PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 09 Desember 2017

Sinopsis Black Knight Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hae Ra menaiki mobil yang dikemudikan Soo Ho tanpa curiga melihat pemandangan yang sangat indah. Soo Ho menatap Hae Ra yang duduk disampingnya, seperti merasa kalau takdir mendekat.
Flash Back
Hae Ra memperkenalkan diri dengan nama panjang Jung Hae Ra dengan menjelaskan  arti yang sama dengan "melakukannya"yaitu Hae Ra itulah artinya.
“Apa kau ingin difoto? “ tanya Soo Ho. Hae Ra membenarkan.
“Aku membuat sebuah reservasi... untuk kau membatalkannya. Kau tidak dengar kan? Ini Foto sendirian.” Kata Hae Ra yakin kalau Soo Ho adalah fotographer yang dicari olehnya.
“Berikan paspormu” ucap  Soo Ho. Hae Ra binggung tapi akhirnya memberikan pada Soo Ho.
“Secara pribadi kau terlihat lebih baik. Ikuti aku.” Kata Soo Ho memeriksa kalau memang nama Hae Ra dan memang itu orang yang dicarinya.
“Aku punya waktu lima jam bersamamu hari ini. Lakukan sesuatu yang terbaik.” Kata Hae Ra
“Matikan teleponmu, dan berikan padaku.” Kata Soo Ho. Hae Ra binggung. Soo Ho beralasan kalau Hae Ra harus fokus padanya. Hae Ra tanpa curiga memberikan ponselnya. 


Mereka pergi melewati sungai dan pegunungan yang terlihat sangat indah. Hae Ra bertanya kemana mereka akan pergi. Soo Ho malah balik bertanya kemana Hae Ra mau  pergi. Hae Ra pikir Soo Ho punya kebiasaan yang biasa, yaitu Tempat dimana semua orang biasa berfoto.
“Jadi kau ingin sesuatu yang norak. Apa Kau berpergian sendirian?” ucap Soo Ho. Hae Ra membenarkan.
“Kau bisa Bilang padaku, jika kau menyukai apapun yang kau lihat... selama diperjalanan.” Ucap Soo Ho
“Apa Sekalipun itu norak?” tanya Hae Ra. Soo Ho mengangguk. Hae Ra pun menunjuk teman yang dinginkan. 

Hae Ra dan Soo Ho pergi ke sebuah tempat dengan tebing yang tingggi dan ada rumah diatasnya. Hae Ra tak percaya kalau aslinya terlihat sangat berbeda. Soo Ho meminta Hae Ra agar naik keatas dinding pembatas. Hae Ra sempat binggung tapi terus mengikuti permintaan Soo Ho.
“Astaga, ini terlihat hebat.” Ucap Hae Ra menatap pemandangan saat berdii. Soo Ho terus mengambil gambar Hae Ra.
“Apa Kau marah? Perlihatkan senyummu padaku.” Ucap Soo Ho melihat Hae Ra yang tak terlihat bahagia.
“Aku agak tertekan akhir-akhir ini. Jadi Aku akan memejamkan mata dan coba terlihat tenang.” Ucap Hae Ra memejamka mata
“Kenapa kau tertekan?” tanya Soo Ho. Hae Ra hanya menjawab kalau karena sesuatu.
“Apa kau putus dengan pacarmu?” kata Soo Ho menebak. Hae Ra kaget kalau Soo Ho bisa mengetahuinya.
“Ya.. Pacarku baru saja mencampakkanku.” Ucap Hae Ra dengan wajah sedih. Soo Ho berkomentar kalau itu bagus. Hae Ra heran melihat komentar Soo Ho.
“Ini adalah kesempatan untuk bertemu seseorang yang lebih baik.” Kata Soo Ho. Hae Ra merasa kalau meragukan itu.
“Sekarang, ceria, dan berbalik ke sebaliknya. Lalu Lihatlah kejauhan.” Kata Soo Ho memberikan arahan. Hae Ra pun mengikuti arahan Soo Ho.
“Ini pasti bagus untukmu. Tugasmu hanya pergi berkeliling mengambil gambar tempat yang indah. Kau tidak harus duduk di kantor, kerja lembur, atau menderita di jam sibuk untuk mulai bekerja di pagi hari. Ini adalah karir yang hebat...” ucap Hae Ra sambil mengeluh dengan Soo Ho yang sibuk mengambil gambar.
“Berhenti berbicara, dan berbalik. Coba Lihatlah ke arah sana” perintah Soo Ho. 


Hae Ra membalikan badan tapi sepatunya tanda pinjakan akhirnya jatuh berguling di rumput.  Soo Ho melihat Hae Ra sempat kaget dan berteriak dari atas menanyakan keadaannya. Hae Ra masih tersadar dan langsung menutup wajah malunya dengan berbaring di rumput.
Soo Ho berjalan dari dengan matahari dibelakanganya. Hae Ra melihat seperti seorang ksatria hitam yang datang menyelamatkanya. Soo Ho melihat keadaan Hae Ra yang terjatuh bertanya pakah ada yangterluka. Hae Ra mengaku baik-baik saja.
“Kalau begitu, coba berdiri.” Ucap Soo Ho membantu. Hae Ra pikir bisa bangun sendiri.
“Apa lengan kananmu baik-baik saja?” tanya Soo Ho. Hae Ra merasa kalau tidak bisa menggerakannya.
“Coba Lepaskan mantelmu.” Perintah Soo Ho. Hae Ra panik. Tapi Soo Ho langsung bergegas melepaskanya. Hae Ra pikir bisa melakukannya sendiri.
Soo Ho pikir lengan kanan Hae Ra yang  terkilir dan tak peduli dengan bergegas sedikit mengangkat badan Hae Ra agar bisa melepaskan mantelnya. Hae Ra seperti merasakan sesuatu saat Soo Ho berada didekatnya.  Soo Ho menarik tangan Hae Ra yang terkilir.
“Tunggu. Beri aku waktu sebentar.” Pinta Hae Ra yang merasakan tanganya sakit.
“Kau bisa memperburuk keadaan dan bisa mengacaukannya. Jadi Cobalah untuk bertahan.” Kata Soo Ho menarik kembali. Hae Ra merasakan sakit dibagian lengan.
“Cobalah untuk menggerakannya.” Ucap Soo Ho. Hae Ra mengerakan lenganya binggung karena Soo Ho bisa mengembalikan tanganya yang terkilir.
“Kau terlihat cantik dari dekat.” Puji Soo Ho. Hae Ra terdiam Soo Ho menegaskan kalau yang dimaksud adalah mantel milik Hae Ra lalu mengajak untuk segera makan siang.
Soo Ho menarik Hae Ra agar bisa naik di punggungnya, Hae Ra binggung kenapa Soo Ho ingin mengendongnya karena yang lengan, bukan kakinya lalu berjalan menaiki bukit. Soo Ho pikir benar juga lalu membantu Hae Ra untuk naik kembali. 


Kepala masuk ruangan menanyakan Apa ada yang mendengar dari Hae Ra, karena Sulit untuk mendapatkan fotografer itu, tapi maalh lenyap tanpa telepon. Ketua Tim kaget merasa kalau Hae Ra tidak akan melakukan itu dan berkata kalau akan terus menghubunginya.
“Mungkin dia mengalami kecelakaan.” Kata Joo Hee menghadang kepala.
“Itu Akan buruk kalau begitu. Dia akan mengklaimnya sebagai kecelakaan kerja.” Kata Kepala seolah tak peduli
“Kau sangat mengerikan” keluh Joo Hee. Kepala mengaku kalau perkataanya itu hanya bercanda.
“Kau semua akan... Akan dapat masalah jika kalian tidak bisa mendapatkan fotografer itu. “tegas Kepala. 

Ji Hoon berbaring di sel mengingat ucapan Hae Ra sebelumnya Tapi sekarang, Kupikir aku bisa mencintaimu walaupun kau bukan seorang jaksa . Jadi Beri aku waktu.” Tapi Ji Hoon menolak ketulusan cinta Hae Ra.
“Aaish, mata itu... Dia membuatku gila... Dia baik, tapi terlalu miskin.” Keluh Ji Hoon kesal, lalu polisi datang membuka sel tahanan menyuruh segera keluar. 

Ji Hoon berjalan keluar dengan polisi yang menginterogasinya, Polisi merasa kalau tidak tahu apa yang kau katakan pada wanita itu. Tapi mereka semua sepakat untuk menyelesaikannya dan ingin tahu apa yang dikatakan Ji Hoo pada wanita yang menuntutnya.
“Kukatakan pada mereka bahwa aku akan mengembalikan uang mereka. Wanita akhir-akhir ini hanya peduli dengan uang.” Ucap Ji Hoon
“Kau tidak ada bedanya.” Ejek Detektif Ji. Ji Hoo memuji kerja yang baik pada detektif Ji.
“Kau tidak perlu menulis surat jaminan terima kasih untukku.” Kata Ji Hoon.
“Astaga, kau terdengar seperti jaksa penuntut.” Ejek Detektif Ji. Ji Hoon pamit pergi dan berjanji akan membelikan minuman lain kali.

Hae Ra dan Soo Ho makan siang dengan sandwich di sebuah tangga. Hae Ra bertanya Apa Soo Ho sudah lama memotret. Soo Ho hanya menganguk. Hae Ra ingin tahu Sudah berapa lama tinggal di Slovenia. Soo Ho pikir Sebaiknya...
“Apa aku terlalu mengulik kehidupan pribadimu? Aku harus merasa nyaman di sekitarmu, jadi akan menghasilkan foto yang lebih baik” jelas Hae Ra
 “Lalu haruskah kita saling menceritakan rahasia?” ucap Soo Ho dan menyuruh Hae Ra yang lebih dulu. Hae Ra seperti masih berpikir
“Haruskah aku lebih dulu? Aku akan mengambil gambar malam untukmu juga tanpa biaya tambahan” kata Soo Ho. Hae Ra ingin tahu alasanya.
“Ini rahasia.” Kata Soo Ho dengan senyuman. Hae Ran binggung kenapa Soo Ho malah tertawa padahal tak lucu. Soo Ho seperti sangat bahagia bertemu dengan orang yang selama ini dicari olehnya. 

Young Mi kaget mengetahui  Hae Ra ada di Slovenia, merasa kalau temanya itu pergi karena tak ingin melihat bibi Lee. Gon juga mengomel pada Bibi Lee yang membuat Hae Ra lebih sengsara. dengan melakukan sesuatu yang tidak diminta.
“Aku tidak melakukannya dengan sengaja.” Ucap Bibi Hae Ra
“Apa Kau melihat pacar Hae Ra?” tanya Young Mi
“Aku pernah melihatnya saat dia mengantarnya pulang. Dia terlihat sangat tampan dan kaya raya.” Ucap Bibi Lee bangga
“Apa kau melihat berita tentang. bajingan yang berpura-pura menjadi jaksa penuntut? Nama belakangnya Choi, umur 31 tahun. Dulu bekerja di perencanaan informasi kejahatan tim Kejaksaan Agung dan Semuanya cocok.” Ucap Gon
“Pada hari yang seharusnya kami bertemu, mereka tidak muncul dan Hae Ra benar keluar dari situ pada hari itu.” Ucap Young Mi. 


Ji Hoon berjalan menaiki tangga melihat mobil putih yang terparkir dan itu terlihat sangat bagus. Lalu melihat isi tas yag dibawanya yaitu daging babi dengan bertuliskan  “Lantai 2, Jung Hae Ra” dan menatap ke arah pintu rumah Hae Ra. 
“Itu mencurigakan... Kenapa harus seorang jaksa penuntutnya Hae Ra?” sindir Young Mi
“Apa yang salah dengan Hae Ra? Uang bukanlah segalanya, Yang kau butuhkan hanyalah cinta.” Kata Bibi Lee
“Itu sebabnya kau lajang, Karena kau tidak mengenal pria.” Ejek Young Mi
“Hei... kau, yang akan menikah tanpa cinta, pikirkanlah.. Kau dipaksa untuk menikah karena Uang keluargamu harus bersatu. Apa kau bahkan akan saling mencintai? Kalian berdua jelek dan jahat. Itulah dirimu.” Kata Bibi Lee ketus
Young Mi mengeluh bibi Lee bisa mengatakan hal itu.  Bibi Lee dengan tegas mengatakan kalau mengetahui kalau Gon mengangap Hae Ra adalah orang yang benar-benar disukainya, tapi menikahi Young Mi karena uang. Young Mi pikir kalau Itu sikap yang terjadi bila Bibi Lee sudah tua dan kesepian.
“Orangtuamu membunuh ayah Hae Ra,kan? Dan mereka mengambil kekayaannya.”kata Bibi Lee melotot tajam pada Young Mi. Gon menegaskan kalau Bibi Lee sudah kelewatan.
“Aku akan bertanya pada Jaksa Choi untuk menyelidikimu” kata Bibi Lee.
“Aku takut. Kami akan berada dalam masalah besar.” Ungkap Young Mi dengan menada mengejek. Gon pun mengajak Young Mi untuk pergi saja.
“Baik. Keluar saja... Kau akan dalam masalah besar. Kau harus bahagia dan senang sekarang karena Jaksa Choi adalah penjahat. Keluarlah. Aku tidak ingin melihatmu” teriak Bibi Lee tanpa mengetahui Ji Hoon berdiri di bawah. 


Ji Hoon sengaja bersembunyi saat Gon dan Young Mi keluar dari rumah Hae Ra. Keduanya berjalan menuruni tangga,  Gon meminta Young Mi  Jangan pedulikan Bibi Lee karena orang yang tidak normal.
“Apa yang kau rasakan adalah kasihan, bukan cinta. Beritahu Bibi lain kali saat dia menjadi aneh. Kau tidak mencintai Hae Ra, tapi kasihan karena dia miskin. Katakan padaku kau akan mengatakan itu.” Ucap Young Mi marah. Gon mengerti.
“Aku akan melakukannya.” Kata Gon seperti berusaha menahan perasanya lalu berjalan menuju mobil. Young Mi mengejarnya.
Ji Hoon melihat keduanya binggung karena tak mengenalnya, lalu pergi ke depan rumah Hae Ra sengaja mengantungkan daging untuk permintaan maafnya. 

Hae Ra dan Soo Hoo pergi sebuah tempat seperti bangunan yang bisa melihat pemandangan dari atas. Hae Ra menjelaskan tempat ini adalah 1 dari 3 teratas di Slovenia Ia seperti sangat bahagia melihat pemandangan seperti ada dalam drama sebelumnya.
“Apa Kau tidak menonton drama?” kata Hae Ra dengan berjalan dibagian seperti balkon merasa kaalu  Sungguh indah dan Sangat menakjubkan.
“Di mana lagi aku bisa melihat ini? Aku akan mencoba tidak melupakan ini.” Kata Hae Ra yang sudah ada ditempat paling atas.
Soo Ho pun mengambil gambar Hae Ra seperti seorang fotographer yang mengarahkan gaya pada modelnya. Hae Ra pun mengikutinya dengan tawa bahagia melihat hasil yang diambil Soo Ho dan melihat salah satu foto yang baik. 

“Apa Pundakmu baik-baik saja?” tanya Soo Ho dengan wajah acuh. Hae Ra mengaku sudah baik.
“Hati-hati, nanti Sendinya keluar jalur lagi” kata Soo Ho
“Apa kau melakukan beberapa jenis olahraga? Atlet pandai dalam memperbaiki sendi dislokasi.” Tanya Hae Ra.
“Aku pergi ke sekolah kedokteran. Aku bekerja di rumah sakit hanya sebentar.” Ucap Soo Ho
“Lalu kenapa kau tidak menjadi dokter?” tanya Hae Ra
“Karena aku suka melakukan hal yang lain.” Jawab Soo Ho kembali menyuruh Hae Ra untuk berdiri agar bisa mengambil gambarnya. 


Soo Ho mengarahkan dan Hae Ra bisa tahu kalau harus menatap Jauh ke depan lalu bertanya Apa Soo Ho sekolah kedokteran di Korea dan berpikir kalau itu sebuah rahasia juga. Soo Ho mengaku kalau ia sekolah di AS. Dan sebagai lulusan terbaik. Hae Ra tak percaya kalau Soo Ho itu pintar.
“Katakan padaku jika kau sakit” ucap Soo Ho. Hae Ra mengaku kalau  Hatinya sakit.
“Itu pasti membawa goresan” pikir Soo Ho. Hae Ra menyangkal  lalu berjalan pergi.
 “Ibunya Maria muncul dalam mimpi dan meletakan mawar di sini. Pembangunannya berjalan dengan baik. Mereka bilang kalau kau berdoa disini, maka kau akan diberkati.” Ucap Hae Ra berjalan menuju sebuah gereja seperti seorang pemandu yang membawa turis.
Soo Ho pun mengikuti Hae Ra masuk ke sebuah gereja. Hae Ra dengan memejamkan matanya mulai berdoa. Soo Ho hanya menatap Hae Ra dengan senyuman dan akhirnya keduanya keluar dari gereja. 


Hae Ra mengatakan ada toko es krim yang sangat terkenal dan mulai membuat es krim sejak 300 tahun yang lalu dengan sisa susu. Tiba-tiba Hae Ra melihat penjual es krim didepanya langsung merasa sedih dan mengalirkan air mata. So Hoo binggung melihat kalau Hae Ra menangis.
“Ini nyata kan, Aku belum pernah ke luar negeri sebelumnya. Aku hanya melihatnya di blog atau buku. Tapi sekarang ini di depan mataku.” Ungkap Hae Ra seperti masih tak percaya
“Aku melihat sesuatu yang baru saja ku lihat dalam mimpiku. Jadi Ayo kita makan es krim. Ini traktiranku” kata Hae Ra pergi menuju penjual es krim. 

Soo Ho sibuk mengambil foto kembali, Hae Ra datang dengan membawa es krim dan memberikanya pada Soo Ho. Soo Ho melihat Hae Ra memakan es krim langsung berkata.
“Apa Kau tahu yang terjadi kalau kau menangis dan makan es krim? Jangan lakukan itu.” Ucap Soo Ho lalu akhirnya mengambil lagi foto Hae Ra. Terlihat wajah Hae Ra yang malu-malu sampai akhirnya tertawa bahagia sambil memakan es krim. 

Keduanya duduk disebuah restoran, Soo Ho meminta Hae Ra agar Minum perlahan karena sudah menghabiskan tiga gelas. Hae Ra mengaku akan memberitahu sebuah rahasia dengan memperlihatkan kartu nama sebagai seorang konsultan tur. Soo Ho melihat kartu namanya "Tour Consultant, Jung Hae Ra".
“Kedengarannya sangat bagus dan hebat, tapi semua yang aku lakukan di kantor dan hanya konsultasi melalui telepon. Aku mengatakan semuanya seolah-olah pernah ke negara-negara tersebut. Tapi Aku berbohong jadi Aku minta maaf.” Ucap Hae Ra
“Selamat atas perjalanan pertamamu.” Kata Soo Ho. Hae Ra mengucapkan Terima kasih.
“Tuan Moon.. Aku sangat suka kau bisa menandatangani kontrak dengan perusahaan kami. Itulah misiku dan alasan aku ada di sini. Jadi Tolonglah. Aku mohon padamu.” Kata Hae Ra berkata jujur.
“Haruskah aku menjawabnya sekarang?” ucap Soo Ho. Hae Ra pikir bisa  nanti.
“Kau bisa saja menolak tawaran itu. Tapi Aku tidak ingin menghancurkan perasaanku sekarang” ungkap Hae Ra
“Bagaimana perasaan mu sekarang?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku sangat senang
“ Ini Heukgisa (Black Knight dalam bahasa korea)  Di Korea, ketika seseorang memanggilmu "Heukgisa", maka Kau harus minumnya untuk kepentingan mereka.” Kata Hae Ra memberikan cangkir winenya.
“Akan kulakukan, tapi kenapa kau menyuruhku untuk meminumnya... ketika kau bahagia?” tanya Soo Ho
“Jika aku menghabiskan gelas ini juga, maka Aku mungkin merasa seperti melayang di atas awan. Ini akan sangat menyedihkan untuk kembali ke kenyataan. Aku akan berhenti disini” kata Hae Ra
“Aku akan meminumnya, tapi kau harus tetap bersamaku sampai larut malam.” Ucap Soo Ho mengoda.
“Kau Benar-benar nakal. Inilah sebabnya mengapa gendang telinga perempuan itu pecah. Istri Sloveniamu menampar pipi mereka karena ini.” Ejek Hae Ra
Soo Ho binggung dan mengaku kalau harus sadar untuk mengemudi. Hae Ra pikir Soo Ho seharusnya tidak melakukan itu sebagai pria yang sudah menikah jadi meminta agar mengembalikan gelasnya karena akan meminumnya. Tapi Soo Ho lebih dulu meminum habis gelas milik Hae Ra da mengatakan kalau ia adalah Black Knight. 


Keduanya pergi sebuah tempat kristal. Hae Ra melihat semua barang-barang yang sangat cantik. Saat itu Soo Ho memilih sebuah lonceng putih dengan dan membunykanya.
Mata Sharon terbuka seperti merasakan sesuatu untuknya, Ia duduk di depan jendela dan menatap bulan purnama. Saat itu pikiran kembali ke jaman Joseon, dengan tubuhnya yang jatuh ke sungai lalu rumah yang hangus terbakar.

“Ini hadiah untuk merayakan perjalanan pertamamu. Ambilah.” Kata Soo Ho untuk Hae Ra. Hae Ra langsung mengucapkan Terima kasih.
“Pikirkan malam ini kapan pun kau mendengar loncengnya berbunyi.” Kata Soo Ho. Hae Ra mendengarkan bunyi suara lonceng dengan senyuman. Soo Ho pun kembali bahagia melihat senyuman Hae Ra. 

Hae Ra mengucapkan Terima kasih untuk hari ini dan atas hadiahnya juga. Soo Ho mengembalikan ponsel Hae Ra yang disimpanya. Hae Ra pun sampai lupa dengan ponselnya. Soo Ho mengulurkan tangan mengucapkan Kerjaan bagus hari ini. Hae Ra pikir Soo Ho juga seperti itu.
“Aku akan menunggu fotonya Dan juga jawaban baikmu.” Kata Hae Ra akan melepaskan tanganya tapi Soo Ho menahanya.
“Tanganmu dingin... Kau tidak punya sarung tangan” ucap Soo Ho
“Aku datang kesini dari Seoul.” Kata Hae Ra menarik tanganya lalu mengucapkan Selamat malam dan akan pergi, tapi kembali memanggil Soo Ho.
“Tuan Moon... Apa yang harus aku lakukan untuk tinggal di sini seperti mu? Haruskah aku belajar bagaimana cara memotret dan berbicara bahasa Slovenia?” tanya Hae Ra
“Kenapa kau ingin tinggal disini?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku ingin pergi dari segala sesuatu di sekitarnya.
“Bisakah kau mengajariku cara memotret? Aku akan membayar pelajarannya.” Kata Hae Ra.
“Mari kita lakukan jika itu yang kau inginkan.” Ucap Soo Ho dengan senang hati.
“Aku akan kembali ke Korea dan datang lagi segera dengan kamera setelah aku menyelesaikan segala sesuatu di sana. Dan aku pastikan akan bekerja di kota yang berbeda dan tidak mengganggumu. Kau bisa mengjariku sampai aku mempelajari semua dasarnya.” Kata Hae Ra.
Soo Ho berjanji akan mengajarkanya. Hae Ra pun tak lupa mengucapkan Terima kasih dan melambaikan tangan perpisahan. Soo Ho mengatakan kalau akan menemuinya lagi dengan penuh keyakinan. 


Hae Ra kembali ke tempat tinggalnya sementara melotot kaget merasa tak percaya kalau pria yang ditemuinya mengambil foto pemandangan malam bahkan memberi tumpangan. Seniornya pikir kalau Hae Ra mematikan telepon dengan sengaja dan lebih tak tahu malu dari yang di harapkan.
Akhirnya Hae Ra masuk kamar dengan wajah binggung dengan menatap lonceng permberiaan dari Soo Ho yang mengatakan kalau hadiah untuk merayakan perjalanan pertamanya dan Pikirkan malam ini kapan pun mendengar loncengnya berbunyi. 

Hae Ra pun berbaring merasa tak perlu untuk memikirkan pria yang berbohong padanya. Ponselnya berdering dengan “Nomor tersembunyi”. Sharon sengaja menelp Hae Ra dan Hae Ra bisa mengenal suara kalau Sharon dari Sharon Tailor dan langsung berdiri tegak.
“Apa aku menghubungimu terlalu pagi?” tanya sharon.
“Tidak, aku di Slovenia saat ini... Disini malam, jadi aku baik-baik saja.” Ucap Hae Ra. memastikan kalau Sharon bisa mendengarnya. Sharon mengaku bisa.
“Aku tidak yakin harus mulai dari mana. Kupikir aku bermimpi malam itu. Tapi aku menemukan mantel itu saat aku terbangun.” Kata Hae Ra
“Aku sudah memberitahumu apa yang kau lihat bukanlah segalanya.” Ungkap Sharon.
“Aku perlu menemuimu saat kembali ke Seoul.” Kata Hae Ra
“Itulah sebabnya aku menghubungimu.” Ucap Sharon. Hae Ra mengusulka hari sabtu saja. Sharon pun menetapkan Hari sabtu, Pukul 12 siang meminta agar datang ke Sharon Tailor.

Soo Ho melihat potongan gambar wanita dan ksatria, pikirnya kembali mengingat kenangan dengan Hae Ra.
Flash Back
“Oh.. Astaga, Tuanku Aku tidak bisa melihat bekas luka di bayanganmu... Ksatriaku, aku akan menikah denganmu.” Ucap Hae Ra memainkan wanita dengan terlihat pada bayangan.
“Hei, baca dialognya dengan benar.  Kau belajar bahasa Inggris kan, Ini bukan bercanda.” Kata Soo Ho kesal. Tapi Hae Ra seperti tak peduli malah membuat bayangan ksatria dengan wanita itu berciuman.
Soo Ho terdiam mengingat kenangan dan menatap foto-foto Hae Ra saat mengambil dengan kameranya. Ia melihat senyuman Hae Ra saat makan es krim dengan mengatakan kalau ia adalah Soo Ho yaitu temanya dulu saat mereka tinggal bersama. 


Hae Ra membereskan semua kotak dan disusun dengan rapi sambil mengatakan kalau catatannya akan dikemas semua. Seniornya bertanya Apa rencana Hae Ra hari ini. Hae Ra pikir akan singgah kesana kemari.  Seniornya ingin tahu Siapa yang mengambil foto Hae Ra kemarin. Salah satu temanya datang dengan membawa sebuah kotak kalau ada  Seseorang meninggalkannya. 

Hae Ra pergi ke kamar untuk melihatnya dan isinya ada sebuah sarung tangan berwarna merah sama dengan mantel yang digunakanya.  Ia melihat hasil foto Soo Ho yang diambilnya, lalu membaca surat yang ditulis pada Post car.
“Jung Hae Ra.. Aku akan ceritakan tentang rahasia pertamaku. Aku bukanlah fotografer yang ingin kau temui. Aku tidak mempunyai istri Slovenia, dan belum pernah menikah.” Soo Ho menuliskan surat diatas meje kerjanya.
“Aku minta maaf karena tidak langsung memberitahumu dan akan menjelaskannya lain kali.” Soo Ho terlihat sedang duduk dengan kacamata hitam di balkon kastil dengan pemandangan indah.

Flash Back
Soo Ho bertanya apakah Hae Ra tahu yang terjadi Jika menangis dan makan es krim. Soo Ho menuliskan kalau Hae Ra membuat hati seorang pria berdetak kencang dan tidak bisa melakukan itu pada semua orang di sekitarnya karena Terlalu berbahaya.
“Dan... Firasatku berkata bahwa aku akan bertemu denganmu lagi.Aku akan memberikanmu... sisa foto itu."
“Dia tidak menuliskan namanya atau nomornya.” Kata Hae Ra mencari sesuatu dalam kotak.
Hae Ra mengingat Soo Ho yang mengetahui tanganya dingin dan tidak punya sarung tangan. Ia pun memakainya dan merasa kalau sarung tangan yang sangat lembut. Ia tiba-tiba merasakan kalau Soo Ho berkata “Jung Hae Ra.. Aku tidak mempunyai istri Slovenia, dan belum pernah menikah.” Lalu berkomentar kalau tidak pernah bertanya tentang hal itu.

 Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar