PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 15 Desember 2017

Sinopsis Black Knight Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Tuan Han mengajak Hae Ra dan Bibi Lee masuk. Bibi Lee merasa aneh kalau menyebut rumah yang besar sebuah Mess. Hae Ran menduga kalau bibinya menyebabkan masalah lagi. Bibi Lee mengelengkan kepala.  Mereka masuk sebuah ruangan dan diminta untuk duduk.
“Apa kita akan tinggal bersama hari ini?” ucap Soo Ho menyapa Hae Ra. Keduanya kaget melihat Soo Ho
“Kenapa kau di sini?” tanya Hae Ra Binggung
“Itulah yang seharusnya aku tanyakan.” Pikir Soo Ho. Tuan Ha memberitahu kalau Soo Ho adalah presdir.
“Senang bertemu denganmu.  Namaku Moon Soo Ho.” Ucap Soo Ho memperkenalkan diri. Bibi Lee menyapa dengan wajah bahagia.
“Aku tidak tahu kalau kau sangat muda.  Terima kasih telah membeli rumah tua seperti itu.” Kata Bibi Lee
“Tidak, aku yang seharusnya berterima kasih. Kalian  bisa tinggal di sini sampai menemukan tempat tinggal.” Kata Soo Ho. Tuan Ha pun mengajak Bibi Lee untuk melihat kamar dan dapurnya. Bibi Lee pergi meninggalkan Hae Ra dan Soo Ho berdua. 


Soo Ho pikir mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Hae Ra ingin tahu  Apa yang terjadi. Soo Ho pikir sudah perah mengatakan sebelumnya kalau mempunyai bisnis sendiri pada pagi hari setelah menghabiskan malam bersama. Hae Ra meminta agar Soo Ho menutup mulutnya karena  Orang akan salah mengartikannya.
“Oh, jadi ini rahasia kecil kita... Aku juga datang ke Korea untuk bisnis.” Ucap Soo Ho
“Kami akan segera keluar begitu menemukan tempat tinggal.” Kata Hae Ra. Soo Ho pikir Hae Ra tidak perlu melakukannya.
“Lagi pula, apa itu namamu yang sesesungguhnya?”tanya Hae Ra. Soo Ho membenarkan dan bertanya memangnya kenapa. Hae Ra mengaku tak masalah.
“Kau terlihat terkejut seolah-olah mendengar nama cinta pertamamu” eje Soo Ho. Hae Ra tak menjawab memilih untuk memanggil bibinya.
“Kenapa kau tidak muncul? Aku menunggumu. Meskipun aku tahu kau tidak akan datang.” Ucap Soo Ho. Hae Ra akhirnya membalikan badan.
“Jika kau tahu aku tidak akan datang, kenapa kau menunggu?” ucap Hae Ra 
“Menurutmu, kenapa aku melakukannya? Itu adalah pekerjaan rumahmu. Besok aku akan memeriksa pekerjaan rumahmu. Sekarang Pergi dan beristirahat.” Kata Soo Ho. Bibi Lee berteriak memanggil Hae Ra untuk mendekat. 


Bibi Lee masuk ke kamar milik Hae Ra wajahnya sangat bahagia memberitahu kalau kamarnya itu sebesar milik keponakanya. Hae Ra melonggo melihat kamar yang cukup luas. Bibi Lee merasa kalau semua ini menakjubkan
“Aku bertanya-tanya seperti apa tamu asing yang tinggal di sini? Mereka menghiasi kamar ini begitu indah.” Ucap  Bibi Lee.
Hae Ra mengajak Bibi Lee untuk pergi dan tinggal di tempat lain. Bibi Lee bertanya kemana mereka harus pergi, lalu menarik Hae Ra memperlihatan Kamarnya mandi besar bahkanTamannya juga sangat mengagumkan. 

Mereka pergi ke ruang makan. Bibi Lee membuka semua tempat penyimpanan makanan dan piring. Hae Ra makin panik memintaa gar Bibi Lee tak melakukanya. Bibi Lee senang bisa melihat ada piring baru bahkan Semuanya merk terkenal
“Jangan sentuh itu. Tolong jangan” pinta Hae Ra. Bibi Lee mengaku akan malu menggunakan piring mereka.
“Bagaimana kau mengenal pria itu?” tanya Bibi Lee
“Aku melihatnya di Slovenia. Aku bertemu dengannya karena pekerjaan.” Ucap Hae Ra. Bibi Lee merasa kalau ini adalah takdir.
“Ayo kita tinggal di tempat lain sampai kita mendapatkan tempat baru. Cepat. Ayo pergi.” Ucap Hae Ra menarik bibinya pergi.
“Kenapa kau menolak tempat yang bagus seperti ini?” ucap Bibi Lee.
“Aku merasa tidak nyaman tinggal di sini.” Ungkap Hae Ra. Bibi Lee berpikir kalau terjadi sesuatu di Slovenia
“Tidak. Tidak ada yang terjadi. Aku hanya merasa tidak nyaman. Ayo pergi.” Ucap Hae Ra menarik bibinya pergi. 
“Kenapa kau "merasa tidak nyaman"?” kata Soo Ho masuk ke ruangan makan. Hae Ra menjawab tak tahu
“Bahkan kamar dan kamar mandimu jauh sekali dari rumah kami.” Kata Bibi Lee.
“Aku harus kembali ke kantor.” Ucap Hae Ra bergegas pergi. So Hoo pun mengikutinya. 


Soo Hoo tahu kalau Hae  Ra pergi ke sauna bukan kantornya. Hae Rae mengeluh karena Soo Ho yang mengikutinya. Soo Ho mengaku kalau datang untuk membukakan pintu untuknya. Hae Ra pun mempersilahkan agar Soo Ho melakukanya.
“Apa karena harga dirimu?” tanya Soo Ho. Hae Ra tak mengerti maksudnya.
“Kenapa kau tidak ingin tinggal di sini, sampai kau menemukan tempat tinggal? Aigoo..Jika itu sebuah harga diri, itu berarti, aku ada di benakmu” Goda Soo Ho. Hae Ra melonggo binggung.
“Waaahh.. Itu membuatku bersemangat.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra meminta agar Soo Ho bisa membukakan pintu untuknya.
“Aku akan memberimu tumpangan” kata Soo Ho. Hae Ra langsung menolaknya.
“Ayo kita makan siang besok. Aku akan ke kantormu. Aku punya sesuatu untuk diceritakan.” Ucap Soo Ho
“Kau bisa mengatakannya sekarang.” Pikir Hae Ra. Soo Ho seperti tak peduli memilih untuk mengucapkan salam perpisahan lalu berjalan pergi
“Kau harus membuka pintunya untukku.” Kata Hae Ra kesal tapi ternyata pintunya sudah terbuka begitu saja. 

Hae Ra melihat ada selembar didepan pintu kantor (Jangan masuk Kantor tutup dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi karena pemeliharaan listrik.) Petugas kemana datang menghampirinya, mengenal Hae Ra yang bekerja di agen perjalanan
“Kau tidak bisa masuk karena ada pekerjaan pemeliharaan listrik. Pemberitahuannya dipasang minggu lalu. Apa Kau tidak melihatnya?” kata Petugas keamanan. Hae Ra seperti tak menyadarinya akhirnya keluar dari gedungnya. 

Sharon menyetrikan bajunya seperti bisa merasakan sesuatu yang datang ke tempatnya. Hae Ra membuka pintu ruangan menyapa Sharon mengatakan kalau datang sendiri kali ini dan meminta izin agar tinggal sementara sampai fajar. Sharon menatapnya mengajak untuk minum. Hae Ra dengan senang hati langsung menyetujuinya. 

Hae Ra mencoba sebuah dress, Sharon pikir Hae Ra bisa mencoba  dan tidak mengambilnya lagi. Hae Ra mengatakan akan mengambil dress itu. Sharon menyuruh Hae Ra agar bisa mengambil semuanya dengan menunjuk tas belanja yang sudah disiapkan.
“Kenapa kau terus membuat baju untukku?” tanya Hae Ra bingung.
“Aku sudah mengatakannya.” Jawab Sharon. Hae Ra mengaku masih belum mengerti.
“Aku telah menganiayamu dalam kehidupan sebelumnya. Aku harus menebusnya agar bahagia.” Ungkap Sharon.
“Apa yang kau lakukan padaku di masa lalu?” tanya Hae Ra. Sharon menyuruh Hae Ra agar minuman ginseng.
“Kau terlihat seperti sedang menikmati wine.” Kata Hae Ra
“Aku juga memiliki minuman deodeok berusia 120 tahun. Jadi Cobalah. Ini 100 kali lebih baik dari pada wine.” Kata Sharon. Hae Ra mencobanya berkomentar rasanya enak.
Flash back
Sharon melihat Boon Yi yang miskin duduk bersama dengan para pekerja wajahnya terlihat ceria menerima minuman ginseng dari seorang bibi. Wajah Sharon seperti sangat iri dengan Boon Yi. 

“Kau tidak mencuri orangku atau sesuatu, kan?” ucap Hae Ra menebaknya.
“Kau mencuri pria yang aku cintai.” Kata Sharon
“Waaah, aku pemenangnya di masa lalu.. Apa dia tampan?” tanya Hae Ra . Sharon menjawab pria itu Terbaik di dunia.”
“Kurasa itulah sebabnya aku memiliki kehidupan  yang mengerikan sekarang. Ini terlalu buruk.” Ungkap Hae Ra dengan tawanya.
“Kali ini, aku akan mencurinya darimu.” Ucap Sharon. Hae Ra pun mempersilahkanya dan sambil minum gingseng bersama. 

Ji Hoon kembali berlatih, Pelatihnya merasa kalau melihat Ji Hoon belum sepenuhnya berhenti berlatih dan mengajak agar kembali ke jalur semula. Menurutnya Ji Hoon lebih baik pergi ke perguruan tinggi untuk Pendidikan Jasmani, karena Jaksa tidak cocok untuknya. Ji Hoon tak ingin membahasnya lagi.
“Anggap dirimu beruntung. Salah satu pelatih pergi ke luar negeri, jadi ada lowongan. Kau tahu hanya orang kaya yang bergabung dengan klub ini. Jadi kau harus menahan lidahmu. Jangan berpikir untuk membuat hubungan.” Ucap Pelatihnya. Ji Hoon menghentikan latihanya.
“Aku tidak bisa berhenti memikirkan mereka.” Ungkap Ji Hoon. Pelatihnya ingin tahu tentang apa itu. Ji Hoon mengatakan Mata sedih itu.

Hae Ra mengaku butuh baju baru, jadi aku akan mengambil baju buatan Sharon dan akan membayar saat menerima gaji. Sharon mengaku tidak butuh uang dan sudah mengatakan perlu melakukan perbuatan baik. Hae Ra melihat sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Ji Hoon mengirimkan gambar saat berlatih dengan menuliskan keterangan “Aku tenang dan bebas. Aku bahkan tidak terkunci. Jadi jangan khawatir. Ini adalah Black Fitness. Aku akan mulai bekerja di sini minggu depan.”
Hae Ra membaca pesan Ji Hoon hanya bisa mengumpat. Sharaon bertanya apa itu. Hae Ra mengatakan kalau pria itu orang yang mencampakkannya dan mengirimikan pesan yang tidak masuk akal. Sharon tahu kalau Hae Ra punya pacar.
“Apa kau menginginkan dia?” tanya Hae Ra. Sharon pun bertanya balik apakah Hae Ra punya fotonya. Hae Ra pun memperlihatkan foto Ji Hoon yang disimpanya.
“Foto itu penting. Dia terlihat baik-baik saja. Dia baik dan lucu. Apa Kau tidak menyukainya?” kata Hae Ra
“Apa ini satu-satunya foto yang kau punya?” tanya Sharon
“Aku menghapus yang lainnya saat kami putus.” Ucap Hae Ra
Sharon menaruh tanganya diatas ponsel Hae Ra dengan mata tertutup. Hae Ra binggung apa yang sedang dilakukanya. Sharon bertanya keberadaan Ji Hoon sekarang. Hae Ra pikir Sharon tahu Black Fitness, yaitu tempat hanya orang kaya yang pergi kesana dan Ji Hoon akan mulai bekerja di sana minggu depan.
“Dapatkah aku benar-benar mencuri dia darimu?”kata Sharon
“Baiklah... tapi bisakah kau benar-benar memiliki pria. hanya kau  mengarahkan matamu?” kata Hae Ra tak percaya.
“Aku telah melihat, mendengar, dan belajar banyak selama bertahun-tahun.” Ungkap Sharon kembali duduk. 
“ Lalu aku minta tolong padamu. Tolong permainkan dia sebanyak yang kau bisa, dan menghancurkan hatinya. Permainankanlah dengan sangat buruk. Buat dia menangis sampai bola matanya keluar. Tapi jangan ambil uangnya.” Kata Hae Ra penuh dendam.
Sharon pikir Hae Ra  masih mencintainya, Hae Ra menegaskan Tidak pernah karena Ji Hoon yang sudah mempermalukanya. Sharon mengaku baru saja mendapat ide untuk gaun yang cantik jadi Hae Ra bisa mengambilnya minggu depan mengatakan kalau Pria itu untuk gaun Hae Ra jadi akan menjaganya. Hae Ra melihat Sharon pergi membeirtahu akan tidur sebentar dan harus pergi kerja dari tempat Sharon. 
Soo Ho dan Tuan Han berjalan bersama, sambil menjelaskan Karena pembangunan ulang, maka sewa sudah naik sampai 2 sampai 4 kali. Selain itu Toko-toko kecil kembali menghidupkan lingkungan sekitar, tapi mereka ditendang keluar dan Beberapa penyewa bunuh diri. Soo Ho meminta agar mengunjungi tempat itu.
Saat itu ia melihat sebuah rumah yang sudah terlihat kumuh, tatapan seperti sedih karena melihat dirinya masih remaja berdiri didepan pintu dengan sebuket bunga lalu pergi.
Itu disiapkan untuk pelelangan dua tahun yang lalu karenanya itu tidak dijual. Saat ini kosong.” Ucap Tuan Han.
“Ayo beli rumah ini” kata Soo Ho tanpa berpikir panjang.
“Tapi Akan lebih baik tidak membeli ini. Pemilik rumah terdahulu semua menghadapi kemalangan. Termasuk orang tua Jung Hae Ra.” Kata Tuan Han ragu. 

Flash Back
Soo Ho berjalan sendirian dan Hae Ra sengaja bersembunyi ingin mengagetkanya, tapi Soo Ho tak kaget mengak kalau sudah melihatnya. Hae Ra yang kesal pun mengejar Soo Ho. Keduanya pergi ke rumah tradisional, Hae Ra langsung memuji kalau sangat cantik
“Aku suka rumah tradisional lebih dari sekedar apartemen.” Ucap Soo Ho yang juga mengagumi rumah model lama.
“Aku ingin mencoba tinggal di rumah tradisional” kata Hae Ra. Soo Ho pikir Ini akan tidak nyaman.
“Aku akan memperbaikinya supaya terasa nyaman. Lakukan untukku, oppa.” Kata Hae Ra yakin. Soo Ho kaget mendengarnya.
“Aku tahu oppa pandai dalam segala hal.” Puji Hae Ra.
“Baiklah. Aku akan melakukannya untukmu.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra meminta agar mereka berjanji dengan saling menyatuhkan jari kelingking dan jempol.
“Hei... Ada restoran mie yang terkenal di dekat sini. Mari kita makan siang di sana.” Ucap Tuan Jung melihat keduanya seperti tak begitu suka lalu mengajaknya pergi.
Keduanya berjalan melewati jalan sempat, Tuan Jung bertanya Apa janji yang di buat mereka beberapa waktu yang lalu. Hae Ra menjawab itu Rahasia.
“Hae Ra memintaku untuk memperbaiki rumah tradisional. Jadi aku bilang oke” kata Soo Ho
“Kau harus mendapatkan banyak sertifikat. Berapa banyak rumah tradisional yang ingin kau beli?” ucap Tuan Jung
“Sekitar 10.” Jawab Hae Ra. Soo Ho mengejek Hae Ra serakah seperti ayahnya.
“Aku akan memperbaiki hanya satu dari mereka.” Ucap Soo Ho. Hae Ra tetap ingin semuanya 10 rumah. Keduanya pun saling adu mulut. 


Soo Ho mengingat kenangan dengan Hae Ra mengatakan kalau akan tepati janjinya. Tuan Ha yang duduk disampingnya binggung.  Soo Ho meminta agar Tuan Han hati-hati melakukan pekerjaan. dalam merombak rumahnya. Tuan Han menganguk mengerti. Senyuman Soo Ho terlihat bahagia. 

Hae Ra keluar dari gedung melihat Soo Ho yang sudah menungu sambil memeluk seekor anjing, wajahnya terlihat bahagia berdekatan dengan binatang. Saat itu melihat Hae Ra langsung bertanya Apa tidur nyenyak
“Ini bukan salam yang tepat untuk sore hari.” Keluh Hae Ra
“Itu bukan pakaian yang kau kenakan kemarin.” Komentar Soo Ho
“Aku hanya punya waktu satu jam. Kau tahu pekerja kantoran jam makan siang sangat ketat.” Ucap Hae Ra
“Apa yang kau inginkan? Lobster? Kepiting?” tanya Soo Ho
“Ayo makan seafood. Aku akan membelinya.” Ucap Hae Ra lalu masuk ke dalam mobil. Soo Ho hanya tersenyum melihat  sikap Hae Ra. 

Keduanya duduk disebuah restoran dengan gaya rumah, Hae Ra memberitahu Penyajian makanannya lezat dan hanya memiliki satu menu, jadi disajikan dengan cepat. Soo Ho langsung bertanya Bagaimana dengan pekerjaan rumah Hae Ra.
Flash Back
“Jika kau tahu aku tidak akan datang, kenapa kau menunggu?” tanya Hae Ra
“Menurutmu mengapa aku melakukannya? Pekerjaan rumahmu sampai besok pagi.” Ucap Soo Ho. 

Hae Ra menjawab kalau Soo Ho bosan, membutuhkan organ tubuhnya atu karena Soo Ho seorang pembunuh. Soo Ho hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Hae Ra mengaku tidak berpikir Soo Ho seorang konsultan asuransi.
“Apa hanya itu yang bisa kau bayangkan, atau apa kau menghindari jawaban sebenarnya dengan sengaja?” ucap Soo Ho
“Apa Karena kau tertarik denganku?” balas Hae Ra
“Apa kau berharap begitu?” tanya Soo Ho. Keduanya saling menatap saat itu juga si bibi datang membawakan sup kerang.

Soo Ho terihat senang karena mangkuknya cukup besar, mengatakan kalau Itulah jawaban yang mendekati. Hae Ra ingin tahu alasan Soo Ho yang tertarik padanya. Soo Ho balik bertanya kenapa Hae Ra tidak sadar bahwa ia memang menarik.
“Mungkin kau tidak tahu karena kau sudah lama berada di luar negeri. Tapi gadis malang tidak atraktif di Korea. Aku seorang yatim piatu dengan latar belakang pendidikan yang buruk. Aku tidak punya apa-apa untuk dibanggakan.” Ucap Hae Ra
“Dari caraku melihat itu, maka kau pekerja keras dan jujur Kau juga memiliki senyuman yang indah. Apa kau tahu definisi pesona? Ini adalah kekuatan misterius untuk menarik seseorang dan membuat orang terus memikirkanmu.” Ungkap Soo Ho memuji
Hae Ra mengejek Soo Ho itu seorang penipu. Soo Ho mengaku bukan penipu atau pembunuh tapi hanya seorang pengusaha yang beruntung. Hae Rain ingin Bagaimana tentang membeli rumahnya , Apa itu suatu kebetulan juga. Soo Ho membenarkan, tapi... Hae Ra ingin tahu tapi kenapa.
“Kupikir aku ingin bertemu denganmu lagi. Keberuntungan selalu ada di sampingku seperti ini.” Akui Soo Ho.
Bibi membawakan mie udon untuk mereka karena dalam usia untuk makan yang banyak. Soo Ho seperti takjub, lalu Akhirnya menyuruh Hae Ra yang memakanya dan meminta sebagai Black Knightnya. Keduanya hanya bisa tertawa.


Flash Back
Keduanya makan bersama dengan Tuan Jung, Soo Ho dan Hae Ra sama-sama ingin mengambil lobak yang sama. Hae Ra menyuruh Soo Ho mengambilnya saja tapi Soo Ho memberikan lobak pada Hae Ra. Keduanya menikmati makan siang dengan tatapan Tuan Jung seperti tak ingin keduanya bersama.
Hae Ra dan Soo Ho sama-sama tertawa bersama menikmati sup kerang, seperti mengenak masa kecil mereka. 

Keduanya berjalan pulang bersama, beberapa orang yang melihat berkomentar keduanya yang terlihat tampan dan juga cantik.  Hae Ra dan Soo Ho hanya terdiam seperti masih merasa canggung.
“Tidakkah perusahaan mu berpartisipasi dalam Seoul Neighborhood Project?” ucap Soo Ho. Hae Ra terkejut mendengarnya. 

Flash Back
Kepala Tim menjelaskan Seoul Neighborhood Project... adalah bisnis untuk meregenerasi kota. Jadi Mereka melakukannya dengan biro perjalana, datang dalam berbagai konten di tempat-tempat seperti gang toko percetakan, desa hanok, dan kota sujebi untuk menghubungkan dengan paket wisata.
“Kedengarannya menarik.” Kata Hae Ra. Kepala Tim juga berpikiran sama.
“Tapi masalahnya adalah perusahaan menginginkan 3 atau 4 dari kita untuk menjadi bagian darinya.” Kata Kepala Tim
“Kenapa selalu tim kita?” keluh Joo Hee.
“ Kita juga harus datang dengan ide-ide. untuk paket wisata. Kita selalu bekerja di atas pekerjaan lainnya. Kita tidak pernah bisa beristirahat.” Ucap Hae Ra
“Haruskah aku memberitahu mereka  bahwa kita tidak dapat melakukannya?” kata ketua Tim. Semua meminta tolong pada ketua tim. 

Direktur datang bertanya Apa semuanya berjalan dengan baik dan membahas mereka sudah tahu presentasi untuk Seoul Neighborhood Project minggu depan  jadi ingin semua berpartisipasi di dalamnya. Ketua ti menyela atasanya.
“Kau tahu tim kami sudah padat dengan pekerjaan. Kenapa kau tidak meminta tim lain untuk  bertanggung jawab atas...” ucap Kepala Tim
“Itu benar, dan kita harus...tulis rencana untuk paket wisata baru.” Ucap Hae Ra
“Hae Ra  Apa yang baru saja kau katakan? Kau tahu siapa aku? Aku adalah direktur utama perusahaan ini. Apa aku tidak terdengar sama? Kita akan melakukannya.” Ucap Direktu tak peduli. 

Hae Ra mengaku pada Soo Ho kalau mereka sebenarnya ingin mengerjakan proyek itu. Soo Ho tak percaya mendengarnya. Hae Ra membenarkan dan menanyakan Bagaimana Soo Ho tahu proyeknya.  Soo Ho mengaku itu Karena perusahaannya akan berpartisipasi juga.
“Lalu Bisnis macam apa yang secara khusus kau miliki?” tanya Hae Ra binggung. Soo Ho mengajak Hae Ra untuk ikut pergi dengannya selama 10 menit.
“Jika seniman muda atau pedagang kecil dapat membuat toko mereka berhasil di tempat tinggalnya dengan sewa yang murah, kota akan berkembang dan orang-orang akan berdatangan. Ini mengarah pada peningkatan sewa mereka dan mereka harus pindah pada akhirnya.” Jelas Soo Ho mengajak Hae Ra berjalan di gang sempit
“Masalah itu telah banyak diberitakan di TV.Ini adalah gentrifikasi ( menggusur permukiman kumuh/kuno untuk dijadikan hunian mewah) Aku akan memulai bisnis sewa sewajarnya terlebih dahulu, lalu akan menjamin kontrak 5 tahun dengan biaya sewa yang ditetapkan.” Jelas Soo Ho
“Apa memungkinkan di Seoul?” tanya Hae Ra seperti tak yakin.
“Selama pemilik tanah bersedia melakukannya. Aku akan berpikir tentang toko jenis apa untuk dimasukkan didalamnya. dan bagaimana membuatnya lebih kompetitif.” Jelas Soo Ho 
Mereka pergi melihat Supermarket Penyu dan melihat restoran memberitkan potongan harga minum saat makan siang. Hae Ra mengaku tidak tahu ada gang semacam . Soo Ho mengaku akan datang dengan senang hati untuk mengembangkan kota tua juga.
“Sebuah ide yang cemerlang bisa menjadi awal dari perubahan. Waktunya 10 menit sudah lewat.” Ucap Soo Ho mengajak Hae Ra pergi.
“Jika kau ingin meminta rinciannya, maka temui aku besok Kami akan pergi ke sana untuk membuat presentasi. Aku akan pulang larut hari ini. Jangan mengintip susu di mejaku.” Ucap Soo Ho mengejek
“Jangan bikin lelucon kalau tidak lucu Aku tidak cukup naif untuk jadi bersemangat hanya karena orang kaya tertarik padaku..” Balas Hae Ra lalu melihat seekor anjing didepan gedung
“Kau pasti menyukai anak anjing, aku pernah melihatmu sebelumnya.” Ucap Hae Ra
“Tapi aku menyukaimu” akui Soo Ho mengoda dengan blak-blakan dan keduanya saling menatap. Soo Ho pun pamit pergi dan akan bertemu di rumah lalu berjalan pergi
“Tunggu... Kupikir kau ingin mengatakan sesuatu semalam.”kata Hae Ra
“Aku sudah mengatakannya.” Jawab Soo Ho. Hae Ra bertanya kapan. Dan Soo Ho  menjawab Baru saja dan pamit pergi.
Saat itu Joo Hee melihat Hae Ra bertanya siapa pria yang bersamanya tadi. Hae Ra menjawab pemilik rumahnya. Joo Hee bertanya-tanya Kenapa pemilik rumah begitu tampan. Hae Ra tak membalas mengajak Joo Hee agar pergi.
“Dia tinggal dimana?” tanya Joo Hee. Hae Ra menjawab Di rumah yang sama. Joo Hee melonggo kaget dan meminta agar Hae Ra harus mengundangnya.
“Dia jauh lebih baik dari mantan jaksa itu.” Komentar Joo Hee. Hae Ra tak ingin membahasnya. Soo Ho mengemudikan mobilnya dengan senyuman merekah. 



Gon memberitahu ayahnya Banyak orang sudah mulai menyewakan bangunan komersial sebagai rumah bersama. Tuan Park yakin Itu semua hanya mode sesaat dan akan cepat berlalu.
“Sepertinya satu akan didirikan... di gedung disebelah kita di Hyehwa-dong. Masalahnya adalah... mereka tidak akan menaikkan uang sewanya, dan mereka akan membuat tim pembantu untuk membantu para penyewa mereka Kita mungkin bisa menandinginya..” Ucap Gon
“Siapa pemiliknya?” tanya Tuan Park . Gon mendengar kalau orang asing dan akan melihat lebih dalam. 



Sharon duduk di depan cafe menikmati secangkir kopi, teringat kembali foto Ji Hoon dengan badan yang bagus. Lalu merasa Hae Ra memang benar tapi menurutnya mungkin saja bukan. Ia memejamkan matanya lalu membuka mata
Tiba-tiba angin berhembus kencang, lembaran tisseu bersebrangan. Sharon binggung sampai akhirnya melihat sosok Soo Ho berada dalam mobil sedang berhenti di lampu merah.  Semua benda diatas meja pun melayang, angin berhembus kencang menjatuhkan semua meja.
Pelayan keluar cafe binggung, mobil Soo Ho pun akhirnya pergi dan angin pun berhenti. Sharon melihat Soo Ho seperti menemukan seseorang. Mobil Tuan Park berbelok melihat sosok Sharon dengan suasana berantakan, dan seperti sangat terkejut. 

Hae Ra membuat fotokopi dan teringat kembali pengakuan Soo Ho yang blak-blakan “Tapi aku menyukaimu.” Lalu pesan dari Ji Hoon kembali masuk “Apa kau sakit karena terluka? Jangan menangis Makanlah dengan baik. Lupakan orang brengsek sepertiku.”
Sementara Ji Hoon sibuk memamerkan tubuhnya yang berotot, pelatih meminta agar Ji Hoon memberikan pandangan yang kuat lalu Lenturkan sedikit lagi. Pesan masuk ke ponsel Ji Hoon, Ia lalu buru-buru mengambil ponselnya. Pelatihnya mengeluh karena Ji Hoon pergi di tengah-tengah pekerjaan. 

Ji Ho mengeluh kalau otot perutnya kram jadi  meminta waktu lima menit. Pelatih pun membiarkan Ji Hoo pergi. Akhirnya Ji Hoon keluar dari ruangan menutup ponselnya, panik kalau nanti Hae Ra yang meminta agar mengatakan kalau masih mencintainya.
Tapi Hae Ra membalas dengan mengirimkan gambar dirinya sedang makan es krim yang diambil oleh Soo Ho  dengan pesan “Aku berada di Slovenia. Aku sudah melupakan tentangmu”
“Aku sangat menyakitinya.” Ungkap Ji Hoon. Pelatih datang bertanya Siapa yang terluka lalu menarik Ji Hoon agar kembali berkerja. 

Hae Ra berjalan pulang dengan Joo Hee yang bertanya kenapa tiba-tiba pindah. Hae Ra mengatakan Sesuatu telah terjadi. Joo Hee ingin tahu  Kapan bisa mengunjunginya di rumahnya. Hae Ra meminta waktu untuk membiasakan diri.
“Bahkan aku tidak bisa mendapatkan...” kata Hae Ra dan terhenti karena ada seseorang yan memanggilnya.
“Apa Pacar jaksamu?” ucap Joo Hee menyapa Ji Hoon sebagai Jaksa Choi.
“Aku telah banyak mendengar tentangmu.” Ucap Joo Hee terlihat senang. Hae Ra tak suka memilih pamit pergi. Ji Hoon pun mengejarnya. 

Ji Hoon menghadang jalan Hae Ra dan memberikan buket bunga, Hae Ra hanya diam akhirnya Ji Hoon pun berlutut agar Hae Ra mau menerimanya. Hae Ra tetap diam.
“Cepat dan ambil ini... Orang mungkin akan mengambil fotonya dan mempostingnya secara online.” Ucap Ji Hoon. Hae Ra mengambil dan langsung membuangnya saat ada mobil sampah lewat. Ji Hoon langsung berteriak marah.
“Kenapa kau di sini?” tanya Hae Ra kesal. Ji Ho mengaku itu Karena mengkhawatirkannya.
“Apa kau mendapatkan pinjaman untuk pergi ke Slovenia? Aku tahu kalau aku menyakitimu, tapi kau tidak bisa melakukan itu.” Ucap Ji Hoon berpikiran aneh
“ Aku akan terluka jika kau seorang jaksa yang sebenarnya Tapi aku sudah melupakannya karena kau palsu.” Akui Hae Ra
“Kau pembohong. Aku melihat perasaan cinta di matamu pada hari itu” ucap Ji Hoon
“Aku tidak akan melupakan nasihat yang kau berikan untukku.” Tegas Hae Ra
“Dia seorang kolega dekan, kan? Dia masih menganggapku jaksa. Kau tetap mencintaiku. Kau melindungiku” ungkap Ji Hoon
“Betapa banyak omong kosong. Aku tidak ingin terlihat seperti orang idiot. Kendalikan dirimu.” Ucap Hae Ra kesal
“Aku pikir, aku mencintaimu. Aku di sini bukan karena uang. Kupikir... Aku sungguh menyukaimu.” Akui Ji Hoo.
Hae Ra yang sudah tak tertarik balik bertanya “lalu kenapa”. Ji Hoon melihat baju yang dipakai Hae Ra dari kasmir. Hae Ra membenarkan kalau itu 100 persen. Ji Hoon binggung sebenarnya Apa yang terjadi dengannya. Hae Ra mengaku Tidak ada karena hanya baru saja putus dengan seorang jaksa palsu lalu berjalan pergi. Ji Hoon hanya bisa berteriak memanggil Hae Ra. 


Hae Ra pulang tak melihat Soo Ho ada di meja kerja lalu mendengar suara  bibinya yang berkomentar Orang sukses terlihat berbeda seperti itu dan masuk ke dalam dapur. Bibi Lee melihat pakaian Hae Ra bertanya apa yang dipakainya.
“Oh, seseorang memberikannya padaku.” Ucap Hae Ra santai
“Presiden Moon memintaku untuk memberikan ini padamu.” Kata Tuan Han sebuah tablet. Hae Ra bertanya apa itu.
“Dia bilang foto dari Slovenia ada didalamnya.” Kata Tuan Han. Hae Ra pun mengucapkan Terima kasih.
“Baiklah kalau begitu. Nikmati makan malammu. Presiden Moon ingin kalian berdua merasa nyaman, jadi dia akan pulang terlambat” kata Tuan Han.
“Astaga, ini membuat kita merasa lebih tidak nyaman.” Pikir Bibi Lee tak enak hati. Tuan Han memberitahu kalau Soo Ho juga sibuk.
“Sepertinya dia tumbuh di luar negeri sejak kecil. Bukankah sulit baginya untuk berbisnis?” pikir Hae Ra khawatir
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar