PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 20 September 2016

Sinopsis Scarlet Heart Ryeo Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : SBS

Wang So langsung mencengkram tangan Hae Soo dan mendoronganya sampai ke tiang,  dengan mata marah menyuruh agar melihatnya dengan benar-benar. Hae Soo menatap wajah Wang So yang ada luka sobekan diwajahnya, seperti orang yang cacat.
Matamu... Pandangan matamu itu... Aku sangat membencinya. Jadi, jangan pernah melihatku seperti itu lagi.” Ucap Wang So memperingatkan
Memang seperti apa aku melihatmu? Aku tidak pernah melihatmu dengan cara yang berbeda, Yang Mulia.” Kata Hae Soo sedikit ketakutan
Kau merasa kasihan padaku. Kau kasihan padaku! Apa Kau pikir aku suka dikasihani oleh kalian? Apa Kau tahu bagaimana rasanya dikasihani dari orang sepertimu? Menjauhlah dari pandanganku. Lain kali... Aku tidak akan membiarkanmu.”ancam Wang So melepaskan cengkram tanganya, Hae Soo hanya bisa terdiam melihat Wang So pergi dengan wajah marah. 

Wang So berbaring di balkon rumah Ji Mong sambil memang bulan purnama yang terang. Baek Ah datang, Wang So berpura-pura tertidur. Baek Ah meminta maaf karena tidak bisa menghentikan situasi tadi dan Wang Eun, sang kakak juga merasa sangat menyesal jadi jangan marah padanya.
“Aku perhatikan kau tidak melihat ke arahku tadi.” Kata Wang So, Baek Ah terlihat bingung.
Kenapa kau menutup matamu, dan tidak melihatku?” tanya Wang So
Kupikir Hyungnim takkan suka dilihat. Apa aku menyinggung perasaanmu?” ucap Baek Ah tak enak hati
Memang benar perasaan seseorang itu paling rumit. Aku kesal dengan satu orang yang melihatku dan aku juga kesal dengan orang lain yang tidak melihatku. Aku juga tidak mengerti perasaanku.” Ungkap Wang So binggung sendiri
Apapun yang terjadi nanti,lihatlah wajahku dengan benar. Aku lebih senang jika kau bersikap begitu padaku.” Pesan Wang So pada adiknya, Baek Ah mengerti keduanya pun sama-sama tersenyum.
Baek Ah ingin membahas masalah Hae Soo, kalau dimanipulasi oleh Wang Yo, Wang So tak ingin membahas tentang itu lagi dan tidak ingin mendengarnya.

Raja di berikan make up oleh Selir Oh dengan Hae Soo yang membantunya, lalu berkomentar Hae Soo sudah jadi wanita Damiwon. Hae Soo dengan sedikit membungkuk mengaku kalau semua karena Raja.  Raja berkomentar sinis mengetahui Hae Soo  masih bergaul dengan para pangeran.
Saya jarang bertemu dengan mereka akhir-akhir ini.” ucap Hae Soo
Kau masih pandai rupanya dan Kau tahu posisimu.” Kata Raja.
Sudah waktunya menyisir rambut Yang Mulia.” Ucap Selir Oh, Hae Soo pun berjalan mundur keluar dari ruangan. 

Selir Oh dengan telaten menyisir rambut raja yang cukup panjang dan mengingkatnya dibagian atas tak luka seperti sebuah penganti mahkota di taruh diatas ikatan. Terdengar suara pelayan kalau Ratu Yoo datang. Ratu Yoo masuk ruangan sinis melihat Selir Oh yang melayani Raja dan mengatakan kalau akan yang melakukannya.
“Apa Kau mau menggunakan aksesoris rambut kayu yang tidak seberapa ini untuk Raja?” sindir Ratu Yoo pada Selir Oh
Kita dilanda kekeringan. Aku menyuruhnya supaya penampilanku terlihat biasa saja.” Kata Raja, Ratu Yoo pun tak bisa berkata apa-apa masangkan jepitan diatas kepala suaminya agar ikatanya tak lepas. 

Hae Soo menyiapkan teko berisi jahe moxa pada ratu Hwang Bo, lalu  teh putih untuk Wang Wook, Wang Wook tersenyum menerimanya dan tak lupa mengucapka terimakasih. Semua Pangeran berkumpul untuk minum teh bersama. Wang Eun berteriak bahagia saat meminum yang disediakan Hae Soo jus pir kesukaanya.
Wang Jung juga terlihat bahagia karena meminum teh hijau dan itu yang paling disukainya, tak percaya ternyata Hae Soo pasti telah menyiapkan minuman kesukaan pangeran. Hae Soo merendahkan diri kalau mereka menikmati minumnya maka sangat senang, lalu menyediakan juga teh untuk Wang So, Wang So langsung menolak dengan nada sinis. Semua Pangeran binggung.
Ini bukan waktunya minum teh. Kita sedang mengalami kekeringan. Buat apa kita minum teh?” ucap Wang So prihatin dengan nasib para rakyat biasa.
Pangeran ke-4 benar. Kekeringan semakin parah sejak musim dingin lalu. Rakyat negeri ini telah memohon pada Langit. Kita harus hidup sederhana dan menahan diri.” Ucap Ratu Hwang Bo, semua pun tak banyak bicara karena memang dilanda kekeringan 

Hae Soo bertemu dengan Baek Ah bertanya apakah memang sudah  mencari tahu yang ditanyakan waktu itu. Baek Ah mengatakan sudah  yaitu Minuman kesukaan Pangeran ke-4 adalah daun teh segar dan Makanan kesukaannya kue madu. Hae Soo masih tak percaya, tapi Baek Ah yakin dengan itu semua.
Katamu kau tidak mau terlalu terlihat, makanya aku sampai cari tahu semua kesukaan pangeran yang lain.” Jelas Baek Ah membantu Hae Soo
“Lalu , kenapa dia tidak mau mencicipinya? Aku ini buta huruf dan  belajar keras sekali melakukan semua ini.” ucap Hae Soo binggung
Kalau begitu, tanya saja ke orangnya sendiri. Tanyakan padanya apa yang harus kau lakukan supaya dia tidak marah lagi.” Ucap Baek Ah
Dia harus melihatku supaya aku bisa menanyainya. Dia sepertinya sudah tak marah lagi dengan pangeran lain. Kenapa dia masih marah padaku?” Kata Hae Soo heran
Betul juga... Dia sudah memaafkan Pangeran ke-10. Apa jangan-jangan So Hyungnim dan kau....” ucap Baeh Ah lalu melihat sikap Hae Soo berubah

Hae Soo dengan tertunduk mengatakan akan  menuruti perkataannya dan bergegas pergi karena ada pelayan yang lain. Baek Ah menahanya tak ingin Hae Soo pergi begitu saja. Hae Soo melotot marah yang dilakukan Baek Ah didepan para pelayan
Kenapa kau cantik sekali kalau melotot padaku?” goda Baek Ah, Hae Soo pikir Baek Ah itu sudah gila.
Ini hukumanmu karena tidak bisa meredakan amarah saudara keempat-ku.” Kata Baek Ah berbisik, Selir Oh melihat dari kejauhan Hae Soo yang masih berdekatan dengan Baek Ah.
Hae Soo hanya bisa cemberut, Baek Ah pun mendorong Hae Soo pada semua pelayan agar pergi. Hae Soo berusaha seolah-olah santai memberitahu semua pelayan kalau Baek Ah itu sedang bercandanya, tiba-tiba salah satu pelayan dengan sengaja menyelengkat kaki Hae Soo sampai terjatuh.
Satu pelayan lainya langsung menumpahkan pakaian kotor pada Hae Soo. Selir Oh tiba-tiba datang menengur para pelayan, Hae Soo pun buru-buru mengambil baju kotor diatas badanya. 


Hae Soo mengangkat tangan dan Selir Oh kembali memberi hukuman dengan menaruh buku diatasnya, yaitu buku berjudul "Revisi Terbaru Materi Kesehatan: Edisi Tang", yang berisi Buku kesehatan mengenai penggunaan berbagai macam obat-obatan. Selanjutnya buku berjudul  "Materi Kesehatan Tambahan."
Buku mengenai berbagai tanaman obat yang ditulis oleh Chen Cang Qi dari Dinasti Tang. Aku sudah baca semuanya.” Ucap Hae Soo menyela. Selir Oh tak percaya mendengarnya.
Kalau begitu, akan kutambah lagi buku yang harus kau baca. Renungkanlah kesalahanmu selama empat jam.” Kata Selir Oh duduk di mejanya. 

Hae Soo masih mengangkat buku dengan tangan diangkat keatas, Selir Oh mengatakan kalau semua itu salah Hae Soo, Hae Soo binggung apa sebenarnya salahnya. Selir Oh menjelaskan Semua masalah ini timbul karena seorang pelayan istana dekat dengan pangeran.
Jangan pernah bicara dengan pangeran atau melihat mereka. Dengan begitu, kau takkan menderita seperti ini.” kata Selir Oh memperingati
Aku sudah kenal para pangeran sebelum aku masuk istana. Aku tidak menggoda atau merayu mereka seperti yang orang lain pikirkan.” Ucap Hae Soo merasa tak ada yang salah
Kau keliru jika kau pikir tidak bisa memutuskan pertemanan dengan mereka. Coba Lihatlah luka tanganmu itu. Kau mengakhiri hubunganmu dengan Raja melalui satu luka lenganmu itu. Aku tak mau melihat Damiwon kacau karena kau. Jauhilah pangeran.” Perintah Selir Oh, Hae Soo pun tak bisa menolaknya hanya bisa menjawab mengerti.
Hae Soo lalu melihat heran karena Selir Oh hanya makan bubur saja dan belum pernah melihatnya menyantap makanan yang biasa. Selir Oh beralasa kalau ia  mengkonsumsi makanan yang banyak rasanya dan juga tepung maka akan sulit membedakan rasa teh. Hae Soo ingin menurunkan tanganya, Selir Oh memperingatkan agar Hae Soo mengangkat dengan benar. 

Wang Eun keluar dari istana sambil mengeluh Karena kekeringan, tidak ada banyak makanan jadi tak ada yang seru, tanpa disadarinya Soon Duk mengikutinya dari belakang dengan bersembunyi dibalik pilar, wajahnya terlihat bahagai bisa melihat Wang Eun. Soon Duk tiba-tiba berdiri didepan Wang Eun sampai membuat si pangeran ke 10 kaget
Bukankah kau perempuan berbulu beruang? Kenapa kau di sini lagi?” kata Wang Eun kesal
Aku... Aku... Jadi, aku...” ucap Soon Duk terlihat gugup kalau bicara dengan Wang Eun, Wang Eun yang kesal apa sebenarnya yang ingin dikatakan
Apa kau tahu sekarang tidak ada hal yang seru dilakukan disini?” keluh Wang Eun kesal, Soon Duk tersenyum sambil menganguk kepalanya.  

Di sebuah padang ilalang, Soon Duk duduk sebelah Wang Eun tersenyum bahagia bisa melihat si pangeran dari dekat. Wang Eun bertanya  Kapan burung pipitnya datang, seperti sudah tak sabar. Soon Duk memingata gar Wang Eun tak mengeluarkan suara.
Wang Eun sudah tak sabar lagi harus menunggu dan ingin pergi, Soon Duk menariknya meminta agar tak berisik lalu terlihat didepan mereka ada burung yang akan masuk perangkap. Wang Eun ingin menarik talinya tapi Soon Duk menahanya, dengan begitu tanganya pun memegang tangan Wang Eun. Sampai akhirnya Burung itu ada didalam sangkar, Soon Duk langsung menarik talinya.

“Yeah.. Dapat. Aku menangkapnya! Kalau begitu, apa kita akan memasak dan memakan ini?” ucap Wang Eun mendekati perangkap. Soon Duk mengambil burung dari perangkapnya.
Berapa burung lagi yang harus kita tangkap?” tanya Soon Duk dengan santai mematahkan leher si burung sampai mati. Wang Eun shock melihatnya.
“Dasar Pembunuh! Teganya kau mematahkan leher burung kecil yang lucu itu? Apa kau itu manusia?” teriak Wang Eun marah lalu pergi meninggalkanya. 


Tuan Park melihat anaknya yang sedang bersama Wang Eun dengan tatapan sedih, Soon Duk binggung berpiir Wang Eun itu ingin makan burungnya dengan hidup-hidup.  Akhirnya Tuan Park duduk bersam Soon Duk dengan burung yang dibakar, Soon Duk melamun sampai ayahnya berteriak kalau burungnya itu sudah gosong. Soon Duk seperti sudah tak peduli lagi.
Pria seperti apa dia itu, menangkap burung saja tidak bisa? Apa gunanya dia itu?”ejek Tuan Park seperti tak suka dengan Wang Eun
Aku bisa menangkapnya.” Ucap Soon Duk membela
Lalu, bagaimana caranya dia akan melindungi istri dan anak-anaknya?” ejek Tuan park, Soon Duk mengatakan  bisa melindungi keluarga mereka nantinya.
Aku tak boleh mengubah keputusanmu, yah?” tanya ayahnya, Soon Duk menegaskan sudah menentukan keputusannya. Tuan Park ingin memukul anaknya, Soon Duk refleks berdiri memberikan jurusnya.
Hei! Kau pikir ayahmu ini mengajarimu bertarung buat menyerangku demi pria itu? Terserah kau saja.” Kata Tuan Park kesal melihat tingkah anaknya. 

Wang Wook ingin pergi menemui Hae Soo, terlihat ada kertas merah dibuat tanda silang didepan pintu. Teringat peringatan raja kalau  mereka akan mengadakan ritual hujan jadi Untuk sementara ini tidak boleh menghampiri Damiwon.
Hae Soo masuk ke dalam kamar terlihat sangat kelelahan berkerja di Damiwon, lalu kaget melihat selembar kertas dan melirik kesana kemari memastikan tak ada yang melihatnya. Lalu ia membaca "Yok Hyul." Dan mengingat-ngingat tulisan kanji yang di pelajarinya. 
"Yok" artinya "pemandian" dan "Hyul" artinya "gua."” Ucap Hae Soo lalu memikirkan dan tersenyum bahagia. 

Wang Wook sudah ada didalam gua, Hae Soo datang dengan wajah sumringah melihat Wang Wook sudah menunggunya Wang Wook ikut senang melihat Hae Soo akhirnya datang. Hae Sook heran Kenapa bisa lupa tempat ini.
Chae Ryung yang memberitahuku soal ini. Aku bilang kalau aku frustrasi karena tidak bisa melihatmu. Kenapa bisa ada tempat seperti ini? Tapi, aku sangat beruntung karena ada tempat seindah ini.” kata Wang Wook tersenyum bahagia. 

Keduanya duduk berdampingan di dalam gua, Wang Wook pikir Hae Soo akan ada diluar istana jika meninggalkan tempat kerjanya sekarang, lalu bertanya apakah tak mau pergi dari istana. Hae Soo membenarkan kalau  Yang harus dilakukan Cuma mengambil beberapa langkah.
Aku rindu Chae Ryung dan juga rindu pergi ke pasar. Selain Aku juga ingin pergi tempat Unni Myung Hee” ungkap Hae Soo yang tak bisa dilakukan saat ada di Damiwon
Pangeran ke-4 berpesan padaku saat aku pertama kali masuk istana. Dimana pun aku berada, maka aku pasti akan berada di bawah pengawasan Raja. Aku tidak bisa kabur dari Goryeo dan sembunyi dari Raja.” Ucap Hae Soo, Wang Wook sempat terdiam lalu membenarkan.
Seluruh Goryeo berada dalam kekuasaan Raja.” Kata Wang Wook, Hae Soo mengaku  mulai terbiasa dengan Damiwon sekarang.

Sampai saatnya tiba bagiku diperbolehkan pergi dari istana maka aku akan bekerja dan hidup dengan baik disana. Dan Sampai saat itu ...bisakah kau jangan melupakan diriku?” tanya Hae Soo
Wang Wook menatap Hae Soo memberitahu  Sebentar lagi akan dilaksanakan upacara ritual hujan dan Kalau turun hujan setelah ritual itu, maka Raja akan mengabulkan permintaan apapun. Raja akan memaafkan penjahat atau mengizinkan acara pernikahan kerajaan Atau mengadakan pesta untuk tetua.
“Dam Juga... dia memperbolehkan seorang pelayan bebas dari pekerjaannya.” Kata Wang Wook , Hae Soo menganguk mengerti lalu tersadar dengan ucapan Wang Wook
“Kau bilang tadi Bebas dari pekerjaan?” ucap Hae Soo tak pecaya
Kalau turun hujan, aku akan memohon pada Raja supaya kau bisa pergi dari istana.” Kata Wang Wook.

Dengan begitu, Yang Mulia, Apa aku bisa kembali ke rumahmu lagi?” kata Hae Soo sumringah membayangkannya. Wang Wook memberanikan diri memegang tangan Hae Soo.
Saat kau kembali... Aku akan mencari semua tanaman obat di Songak dan membelikan semua yang kau butuhkan agar kau bisa membuat garam mandi. Aku akan mengisi rumah dengan semua tanaman itu.” ucap Wang Wook berjanji
“Wah....  Pasti Chae Ryung dan Tuan Puteri Yeon Hwa sangat marah nanti. Semoga nanti akan turun hujan.” Kata Hae Soo sangat berharap, Wang Wook pun mengatakan harus turun hujan.
Hae Soo yang sudah jatuh cinta dengan Wang Wook sengaja menyandarka kepalanya di bahu Wang Wook, seperti merasakan kenyamananya. Wang Wook pun seperti baru merasakan cinta dengan memegang tangan Hae Soo dan tak ingin kehilangannya. 


Di sebuah tempat tertutup, Hae Soo datang memberitahu  Putra mahkota kalau tidak boleh menggaruknya dan mengingat jangan mandi dengan air dingin. Wang Moo memberitahu akan pergi menangkap segerombolan pencuri yang datang ke Songak sejak kekeringan ini, jadi mana mungkin punya waktu untuk mandi, Hae Soo sempat melonggo bisa menganggu mengerti.
“Nona Hae Soo, aku yakin kau sudah tahu ini, kau harus merahasiakannya.” Kata Ji Mong, Hae Soo menganguk tak akan memberitahu siapapun.
Aku sendiri juga menyelinap keluar kesini. Jangan khawatir.” Kata Hae Soo
Aku menaruh kalung di meja kamarmu di Damiwon. Itu sebagai rasa terima kasihku atas bantuanmu.” Kata Pangeran Moo, Hae Soo membungkuk mengucapkan terimakasih.
Wang So datang memberitahu mereka sudah siap berangkat. Ji Mong pun mengajak mereka segera berangkat. Hae Soo berjalan keluar dengan membawa keranjangnya, Wang So ingin memanggilnya tapi mengurungkan niatnya. Hae Soo yang baru menyebrangi jembatan tiba-tiba dibawa oleh dua pelayan lain pergi ke suatu tempat. 

Hae Soo panik mau dibawa kemana sekarang, Wang So melihat dari kejauhan Hae Soo yang ditarik oleh dua pelayan. Hae Soo kaget ternyata di bawa ke depan Ratu Yoo dan juga Wang Yo. Ratu Yo dengan sinis bertanya darimana Hae Soo tadi. Hae Soo mengatakantadi sedang menjalankan tugas. Ratu Yoo tahu Hae Soo tadi bersama Putra Mahkota.
Saya menyampaikan selamat tinggal pada Putra Mahkota sebelum dia pergi memberantas segerombolan pencuri.” Kata Hae Soo berbohong
Tapi, kenapa banyak sekali bawaanmu padahal kau hanya mau mengucapkan selamat tinggal?” kata Ratu Yoo sinis, Hae Soo berusaha menjelaskan tapi pelayan lain sudah membuka kerajang yang dibawanya. 
Ini semua barang-barang berharga yang seharusnya tidak berada di luar Damiwon. Apa Putra Mahkota tahu kau membawa barang-barang ini?” ucap Ratu Yoo, Hae Soo menjelaskan bukan it maksudnya.
Saya tadi disuruh membelikan sesuatu dan mampir melihat Putra Mahkota.” Jelas Hae Soo berusah menyakinkan.

Ratu Yoo bertanya untuk apa  obat-obatan berharga ini, lalu berjalan mendekati Hae Soo bertanya apakah Putra Mahkota sedang sakit, Hae Soo mengaku kalau ia tidak tahu apa-apa. Ratu Yoo langsung menarik rambut Hae Soo karena berani membohonginya. Hae Soo menjerit kesakitan, Wang So dari kejauhan ingin menolongnya tapi mengurungkan niatnya.
Lepaskan dia!” ucap Selir Oh datang membela Hae Soo, Ratu Yoo pun melepas tangan menarik rambut Hae Soo.
Dia tadi kusuruh pergi ke Istana Cheondeokjeon.” Kata Selir Oh.
“Kau bilang Istana Cheondeokjeon? Selir Oh.... Jadi Kau meremehkanku.” Ucap Ratu Yoo makin marah
Lutut Yang Mulia Raja terluka karena ritual hujan. Saya menyuruh anak ini membelikan obat. Memang itu aturan di Damiwon tidak  boleh membicarakan soal Raja. Saya hanya memberitahumu supaya kesalahpahaman ini tidak berlanjut lagi.” Jelas Selir Oh, Hae Soo kaget menendengar penjelasan dari Selir Oh yang membelanya. 
Kenapa kau menyuruh anak ini? Dia belum lama berada di Damiwon tapi kau sudah mengizinkan dia mengobati Raja?” kata Ratu Yoo meremehkanya.
Lalu... apa harus saya yang mengobati Raja? Saya bertanya apa Anda keberatan atau tidak apabila saya yang mengobati Raja. Apa dengan begitu, takkan ada kesalahpahaman?” ucap Selir Oh
Ratu Yoo pun tak bisa berkata apa-apa lagi, karena tak mau suaminya di layani oleh selir Oh lalu berjalan pergi. Selir Oh mengingatkan Damiwon berada di bawah yurisdiksinya seperti yang Raja perintahkan jadi hanya yang berhak menghukum anak itu.


Ratu Yoo masuk kamar dan melihat Wang So sudah menunggunya, dengan sinis bertanya kenapa datang ke kamarnya. Wang So meminta ibunya itu tak perlu terlalu serius karena mereka sudah lama tak bertemu. Ratu Yoo dengan ketus mengatakan tak ingin melihatya jadi menyuruhnya untuk segera keluar. Wang So menanyakan alasannya.
“Apa Kau pikir sekarang ini situasinya sama di saat aku setelah membunuh biksu-biksu itu?” kata Wang So, Ratu Yoo menjawab tidak  karena tidak berpikiran seperti itu.
Hari ini kau tidak bau darah sama sekali tapi Yang kucium cuma bau binatang. Cepat Katakan saja apa maumu sekarang.” Kata Ratu Yoo tetap ketus

Meski kau tidak menyukai Dayang Oh,  kau harusnya berperilaku sebagai Ratu. Jika kau marah-marah seperti itu di Damiwon..., maka  pasti akan ada rumor bahkan kau juga memarahi  seorang pelayan muda..., karena kau punya anak sepertiku,  makanya itulah karma yang kau dapatkan.” Ucap Wang So, Ratu Yoo kaget mendengarnya.
Karena itulah, tetaplah rendah hati. Jangan memarahi orang yang tak bersalah. Tak ada gunanya mempermalukan dirimu seperti itu.” kata Wang So lalu pamit pergi, Ratu Yoo terlihat sedikit panik dengan ucapan Wang So dan berpikir semua karena Hae Soo

Hae Soo mengucapkan terimakasih pada Selir Oh yang sudah membelanya dan ingin menjelaskannya, tapi Selir Oh lebih dulu menampar wajah Hae Soo, karena sudah memperingatinya agar  menjauhi Putra Mahkota dan ternyata Hae Soo itu  memang tak tahu malu.
Aku seharusnya tidak pernah menerimamu bekerja disini. Aku menyesalinya.” Kata Selir Oh, Hae Soo kaget tiba-tiba ditampar oleh Selir Oh.
“Selir Oh... Apa... apa salahku? Kau sendiri membuat obat. Kenapa berbeda kalau aku yang buat obat untuk Putra Mahkota? Aku tahu cara mengobatinya. Kenapa kau selalu menyuruhku menjauhinya. Kau bahkan selalu menceramahiku dan menghukumku dibandingkan yang lain. Setiap kali aku memikirkannya, aku tak pernah mengerti alasan kau  memperlakukanku seperti ini.” ucap Hae Soo binggung

Kau itu tidak tahu tentang istana.... Kau tidak tahu semuanya.” Ucap Selir Oh dengan mata melotot
Ya, aku memang tidak tahu itu. Jadi, kenapa kau tidak mengajariku? Aku... aku merasa semua ini tidak adil. Aku selalu berusaha keras melewati ini semua. Kenapa kau sangat membenciku? dan rasanya seperti dianiaya.” Ungkap Hae Soo bingung
Karena saat aku melihatmu, maka aku teringat pada diriku sendiri! Kau mudah percaya dengan orang. Kau baik pada semua orang dan tidak kenal takut. Seorang gadis sepertimu harusnya tidak berada di istana. Seorang gadis sepertimu bisa mati jika berada disini. Aku khawatir...” ucap Selir Oh yang sudah tak bisa lagi menahan rasa sakit dibagian perutnya lalu jatuh pingsan. Hae Soo panik mencobam menyadarkanya.

Selir Oh berbaring dikamarnya, Hae Soo masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan melihat Selir Oh sudah berbangun bertanya apakah sudah merasa baikan. Selir Oh bertanya apa yang terjadi sebelumnya.  Ae Soo meceritakan tadi mengalami nyeri perut, karena itulah tiba-tiba pingsan.
Tabib menyelinap keluar dari Istana Cheondeokjeon untuk memeriksamu” ucap Hae Soo, Selir Oh tak percaya lalu memastikan kalau tak akan orang yang mengetahuinya. 
Jangan khawatir.... Aku akan menjaga rahasia ini kalau kau pingsan karena cuma memakan bubur saja Dan Ini bubur kacang pinus. Kata tabib tadi ini semua aman dimakan.” Kata Hae Soo membawakan semangkuk bubur.
Aku baik-baik saja, jadi taruh saja disitu dan pergilah.” Ucap Selir Oh sinis

Aku akan menemani kau disini sampai makanannya habis, baru akan keluar dari kamar ini.” ucap Hae Soo tak peduli, Selir Oh menyuruh Hae Soo tak perlu keras kepala dan menyuruhnya segara pergi.
Bicara seperti itu takkan mempan padaku. Ternyata aku sudah tahu alasan kau memperlakukanku seperti itu selama ini. Kau itu khawatir kalau aku akan membuat kesalahan dan mati disini, 'kan? Kau juga sudah lihat tanganku terluka, lalu kau bilang kalau aku mirip sekali denganmu.” Ucap Hae Soo
Jadi mulai sekarang, aku akan berhati-hati menjaga sikapku Aku pasti bisa hidup dengan baik. Jadi, kau juga mulailah belajar bersandar pada orang lain jika sakit seperti ini. Karena itu hal yang wajar dilakukan.” Tegas Hae Soo lalu menyendoki bubur agar Selir Oh makan sambil mengeluh kalau tanganya sampai pegal karena harus menggiling kacang pinus.
Selir Oh akhirnya memakan sesuap bubur yang dibuat Hae Soo lalu berkomentar kalau ini bukan bubur, keduanya tersenyum. 


Raja melakukan ritual doa didepan biasa, sambil bersujud ditemani oleh Wang Jung. Tiba-tiba Raja seperti sudah tak kuat lagi bersujud dengan mata hari yang terik
Kami harus mencari orang yang bisa memimpin ritual permohonan hujan ini. Tubuhku tak sanggup melakukan ritual ini, dan Putra Mahkota belum juga kembali.” Ucap Raja,
Yang Mulia, kenapa kita tidak memilih salah satu pangeran saja?< Jika salah satu pangeran ada yang mampu memimpin upacara ritual rakyat pasti akan merasa lebih tenang.” Saran Ji Mong
Semua pangeran sudah berbaris, Ji Mong melihat Wang  Won dibarisan dengan mengatakan kalau ia lahir di tahun anjing. Wang Won membenarkan lalu mengeluh sebenarnya untuk apa semua ini dan memberikan papan namanya. Wang Eun mendekati Ji Mong agar tidak ikut mencalonkan namanya  karena tidak suka terlibat di acara seperti ini.

Bagaimana kalau aku yang terpilih dan semua rakyat mengkritikku? Pasti mengerikan jadinya.” Ucap Wang Eun ketakutan
“Hei Wang Eun, kenapa kau selalu berharap hidup itu mudah? Siapapun yang terpilih, hujan adalah yang terpenting disini.” Ucap Wang Wook memasukan nama Wang Eun di dalam guci,
Hyungnim, apa yang akan terjadi jika tidak turun hujan?” tanya Wang Jung pada kakaknya
Kau harus mati. Sebelum bangsa ini didirikan, rakyat membunuh rajanya sendiri. Konon katanya, darah raja bisa dijadikan sebagai tumbal untuk permohonan hujan.” Ucap Wang Yo, semua kaget mendenganya. Wang Eun panik  meminta agar namanya dikeluarkan saja dari guci

Tidak. Aku yakin takkan ada yang membunuhmu.” Kata Ji Mong mendorong tangan Wang Eun jauh-jauh.
Kalau apa yang dikatakan Hyungnim benar... Apa seluruh negeri ini akan marah jika tidak turun hujan, jadi bagaimana kita bisa mengatasi hal itu?” kata Wang Won binggung, semua pun terdiam memikirkanya.
Hujan takkan turun hanya karena ritual hujan. Kau harus melaksanakan ritual hujan sampai turun hujan. Manusia tidak bisa menggerakkan kehendak Langit. Kau hanya perlu membuatnya terlihat seperti itu.” ucap Wang So lalu menaruh namanya dalam guci  memberitahu lahir di tahun ayam. Wang Eun masih berusaha untuk mengambil namanya tapi Ji Mong menutup guci agar tak diambil kembali.
bersambung ke part 2


FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar