PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 22 November 2017

Sinopsis Because This My First Life Episode 14 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Se Hee mengirimkan pesan pada Ji Ho sambil berjalan “Ji Ho , kau dimana? Aku lagi di luar rumah.” Lalu tiba-tiba matanya terkejut melihat Jung Min yang ada didepanya. Jung Min juga kaget melihat Se Hee yang sudah 12 tahun tak bertemu.  Ji Ho baru keluar dari toilet melihat dari kejauhan.
“Halo... Apa Kau tinggal  Di komplek ini?” ucap Jung Min yang masih kaget dengan mengangkat kedua tanganya. Se Hee membenarkan.
“Kau kenapa di sini?” tanya Se Hee. Jung Min mengaku kalau cuma lewat saja. Se Hee menganguk mengerti lalu menatap Jung Min yang masih kaku. Jung Min pun buru-buru menurunkan tanganya.
“Apa kau mau aku kasih kartu namaku?” ucap Jung Min menghilangkan rasa gugup. Se Hee binggung, tapi akhirnya memilih untuk mengangukan kepala.
“Kapan-kapan kita harus minum teh bersama. Aku agak letih sekarang.” Ucap Jung Min setelah memberikan kartu namanya. Se Hee menganguk lalu mereka pun berpisah. Ji Ho sengaja bersembunyi dan hanya mengintip dari celah pilar. 


Setelah Se Hee pergi, Ji Ho mendatangi Jung Min yang masih menunggunya. Jung Min berusaha untuk tak terjadi apa-apa dengan menanyakan keadaan Ji Ho adan apalah tadi sudah ke kamar kecil. Ji Ho menganguk dan bertanya balik dengan keadaan Jung Min.
“Aku sepertinya sudah sadar sekarang Malam ini aku sudah bersenang-senang.”.” Kata Jung Min. Ji Ho ingin segera pamit pergi.
“Biar kuantar kau pulang.” Ucap Jung Min. Ji Ho menolak karena rumah sudah dekat jadi hanya tinggal jalan kaki saja.
“Apa suamimu datang menjemputmu? Ahh.. Aku memang kurang cepat memikirnya sampai situ Kalau begitu, hati-hati di jalan.” Ucap Jung Min. Ji Ho pun hanya diam saja. 

Se Hee duduk ditaman terdiam melihat kartu nama milik Jung Min, lalu bergegas untuk menelp Ji Ho dengan nama [Istri] di ponselnya, saat Ji Ho mengangkat wajahnya langsung panik menanyakan keberadaannya. Ji Ho mengatakan kalau ada disini. Se Hee melihat Ji Ho sudah ada dibelakangnya.
“Kenapa kau tidak angkat teleponnya?” tanya Se Hee paniik. Ji Ho mengaku kalau tak sempat.
“Maaf. Padahal tadi aku mau menelepon.” Kata Ji Ho lalu mengajak masuk.
“Entah kenapa, aku bisa minum banyak hari ini. Mungkin itu karena aku sudah lama tak minum-minum.” Ungkap Ji Ho. Se Hee mengerti 
“Apa Kau minum bersama dengan perusahaan produksi?” ucap Se Hee. Ji Ho membenarkan.
“CEO-nya juga jago minum.” Ungkap Ji Ho penuh rasa cemburu. Se Hee pun tak banyak berkata-kata lagi. 


Se Hee sibuk membuat minuman didapur, Ji Ho keluar dari kamar mandi ingin mengambil minuman di kulkas. Se Hee menyuruh Ji Ho untuk minum dari air yang sudah dibuatkana karena nanti  bisa sakit.
“Taruh di samping tempat tidurmu. Kalau-kalau nanti tengah malam kau terbangun.” Ucap Se Hee.
“Ini masih hangat... Terima kasih.” Kata Ji Ho dengan wajah dingin. 

Keduanya saling mengucapkan Selamat malam dan akan masuk kamar. Se Hee kembali bertanya Apakah Malam ini juga mau tidur bersama lagi. Ji Ho langsung menolak kalau menurutnya malam ini.. Se Hee seperti bisa mengerti dengan penolakan Ji Ho.
“Maaf.. Maksudku Bukan begitu... Aku cuma agak lelah. Belakangan ini, aku  suka mendengkur.” Jelas Ji Ho. Se Hee bisa mengerti.
“Aku juga akan banyak membuatkan teh jadi minta saja kalau mau.” Kata Se Hee. Ji Ho menganguk mengerti. 


Ji Ho duduk di kamar sambil mengingat semua pembicaraan Se Hee dan juga Jung Min sebelumnya. Se Hee mengatakan pernah bertunangan sekali. Lalu Jung Min mengatakaan sudah hampir menikah sekali. Se Hee memberitahu Rumah, Kucing,  dirinya sendiri,, cuma tiga hal ini saja yang bisa ditangani dalam hidup.
“Kami berkencan, dan aku mengandung bayinya.” Kata Jung Min
“Pernikahan bukan hanya tentang pasangan. Dibanding perasaan mereka, pernikahan itu sistem yang lebih bergantung pada pemahaman orang sekitar.” Ungkap Se Hee.
“Aku mengalami keguguran  dan kami pun berpisah. Keluarganya juga menentang hubungan kami.” Kata Jung Min
“Kalau aku, tujuan hidupku takkan terjadi apapun dalam hidupku.” Ucap Se Hee. 


Sementara Se Hee menatap kartu nama Ko Jung Min, teringat saat Ji Ho menceritakan Ada CEO perusahaan produksi yang datang menemuinya dan terlihat orangnya tidak seperti kebanyakan orang. Wanita yang kuat bukan dalam arti menyakiti orang lain tapi orang yang bisa melindungi orang lain, menurutnya Jung Min seperti pohon.

Se Hee menelp Ji Ho dari kamarnnya meminta maaf menelepon malam-malam, karena Ada yang harus dikatakan. Ji Ho pun mempersilahkan.  Se Hee mengucapkan Selamat sudah mendapatkan kesempatan menulis lagi.
“Orang ini pasti terluka...,” gumam Ji Ho mendengar suara Se Hee
“Aku sangat senang... ...kau bisa mulai  dari awal lagi.” Kata Se Hee.
“ketakutan...,dan cemas.” Gumam Ji Ho lalu mengucapkan  Terima kasih.
“Selamat tidur, Ji Ho” kata Se Hee. Ji Ho pun melakukan hal yang sama. Keduanya menutup telp terlihat wajah lelah. 



[Episode 14: Karena ini  Pengakuan Pertamaku]
Seorang wanita bertanya apakah ia akan memotongnya seperti biasa. Ho Rang menjawab tidak. Sang Goo menungu di cafe dengan meminum kopinya, lalu dikagetkan dengan Ho Rang yang datang dengan potongan rambut pendek. Keduanya pun duduk bersama.
“Maaf aku menghubungimu tiba-tiba. Padahal kau sibuk.” Ucap Ho Rang
“CEO sibuk darimananya, tapi Karyawankulah orang-orang yang sibuk dan Ho Rang. Kau potong rambut.”  Ucap Sang Goo
“Ya. Aku mau ganti penampilan.” Ungkap Ho Rang. Sang Goo memuji kalau itu potongan rambut yang cocok dengan wajahnya.
“Won Seok...sangat sungguh-sungguh, 'kan? Tolong beritahu aku. Aku juga ingin tahu tapi aku tidak tahu harus tanya ke siapa. Dia sungguh-sungguh, 'kan?” ucap Ho Rang menyakinkan.
“Untuk sekarang ini..., Kurasa begitu.” Kata Sang Goo merasa keputusan temanya sangat yakin.
“Kalau begitu... Walaupun aku memohon padanya, maka dia tidak akan kembali  padaku, 'kan?” kata Ho Rang
“Menurut Won Seok, dia membuatmu tidak bahagia. Makanya dia memutuskan untuk membiarkanmu meninggalkan dia.”jelas Sang Goo.
“Jadi  Bukan karena dia ingin meninggalkanku?” ungkap Ho Rang
“Aku tak tahu itu...,tapi jika seseorang berpikir mereka  menyusahkan orang tersayang mereka, malah akibatnya  mereka membenci diri mereka sendiri. Rasanya juga menyedihkan.” Jelas Sang Goo
“Ya... Berarti ini akhir hubungan kami” ungkap Ho Rang seperti biasa menerimanya. 

Saat itu di jalan seorang memanggil CEO Ma dan Sang Goo mebmalas membalas memanggil Asisten Shin menanyakan kabarnya dan bertanya apakah mampir ke kantor. Tuan Shin membenarkan.
“Aku ada rapat konsultasi keuangan.” Ucap Tuan Shin lalu melirik pada Ho Rang seperti sangat tertarik.
“Apa Kau tak mau memperkenalkanku? Apa mungkin dia...” ucap Tuan Shin.
“Dia bukan pacarku., tapi sahabatnya pacarku.” Kata Sang Goo lalu memperkenalkan Ho Rang pada Tuan Shin.
“Namaku Shin Young Pyo.  Aku mengurus keuangan bisnisnya.” Ucap Tuan Shin memberikan kartu namanya.
“Ya. Tapi aku tidak punya kartu nama.” Ucap Ho Rang lalu pamit pergi lebih dulu pada Sang Goo. Sang Goo pun akan menelp nanti dan meminta agar Hati hati di jalan.
Ho Rang duduk di halte sendirian, sebuah mobil berhenti di depanya. Tuan Shin menurunkan jendela mobilnya memberitahu CEO Ma bilang Ho Rang mau pergi ke Sillim-dong. Ho Rang membenarkan. Tuan Shin mengatakan kalau akan mengantar Ho Rang, karena bus yang lewat cuma sedikit. Ho Rang menolak.

“Aku bukan orang jahat dan Sudah lama aku kenal CEO Ma.” Ucap Tuan Shin menyakinkan. Ho Rang pun akhirnya masuk ke dalam mobik.
“Apa Kau tinggal di sekitar sana?” tanya Tuan Shin mencoba untuk akrab. Ho Rang menjawab tidak karena hanya ingin ambil barang disana.
“Ohh.. Begitu rupanya... Tapi Ho Rang, Apa kau sungguh tak tahu siapa aku?” ucap Tuan Shin. Ho Rang binggung
“Aku ingin menikah. Itu ada di aplikasi "Kencan Daripada Pernikahan".  Kita pernah mengobrol sebelumnya, karena kau menerima permintaan temanku. Aku sebenarnya  agak kaget tadi, tapi langsung mengenalimu.” Ucap Tuan Shin. Ho Rang menganguk mengerti dan terlihat tak begitu tertarik.
“Kau orang pertama yang kuajak bicara  setelah mengunduh aplikasi itu. Tapi kau tidak membalas obrolanku lagi setelah itu. Kukira kau mencampakkanku.” Ungkap Tuan Shin
“Begini...saat itu, aku baru  mengunduh aplikasi itu jadi aku cuma langsung menjawab tanpa pikir-pikir. Itu 'kan aplikasinya CEO Ma, jadi...” ucap Ho Rang yang langsung disela oleh Tuan Shin.
“Jadi apakah sekarang kau mencoba menjauhiku? Apa kau terkejut karena aku ketahuan? Kau tidak bisa menyangkalnya, 'kan?” ucap Tuan Shin.
“Terima kasih sudah mengantar dan Hati-hati di jalan.” Kata Ho Rang lalu bergegas turun. Tuan Shin kaget karena ia bahkan tak bisa mengatakan salam perpisahan pada Ho Rang. 


Ho Rang naik ke rumah atap, melihat semua tanaman yang ada didepan rumah, lalu melihat sofa yang dibeli Won Seok, karena tak cukup masuk didalam rumah akhirnya harus menaruh di luar. Ia berjalan masuk ke kamar melihat papan dengan penuh foto kebersaman mereka.
Ia membaca tulisan [Kita harus saling mencintai selamanya!] dan foto perayaan mereka di  [Hari jadi ke-5, Hari jadi ke-100 hari, lalu caption Rumah bahagia kita dan juga tulisan [Aku mencintaimu, sayang! Aku mencintaimu, Ho Rang!]
Ho Rang melepaskan semua foto dengan Won Seok seperti sudah tak ada harapan untuk kembali. Saat sedang membereskan semua barang-barangnya. Won Seok masuk ke dalam rumah. 

Ho Rang akan pergi dengan kopernya, lalu berkata pada Won Seok kalau yang dikatakan itu benar. Ia sekarang, akan menjadi lebih jujur pada perasaannya, lalu menuruni tangga. Tuan Shin masih menunggunya, Ho Rang kaget karena berpikir Tuan Shin sudah pergi.
“Kau bilang tadi mau ambil barang, dan kurasa bawaanmu bakal berat. Tapi kulihat sepertinya kau lagi agak tak sehat.” Kata Tuan Shin. Ho Rang binggung.
“Masuklah, biar kuantar kau pulang.” Kata Tuan Shin. Ho Rang menolak karena membuatnya jadi tidak nyaman.
“Kau pasti lagi demam hebat. Dari yang kulihat, kau pasti terserang demam.” Kata Tuan Shin. Ho Rang kembali binggung karena Tuan Shin seperti bisa mengetahuinya.
“Maksudku, kau sudah  seperti mau pingsan. Jadi mana bisa aku mengabaikannya? Ayolah, Ho Rang.. “ ucap Tuan Shin. Ho Rang bisa melihat dari sudut matanya kalau Won Seok melihatnya. Akhirnya Ia memutuskan untuk naik mobil, Won Seok melihat Ho Rang dengan tatapan kecewa. 


Jung Min memberitahu Ji Ho kalau akan mengajukan tuntutan  hukum setelah ini danSaat mereka melakukan penyelidikan,  maka Ji Ho harus diinterogasi sebagai korban dan bertanya apakah Ji Ho tak keberatan soal itu. Ji Ho mengerti karena sudah menduganya.
“Untungnya, kau masih menyimpan SMS dan riwayat panggilan untuk membuktikan gugatanmu terhadapnya Tapi jika mereka mulai menggunakan  media dan artikel berita mungkin jadinya akan  sedikit rumit. Lagipula perkara ini soal industri penyiaran.” Jelas Jung Min
“Ya, aku harus mempersiapkan diri.” Kata Ji Ho. Jung Min pikir kalau mereka bisa lanjutkan proses ini.
“Oh, dan juga ini kontrak kita.” Ucap Jung Min memperlihatkan lembar berikutnya. Ji Ho melihat isi kontrak Menulis dan hanya terdiam.
“Kau tidak perlu menandatanganinya sekarang. Jadi kau bisa Bawa saja dulu, dan baca di rumah baik-baik. Kalau kau ingin adanya perubahan, bilang saja padaku” ucap Jung Min. Ji Ho terus melihatnya.
“Tapi...gajinya...” ucap Ji Ho. Jung Min pikir mereka bisa  membicarakannya lagi
“Sepertinya gajinya lebih sedikit dari  harapanmu, kan?” pikir Jung Min. Ji Ho mengaku bukan seperti itu.
“Jumlahnya Malah ini terlalu banyak.” Ungkap Ji Ho polos.
“Penulis Yoon... Kau seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu.  Kalaupun kau kaget, maka kau harus mengekspresikannya diam-diam. Ini kontrak dan Kau mana bisa jujur mengekspresikan dirimu pada musuhmu.” Jelas Jung Min

“CEO... Kau bukan musuhku.” Ungkap Ji Ho yang benar-benar polos.
“Ini jumlahnya tidak banyak dan Ini adalaah jumlah yang biasa kami tawarkan pada penulis baru. Kami tidak menandatangani kontrak  dengan penulis yang sering bersikap jujur. Tapi begitu kami melakukannya,  maka kami melakukannya dengan semestinya. Jika kita ingin lama bekerja sama  dengan mereka.” Jelas Jung Min.
“CEO Ko... Hari ini... Apa kita bisa makan bersama?” ucap Ji Ho. Jung Min pun langsung setuju. 


Se Hee melihat dalam website film apa saja yang sudah dirilis pada perusaan Jung Min, salah satunya adalah "Memory" lalu melihat bagian profile Jung Min yang memiliki "Lebih Penting Mengerjakan Hal yang Bagus  Daripada Banyak Hal" seperti hasil wawancara.
[Apa itu penting bagi citra perusahaanmu?]
[Aku memulai pekerjaan ini karena  sangat membutuhkan uang. Uang itu sangat berguna.]
Se Hee melihat kartu nama [Ko Jung Min] dan akhirnya bergegas keluar dari ruangan. 

Ji Ho dan Jung Min sudah ada di restoran, Jung Min terlihat penuh semangat akan menyendok nasinya bertanya apakah Ji Ho sudah meringankan mabuknya. Ji Ho menceritakan kalau Kemarin, minum air madu sebelum tidur Jadi paginya, merasa baik-baik saja.
“Apa suamimu yang membuatkan minumannya?” tanya Jung Min. Ji Ho membenarkan.
“Suamiku... yang membuatkannya... CEO.. Sebelum tandatangan kontrak,  ada yang ingin kutanyakan.” Ucap Ji Ho. Jung Min pun mempersilahkan.
“Ini soal pria yang kaubicarakan sebelumnya. Pria yang hampir pernah  menikah denganmu. Kalau kalian bertemu lagi, bagaimana reaksimu? Kalau kau bertemu dia... apa kau akan mencintainya lagi?” ucap Ji Ho. Jung Min pun menaruh sendoknya.
“Apa Ini...ada hubungannya dengan kontrak kita?” tanya Jung Min mulai serius. Ji Ho membenarkan.
“Ini soal kontrak kita..., dan sangat penting.” Kata Ji Ho
“Sebenarnya...,aku pernah bertemu dengannya... Pria itu... Sewaktu aku ke komplek rumahmu. Hari itu, aku tak sengaja  bertemu dengannya. Jadi pertanyaanmu terasa sedikit...Sedikit aneh.” Ungkap Jung Min.
“Hari itu juga, suamiku keluar rumah menjemputku. Dia adalah Se Hee-ssi.” Ungkap Ji Ho. Jung Min terlihat kaget. 


Soo Ji mengemudikan mobilnya, terlihat menahan amarahnya. Ia mengingat yang dikatakan oleh Sang Goo semalam
“Dari yang kuperhatikan, kau tidak pernah  menghadapi dunia dengan semestinya  Menggunakan nama perusahaan dan ibumu sebagai alasan..., kau selalu menyalahkan dunia. Aku yakin kau juga perlu menghadapi dunia dan mengatakan apa yang ingin  kau katakan setidaknya sekali dalam hidupmu.Begitu kau memulainya..., maka aku akan siap mendukungmu.” 

Soo Ji bertemu dengan Tuan Park saat ada di depan lorong. Tuan Park menyapa Soo Ji bertanya apakah baru saja rapat dengan kliennya. Soo J membenarkan alau ada banyak yang diskusikan mengenai investasi tambahan. Tuan Park mengerti dan memberikan semangat.
“Asisten Park. Bagaimana kalau kita keluar  merokok sebentar?” ucap Soo Ji. Tuan Park bertanya apakah itu sekarang. Soo Ji menganguk.
Keduanya pergi keluar gedung dengan Soo Ji yang menawarkan rokok, tapi Tuan Park menolaknya hanya ingin tahu apa yang akan dikatakan Soo Ji.
“Aku bergabung dengan tim ini  tahun 2015...,jadi ini sudah tiga tahun sejak aku  mulai bekerja sama denganmu. Artinya 800 hari dan 7.200 jam.” Ucap Soo Ji. Tuan Park seperti baru mengetahuinya.
“Tapi sebagian besar waktu itu sangat mengerikan  bagiku, Asisten Park.” Ungkap Soo Ji. Tuan Park bingung apa yang dimaksud Mengerikan?/
“Ya. Kapan pun kita makan malam tim..., maka aku bertanya-tanya bagaimana harus bereaksi terhadap lelucon seksualmu. Pada hari setelah aku cuti.., kukira kau akan bertanya aku pergi kemana dengan pacarku. Aku bertanya-tanya bagaimana  seharusnya bereaksi terhadap hal itu. Pada dari aku izin sakit...,maka aku berpura-pura tak sakit karena aku khawatir kau mungkin bertanya apa aku lagi datang bulan.”jelas Soo Ji.
“Memikirkanmu seperti ini, Asisten Park..., itu sangat mengerikan dan menyakitkan. Tapi kita ini rekan kerja yang telah  bekerja sama selama 7.2 jam. Bukankah itu menyedihkan?” ungkap Soo Ji
Tuan Park seperti masih tak mengerti, dan ingin Soo Ji mengatakan yang diingikanya.  Soo Ji mengatakan kalau ingin Tuan Park  meminta maaf  atas segalanya kalaau sudah menyakitinya. Tuan Park terlihat kaget. Soo Ji mengatakan  hanya butuh permintaan maaf darinya.
“Minta maaflah secara resmi di depan semua anggota tim kita. Aku sungguh ingin mengakhiri  hubungan mengerikan ini denganmu sekarang. Aku tulus dalam memberitahukan  hal ini padamu. Jadi tolong tunjukkan ketulusanmu juga. Sekarang Kalau begitu, aku akan menunggunya.” Tegas Soo Ji lalu melangkah pergi. 

Sang Goo duduk ditaman sambil menyanyi “Daun-daun berguguran”. Soo Ji datang dengan wajah tersenyum langsung memeluk Sang Goo, Sang Go binggung bertany ada apa. Soo Ji mengaku Tidak ada apa-apa tapi hanya senang saja melihatnya. Sang Goo mengoda Soo Ji yang terlihat manis sekali.
“Yah.. Kau benar. Aku selalu berusaha menghindari dan  menjelekkan dia di belakangnya. Tapi aku belum pernah berbicara  dengan Ass. Park secara pribadi. Dia juga hanyalah seorang anak dan seorang ayah jadi Dia sama saja.” Ucap Soo Ji akhirnya duduk bersama.
“Soo Ji-ku memang orang yang luar biasa... Kemarilah” ungkap Sang Goo gemas mencubit pipi Soo Ji. Soo Ji langsung melirik sinis.
“Apa Ini tidak boleh?” tanya Sang Goo ketakutan. Soo Ji mengatakan tak boleh. Sang Goo pun langsung melepaskan tanganya dan kembali bernyanyi bahagia. 

Sang Goo kembali ke kantor, saat baru masuk ruangan melihat Se Hee berdiri sendirian dan ingin mengagetkanya, tapi malah ia yang dibuat kaget melihat kartu nama yang dilihat Se Hee tertulis nama Ko Jung Min. Se Hee pun juga kaget karena Sang Goo sudah ada dibelakangnya dan menyebut nama Jung Min. 

Keduanya duduk di taman, San Goo tak percaya kalau mereka bisa saling  bertemu lagi seperti ini, lalu bertanya apakah Ji Ho tahu tentang itu juga dan bagaimana dia bisa  tahu situasi gila ini,lalu apakah mereka akan bekerja sama. Se Hee pikir itu Mungkin.
“Bukankah kau perlu  membicarakannya lebih dulu? Lagipula mereka pasti akan sering bertemu.” Kata Sang Goo. Se Hee pikir itu pasti.
“Mereka CEO dan penulis naskah  dari perusahaan produksi. Apa yang harus kukatakan padanya? Aku bahkan tidak tahu  harus mulai dari mana. Lalu Apa yang harus kukatakan dan apa yang harus tidak kukatakan?” ucap Se HEe.
“Haruskah aku memberi tahu Ji Ho kalau dulu aku berkencan dengannya? Haruskah kuberitahu  kalau dulu itu semuanya berantakan  karena aku dulu belum dewasa. Apapun yang kukatakan, itu tetap akan menyakitinya. Ji Ho itu lugu... Aku tidak ingin menyakitinya dengan menceritakan masa laluku.” Ungkap Se Hee terlihat khawatir.
“Yang kumaksud bukan Ji Ho, tapi Yang kumaksud Jung Min. Aku bertanya-tanya bagaimana kau akan menjelaskan Jung Min, Ji Ho itu siapamu. Itulah pertanyaanku.” Ungkap Sang Goo melonggo kaget mendengar jawaban Se Hee.
“Dulu aku berpikir kau tidak bisa melupakan Jung Min. Makanya kau sekarang menikah di bawah kontrak. Kukira Ji Ho hanya menjalani hubungan kontrak denganmu. Bukankah bagimu, dia hanyalah penyewa rumah?  Ini Berarti bukan Jung Min yang kau khawatirkan.” Kata Sang Goo tak percaya lalu pergi meninggalkan temanya. 



Se Hee menatap kartu nama Jung Min diatas kursi taman, sambil bergumam
“Kupikir aku bisa bertemu dengannya lagi walau sekali dalam hidupku. Aku bahkan memikirkan apa yang harus kulakukan saat itu terjadi. Aku akan mengatakan "Apa Kabarmu baik? Lama tak jumpa."
Se Hee hanya melonggo diam melihat Jung Min ada didepanya, bahkan Jung Min yang menyapanya lebih dulu.
“Tapi begitu aku bertemu kau, aku menyadari aku  khawatir dengan orang lain. Kapan sebenarnya itu bermula?”
Se Hee khawatir dengan Ji Ho bahkan menelp dan menunggunya karena belum pulang.
“Padahal kukira satu-satunya hal yang tersisa dalam hidupku...hanyalah daun musim gugur yang kering.Padahal kukira sisa hidupku, aku akan menghabiskan waktu  sendirian menunggu daun berguguran.”


Se Hee berjalan melihat sebuah toko buku dan mencari sesuatu.
“Padahal aku tidak ingin melakukan apapun  yang bisa mempengaruhi hidup orang lain.”
Lalu Ia menemukan sebuah judul buku ["Walau Tak Ada Apapun yang Akan Berubah Jika Kau Menangis"]
“Padahal kukira aku tidak akan pernah membuat seseorang menangis lagi.”
Saat itu petugas apartement memanggil Se Hee yang ditinggal di kamar 401, ternyata Yong Seok yang datang ke apartement. 

Bo Mi masuk kantor bertanya dimana Se Hee. Salah satu pegawai menjawab  Se Hee pulang cepat hari ini. Bo Mi akan kembali duduk tapi melihat Won Seok yang sibuk mengetik langsung menarik tanganya, dan memarahi kalau pegawai baru itu ingin mengacaukan program  hanya karena mantannya.
“Padahal kau baru dua minggu kerja di sini.” Ucap Bo Mi. Won Seok binggung, tapi setelah melihat yang ada dilayar langsung menghapus semua tulisanya yang ngawur.
“Tapi kenapa kau bisa tahu?” kata Won Seok. Bo Mi pikir Mana mungkin tidak tahu, karena Wajah Won Seok yang menyiratkan semuanya. Won Seok seperti tak menyadarinya.
“Menjalin hubungan berarti ada saatnya hubungan akan berakhir. Kenapa kau sampai terlihat sekali? Padahal itu hanya salah satu hubungan  yang kau jalani dalam hidupmu.” Ejek Bo Mi
“Tapi dia memang satu-satunya hubungan  yang kujalani dalam hidupku.” Ungkap Won Seok. Bo  Mi seperti baru mengetahuinya.
“Berarti itu, kau pertama kalinya dengan dia?” ucap Bo Mi seperti memberikan koda. Won Seok berpura-pura tak mengerti maksudnya.
“Ya apa lagi? Putus, maksudku.” Kata Bo Mi lalu kembali duduk di kursinya.


Ho Rang keluar dari restoran setelah berkerja, Tuan Shin kembali mengirimkan pesan. “ Sepertinya kau sangat sibuk hari ini, Ho Rang-ssi. Ho Rang-ssi, hari itu kau sampai rumah dengan selamat, 'kan? Malam ini, kau mau makan bersamaku?” akhirnya Ho Rang pun membalas pesan dari Tuan Shin. Ho Rang sudah ada di pinggir jalan sampai akhirnya tuan Shin langsung menjemputnya. 

“Aku tidak terlambat, bukan Aku langsung pergi setelah kau balas SMS-ku. Kau pasti lapar. Jadi Kau mau makan apa?” ucap Tuan Shin penuh semangat
“Aku tidak mau makan... Kita minum bir saja.” Kata Ho Rang. Tuan Shin kaget Ho Rang yang langsung mengajak minum bir.
 Bersambung ke part 2 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar