PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 11 Mei 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 1

PS : All images credit and content copyright : SBS

Seorang wanita berkata “Aku hanya perlu menulisnya seperti surat lamaran, kan? Aku sering membacanya, tapi ini pertama kalinya aku menulis.” Dan mulai menulis pada selembar kertas putih dengan pulpenya.
“Saat aku masih kecil, aku...”
 [Episode 1 - 'Harapan untuk Masa Depan']

Dalam kereta bawah tanah, Seorang Pria bernama No Ji Wook akan duduk di bangku kosong, tiba-tiba seorang ibu dan keluarganya langsung menyerobot, Akhirnya ia pun kembali berdiri bersebelahan dengan Eun Bong Hee yang baru saja naik kereta.
Seorang pria yang mesum berdiri di samping Bong Hee dengan sengaja tanganya menyentuh bokong Bong Hee. Bong Hee hanya diam saja dan kereta sedikit mengerem, Ji Wook pun tak sengaja menyenggol Bong Hee lalu meminta maaf.
“Itu kau, kan? Jika aku naik kereta bawah tanah 10 kali,  maka aku bertemu orang sepertimu setidaknya sekali. Senang bertemu denganmu.” Ucap Bong Hee sinis menuduh Ji Wook.
“Apa Kau bicara denganku? Apa kau kenal aku?” ucap Ji Wook bingung
“Ya, sangat kenal. Aku punya trauma karena orang mesum sepertimu.” Kata Bong Hee. Ji Wook makin kaget dan semua orang pun mulai menatapnya dianggap pria mesum  
“Kau anggap aku apa?” ucap Ji Wook membela diri. Bong Hee langsung mengatakan kalau Ji Wook adalah Orang mesum yang mabuk. Ji Wook bingung kenapa Bong Hee bisa mengatakan hal itu padanya.
“Kau baru menyentuh pantatku dengan sangat menjijikkan.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pikir tak alasan untuk menyentuh bokongnya.
“Itu pertanyaanku. Kenapa kau menyentuh pantat orang lain?” ucap Bong Hee. Pria yang menyentuh Bokong Bong Hee hanya diam menatapnya.
“Aku tidak menyentuhnya! Aku berani bersumpah. Tapi Maksudku, kenapa kau  pikir aku melakukan itu..” ucap Ji Wook kesal,
“Apa Kau pikir ini pertama kalinya aku melihat orang mesum dengan jas? Siapa yang kau coba bohongi? Mataku tajam untuk hal seperti ini.” Kata Bong Hee menuduh.
Ji Wook mengejek Bong Hee yang lebih banyak menghayal.  Bong Heee menegaskan kalau Ini adalah tindakan kekerasan seksual di bawah pasal 13 untuk pelecehan publik dan bisa dapat hukuman  setahun atau denda 3 juta won. Ji Wook memberitahu kalau  Bukan pasal 13, tapi pasal 11 dan mengajak agar meluruskan masalah ini.
“Coba Lihat... Kau ketahuan. Kau sering melakukannya, kan?” ucap Bong Hee terus menuduh.
“Maaf, tadinya aku tak akan memberitahumu siapa aku..” kata Ji Wook langsung disela oleh Bong Hee.
“Kenapa kau melakukan ini? Apa itu menyenangkan menyentuh pantat orang?” kata Bong Hee sinis. Ji Wook heran kapan dirinya pernah menyentuh Bong Hee.
“Apa menyenangkan telanjang di depan umum? Pakai celana dalammu.” Kata Bong Hee
“Aku tidak melepasnya!” tegas Ji Wook terlihat kesal dan menahan malu.
“Kenapa kau pergi ke hotel dengangadis lain ketika kau punya pacar? Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau melakukan ini padaku?” teriak Bong Hee. Jin Wook benar-benar heran melihat tingkah Bong Hee.
Bong Hee menatap ke pria sebagai pelakunya, lalu meminta tolong agar melaporkan Ji Wook  ke petugas keamanan. Si pria pun mengangguk mengerti mengeluarkan ponselnya sambil mengumpat. Ji Wook membela diri kalau dirinya tak kotor dan Bong Hee tiba-tiba menyuruh Ji Wook minggir karena harus turun.
Ji Wook ingin mengikutinya lalu memperingatkan si pria agar jangan melaporkan dirinya, dengan menyakinkan kalau itu bukan yang melakukanya.Tiba-tiba ia melihat stasiun di jendela dan sadar kalau haus turun, tapi saat akan turun Bong Hee sengaja menghalanginya didepan pintu.
Ji Wook berusaha mencari jalan lain, tapi Bong Hee terus menghadangnya sampai akhirnya pintu kereta pun ditutup. Jin Wook terpaksa harus turun di stasiun selanjutnya, Bong Hee tersenyum bahagia melihatnya. Bong Hee melihat papan nama di stasiun sambil bergumam kalau karena Ji Wook si orang mesum di kereta bawah tanah, jdi lupa kenapa  datang ke tempat itu.

Flash Back
Bong Hee duduk di perpusatakaan sambil membaca buku dan menerima pesan dari anonim 1 jam sebelumnya, wajahnya terlihat tak percaya dengan pesan yang diterimanya.
Bong Hee pun merasa kalau itu hanya lelucon saja, saat didepan hotel merasa karena sudah tahu tentang hal itu jadi tak ada salahnya masuk ke dalam. Akhirnya Ia masuk lobby dan melihat sosok pria yang keluar dari lift sambil memeluk seorang wanita.
Mata Bong Hee langsung berkaca-kaca melihatnya, Si pria sadar kalau Bong Hee datang melihatnya lalu berbicara pada si wanita agar pergi lebih dulu dan berjalan mendekati Bong Hee. 

Ji Wook datang sambil mengeluh kalau dirinya yang terlambat. Pria tua yang menunggunya berpikir kalau Ada kemacetan, Ji Wook menyarankan pada jam segini agar tak mengambil line 6 di kereta bawah tanah karena mungkin bertemu wanita gila.
Si pria tua itu binggung maksud Wanita gila, Ji Wook menegaskan kalau wanita itu benar-benar gila dan dibuat jadi pemabuk berkat wanita itu.  Si pria tua itu bertanya siapa yang dianggap pemabuk. Ji Wook memberitahu itu dirinya.
“Aku tidak tahu kau begitu. Aku merasa bersalah karena wanita itu. Tapi Bagaimana itu terjadi?” kata Si pria
“Aku tidak tahu. Dia bilang punya mata yang tajam untuk pemabuk. Kenapa dia begitu padaku?.” Kata Ji Wook kesal, Si pria melihat Ji Wook kesal mengajak minum saja.


Bong Hee dan pacarnya duduk berhadapan lalu melihat meminta agar menjelaskan apa yang terjadi.  Pacar Bong Hee dengan wajah angkuhnya merasa tidak ada yang perlu dijelaskan. Bong Hee mengatakan kalau melihat pacarnya bersama bersama wanita lain dengan nada penuh amarah ternyata pria itu tak ingin ada yang dijelaskan.
“Itu tak seperti yang kau kira. “ ucap Pacar Bong Hee, Bong Hee pun bertanya apa yang dilihat tadi.
“Yang penting adalah, aku  masih sangat mencintaimu. Aku mungkin membuat kesalahan, tapi perasaanku padamu tidak berubah. Itulah yang penting.” Kata sang pacar dengan nada sedikit merendahkan Bong Hee.
“Berapa kali? Sudah berapa kali kau begini sebelumnya?” ucap Bong Hee marah
“Kau takkan percaya bahwa ini yang pertama kalinya, tapi kau akan terluka jika aku bilang aku sudah melakukannya sebelumnya. Jadi kenapa kau bertanya begitu?” ucap Pacar Bong Hee
“Sebenarnya, aku sudah tahu ada sesuatu yang aneh.”gumam Bong Hee 

Bong Hee sedang ada di perpustakaan melihat pesan yang dikirimkan untuk pacarnya itu tak juga dibaca, “Kau dimana? Apa kau sibuk?” Ia merasaka kalau balasan pesan dari pacarnya itu lebih dan lebih lama.
Saat menaiki mobil, Bong Hee memundurkan tempat duduknya, lalu bertaya apakah adaada orang lain yang naik mobilnya. Pacarnya terlihat gugup dan mengaku tak ingat.
“Tiba-tiba aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari mobilmu.” Gumam Bong Hee mencoba untuk tersenyum.
Lalu saat belajar di rumah, Bong Hee yang mengantuk menerima telp dari Hee Joon.  Hee Joon dengan nada tak bersalah bertanya apaah Bong Hee tadi menelpnya. Bong Hee pun sudah tahu kalau tanggapan dari pacarnya itu sangat telat dari sebelumnya.
“Aku tahu kau sudah berubah, kau memiliki wanita lain, dan kau itu si brengsek yang suka selingkuh. Tapi aku pura-pura tidak tahu. Aku secara sukarela ditipu.” Gumam Bong Hee menatap Hee Joon
“Intinya, aku salah. Aku akui itu.  Aku takkan melakukannya lagi.  Aku bersumpah.” Ucap Hee Joon berbicara dengan santai seolah tak terjadi apapun.
“Apa ini lelucon bagimu?” sindir Bong Hee. Hee Joon binggung apa yang harus dilakukanya.
“Cobalah untuk serius dan jujur, brengsek.” Tegas Bong Goo. Hee Joon pikir dirinya itu masih muda.
“Ada beberapa pria yang akan menolak wanita baik-baik yang suka pada mereka. Begitulah yang terjadi. Itu cuma kencan satu malam.” Kata Hee Joon
“Jadi kau bilang, karena kau masih muda, maka kau tak bisa menahannya.” Kata Bong Hee marah 


Hee Joon menyakinkan kalau takkan melakukannya lagi. Bong Hee pikir Hee Joon akan berusaha agar tidak ketahuan lagi dan bilang akan lebih hati-hati saat selingkuh di lain waktu dan berjalan pergi. Hee Joon mengejarnya  mengaku salah dan meminta maaf .
“Kalau kau minta maaf, apa itu berarti tidak ada yang terjadi?” kata Bong Hee sambil memelintir tangan Hee Joon.
“Lalu haruskah kita putus?” kata Hee Joon, Bong Hee menegaskan tidak putus tapi menunggunya. Hee Joon binggung.
“Aku akan putuskan, kapan kita putus. Jadi sebaiknya kau menunggu.” Kata Bong Hee dan langsung melepaskan lalu pergi, tapi kembali menemui Hee Joon.
“Kita buat adil saja, Aku juga masih muda. Ayo kita putus setelah aku kencan satu malam, sama seperti kau.” Kata Bong Hee. Hee Joon tak percaya kalau Bong Hee itu wanita.
“Kenapa aku tidak bisa? Aku akan tidur dengan pria  pertama yang aku temui. Tunggu dan lihat, aku melakukannya atau tidak.” Ucap Bong Hee menantang 

Saat itu seorang pria menabrak Bong Hee dan membuatnya terjatuh. Hee Joon yang melihat Bong Hee langsung mengejek agar menyerah saja. Bong Hee yang menangis mengusap matanya tapi membuat softlens-nya malah lepas.
Dengan mata yang rabun akhirnya mencoba berdiri dan berjalan tegak. Saat itu seorang pria berpapasan dan menyenggolnya. Ia pun dengan mata yang tak jelas langsung mengajak si pria agar tidur bersama denganya semalam. Si pria langsung menyetujuinya.
“Syukurlah... Kau muda dan tampan.”ucap Bong Hee mencoba memastikan pria yang diajakanya tidur tanpa melihat dengan jelas. Ji Wook mendekatkan wajahnya.
Bong Hee mengenal pria itu adalah bertemu di kereta api dan menuduhnya sebagai orang mesum, lalu berteriak kalau Ji Wook adalah Orang mesum di kereta bawah tanah. Ji Wook tak ingin orang berpikiran salah langsung mengajak Bong Hee pergi.
“Hey, berhenti! Berhenti.. Eun Bong Hee, berhenti di sana!” teriak Hee Joon panik tak percaya Bong Hee pergi begitu saja.
“Kalau kau pergi seperti ini, kita benar-benar berakhir.” Ancam Hee Joon. Bong Hee seperti sudah tak peduli dan langsung menarik tangan Ji Wook agar memeluk pundaknya dan berjalan pergi. Hee Joon benar-benar tak percaya Bong Hee benar-benar pergi meninggalkanya. 


Di depan hotel
Bong Hee langsung melepaskan tangan Ji Wook sambil menegaskan bawah tak ingin Ji Wook berpikir serius akan ajakanya dan menegaskan kalau  adan tingkat 4 di Tae Kwon Do. Ji Wook pikir seharsunya ia yang memberikan peringatan serius.
“Aku bukan pemabuk.” Tegas Ji Wook, Bong Hee seperti tak percaya. Tapi Ji Wook menyakinan dirinya bukan seperti yang dituduhkan.
“Apa kau menarikku untuk mengatakan itu?”ucap Bong Hee. Ji Wook menegaskan kalau ia tak ingin melakukannya?
“Kita takkan mendapatkan kamar. Apa Kau tidak berpikir?” kata Ji Wook dengan nada tinggi.
“Kupikir kau agak kasar. Aku mampu berpikir.” Tegas Bong Hee
“Kupikir kau lebih buruk. Kau buat orang tak  bersalah jadi orang mesum yang mabuk. Aku tak pernah merasa begitu salah atau sangat dipermalukan sepanjang hidupku! Aku sangat percaya pada mata untuk mata, dan gigi untuk gigi. Tapi, kau beruntung. Aku seorang pria sejati.” Tegas Ji Wook
Bong Hee seperti masih tak yakin bukan Ji Wook pelakunya, Ji Wook menegaskan kalau sudah bilang berkali-kali dan menasehati agar jangan menuduh orang tak bersalah atas kejahatan mulai sekarang lalu berjalan pergi. Bong Hee binggung dengan dirinya sendiri, tiba-tiba Ji Wook kembali mendekati Bong Hee.
“Dan ada satu hal lagi yang perlu kukatakan. Jangan sembarangan bertemu pria di jalanan. Ada banyak bajingan gila yang mau tidur denganmu.” Kata Ji Wook lalu berjalan pergi sambil berpikir dirinya tadi  mungkin terlalu keren saat bilang itu tadi.


Saat itu Hee Joon berteriak memanggil Bong Hee. Bong Hee panik langsung berlari dan ikut masuk ke dalam taksi. Ji Wook heran melihat Bong Hee yang malah mengikutinya. Bong Hee pun memohon agar bisa membantunya. Ji Wook melihat Hee Joon yang berada didepan hotel.
Akhirnya Bong Hee pun meminta supir taksi pergi, Hee Joon yang melihat keduanya pergi tak percaya dan hanya bisa menghela nafas panjang. 

Keduanya pun duduk dalam taksi dengan saling duduk berjauhan. Bong Hee pikir Untuk banyak alasan, maka perlu minta maaf dan berterimakasih. Ji Wook pikir tak perlu karena  tidak akan  menerima maaf atau apresiasi dari Bong Hee.
“Aku mengerti. Soal yang tadi... Aku biasanya tidak memegang orang asing dan meminta mereka untuk tidur denganku. Tapi karena harga diri...” kata Bong Hee langsung disela oleh Ji Wook
“ Kau tidak perlu menjelaskan.” Ucap Ji Wook yang tak peduli
“Apa Kau mau minum denganku? Aku tidak bermaksud begitu.Tapi Kupikir kau tampak bisa dipercaya. Jadi aku ingin berbagi minuman sebagai tanda apresiasiku.” Kata Bong Hee merasa bersalah
Ji Wook langsung menolaknya, akhirnya Bong Hee pun meminta agar menurunkan di pinggir jalan. Ji Wook pun tak pedui saat Bong Hee turun dan tetap berada dalam taksi untuk pulang. 

Bong Hee duduk sendirian memeriksa tak ada ponsel yang masuk, dengan matanya yang tak jelas karena softlens lepas, melihat ada pria jelek yang datang. Ia pun langsung melarang pria itu untuk duduk tapi si pria tak peduli dan langsung duduk didepan Bong Hee. Bong Hee menyuruh si pria agar pergi saja.
“Aku mau bergabung denganmu karena kau tampak menyedihkan. Kenapa tidak boleh?” kata si pria
“Aku tak pernah memberi izin untuk mengasihaniku.” Kata Bong Hee
“Jika itu kesempatan lain, aku akan mengasihanimu sebagai gantinya.” balas si pria
Bong Hee mengeluarkan kartu sebagai Sertifikasi Taekwondo Nasional, tapi si pria tetap diam saja. Ia heran si pria yang tak ingin pergi. Ji Wook yang sedari tadi berdiri didepanya mengeluarkan sebuah bedak.
“ Kupikir kau sengaja meninggalkannya.” Ucap Ji Wook, Bong Hee binggung lalu menajamkan pengelihatnya dan melihat Ji Wook dengan jelas.
“Aku senang melihat wajah yang tak asing. Aku tidak dapat telepon atau pesan dari siapapun.Aku merasa seperti penyendiri. Tapi kenapa aku sangat senang Melihat wajah yang tak asing?” ucap Bong Hee bahagia melihat Ji Wook
“Kurasa kau benar-benar sengaja meninggalkannya.” Ejek Ji Wook. Bong Hee pikir seperti itu.
“Aku hanya datang untuk mengembalikan ini...” kata Ji Wook ingin pergi. Bong Hee menahanya dengan memberikan gelas dan menuangkan Soju lalu Bersulang.


Pagi Hari
Bong Hee kaget melihat dirinya berada di atas sofa, lalu mengingat kejadian sebelumnya saat mengajak Ji Wook untuk tidur satu malam denganya.  Dan Ji Wook pun setuju agar mereka tidur bersama.
Lalu mereka minum bersama, Ji Wook mengambil botolnya karena batas minum Bong Hee itu hanya satu botol soju. Tapi Bong Hee yang terlihat frustasi mengatakan kalau itu botol pertama dan hanya untuk minuman keras.

Bong Hee benar-benar binggung dimana keberadaanya sekarang dengan melihat ada baju yang berserakan diatas sofa. Ia mengingat saat dirinya mabuk berbaring di bangku taman, Ji Wook pun mengejek kalau itu rumah Bong  Hee.
“Tidak mungkin, aku hanya istirahat.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pun bertanya dimana rumahnya itu.
“Aku tidak punya rumah. Rumah di Seoul terlalu mahal. Aku akan beli ketika  dapat lebih banyak uang.” Kata Bong Hee. Ji Wook hanya bisa menghela nafas dan akhirnya langsung berjongkok didepan Bong Hee. 


Ji Wook akhirnya membawa Bong Hee ke dalam rumah, tapi Bong Hee yang mabuk langsung mendorongnya keatas kursi dan seperti mengodanya dan ingin memberikan ciumanya pada Ji Wook.
Bong Hee benar-benar tak percaya kalau dirinya itu melemparkan diri pada Ji Wook lalu berpikir yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini.Lalu berpikir untuk menyapa lebih dulu, atau meminta maaf atau berterima kasih.
Sementara Ji Wook sedang mandi air hangat dengan showernya, lalu mendengar bunyi suara dari luar kamar mandi, seperti tak peduli kembali melanjutkan mandinya. Bong Hee terlihat benar-benar kebingungan didepan pintu

Ji Wook keluar dari kamar mandi dan tak melihat Bong Hee ada di ruanganya. Bong Hee sudah berjalaan terburu-buru ke halte bus dan melihat wajahnya pada cermin cembung lalu mengeluh kalau sangat menbenci dirinya. Jin Wook pun melihat tulisan yang tertempel “Maafkan aku.”
Di dalam bus, Bong Hee bergumam kalau Tidak ada panggilan tak terjawab, dan pesan. Lalu mencoba mengirimkan pesan pada Hee Joon “ Kenapa kau tidak menelepon sekali pun? Bahkan jika kita tak menjalin hubungan, kau masih harus khawatir...” tapi akhirnya kembali dihapus.
“Apa gunanya? Aku sudah mencapai titik terendah.” Gumam Bong Hee seperti sudah tak peduli. 


Tuan Byun Young Hee menelp Ji Wook yang mengemudikan mobilnya bertanya apakah memang tidur dengan Bong Hee. Ji Wook melihat ada  31 panggilan tak terjawab lalu berkata kalau mendapat 31 panggilan tak terjawab dari orang yang sama.
“Hey, aku sangat penasaran. Setelah kalian berdua pergi begitu, aku tidak bisa tidur semalam. Aku kurang tidur semalam. Apa kau kenal wanita itu sebelumnya? Tampaknya kalian bukan orang asing.” Ucap Tuan Byun
“Entahlah... Ini agak samar.” Kata Ji Wook, Tuan Byun ingin tahu apakah Ji Wook tidur denganya. Ji Wook hanya menjawab tak tahu.
“He, aku hanya penasaran. Sejak Yoo Jung, kau sudah tidak ada interaksi dengan wanita sama sekali. Wow, kau tidur dengannya, kan?” kata Tuan Byun makin penasaran. Ji Wook seperti tak ingin membahasnya dengan mengakhiri telp dan langsung menutupnya. 

Flash Back
Ji Wook masuk ke dalam rumah dengan membawa sebuket bunga mawar. Tapi ia melihat ada sepatu pria didepan rumah, lalu berjalan melihat tas wanita berserakan, lalu baju dan mengambil ada sebuah dasi juga. Matanya berkaca-kaca mengetahui pacarnya itu berselingkuh dirumahnya.
Ia seperti ingin pergi tapi ingin melihatnya, saat itu seorang wanita keluar Cha Yoo Jung dengan pakaian tidurnya. Ji Wook hanya menatapnya dan seorang pria sedang memakai kemaja dibelakangnya. Keduanya hanya diam saling menatap, Ji Wook pun merasa seperti dikhianati. 

Ji Wook bersandar di kursinya lalu mengingat tentang Perasaan itu. Di malam sebelumnya ia mendengar Bong Hee mengatakan akan putuskan kapan mereka putus Jadi sebaiknya menunggu saja. Ji Wook melihat Bong Hee ingin marah tapi melihat pertengkaran keduanya.
“Kita buat adil saja. Aku juga masih muda. Ayo kita putus setelah aku kencan satu malam, sama seperti kau. Tunggu dan lihat, aku melakukannya atau tidak.” Ucap Bong Hee lalu terjatuh dan berusaha berdiri.
“Aku tidak peduli siapa itu. Kuharap seseorang membawaku pergi. Ahh.. Tidak, aku hanya ingin menghilang selamanya.”gumam Bong Hee
“Pada saat itu, aku mengerti keputusasaannya...” gumam Ji Wook dan langsung sengaja menyenggol Bong Hee.
Bong Hee pun langsung mengajaknya untuk tidur besama. Ji Wook tanpa ragu langsung menyetujui agar mereka tidur bersama.
“Jadi aku melakukan sesuatu  yang tidak seharusnya.” Gumam Ji Wook
Ia merasakan dirinya itu sudah gila melakukan hal itu dengan Bong Hee. 

Ji Eun Hyuk masuk ruangan melihat Tuan Byun Young Hee yang datang lebih awal. Tuan Byun mengatakan klau Kemarin,  bertemu Ji Wook. Eun Hyuk yakin kalau Ji Wook takkan melepas pekerjaannya karena Itu mimpinya untuk  sampai mati sebagai jaksa.
“Dan karena aku juga di sini,  maka dia tidak akan datang.” Kata Eun Hyuk yakin
“Apa Kalian masih berkelahi?” tanya Tuan Byun. Eun Hyuk seperti tak ingin membahasnya lalu memperlihatkan berkas kalau akan mengerjakan kasus pro bono lagi.
“Pengacara Ji, apa kau mencoba masuk ke politik?” sindir Tuan Byun
“Omong-omong, kita harus memberi selamat pada Ji Wook” kata Eun Hyuk,Tuan Byun binggung bertanya untuk apa. 

“Asosiasi Korea sedang mengevaluasi jaksa. Dalam evaluasi ini, akan didasarkan pada uji kasus, daftar 10 orang akan diumumkan, termasuk jaksa terburuk. Dan hasilnya akan diteruskan ke wakil sekretaris dan jaksa agung. Evaluasi akan disatukan, dengan total 6 kategori, dan...”
Semua menonton berita dalam ruangan, Ji Wook pun masuk ruangan. Dua petingginya langsung memuji Ji Wook yang terbaik. Ji Wok binggung apa yang terjadi melihat dua petinggina ada diruanganya.
“Wow, kami sangat bangga padamu.  Kau dikenal sebagai jaksa terburuk.” Ucap si Pria menyindir. Ji Wook mengerti dengan santai kalau itu bagus. Dua pria itu bingung melihat tanggapan Ji Wook.
“Ini sebuah kehormatan. Semakin banyak pengacara membenciku, semakin kredibel aku sebagai jaksa.” Kata Ji Wook. 

“Ini membuat frustrasi, Bukan itu artinya! Kau mengabaikan hak asasi manusia, kau memaksa, tanpa ampun, dan bias! Kau jaksa yang pantas menerima semua kata negatif dalam kamus!” ucap atasanya kesal
“Aku benar-benar benci penjahat. Dan aku benci para pengacara yang membela  mereka sementara mereka bicara soal HAM. Tapi jika mereka membenciku... Tak ada pujian yang lebih baik dari itu.” Kata Ji Wook.
“Mereka bukan satu-satunya yang membencimu. Kami juga membencimu.Coba Lihat ini. Kenapa kau tidak  punya surat terima kasih? Padahal Jaksa lain menerima banyak surat! Orang-orang berterima kasih pada mereka  karena membantu mereka menjalani hidup baru. Tapi kenapa dindingmu kosong? Apa kau memasang wallpaper baru?”ejek si pria. Ji Wook pun hanya diam saja. 

Dua bawahanya mencoba menuliskan surat “Jaksa No Ji Wook, terima kasih banyak. Pada usia 70, ini surat pertama yang kutulis.” Tapi langsung di robek kertasnya dan mulai menulis yang lainya. “Aku Jang Young Gam dari Cheongchung-do.Tentang apa yang terjadi...” tapi akhirnya kembali di robek.
Ji Wook melihat keduanya dan melihat ponselnya, Ibunya yang sedang melakukan spa menelp. Ibunya mengakan kalau sudah  dengar dari CEO Byun bahwa ananya adalah jaksa terburuk. Ji Wook tak ingin membahasnya dan langsung menutup telpnya.

Ibu Ji Wook mengeluh anaknya kalau selalu dingin dan terus terang, padahal dipilih sebagai jaksa terburuk Karena anaknya sangat bersih dan benar. Si pegawai merasa tak berpikir begitu. Ibu Ji Wook mengeluh kalau si pegawai yang tak tahu apapun. 

“Putriku adalah hakim, jadi aku dengar dan lihat beberapa hal dari waktu ke waktu.” Kata si pegawai
“Aku tidak tahu putrimu hakim.” Kata Ibu Ji Wook, Si pegawai merasa sudah mengatakan sebelumnya.
“Dia di tahun pertama di Lembaga Penelitian dan Pelatihan Yudisial.” Kata si Pegawai bangga.
“Kenapa ada begitu banyak jaksa, hakim, dan pengacara akhir-akhir ini? Bahkan anjing dan kuda pun bisa menjadi hakim.” ejek Ibu Ji Wook

“Kau bilang Anjing atau kuda? Jika anjing dan kuda adalah hakim, putramu itu yang mana...” kata si pegawai sengaja memberikan pijatan leher yang menyakitkan. Ibu Ji Wook berteriak memanggil Ahjumma.
“Bukan "Ahjumma." Aku Manager Park. Orang berkelas memanggilku itu.” Ucap Manager Park membangungkan Ibu Ji Wook.
“Aku tak peduli siapa kau! Ahjumma, jangan coba-coba panggil anakku anjing atau kuda! Dia berbeda sejak hari dia lahir. Dia berjalan dan berbicara sebelum umur 1 tahun Dan belajar alfabet sendiri pada umur 3 tahun lalu mulai bermain instrumen Jadi tentu saja pada usia 5 tahun...” kata Ibu Ji Wook dan si pegawai langsung menarik Ibu Ji Wook untuk kembali berbaring dan memijatnya.

Bersambung ke episode 2

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted


Tidak ada komentar:

Posting Komentar