PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 13 Oktober 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 10

PS : All images credit and content copyright : KBS
Si pria penjual ayam goreng memanggil kurirnya itu adalah Tae Seob kalau ini antaran terakhir hari ini. Ia dengan sengaja sengaja menyisihkan satu potong ayam dalam tiap ayam yang diantarnya. Saat itu Hong Joo pulang dan melihat si pria yang memberikan potongan ayam pada kucing-kucing liar.
“Jadi Di sanakah potongan  ayam goreng yang hilang itu? Baiklah, sebaiknya aku diam.” ucap Hong Joo merasatidak punya tenaga lagi.

Hong Joo memasang plester pada luka ditanganya dan mengingat kembali pembicaraan dengan Woo Tak, tentang pendapatnya kalau bermimpi soal kematian. Woo Tak pikir kalau hanya perlu mengubahnya dan menurutnya bisa diubah.
Hong Joo melihat lembaran note bertuliskan "Universitas Myunwon, Festival Lilin, 28 Maret, 20.00" Dalam mimpinya ada yang memegang kembang api, lalu seorang pria seperti ingin melamar dengan membawa sebuket bunga dan ada yang menyemprotkan salju buatan, tapi saat itu juga mengenai kembang api akhirnya api menyambar tangan si wanita. 


Hong Joo akhirnya mengambil note yang ada di dalam mimpinya. Sementara Jae Chan tertidur bermimpi Hong Joo oleh beberapa orang pria dan diperlakukan kasar, melihat spanduk bertuliskan "Universitas Myunwon" lalu kembali terbangun dengan wajah kaget.
Pagi hari, Jae Chan melihat Jaksa Lee dan Hee Min ada didepan pintu lalu bertanya apa yang mereka lakukan. Keduanya langsung menyuruh diam, di dalam ruangan Jaksa Son sedang mengingterogasi si pria yang duduk dibangku penumpang.
“Aku pun seorang ayah. Aku menangis kencang saat mendengar anak kehilangan orang tuanya Tapi bukan aku yang menyetir. Aku hanya duduk di kursi penumpang. Aku tidak menyetir dan tidak menewaskan mereka.” Ucap si pelaku
“Anda tidak hanya duduk di kursi penumpang, tapi menyerahkan kunci mobil kepadanya dan bahkan menyuruh dia untuk menghindari polisi.” Kata Jaksa Son merasa si pria itu bersalah.
“Apa Menyerahkan kunci kepadanya dianggap tindak kriminal? Lagi pula, orang lain akan memberikan kunci itu kepadanya. Jadi walaupun kucegah, dia tetap akan menyetir malam itu. Dan Jujur saja. Aku bukannya menarik kerah bajunya ataupun memukul dia untuk memaksa dia menyetir. Aku hanya melakukan ini.” Kata Si pria berusaha menyakinkan.
“Itu dan sekadar menyarankan tidak bisa dijadikan alasan Anda memperlakukanku seperti kriminal!” kata Jaksa Son. 


Jaksa Lee merasa kalau ini sangat memusingkan dan setuju kalau bukan sekadar saran. Hee Min berpikir kalau Jaksa Son sangat keras kepala, karena Seharusnya mendengarkan jaksa Park dan menyudahi kasus itu, bahkan Tidak menyangka memanggilnya lagi untuk interogasi.
“Omong-omong, kenapa kau di sini? Apa Kau sudah memutuskan apakah dia harus didakwa?”tanya Jaksa Lee pada Jae Chan.
“Sebenarnya, aku ingin meminta bantuanmu.” Kata Jae Chan. Hee Mi memilih untuk menghindar kalau harus mewawancara seorang korban dan bergegas pergi.
“Aku tiba-tiba ada urusan sore ini.” Ucap Jaksa Lee. Jae Chan meminta tolong agar bisa menggantikan tugasnya malam hari ini saja.
“Ada kutukan yang diketahui semua orang di sini. Hal buruk terjadi setiap kita menggantikan shif orang lain jadi Sampai nanti.” Kata Jaksa Lee menolak
“Aku akan menggantikanmu di akhir pekan.” Kata Jae Chan mencoba merayu
“Waktu dahulu aku menggantikan orang, maka ada ledakan di bar karaoke.”kata Jaksa Lee. Jae Chan pikir akan menggantikan saat liburan.
“Banyak orang mati. Dari autopsi sampai pemeriksaan posmortem, banyak yang harus dilaporkan. Akhirnya, kerjaanku menumpuk hanya karena menggantikan orang.” Kata Jaksa Lee akan berjalan pergi
“Kalau begitu, aku akan mengenalkanmu dengan gadis cantik.” Kata Jae Chan.
Jaksa Lee langsung membalikan badan mengulurkan tangan memastikan kalau Hari ini. Jae Chan sempat binggung tapi akhirnya menganguk membenarkan, lalu mengucapkan terimakasih karena mau mengantikanya.


Woo Tak kembali bertidur, dalam mimpinya Jae Chan dan Hong Joo sedang berjalan lalu dikejar oleh beberapa orang dan langsung menerima perlakukan kasar. Hong Joo sampai berteriak histeris dan saat itu Woo Tak pun terbangun dari tidurnya.
Tuan Oh mengejek melihat Woo Tak akhirnya sudah bangun. Woo Tak mengelak kalau tidak tidur. Tuan Oh pikir merasa lapar dan mengajak untuk pergi ke warung tenda, karena Sosis sundae gorengnya sangat enak. 
Woo Tak pikir kalau mereka patroli di sekitar Universitas Myungwon. Tuan Oh setuju kalau mereka bisa makan sosis sundae dulu lalu ke Universitas Myungwon. Woo Tak memutuskan akan menyetir jadi patroli lebih dahulu. Tuan Oh mengaku kalau memang maksudnya seperti itu. 

Ibu Hong Joo melihat anaknya membawa alat pemadam dan bertanya mau kemana malam hari. Hong Joo pikir akan pulang larut jadi meminta agar Jangan menunggunya. Ibu Hong Joo ingin tahu anaknya akan pergi kemanan dan kenapa membawa alat pemadam.
“Aku ingin menyelamatkan seseorang yang kulihat cedera di mimpiku. Dan Ibu, berjanjilah kepadaku. Jika kali ini aku tidak bisa mengubah yang kulihat di mimpiku dan menyelamatkan orang itu, maka pertimbangkan kembali aku ingin kembali bekerja, oke?” kata Hong Joo lalu pergi. 

Hong Joo masuk ke kampus dengan banyak orang yang berkumpul dan ada kembang api lalu penyemprot salju Sebuah spanduk besar terlihat "Cho Hee, terimalah cintaku!" Seorang pria siap dengan sebuket bunga dan saat itu juga Hong Joo langsung menyiram dengan pemadam sebelum terjadi kebakaran.
Si pria terlihat marah dan si wanita merasa sangat membencinya lalu bergegas pergi. Hong Joo bisa bernafas lega karena menyelamatkan si wanita dari musibah kebakaran.  Si pria terlihat marah menatap Hong Joo.
“Maaf, Aku pikir Kalian tidak akan percaya, tapi aku baru mencegah kecelakaan.” Ucap Hong Joo. Si pria mendekati Hong Joo seperti ingin memukulnya.
“Siapa wanita ini? Apa Kau tahu berapa lama kami menyiapkan ini dan seberat apa usaha kami untuk ini?” ucap teman lainya terlihat ikut marah karena usaha mereka gagal. 

Hong Joo pun memilih untuk berlari kabur dari kejaran pria-pria sangar, dan saat itu Jae Chan menariknya bersembunyi dibalik semak. Hong Joo kaget Jae Chan datang menyelamatkanya. Semua pria mencari Hong Joo dan memilih untuk pergi ke arah lain mencarinya.
“Kenapa kau di sini, Jae Chan?” kata Hong Joo. Jae Chan menyuruh untuk Hong Jo diam bahkan tak memperbolehkan untuk mengintip. Setelah itu mengandeng tanganya untuk keluar dari kampus.
Hong Joo panik melihat gerombolan pria ada didepan mereka, Jae Chan melihata dan anak jurusan lain sedang berbaris dan mengikutinya tanpa terlihat saat mereka lewat didepan para pria. Mereka akhirnya pun selamat dari kejaran pria kampus. 

“Aku melihat seorang gadis terbakar di festival lilin dalam mimpiku, jadi menyemprot pemadam api dan menyelamatkannya. Tapi kemudian aku sadar kalau dia... Astaga... Kau tahu gadis di kafe itu, kan?” ucap Hong Joo merasa kalau itu Kebetulan sekali.
“Apa Kau kemari karena melihatku di mimpimu?” tanya Hong Joo bahagia. Jae Chan mengaku kalau Woo Tak memberitah bahwa Hong Joo sering memimpikannya.
“Kenapa bisa seperti itu? Apa kita seperti  kutub magnet yang berlawanan? Apa kita saling menarik karena alasan yang tidak bisa dijelaskan atau Seperti takdir?” pikir Hong Joo.
“Maaf soal hari itu, dan aku sangat berterima kasih.” Kata Jae Chan. Hong Joo hari itu kapan maksudnya.
“Kau membelaku di depan kolegaku saat di restoran.” Kata Jae Chan. Hong Joo mengaku tak membela tapi hanya berkata jujur. Jae Chan pikir akan menarik omongnya saja.
“Omong-omong, Apa kau sudah memutuskan? Apakah pria yang dihasut menyetir saat mabuk harus didakwa Atau dibebaskan saja?” kata Hong Joo. Jae Chan mengatakan kalau si pria harus didakwa.
“Kenapa? Dia tidak menyetir, Apa Hanya karena dia menyerahkan kunci mobil itu?” kata Hong Joo
“Itu kriminal karena bukan masalah besar. Tidak memberinya kunci juga bukan masalah besar. Seperti dia menghasut menyetir mabuk hanya dengan beberapa kata, dia juga bisa mencegahnya hanya dengan beberapa kata. Dia bisa saja menyelamatkan nyawa jika menganggap serius aksinya itu. Dia tidak melakukan hal yang tepat karena tahu itu mudah, maka itu kriminal. Tindakannya sepele, itu yang menjadikannya tindak kriminal.” Jelas Jae Chan. 


Hong Joo pikir Jae Chan berubah. Jae Chan mengaku kalau itu karena seseorang. Saat itu gerombolan pria melihat Hong Joo ada diseberang jalan,  mereka siapa untuk membalas dendan dan akan memberikan pelajaran ketika akanmenyeberang jalan, mobil Woo Tak datang.
“Permisi. Aku Letnan Han Woo dari Polsek Sangku. Kau menyeberang dengan sembarangan dan melanggar Pasal 10 Bab 2” ucap Woo Tak.
“Apa maksudmu? Kami bahkan tidak menyeberang dan menunggu lampunya berubah warna hijau. “ kata Si pria
“Aku mendengar semuanya, Siapa wanita itu? Kalian bilang dia akan merasakan akibatnya. Hei.. Berandal, kalian mau memukuli orang, kan?” ucap Tuan Oh ikut memarahinya.  Si pria mengelak kalau tak melakukanya,
“Jangan berkeliaran seperti anjing mencari daging busuk Memukul orang itu tidak baik. Jadi Ikut aku. “ kata Tuan Oh. Woo Tak bisa tersenyum karena menyelamatkan Hong Joo yang berjalan pulang dengan Jae Chan. 

Cho Hee pulang dengan temanya tapi seperti merasakan sesuatu. Temanya bertanya apakah Cho Hee terluka. Cho Hee memegang tangan seperti merasa anehh karena tanganya seperti ada rasa terbakar, saat itu ponselnya berdering, ia pun bergegas masuk ke dalam kamar mayat.
“Oppa... Apa... Apa yang terjadi?” ucap Cho Hee melihat seorang anak yang terbujur kaku dan pria pemilik kedai ayam juga terluka parah.  
“Cho Hee, apa yang harus kita lakukan? Dia tidak bangun.” Ucap si pria histeris. Cho Hee panik berpikir kalau itu hanya mimpi saja.
“Kenapa tubuhnya sangat dingin? Kumohon, bangun... Ini aku, Cho Hee. Kumohon...” ucap Cho Hee panik memegang tangan si anak.

Sementara di sisi ruangan, Jaksa Lee mengeluh karena menggantikan Jae Chan jadi  harus melakukan posmortem ini, menurutnya kutukan itu terbukti benar. Tuan Choi memberitahu Adiknya tidak mengenakan sabuk pengaman jadi Benturan itu menyebabkan tengkoraknya retak dan lehernya patah.
“Astaga, kenapa dia tidak memakai sabuk pengamannya?” ucap Jaksa Lee sudah siap dengan sarung tanganya.
“Untuk kecelakaan sebesar ini pendarahannya tidak banyak. Apa Kita mulai autopsinya?” kata Jaksa Lee meminta mereka sedikit menyingkir.
“Tidak...., jangan lakukan autopsi.” Ucap Si pemilik restoran. Jaksa Lee menjelaskan kalau itu dilakukan Agar tahu penyebab pasti kematian...
“Jangan, kumohon... Aku yang menyebabkan dia mati. Dia bisa saja naik bus, tapi aku... Aku menyetir, dan menewaskan dia.” Kata si pria
“Batalkan autopsinya, karena itu permintaan keluarga korban.” Kata Jaksa Lee memberikan berkasnya. Tuan Choi ikut keluar tapi merasakan ada sesuatu yang aneh dengan mayat korban. Di ruangan mayat, Choi Hee masih saja menangis kepergian adiknya. 


Hong Joo pulang ke rumah kaget melihat ibunya yang  membeli banyak kepiting dan sedih membersihkanya. Ibunya hanya diam saja. Hong Joo dengan bangga memberitahu kalau sudah menyelamatkan orang itu yaitu Gadis yang dilihat terluka di mimpinya jadi ia menagih janji ibunya.
“Ibu tidak menjanjikan apa-apa. Itu hanya asumsimu saja.” Tegas Nyonya Yoon tak ingin anaknya celaka.
“Ibu tahu betapa aku suka menulis di buku harianku. Aku tidak bisa tidur satu jam pun selama masa percobaanku, tapi aku tetap menulis di buku harianku setiap hari. Aku terbiasa mengisi belasan lembar dengan hal jahat tentang seniorku. Tapi belakangan ini, aku hanya menulis enam kata, yaitu "Hari ini tidak berbeda dari kemarin." Aku bahkan bisa menulis lebih dulu dan  Besok juga tidak akan berbeda. Yang kutulis sepanjang tahun lal kurang dari yang biasa aku tulis dalam sehari.” Ucap Hong Joo.
Nyonya Yoon tak mengerti maksud ucapan anaknya itu,  Hong Joo mengaku akalu hanya ingin hari ini sedikit lebih baik adan tidak ingin menyia-nyiakan hidup hanya karena takut akan mimpinya. Ibunya pun bertanya apakah maksudnya Hong Joo ingin kembali bekerja Setelah melihat dirimu sendiri mati sebagai reporter dalam mimpinya.
“Aku tidak akan mati. Aku hanya perlu mengubah yang kulihat dalam mimpi itu. Aku bisa mengubah mimpiku sejak bertemu Jae Chan dan Woo Tak. Maksudku, hari ini juga dan Itu memberiku pencerahan. Yaitu "Ada satu hal yang aku tahu pasti tentang hidup."” Kata Hong Joo. Ibunya ingin tahu apa itu
“Bahwa tidak ada yang tidak bisa diubah dalam hidup. “ungkap Hong Joo
“Jadi, kau sebenarnya bukan meminta izin ibu tapi Kau hanya memberi tahu ibu.” Kata Nyonya Yoon.  Hong Joo mengaku tidak akan kembali bekerja jika tidak Ibunya izinkan. Nyonya Yoon hanya diam saja. 


Pagi hari
Woo Tak membuka kotak susu  yang ternyata sudah basi, lalu memanggang roti dan akhirnya malah gosong, ia pun hanya bisa membuang semua sarapan di tempat sampah.  Jae Chan keluar dari kamarnyanya melonggo binggung karena banyak asap.
“Aku bertugas membuat sarapan. Apa aku ini hebat? Aku koki andal. Aku akan memanggang makerel untukmu saat kau ke rumah dan libur. Aku tahu cara memanggang makerel dengan sempurna.” Ucap Seung Won berbicara di telp dan terlihat ikan makarel yang gosong
“So Yoon, itu bohong! Mintalah dia mengubahnya ke panggilan video!” teriak Jae Chan. Seung Won panik mendorong kakaknya untuk pergi saja.  Jae Cha sengaja berteriak kalau Kebakaran karena banyak asap. 

Woo Tak makan sandwich dengan menuliskan dalam bukunya "Mimpi Jae Chan, mimpi Hong Joo, mimpiku" Jae Chan melihat Woo Tak langsung duduk didepanya dengan bertanya apakah mereka biasa sarapan, lalu bertanya kenapa datang ke restoran sandwich. Woo Tak memberitahu kalau sudah membuat roti panggang, tapi gosong jadi memilih sandwich agar membuatnya kenyang.  Jae Chan mengaku kalau Pagi harinya sama seperti Woo Tak
“Ya, ada yang ingin kutanyakan, Soal kecelakaan itu. Menurutku itu sangat aneh. Kau jelas menyelamatkan aku, tapi anehnya, aku merasa seperti tertabrak mobil dan mati saat itu. Rasanya... Rasanya seperti mimpi. Apa hal seperti itu pernah terjadi padamu? Seolah kau kembali hidup setelah nyaris mati.” Ucap Woo Tak masih ingat kejadian diselamatkan oleh Jae Chan.
“Aku juga pernah merasakannya.” Akui Jae Chan. Woo Tak kaget ingin tahu kapan itu terjadi
“Saat aku masih sangat kecil. Aku terjatuh ke dalam air, dan seseorang menyelamatkan aku. Aku selamat berkat anak itu, tapi anehnya, aku merasa seperti tenggelam. Itu terasa sangat nyata.” Ungkap Jae Chan mengingat saat masih SMP ada seorang berambut pendek menyelamatkanya tapi ia seperti tenggelam dengan tali terbelit ditubuhnya.
“Ini sudah kuduga... Anak yang menyelamatkanmu itu Hong Joo, kan?” ucap Woo Tak yakin.
Jae Chan hanya bisa melonggo binggung. Woo Tak meminta Jae Chan agar mendengarkan hipotesisnya dan sangat berterima kasih kepada Jae Chan karena perasaan itu. Ia berpikir, dalam hati Jae Chan "Aku bisa saja mati. Aku ingin membalas budi kepadamu karena telah menyelamatkanku."
“Pemikiran itu pasti yang memulai mimpi-mimpi itu. Mimpi di mana aku bisa melihat masa depan penyelamatku. Kau terus melihat Hong Joo di mimpimu, jadi, pasti dialah yang menyelamatkanmu. Jadi Bagaimana menurutmu?” ucap Woo Tak
“Itu sungguh tidak masuk akal. Anak yang menyelamatkanku anak lelaki, jadi bukan Hong Joo.” Kata Jae Chan mengingat rambutnya pendek. Woo Tak memastikannya, Jae Chan sangat yakin.
“Aku memanggilnya Kastanye, yaitu anak lelaki yang suka bisbol, yaitu Anak lelaki kuat dan berani.” Kata Jae Chan. 



Di rumah, terlihat foto Hong Joo dengan rambut pendek bersama ayah dengan perlengkapan baseballnya. Hong Joo memanggil ibunya kalau sudah pulang kerumah, dan memberitahu aklau da diskon di pasaraya, ketika membuat pintu wajahnya terlihat kaget.
Di luar rumah, Jae Chan membuang sampah binggung melihat ikan yang gosong, apakah masih bisa dikategorikan sebagai kompos. Ibu Hong Joo melihatnya berpikir kalau itu makerel yang diberikan. Jae Chan ingin menyangkal tapi akhirnya mengaku kalau Memanggang ikan ternyata lebih sulit dari yang diduga, karena Mengontrol panasnya juga sulit.

“Astaga. Bagaimana jika kalian datang setiap pagi untuk sarapan?” kata Ibu Hong Joo. Jae Chan langsung menolaknya.
“Ayolah. Aku ingin meminta bantuanmu sebagai gantinya, ini Soal Hong Joo. Kau tidak tahu alasan dia memutuskan cuti, bukan? Dia bermimpi akan tewas sebagai reporter, Karena itu aku meminta dia untuk segera berhenti kerja.” Cerita Ibu Hong Joo. Jae Chan kaget mendengarnya.
“Kau tahu, kan? Mimpi-mimpinya agak istimewa.” Kata Ibu Hong Joo. Jae Chan menganguk kalau mengetahuinya.
“Tapi dia malah ingin kembali bekerja dan Seharusnya aku tidak termakan bujukannya. Aku memutuskan membiarkan dia karena kasihan kepadanya. Aku sedih melihat dia menahan diri melakukan yang diinginkan.” Cerita Ibu Hong Joo.

Hong Joo ada dikamarnya tak percaya ibunya mempersiapka dua baju kerjanya dan juga sepatu, matanya berkaca-kaca ternyata ibunya mendukungnya. Di Luar rumah, Jae Chan hanya diam medengar cerita Ibu Hong Joo. Ibu Hong Joo bertanya makanan apa yang disukai oleh Jae Chan, apakah Korea, Tiongkok, atau Barat, karena ia sudah  mengelola banyak restoran, yang semuanya bangkrut jadi bisa membuat segala macam makanan.
“Kau hanya perlu memberitahuku, jadi apa yang kau dan adikmu suka. Aku akan membuatkan sarapan untuk kalian setiap hari. Ini Gratis, tidak perlu bayar.” Ucap Ibu Hon Joo.
“Astaga. Kenapa Anda tiba-tiba menawarkan membuatkan sarapan?” pikir Jae Chan merasa tak enak hati.
“Kau pasti tahu, aku hanya ingin berterima kasih. Kudengar kau beberapa kali menyelamatkan purtiku. Jadi Aku ingin membalas budi. Selain itu, seandainya kau membantunya lagi... Jangan sampai itu terjadi... Tapi jika hal seperti itu terjadi, maka tolong lindungi Hong Joo.” Pesan Ibu Hong Joo. 


Jae Chan kembali ke rumah mengingat saat Hong Joo bertanya apakah ia harus kembali berkerja atau tidak.  Ia pikir Bukan karena Hong Joo tidak mau kembali tapi ia takut dan  ingin kembali bekerja.
“Ekspresi wajah bisa menipu.” Gumam Jae Chan bisa melihat wajah Hong Joo.Sementara Hong Joo masih tak percaya kalau ibunya mendukung keinginan dan percaya kalau bisa merubah keadaan yang akan tewas. 

Hong Joo pergi ke kantor dengan menaiki bus, sambil menatap cermin cembung menyakinkan diri kalau dirinya pasti bisa melakukanya. Beberapa orang di halte hanya bisa menatap heran melihat Hong Joo yang berteriak sendirian. Jae Chan pun melihat dari kejauhan.
“Terkadang, kita bisa membaca suasana hati, pikiran, dan perasaan orang dari ekspresi wajahnya seperti membuka buku.” Gumam Jae Chan ikut naik bus dan menatap Hong Joo yang duduk menerima telp dari ibunya.
“Tapi sebagian orang bisa menggunakan ekspresi wajahnya sebagai topeng untuk menutupi suasana hati, pikiran, dan perasaan mereka. Tapi ada saat-saat yang meruntuhkan batasan antara tipuan itu dan kebenaran.
Saat itu di depan ruangan kremasi, Cho Hee memegang foto adiknya. Si pria menangis histeris kepergiaan adiknya, tapi terlihat ada senyuman dari pembunuh berdarah dingin dan terlihat dijalan banyak kucing-kucing yang tergeletak mati setelah diberi makan oleh si pemilik restoran.
“Kebenaran yang tidak dapat dilihat siapa pun. Hal-hal yang kau tidak ingin orang ketahui. Ada saat-saat di mana mereka ditampakkan pada dunia. Jangan memejamkan mata jika kita menghadapi saat-saat itu dan Jangan berpura-pura tidak melihatnya. Jangan menghindarinya dan Hadapilah dengan ikhlas.”
Hong Joo berdiri didepan kantor SBC, terlihat sangat gugup sampai tak bisa melangkah ketika lampu hijau untuk pejalan kaki. Jae Chan datang langsung mengenggam tangan Hong Joo untuk menyebrang jalan. Hong Joo sempat kaget tapi akhirnya mengikuti langkah Jae Chan untuk menyeberang jalan. 



Hong Joo masuk ke dalam ruangan dengan penuh semangat, beberpaa orang menyapanya mengucapkan Selamat datang kembali. Ketua Tim pun menanyakan keadaan Hong Joo sekarang. Doo Hyun melihat Riasan mata Hong Joo yang berantakan dan menyuruhnya agar bercermin.
“Aku menaruh seragammu di meja sebelah sana.” Ucap Doo Hyun, ketua tim  mengejek Doo Hyun menyiapkan semua untuknya dan sangat munafik.
“Kapten! Aku menjadi lupa gara-gara Anda!” keluh Doo Hyun kesal karena sedang menyatukan potongan kertas. Si ketua tim mengaku kalau memang sengaja sedang mengganggunya.
Hong Joo melihat seragam warna biru dan ID cardnya, teringat kembali dirinya tewas dengan pakaian seragam yang sama.  Doo Hyun memberitahu mendapat desain seragam baru dan bosan dengan warna ungu.  Hon Joo hanya terdiam melihatnya. 

Flash back
Depan gedung SBC, Jae Chan mengejek kalau menyeberang jalan sulit bagi Hong Joo. Hong Joo pikir itu karena sudah lama tidak datang ke kantornya jadi Semua terasa beratdan entah kenapa merasa sangat gugup. Jae Chan pun mengoda akan mengantarnya sampai masuk ke dalam kantor saja.
“Kenapa kau seperti ini? Aku akan salah paham lagi. Aku akan mengikutimu dan memintamu mengantarku ke kantor setiap hari. Aku juga akan memaksamu untuk melindungiku.” Ucap Hong Joo mengejek.
“Kita bisa melakukan itu, jadi Mintalah aku melindungimu, hampiri dan ganggulah aku. Bahkan Mintalah untuk mengantarmu pulang dan mengantarmu ke tempat kerja. Aku akan mencobanya...Itu... Aku akan melakukannya jika itu bisa membuatmu lega.” Ucap Jae Chan
“Kenapa kau seperti ini kepadaku? Kau terdengar sungguh-sungguh.” Kata Hong Joo tak percaya. Jae Chan mengaku kalau memang yang dikatakan sangat serius.
Hong Joo tiba-tiba menangis. Jae Chan tak percaya hanya Karena itu Hong Joo bisa menangis. Hong Joo mengaku kalau menangis karena mempercayai Jae Chan dan sangat merasa lega bahkan sangat ingin mendengar itu jadi Karena itu aku menangis, lalu melihat dari ponselnya.
“Astaga, riasanku berantakan.” Kata Hong Joo lalu menarik dasi Jae Chan untuk menghapus air manya. Jae Chan mengeluh kalau Hong Joo tak boleh melakukan itu.
“Katamu kau akan melindungiku. Apa Ini saja tidak bisa?” kata Hong Joo sambil merapihkan riasan dari air matanya, lalu sengaja menyadarkan kepalanya di dada Jae Chan.
“Jangan menghindariku hari ini.” Ungkap Hong Joo dengan bersandar di dada Jae Chan. Jae Chan pun memeluk Hong Joo sambil menepuknya. 
Doo Hyun bertanya apakah Hong Joo tak suka dengan seragam barunya. Hong Joo dengan senyuman mengaku sangat menyukainya. Jae Chan berdiri didepan gedung melihat ada bekas eyeliner di dasinya, lalu berjalan menatap gedung tempat Hong Joo seperti sudah siap melindunginya.
Bersambung ke episode 11

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar