju asrama di malam hari, seperti merasa tak yakin
karena hanya ada mobil mereka yang menyusuri jalan, lalu bertanya pada Dae Woon
apakah memang ada institut berasrama di
sekitar sini. Dae Woon yakin kalau sudah dekat.
Sementara
di rumah, Wan Seung gelisah dan tidak bisa tidur, sambil berbaring mengeluh
Seol Ok seorang Ahjumma tidak kenal takut karena pergi tanpa berdiskusi
dengannya. Ia lalu berpikir kalau Seol Ok mungkin di tipu Atau kena tipu oleh
pedagang organ tubuh manusia.
“Ah.. Aku
tidak perlu ke Noryang-dong besok, tapi tetap tidak bisa tidur. Kenapa wanita
itu? Ada apa dengannya sampai aku tidak bisa tidur?” ucap Wan Seung kesal
sendiri.
Wan Seung
menatap papan nama dan juga barang-barang yang sudah dibereskan dalam kardus. Sung
Woo mengaku Senang bekerja dengan Wan Seung dan melihat kalau lelah karena
menangkap penjahat belakangan ini,Jadi sudah mengemas barang-barangnya.
“Pasti
kau sangat sedih, Ketua Tim Gye.. Kita sudah mulai dekat. “ ucap Wan Seung
dengan nada mengejek. Sung Woo akan menganggap seperti itu.
“Aku akan
sering berkunjung.” Kata Wan Seung. Sung Woo langsung menolaknya.
“Aku
tidak mau menyita waktumu yang berharga, Kawan... Semoga beruntung.” Ucap Sung
Woo senang bisa memindahkan Wan Seung ke tim lain.
Wan Seung
pindah ke ruangan "Unit Dua Tindak
Pidana Berat" lalu dbuat binggung karena
Semua kursinya kosong. Ia akhirnya menelp Tuan Jo memberitahu Tidak ada orang di Unit Dua. Tuan Jo
mengatakan kalau Mereka belum kembali dari penugasan dan langsung memutuskan
telpnya.
Akhirnya
ia mencoba menelp Seol Ok tapi tetap belum juga bisa mengangkat telpnya, lalu
bertanya-tanya Apa terjadi sesuatu kepada Ahjumma. Lalu melihat Tuan Jo yang
ada di dalam lift, Tuan Jo panik langsung berusaha menutup telp, tapi Wan Seung
dengan cepat bisa menahan pintu dengan kaki.
“Ini
bukan kereta bawah tanah... Kenapa kau memaksa masuk?” keluh Tuan Tuan Jo
“Manajer
Jo.. Benarkah aku satu-satunya anggota di Unit Dua?” tanya Wan Seung. Tuan Jo berdalih
siapa yang mengatakanya. Wan Seung merasa
Tidak ada yang kembali.
“Kau akan
mendapat ketua tim baru.” Kata Tuan Jo. Wan Seung bertanya kapan.
“Jika kau
begitu membutuhkan seorang ketua tim, seharusnya kau menjaga sikapmu di Unit
Satu.” Keluh Tuan Jo
“Apa
kesalahanku?” tanya Wan Seung merasa tak ada yang salah. Tuan Jo berkomentar
Wan Seung tidak becus bekerja.
“Aku
menangkap penjahat sebagai seorang detektif. Selain itu Anda tahu, aku
menangkap... Hanya itu yang perlu dilakukan detektif.” Kata Wan Seung bangga
“Ohh
Yahh... Mereka akan mengutus seseorang dari kantor pusat. Jika kau menjaga
sikapmu, itu akan membantumu dipromosikan. Kau tidak bisa menjadi letnan sampai
pensiun, jadi Jangan bersikap seolah-olah kau atasannya. Pastikan kau
memperlakukannya dengan baik.” Tegas Tuan JO
“Aku
tidak pernah bersikap seperti atasan.” Keluh Wan Seung kesal sambil memukul
pintu lift.
Tuan Jo
meminta agar Wan Seung tak melakukanya karena Liftnya sudah cukup tua. Wan
Seung akhirnya pasrah harus berada di tim tanpa anggota siapapun.
Wan Seung
melihat ada "Lowongan Asisten Administrasi" dan bisa bekerja tanpa
mengikuti tes. Lalu berpikir kalau posisi itu tepat untuk Seol Ok. Ia bertanya pada polwan Apa tugas asisten
administrasi. Polwan menjelasna tugas admin mengumpulkan artikel baru tentang
polsek mereka dan melapor kepada Kapolsek.
“Pekerjaan
mereka membosankan.” Komentar Wan Seung
“Posisi
itu sangat populer dan Mungkin akan langsung terisi.” Kata Polwan. Wan Seung
tak percaya mendengarnya.
Setelah
Polwan pergi, Wan Seung mencoba menelp Seol Ok tapi belum juga aktif. Ia kesal
dengan Seol Ok yang tidak mengirim pesan
dan tidak bisa menghubunginya sekarang, lalu mengingat kalau posisi itu populer
dan langsung mengambil lembaran agar tak ada yang melihatnya lagi.
"Kepolisian
Sektor Joongjin"
Wan Seung
keluar dari kantor bertanya-tanya Di mana bisa menemukan Seol Ok. Ia mengingat
surat yang dtuliskan Seol Ok “Tapi penerimaannya dimulai besok, jadi, waktuku
tidak cukup.”
“Ahh... Aku
bisa mencarinya di institut berasrama itu... Ya ampun, memang aku hebat... Naluriku
yang hebat.” Ucap Wan Seung membanggakan dirinya.
Ia pergi
ke "Institut Berasrama JK" ingin tahu apakah ada orang yang mendaftar pada hari ini. Pegawai
mencari data di komputer kalau Tidak ada. Akhirnya Wan Seung berjalan
sendirian, mengeluh karena sudah mencari di seluruh Noryang-dong, tapi tidak
menemukannya.
Wan Seung
mencari tempat lain "Institut
Berasrama Yongsang" menurutnya Seol Ok akan menyolok karena sudah cukup
tua, seperti tak percaya kalau Seol Ok masuk institut berasrama dan tidak bisa
berhenti memikirkannya.
Wan Seung
kembali ke kantor, Tuan Jo bertanya dari mana saja karena tidak melapor saat
pergi. Wan Seung ingin tahu kenapa siapa melapor karena hanya didalam tim. Tuan
Jo mengatakan kalau Ketua tim baru
sedang dalam perjalanan. Wan Seung mengaku
sudah tidak mempercayai lagi. Tuan Jo akhirnya melihat ketua Tim baru
yang masuk ruangan.
“Inspektur
Woo?” ucap Wan Seung kaget. Tuan Jo tak percaya kalau Wan Seung mengenalnya?
“Ahh..
Pasti kau pernah melihatnya di TV... Ya, dia Inspektur Woo dari "Wanted
Suspects". “ kata Tuan Jo
“Pak, aku
mau pindah ke Unit Tiga.” Ucap Wan Seung panik mencoba menghindar
“Katamu
ketua timnya adalah juniormu di sekolah dan Kau tidak bisa akur dengan
kolegamu. Bagaimana bisa kau bekerja untuk juniormu?” ucap Tuan Jo. Wan Seung
pikir akan pindah ke Unit Empat.
“Kalian
pernah berkelahi.” Kata Tuan Jo. Wan Seung pikir lebih baik sendiri saja. Tuan Jo pikir mana mungkin bisa
bekerja tanpa seorang rekan dan melihat Sung Woo semakin mendekat.
“Aku
benci analis profil tukang gertak itu.” Keluh Wan Seung, sementara Tuan Jo
melihat Sung Woo yang keren sekali.
Sung Ha
datang menyapa Tuan Jo yang Lama tidak jumpa dan berharap bisa lebih lama. Tuan
Jo mengaku senang bertemu dengan Sung Ha dan ingin memperkenalkan diri. Sung Ha
tahu kalau didepanya Manajer Jo Yoon Ho,
karena sebagai atasanya jadi sudah mencari tahu. Tuan Jo yang sempat terkejut
bisa mengerti.
“Semua
orang ingin bekerja di kantor pusat, tapi kau bersedia bekerja di sini. Aku
menghargainya.” Ucap Tuan Jo
“Sepertinya
kita satu tim.” Komentar Sung Ha menatap Wan Seung. Wan Seung membenarkan.
“Aku siap
membantumu, Letnan Ha Wan Seung. Mari jangan saling meminta bantuan.” Kata Sung
Ha.
Tuan Jo
senang melihat kalau suasana akan baik dan meminta agar Wan Seung bersikap
baik, lalu berkomentar Sebenarnya Wan Seung sangat kompeten tapi Kepribadiannya
saja yang bermasalah lalu menyuruh mengantarkan Sung Ha ke meja kerjanya.
“Bagaimanapun,
mari kita berusaha.” Kata Sung Ha mengulurkan tanganya pada Wan Seung agar bisa
berkerja sama.
“Aku
tidak suka memegang tangan pria.” Ucap Wan Seung hanya menyentuh sedikit. Sung
Ha mengaku juga seperti itu dan akhirnya mereka akan mulai duduk.
Semua anggota
tim asrama melakukan pemeriksaan. Seorang pria melihat para murid yang membawa
banyak barang, dan memasukan semua
barang ke dalam karung. Seol Ok membawa minuman mencoba menyembunyikan dalam
topinya, tapi si pria bisa mengetahuinya. Seol Ok mengaku kalau itu obat
miliknya.
“Kau
harus berhenti mengonsumsi ini agar bisa lulus ujian... Coba Lihat tanganmu
yang gemetar... Kau juga sudah cukup tua. Pergilah ke dokter, mengerti?” ucap
si pria dengan nada mengejek lalu berdiri didepan semua murid baru
“Di
Institut Cheongryul, jika kalian kedapatan minum-minum, mengakses internet,
ponsel, atau berpacaran, maka kalian akan dikeluarkan. Dan uang kalian tidak
akan dikembalikan.” Ucap Si pria. Semua menjawab kalau sudah mengerti.
“Tinggalkan
semua yang tidak kalian perlukan di sini selain tekad kalian untuk lulus ujian.
Mengerti? Kata Si pria meminta agar mereka menyerahkan ponsel juga.
Seol Ok
bertanya pada Dae Woon Apa semua institut berasrama seperti ini, menurutnya
Tempat asramanya sangat aneh. Dae Woon mengetahui
kalau Seol Ok pasti ingin pulang. Seol Ok menganguk
“Itu
normal... Dia hebat dalam mengelola tempat ini. Kau terus memikirkan bahwa kamu
harus lulus agar bisa cepat pulang, bukan?” kata Dae Woon. Seol Ok membenarkan.
“Untuk
itulah orang mendaftar di tempat seperti ini. Supaya cepat keluar.” Kata Dae
Woon.
Seorang
wanita berjalan terhuyung-huyung sambil memegang pakaian dan memanggil nama Noo
Ri. Seperti jiwanya terguncang, lalu mengemudikan mobilnya dengan wajah panik
berkata Kang Joo Hyun sudah kembali, dibelakang terlihat seekor kucing yang
dibalut kain.
“Wanita
gila itu kembali untuk membunuhku. Kang Joo Hyun sudah kembali. Wanita gila itu
kembali untuk membunuhku.” Ucap si wanita lalu melihat sosok didepan mobil.
Seol Ok
dkk berlari ke sebuah ruangan, dan beberapa orang melihat seseorang terbaring
di lantai dengan treadmill. Seol Ok memperingatkan agar jangan menyentuh
korban sampai polisi tiba.
“Apa ini
pembunuhan?” tanya seorang murid wanita. Murid pria berpikir kalau korban jatuh,
terbentur sesuatu, lalu mati. Seol Ok melihat bagian treadmill seperti ada
sesuatu yang aneh.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar