PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 08 Desember 2017

Sinopsis Black Knight Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
“Pegunungan Alpen Selatan sangat indah pada saat ini. Anggurnya pun sangat nikmat. Pastikan kalian menikmati segelas saat berada di sana.”
Seorang pria mengemudikan mobil mewah dengan kacamata hitam, terlihat sangat menikmati udara pengunungan Alpen. Terdengar suara seseorang yang memanggilnya “Permisi, Tuan Tampan.” Moon Soo Ho menengok seperti ada seseorang yang memanggilnya. 

Jung Hae Ra sedang ada di bandara memanggil seorang pria bertanya mau kemana. Si pria mengatakan harus makan. Hae Ra menahannya karena akan  selesai menjelaskan jadi Pergi setelah itu. Hae Ra seperti sedang membawa rombongan tour.
“Selain itu, garam dan madunya juga terkenal, jadi, Anda harus beli untuk oleh-oleh. Dengan Membeli sebotol anggur juga ide yang bagus. Perlengkapan mandi yang dibolehkan dibawa ke pesawat cuma sebegini. Kalian tahu, kan?” ucap Hae Ra memperlihatkan tas ditanganya dalam bentuk kecil.

Hae Ra melihat seorang nenek membawa botol besar, Si Nenek mengatakan kalau ingin mencuci rambut. Hae Ra memberitahu Tidak bisa keramas di pesawat jadi meminta agar meninggalkanya. Si Nenek mengaku  butuh botol besar.
“Walau begitu, kita tidak bisa keramas di pesawat.” Ucap Hae Ra mencoba memberitahu si nenek agar tak bawa cairan berlebihan ke dalam pesawat. Lalu Ia saling menarik plastik yang berisi kimchi.
“Aku tidak bisa makan tanpa kimchi.” Ucap si nenek.
“Itu akan diambil saat Anda masuk Atau simpan di bagasi terdaftar. “ ucap Hae Ra
Keduanya saling tarik menarik, sampai akhirnya plastik kimchi terbuka dan Hae Ra terkena air kimchi. Seorang Ibu kesusahan menutup koper, Hae Ra menekan bagian bagian atas koper agar bisa tertutup. Setelah mengecek isi koper, Hae Ra menempelkan stiker meminta agar para penumpang mengambil koper yang sudah ditempel stiker dan mereka pun segera masuk bandara. Mereka semua terlihat senang karena tiba dengan selamat.
Hae Ra berjalan keluar dari bandara dengan wajah lelah, sambil melepaskan sepatunya dengan memijat kakinya. Saat itu tiga orang wanita berjalan masuk sangat bersemangat untuk pergi berjalan-jalan. Hae Ra menatap sedih dan melihat pesawat yang mulai terbang meninggalkan Seoul. 

“Halo, ini Jung Hae Ra dari departemen bisnis. Anda menelepon kami tadi siang, kan? Kastel tua yang telah direnovasi menjadi sebuah hotel itu berjarak dua jam dari stasiun pusat.” Ucap Hae Ra mengangkat telp dari meja kerjanya.
Soo Ho turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup luas dengan pelayan yang menyambutnya. Wajahnya terlihat sangat tampan memasuki lorong rumah dan juga tangga, seperti Ia hafal semua jalan yang ada didalam rumah.
“Ada desa yang tenang di dekat kastel itu. Pasar Natal akan segera diadakan di alun-alunnya.Walau sempat ada beberapa pekerjaan perbaikan, kastelnya tetap sama seperti 400 tahun lalu. Seorang kesatria tinggal di sana pada abad pertengahan. Rumornya pria dari Hong Kong atau negara Asia lainnyamenjadi pemilik kastel itu.”
“Namun dia hampir tidak pernah datang ke sana. Entahlah. Pasti dia sangat kaya sampai bisa mengurus kastel. Ya, ada yang mengatakan dia mafia Asia dan bermata satu. Banyak rumor tentang dia. Namun tidak seorang pun pernah melihatnya.” 

Soo Ho akhirnya masuk ke sebuah ruangan, Ia melihat sebuah kartu ucapan yang bertuliskan "Soo Ho, semoga kamu bertemu wanita di di Natal ini" wajahnya terlihat datar.
“Ada sebuah legenda tentang kastel itu. Jika kita menemukan tulisan cakar ayam samar di kamar atap, doa kita akan terkabul.”
Soo Ho membuka sebuah kotak, ada dua gambar ksatria dan Tuan Putri seperti wayang dan juga foto seorang anak kecil yang ada dalam figura. Ia seperti mengingat suara seseorang
“Saat kita bertemu lagi, kukira kita akan bersama selamanya.” Ucap Hae Ra dengan tatapan sedih.  Soo Ho seperti mengingat kata-kata seorang anak “Mari kita bertemu di sana saat Natal tiba.” 
Ternyata Soo Ho tinggal di kastil yang besar berada ditebing dan ada pengunungan Alpen yang sangat indah. Sementara Hae Ra duduk didepan meja kerjanya, wallpaper layar komputernya adalah kastil yang ditempati Soo Ho dan juga foto dengan keluarganya serta foto pria dengan pakaian Jaksa.

“Benar. Anda tidak tertarik dengan tulisan cakar ayam. Aku akan mencarikan jadwal penerbangannya sekarang. Penerbangan pekan depan ada di hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat. Ada juga penerbangan yang transit di Istanbul... Baiklah, akan kucarikan untuk Anda sekarang. Apa Mau kupesankan hotel kastel itu untuk Anda juga?” tanya Hae Ra
“Ya, tolong pesankan... Akan seru jika si pemilik dengan rumor itu juga bergabung denganku di sana. Aku tunggu teleponmu.” Kata Jang Baek Hee yang terlihat elegan dengan rumah yang misterius.

Ia berjalan di lorong rumah dan berdiri menatap jendela terlihat bulan purnama yang sangat terang. 


Flash Back
Zaman Joseon, seorang wanita di ancam dengan sebuah pedang seperti melakukan sebuah kesalahan. Hae Ra di masa itu terlihat akan dihukum dan Soo Ho yang menyelamatkanya saat ada didalama air. Seorang mengatakan kalau Pria itu bukan miliknya.
“Jika ada kehidupan berikutnya, tolong lahirlah di tempat yang indah.” Ucap Soo Ho menatap Hae Ra yang ada didepanya.
“Sekarang, semua harus kembali ke tempatnya.” Ucap Baek Hee dengan tatapan misterius. 

Hae Ra duduk dengan melihat jendela kalau bulan penuh yang sangat terang, lalu menuliskan pesan untuk pacarnya “ Sayang, aku lembur lagi malam ini. Karena maskapai penernangan Eropa sedang mogok malam ini, jadi aku harus begadang.”
Seorang pria membalas pesan Hae Ra, terlihat tampan dari bayangan disebuah kamar “Kau Pasti lelah, Hae Ra. Aku juga masih di Kejaksaan, Baru selesai dan akan segera pulang. Kirimi aku pesan setelah kau di rumah. Sampai besok.. Aku juga sangat merindukanmu.”
Pacar Hae Ra ternyata ada disebuah suite room melempar ponsel di ranjang terlihat ada pakaian dalam wanita. Ia duduk disofa dengan gaya seperti chaebol meminum wine, sampai akhirnya di kejutkan dengan bunyi bel kamarnya. 

Soo Ho melihat botol anggur dan tahu kalau itu bukan anggur yang tertera di kontrak dengan  berbicara mengunakan bahasa Prancis. Si  pria mengejek apakah Soo Hoo  sudah baca kontraknya dengan benar. So Hoo terlihat marah langsung membanting botol begitu saja.
“Pak, anggurnya 6.500 dolar!” teriak Si pria panik
“Aku tidak akan tanda tangani dokumen itu... Hati-hati. Jangan terluka.” Ucap Soo Hoo berjalan keluar dengan wajah penuh amarah. 

Seorang Pria tua datang ke tempat Soo Ho meminta aaf sudah mengganggu tengah malam begini. Soo Ho pun menyuruh si pria untuk duduk, Si pria dengan kepala beruban kembali meminta maaf karena mengganggu liburanya. Soo Ho seperti tak ingin berlama-lama bertanya apa yang diinginkan.
“Soo Ho, siapa sebenarnya kau? Apa kau seorang pembunuh? Semua pesaingmu dan orang yang mencoba merebut kontrakmu mati atau mengalami kecelakaan. Mulai Lorenzo, Joseph, Antonio...” ucap si pria yang langsung disela oleh Soo Ho
“Apa aku membunuh mereka?” tanya Soo Ho yang sempat terdiam.
“Kami juga sudah memeriksa alibimu. Kurasa kau dianugerahi sebuah berkat khusus dari Dewi Fortuna. Maaf anakku sudah tidak sopan. Dia jatuh cari tangga di gudang anggur. Itu belum pernah terjadi.” Ucap si pria dan si anak terlihat tanganya panah membungkuk meminta maaf pada So  Hoo
‘”Aku datang untuk mengatakan bahwa ingin tanda tangan dokumen itu.” Kata Si pria dengan mendekati Soo Ho ingin berjabat tangan. Soo Ho hanya menatapnya. 


Hae Ra sibuk menempelkan tag harga pada jaketnya, sambil mengeluh akalu semua label desainer seperti ini, karena tidak bisa memasang label harganya lagi. Teman Hae Ra, Kang Joo Hee mendekat kalau Sudah banyak yang memakai peniti untuk label harga.
“Mereka melakukannya karena orang-orang sepertimu. Orang yang memakainya sekali dan menjualnya lagi.” Ucap Joo Hee melihat Hae Ra y yang sibuk agar bisa mengembalikanya.
“Hei, lihat ini. Ini terlihat baru, bukan?” kata Hae Ra tapi Labelnya jatuh lagi saat baju di angkat. Joo Hee membantu Hae Ra memasangkan label harga karena ada telp di meja Hae Ra. 

Hae Ra mengangkat telp seperti pelangganya, terdengar suara Kim Young Mi bertanya apakah sudah memakai baju yang dikirimkan hari ini dan memastikan tidak menjualnya dan berharap sudah memakainya. Hae Ra pikir Young Mi akan lihat nanti.
“Putra sulung Grup Ji Myeong akan datang hari ini. Apa Pacarmu akan datang?” ucap Young Mi melirik seorang pria yang duduk disampinganya. Hae Ra mengatakan
“Aku tidak sabar menemui pacar jaksa tersayangmu.” Ucap Young Mi.
“Apa Kau sudah memilih tempat bulan madumu? Pesanlah dariku. Akan kuberikan harga khusus.” Kata Hae Ra

Seorang pria tua masuk ruangan berteriak-teriak mencari Hae Ra.  Hae Ra melihat pria itu adalah Tuan Cho Perusahaan Dagang Tae Gon. Tuan Cho melihat Hae Ra langsung memberikan pukulan pada wajah Hae Ra sampai terjatuh. Semua karyawan kaget dan binggung langsung menahan Tuan Choi da membantu Hae Ra bangun.
“Apa kau sengaja menyusahkanku? Istriku mengecek ponselku setiap hari.d dan Bisa-bisanya kau mengirimiku pemesanan onsen di sini?” ucap Tuan Cho marah
“Ini perjalanan Anda dengan wanita lain. Dan aku tidak mengirimkan pesan sesuai permintaan Anda. Tapi Itu dikirim dari hotelnya di Jepang.” Ucap Hae Ra berani melawan. Tuan Cho ingin memukul tapi ditahan oleh pegawai lain.
“Aku akan memakai agen perjalanan lain untuk perjalanan bisnis perusahaan kami mulai sekarang.” Ucap Tuan Cho akan meninggalkan ruangan.
“Apa Anda tidak mau minta maaf? Aku akan menyerahkan rekaman kamera pengawas sebagai bukti dan Anda akan kulaporkan atas penganiayaan.” Ucap Hae Ra menunjuk ke arah CCTV. 

Soo Ho bertemu dengan Marco di rumahnya. Marco mengataakn baru tiba dari perjalanan bisnis ke Roma dan bertanya apakah wanita itu akan datang tahun ini. Soo Hoo hanya terdiam. Marco pikir wanita harus datang dan ia juga harus menyampaikan sesuatu padanya.
“Aku akan bilang "Untuk menepati janji di masa kecilnya, Soo Ho menghidupkan kembali kastel tua ini." Aku ingin berterima kasih kepadanya.” Ucap Marco
“Marco... Aku akan ke Korea untuk mencarinya. Tapi mungkin dia tidak mengenaliku.” Kata Soo Ho. Marco terlihat binggung. 

Kepala Tim melihat keadaan Hae Ra memastikan kalau baik-baik saja dan mengumpat marah pada Tuan Cho, lalu mememarahi Joo Hee yang tidak menghentikannya. Young Mi mengaku sudah mencoba.Ponsel Hae Ra berdering dan dikagetkan kalau itu dari Kantor Polisi
“Kami sedang menginvestigasi sebuah kasus dengan Jaksa Choi. Bisakah Anda datang untuk membantu?”
Hae Ra sudah sampai kantor polisi berpikir kalau harus melaporkan Pak Cho  juga dan masuk ke ruangan "Divisi Pidana" lalu memanggil pacarnya yang sedang duduk. Si pria terlihat malu dengan tangan yang di borgol. Hae Ra mendekat bertanya apa yang terjadi.
“Ada apa ini? Kenapa kau tidak bisa dihubungi hari ini? Apa kau terlibat skandal politik? Apa Kau difitnah?” ucap Hae Ra. Si Pria terus menghindar.
“Choi Ji Hoon... Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku?” teriak Seorang wanita langsung menendang Ji Hoon. Hae Ra kaget meminta agar tak melakukanya, polisi pun menahan diri si wanita.
“Teganya kau?!!! Kembalikan 80.000 dolarku.”teriak si wanita. Hae Ra ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi.
“Apa Dia memeras wanita lusuh seperti itu juga? Orang ini penganggur. Dia bukan jaksa.” Teriak Si wanita. Hae Ra mulai marah berdiri membela Ji Hoon.
“Hei..Dengar... Kurasa kau keliru. Kau tahu Jaksa Kang Jae Sool dari Kejaksaan Seoul, kan? Aku sering melihatnya menyapa jaksa itu. Jadi...” ucap Hae Ra dan saat itu polisi menyela
“Ibunya lama menjadi ibu asrama di Sillim. Jadi, dia kenal dengan banyak petugas hukum.” Kata Polisi. Hae Ra kaget mendengarnya. 


Keduanya akhirnya duduk bersama, Hae Ra hanya terdiam ternyata suaminya berbohong. Ji Hoon melihat bibir Hae Ra yang terluka, Hae Ra hanya melirik sinis. Ji Hoon pikir bisa mengerti kalau tidak seharusnya aku mengatakan ini sekarang dan mengaku tapi sangat menyukai Hae Ra.
“Aku tidak pernah minta uang darimu... Itu Tidak pernah. Apa Kau tidak tahu alasannya? Karena aku mencintaimu.” Akui Ji Hoon.
“Kenapa kau bohong? Kenapa kau pura-pura menjadi jaksa kepada gadis miskin sepertiku?” kata Hae Ra.
“Aku kasihan kepadamu. Aku mengasihani semua tentangmu.” Akui Ji Hoon. Hae Ra melonggo kaget mendengarnya. 

Young Mi menyapa semua tamu bersama dengan Park Gon,  lalu mengenalkan pada Gon tamu yang datang putri bungsu Ketua Jung. Ia lalu menyapa salah seorang pria. Young Mi memberitahu kalau Pacar temannya adalah Jaksa Choi Ji Hoon dan bekerja di Kejaksaan Agung, di tim perancanaan informasi kriminal.
“Pasti dia anggota tim paling elite atau Bisa jadi dia calon Menteri Hukum.” Ucap si pria yang tak mengenal Ji Hoon.
“Kita lihat saja nanti... Seharusnya mereka sudah tiba.” Ucap Young Mi menunggu Hae Ra datang dengan pacarnya. 

Ji Hoon menjelaskan Hae Ra punya pacar jaksa dan menjadi sangat percaya diri jadi  merasa bersalah, maka dari itu ia tidak bisa memberitahumu atau meninggalkannya. Hae Ra ingin tahu apa yang dilakukan dengan uang para wanita itu. Ji Hoon pun mengeluh Hae Ran yang menanyakan itu.
“Aku sangat menyukaimu. Kau hangat, pendengar yang baik, dan yang paling penting, aku lebih menyukaimu dahulu karena kau jaksa.” Akui Hae Ra. Ji Hoon mengeluh karena mengetahui alasanya.
“Namun sekarang, Kurasa aku bisa mencintaimu walau kau bukan jaksa. Beri aku sedikit waktu.” Akui Hae Ra.
“Kau tidak boleh melakukan itu, Hae Ra. Kau akan menderita selamanya jika hidup seperti itu.” Ucap Ji Hoon.
“Kembalikan semua uang itu dahulu dan Cobalah menghindari hukuman penjara.” Pinta Hae Ra.
“Hae Ra, aku tidak mau menemuimu... Aku tidak suka wanita miskin. Jadi Dengar aku baik-baik, Kau harus lari, jika seorang kaya mendatangimu dan bilang mencintaimu.” Kata Ji Hoon. Hae Ra binggung kenapa Ji Hoon berpikiran seperti itu.
“Kau anak yatim dan menafkahi bibimu. Tidak ada yang mau memacarimu. Jadi, persiapkan dirimu untuk hidup sendirian. Jangan tergoda karena kesepian.” Kata Ji Hoon.
Hae Ra bisa mengerti, Ji Hoon menyuruh Hae Ra agar lari jika seorang pria baik-baik mendekatinya, Entah seorang pembunuh atau mengincar organnya. Dan mengaku kalau mengatakannya karena cemas. Hae Ra  sangat marah membalikan meja mengaku bahagia karena berkencan dengan Ji Hoon.
“Terima kasih karena sudah mempermainkanku.” Ucap Hae Ra.
“Benar. Larilah seperti ini dan Jangan lupa.” Teriak Ji Hoon. Hae Ra keluar dari polisi membiarkan 


Tuan Park Cheol Min melihat beberapa rumah betanya Berapa harga per tiga meter persegi. Seorang mengatakan Harganya 9.000 dolar, dan terus meningkat. Tuan Park mengeluh kalau kota kecil jelek begitu mahal. Saat itu Hae Ra yang berjalan sempoyongan bertemu dengan Tuan Park.
“Bukankah kau Hae Ra? Kudengar Gon dan Young Mi mau menemuimu hari ini. Apa Kau tidak pergi?” ucap Tuan Park. Hae Ra hanya diam
“Aku datang untuk melihat sebuah bangunan di kota ini. Kenapa kau terlihat muram? Apa Kau menangis?” kata Tuan Park. Hae Ra memilih untuk segera pergi. Tuan Park mengeluh Hae Ra yang tidak sopan seperti ayahnya lalu berjala pergi. 

Sekertaris Soo Ho memberitahu Sesuai prediksinya Ketua Park sedang mengembangkan area itu, kalau membeli bangunan-bangunan di area itu. Soo Ho melihat dari komputernya, berita dan foto-foto tentan Ketua Park. Sek Soo Ho memberitahu Ada agen real estat dan manajer bank yang bekerja eksklusif untuknya.
“Dia bahkan mengajukan pinjaman untuk membeli bangunan.” Ucap Sek Soo Ho.
“Aku akan mengurus orang ini.” Kata Soo Ho dengan mata menerawang jauh. 

Flash Back
Soo Ho mengayuh sepedanya, berteriak memanggil ayahnya saat melihat gudang mulai terbakar. Saat itu seseorang keluar dari ruangan, Soo Ho meminta tolong si paman agar bisa menolongnya dengan menarik kakinya. Tapi Si pria seperti tak peduli, Soo Ho bisa melihat dari balik masker kalau itu adalah Tuan Park.
Akhirnya Soo Ho masuk kedalam gudang untuk menyelamatkan ayahnya, dan saat itu gedung pun meledak. 

Soo Ho dengan wajah tertunduk masuk ke sebuah ruang. Tuan Jung datang memberitahu anaknya kalau mengenal sahabat ayahnya itu, dan Soo Ho adalah putra Doktor Moon. Hae Ra melihat Soo Hoo yang memiliki luka bakar dan seorang Genius matematika.
“Soo Ho akan tinggal di rumah kit di setiap liburan dan akhir pekan mulai sekarang. Kami ada pelatihan. Dia akan membantumu dengan pelajaranmu.” Ucap Tuan Jung mengajak Soo Ho masuk ke dalam rumah. 

Soo Ho  mengajarkan matematika untuk Hae Ra dikamar. Tapi Hae Ra malah tidur dengan bertopang dagu,  sampai akhirnya terbangun dan meminta agar  bermain selama satu jam sebelum melanjutkan. Soo Ho menolak menyuruh Hae Ra menyelesaikan sebelum kau pergi. Hae Ra merengek.
“Apa Kau tidak takut padaku?” tanya Soo Ho. Hae Ra pikir tak ada alasan harus takut.
“Apa Karena bekas lukamu? Kau bisa menggiling kentang untuk meringankan luka bakar. Jangan khawatirkan itu.” Kata Hae Ra yang bersikap optimis.
“Apa kau memang baik atau bodoh?” ejek Soo Ho
“ Aku menghormatimu, itu saja. Aku sangat payah dalam matematika.” Kata Hae Ra memperlihatkan gaya imut yang mengoda.
“Kukira bahasa Korea juga terburuk.” Ejek  Soo Ho. 

Soo Ho bertanya apakah Sek Soo Ho  masih tidak tahu di mana Jung Hae Ra. Sek Soo Ho memberitahu Pak Jung dan istrinya dilaporkan sudah meninggal. Soo Ho pikir tak masalah dengan hal itu karena hanya ingin mengetahui kalau Hae Ra masih hidup.
“Perusahaannya sudah bangkrut. Mereka kehilangan rumah mereka juga. Kelihatannya situasi mereka juga sulit.” Ucap Sek Seo Ho
“Bisakah kau mencari tahu apa dia mengganti namanya? Aku harus menemukannya” kata Soo Ho lalu menutup telpnya merasa kalau Mungkin itu karena dirinya. 


Pemilik rumah memanggil Hae Ra  karena tidak menjawab ponsel seharian. Hae Ra menatap binggung. Si Bibi mengaku tidak ingin mengungkit tapi harus memberitahumu, jadi menunggunya. Hae Ra ingin tahu ada apa memangnya.
“Aku tidak mau mengatakan ini karena tahu situasimu, tapi kau harus pindah sampai bulan depan.” Ucap si Bibi. Hae Ra binggung kenapa harus pindah.
“Apa Kau tidak tahu bahwa bibimu mengambil uang jaminannya?” ucap Bibi. Hae Ra melotot kaget. 

Hae Ra sudah sampai rumah mencari-cari sesuatu, bahkan sampai rumahnya berantakan.  Bibi Lee Sook Hee masuk ke rumah binggung melihat rumah berantakan dan bertanya Apa yang terjadi berpikir kalau sedang kerasukan setan.
“Apa yang Bibi lakukan dengan uang jaminan rumah? Apa yang Bibi lakukan dengan uang sewa dan biaya hidup yang kuberikan?” ucap Hae ra marah
“Anggaplah itu pembayaran karena sudah mengerjakan bagianmu.” Ucap Bibi Lee duduk di kursi dengan nada sinis.
“Apa yang Bibi lakukan dengan uangku? Selain itu... Kenapa Bibi mengambil pinjaman?” ucap Hae Ra marah melihat sura pinjama.
“Kau memanggilku bibi, tapi pada dasarnya kita tidak berkerabat,kan? Aku diperlakukan dengan buruk sejak masih kecil karena aku adik tiri ibumu.” Keluh Bibi Lee.
“Aku cuma menyewa separuh dari rumah ini, tapi semua uangku aku pakai untuk itu.” Ucap Hae Ra duduk lemas.
“Bibi sakit parah... Tanpa pil seperti ini, maka bibi bahkan tidak bisa tidur. Kau tidak tahu? Kau tidak pernah memikirkan bibi karena sibuk memacari pria itu.”kata Bibi Lee juga marah
Hae Ra berteriak histeris meminta agar Bibi Lee mengembalikan uang miliknya. Bibi Lee akhirnya memberikan sebuah berkas pada Hae Ra untuk melihatnya. Hae Ra melihat itu surat "Kontrak Pembelian Real Estate" merasa tak percaya kalau Bibi Hae Ra membeli sebuah rumah?
“Kau juga melihatnya saat kita melintas, Itu Ada di samping pasar.” Ucap Bibi Lee.
“Apa maksudmu, Rumah rusak bergaya Korea itu?” tanya Hae Ra
“Itu akan segera dikembangkan, jadi, bibi membelinya tapi rumah itu terdaftar sebagai Area Konservasi Hanok.” Akui Bibi Lee merasa sedih.
“Bibi tidak tahu itu akan terjadi dan membeli rumah yang tidak bisa kita tinggali, bahkan mengambil pinjaman.” Kata  Hae Ra terlihat sangat frustasi.
“ Itu akan seperti memenangkan lotre jika area itu kembali dikembangkan.” Kata Bibi Lee.
“Mari kita mati bersama, Bibi.” Kata Hae Ra mengambil pil banyak dalam botol dan langsung memakanya. Bibi Lee panik menyuruh Hae Ra agar memuntahkanya.
“Bibi tidak akan melakukan ini jika memikirkan aku. Bibilah yang tahu betapa kerasnya hidupku. Dan Tega Bibi melakukan ini? Bagaimana bisa Bibi melakukan ini padaku?” kata Hae Ra benar-benar kehilangan akal sehat.
Bibi Lee meminta Hae Ra agar memuntahkanya karena bisa mati, Hae Ra mengajak bibinya agar mati bersama dan mememberikan pil juga untuk bibinya. Bibi Lee mencoba menghindar bahkan sampai berbaring di lantai. Young Mi dan Gon datang kaget melihat keadaan rumah dan juga Hae Ra.
Young Mi melihat baju Hae Ra yang masih di pasang Price tag lalu menariknya karena sudah mendua dan temanya itu sangat pelit. Hae Ra duduk lemas. Young Mi mengeluh Hae Ra yang tak datang. Gon ingin tahu apa yang terjadi. Hae Ra  akhirnya memilih keluar dari rumah dengan udara yang dingin.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar