PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 08 Januari 2018

Sinopsis Black Knight Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Sharon menyapa keduanya yang terlihat kaget, dengan santai melihat Hae Ra yang juga ada di dalam toko. Hae Ra menmberitahu kalau Baek Hee yang mengundangnya, lalu menanyakan keadaan Sharon apakah kena flu. Sharon teringat dengan kejadian sebelumnya, berpikir kalau keadanya  bisa jadi lebih buruk kalau Hae Ra tak menolongnya.
“Tidak masalah. Aku berusaha keras untuk menutup jendela itu.” Ucap Hae Ra
“Apa kau ingin minum kopi?” tanya Soo Ho. Hae Ra menolak tapi Sharon dengan santai meminta kopi hitam saja. Soo Ho sempat binggung.
“Tanpa susu atau gula... Americano.” Kata Sharon mencoba mengubah dengan bahasa jaman sekarang
“Apa kau mau pergi memesannya denganku?” kata Soo Ho. Sharon pikir boleh juga dengan wajah senang hati mengikuti Soo Ho. Hae Ra bertanya-tanya Bagaimana mereka bisa saling kenal

Soo Ho dan Sharon menunggu di depan kasir, lalu Soo Ho menanyaan keadaan Sharon apakah baik-baik saja. Sharon menganguk mengaku kalau itu berkat Soo Ho dengan mengucapkan Terima kasih sudah mengirim asistennya.
“Bisakah kau tidak memberitahu Hae Ra kalau aku memesankan dia pakaian itu?” ucap Soo Ho. Sharon ingin tahu alasanya.
“Itu hadiah. Aku tak ingin merusak kesenangan.” Kata Soo Ho lalu mengambilkan kopi untuk sharon dan memberikanya, lalu bergegas pamit pergi. 

Baek Hee kembali bercerita, apakah mereka ingin tau yang sebenarnya malam ini, lalu matanya melotot tajam karena Sharon datang dan duduk tepat dibelakang Soo Ho.  Baek Hee berteriak kalau "Pria itu bukan milikmu!"
“Nyonya itu menghabiskan sepanjang malam berdiri diluar, menatap pintu yang gelap.”
Flash Back
“Pria itu bukan milikmu. Beraninya gadis rendahan sepertimu menyentuhnya?”ucap Seo Rin akhirnya datang lagi. Sementara di dalam kamar terlihat Boon Yi dan Myung Soo tertidur dengan saling berpungungan.
“ Tak ada yang terjadi diantara mereka. Bagaimanapun, malam itu adalah pertama kalinya mereka mengetahui perasaan mereka sesungguhnya.”
Boon Yi sibuk merapihkan cabe yang baru saja selesai dijemur, Si bibi datang memlihat Boon Yi yang berkerja dan menyuruhnya kala harus beristirahat. Boon Yi menolak karena bisa mengerjakannya. Si bibi yaki kalau Boon Yi akan mendapatkan bayi impiannya.
“Kau akan memiliki seorang putra. Aku bilang, seorang putra.” Kata Si Bibi yakin. Boon Yi hanya diam saja karena tak ada yang terjadi semalam. 


Jeom Bok datang mengagetkan Boon Yi didapur bertanya Ada apa kemari. Jeom Bok mengaku kalau datang kemari demi Nyonya. Boon Yi pun menyuruh Jeom Bok duduk dan bertanya apakah merasa lapar, lalu membawakan makanan untuk temanya.
“Aku menggambar bukit kecil yang kau sukai itu.” Ucap Jeom Bok memberikan lembaran kertas gambarnya.
“Astaga, Jeom Bok, kau pandai menggambar.” Kata Boon Yi melihatnya. Jeom Bok sempat tersedak, Boon Yi buru-buru menyuruh Jeom Bok untuk minum juga saat makan.
“Boon Yi, Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Ayah Nam Sik bilang kau akan melahirkan seorang putra. Tapi kau bahkan tidak menikah. Syukurnya, atau mungkin sialnya, orang-orang tidak penasaran tentang mereka untuk waktu yang lama.” Ucap Jeon Bok
“Bawakan lebih banyak buku.” Kata Boon Yi sengaja mengalihkan pembicaraan. 

“Pengadilan Kerajaan terbagi antara fraksi utara dan fraksi selatan, dan mereka berakhir dengan memperjuangkan masing-masing partai. Mereka menggunakan penyiksaan agama untuk menindas pemikir-pemikir progresif.”
Saat itu juga banyak orang yang ditangkap termasuk Myung Soo dari kediaamanya. Beberapa Pelayan menangis melihat Myung Soo yang dibawa oleh pengawal kerajaan.
“Sarjana muda yang tertangkap mempelajari pemikiran Konfusius jadi dikorbankan bagi konflik fraksi.”
Setelah Myung Soo dibawa pergi, Boon Yi dibawa masuk ke tempat Seo Rin. Ia dipaksa menganti pakaian seperti pakaian Nyonya besar. Lalu dengan sinis, Seo Rin memegang wajah Boon Yi kalau selalu ingin menggunakan pakaian itu.
“Kau dapat memakai ini dan mati ditempatku.” Ucap Seo Rin ingin mengorbankan Boon Yi. 

Pengawal datang menarik keluar Boon Yi, bertanya apakah istri Lee Myung So. Boon Yi hanya diam saja. Pengawal meminta Boon Yi agar menjawab pertanyanya. Boon Yi akhirnay mengaku sebagai istri dari Myung Soo. Sementara Seo Rin melihat dari balik semak.
“Apa ada anggota keluarga yang lain?” tanya pengawal. Boon Yi mengaku  Tidak ada.
“Beraninya kau membodohiku? Kau tak dapat menikahinya dengan wajah seperti ini.” Ucap Pengawal melihat wajah Boon Yi dengan lua bakar.
“Aku mendapat luka ini setelah kami menikah.” Akui Boon Yi
“Bagaimana dia bisa hidup bersama wanita seperti ini?” kata Pengawal tak percaya.
“ Dia adalah suami yang manis tak peduli dengan lukaku. Dia bukan seseorang yang bisa kau pahami.” Ucap Boon Yi menyakinkan. Akhirnya Boon Yi pun dibawa dan Seo Rin tetap aman dalam rumah. 

“Mereka menginterogasinya dan menanyakan dengan siapa Myung So bekerja sama, dan orang macam apa saja yang mengunjunginya.”
Boon Yi duduk di atas kursi dengan luka dari hukuaman, pengawal kembali datang ingin tahu kalau Lee Myung So menganut Katolik. Boon Yi tetap diam dan akhirnya pisau menyentuh lehernya.
Bagaimanapun, Boon Yi tak memberikan mereka jawaban apapun.” 

Myung Soo diasingkan didalam hutan sambl bertanya apaka  akan mendapat racun sebagai hukuman pagi ini. Saat itu Boon Yi berjalan tergopoh-gopoh, Myung Soo kaget melihat Boon Yi yang masih hidup seperti tak percaya kalau bisa bisa berjalan sejauh ini. Saat itu Boon Yi jatuh dipelukan Myung Soo
“Aku mendengar apa yang kau alami.” Ucap Soo Ho. Boon Yi dengan suara kecil mengaku sungguh senang karena Soo Ho baik-baik saja.
“Apa suaramu hilang karena aku?” kata Soo Hoo tak bisa mendengar suara Boon Yi dengan jelas. Boon Yi mengelengkan kepalanya, Soo Ho hanya bisa menangis memeluk Boon Yi yang mau berkorban untuknya. 


“Kudengar dia disiksa dengan berbagai macam cara. Orang-orang bilang dia mencoba melarikan diri saat akan dijual lalu mati.” Ucap Paman memberitahu Seo Rin yang terlihat pucat.
“Dia seharusnya sadar akan dirinya. Kudengar beberapa orang kembali dari pengasingan dalam keadaan hidup.” Ucap Seo Rin. Paman itu membenarkan. “Tuan pasti akan kembali.” Kata Si paman yakin. 

Myung Soo makan masakan Boon Yi sementara Boon Yi menjahit baju. Setelah makan Soo Ho mengangkat meja karena akan mencuci jadi Boon Yi sebaiknya beristirahat. Boon Yi menolak, tapi Myung Soo menyuruh Boon Yi agar  menyelesaikan Selesaikan pekerjaannya saja.
Beberapa saat kemudian, Myung Soo sudah dudu menatap Boon Yi yang sibuk menulis diatas kertas. Lalu ia mengambil kertas ingin melihatnya.  Boon Yi panik karena belum selesai.
“Hei... Ini bukan main-main. Apa Menurutmu?” ucap Myung Soo telihat marah.
“Kau tidak membuat kesalahan, jadi aku tak bisa bersenang-senang memarahimu. Kau sangat cepat belajar.” Puji Myung Soo. Boon Yi pun bis tersenyum. 

Dimalam hari, Myung Soo dan Boon Yi mengajak bermain bayangan dengan memperlihatkan gambar burung dan juga lainya. Tiba-tiba Myung Soo memberikan sesuatu pada Boon Yi meminta agar membukanya. Boon Yi kaget melihat isinya adalah sebuah cincin.
“Pemilik pandai besi tua banyak membantuku membuat ini, cincin itu mempercayai bahwa suatu saat aku akan kembali. Jadi aku memberinya sebuah buku dan cincin Kuharap cincin ini dapat membantu. Saat kau membutuhkan uang, juallah cincin ini. Jika ada kehidupan selanjutnya lahirlah ditempat yang baik.” Ucap Myung Soo. Boon Yi seperti terharu mendengarnya.
“Jangan kehilangan suaramu... Jangan memiliki luka seperti ini. Jika kau harus hidup dengan luka seperti ini lagi, Aku akan mengambil luka itu. Jadilah seorang yang cantik, dan hiduplah dengan berharga, Boon Yi.” Ungkap Myung Soo.
Boon Yi dengan mata berkaca-kaca langsung memeluk Myung Soo dan memberikan pelukan. Myung sampai terjatuh karena Boon Yi yang tiba-tiba memeluknya, lalu membaringkanya dan saling menatap. Myung Soo pun lebih dulu mencium Boon Yi. 

Keduanya duduk di depan rumah sambil memandang langit,   Myung Soo melihat jari tangan Boon Yi yang kosong bertanya Dimana cincin yang diberikannya. Boon Yi menunjuk ke suatu tempat dengan jarinya. Myung Soo heran melihat Boon Yi malah menaruh di luar rumah.
“Bulan purnama.” Ucap Boon Yi menunjuk ke atas. Myung Soo mengerti kalau Boon Yi mengatakan Bulan purnama.
“Saat bulan purnama.” Kata Boon Yi. Myung Soo seperti binggung dengan yang dikatakan Boon Yi karena tak bisa mengatakan dengan jelas. Boon Yi berusaha terus menjelaskan.
“Aku tahu... Jika cincin menerima cahaya sinar bulan purnama, itu akan memiliki kekuaran untuk mengabulkan harapanmu. Boon Yi, apa yang kau harapkan?” kata Myung Soo. Boon Yi menjawab Rahasia. Myung Soo pun mengajak Boon Yi masuk karena udara yang dingin.

“Katakan padaku didalam nanti.” Kata Myung Soo. Saat itu Seo Rin melihat keduanya masuk rumah terlihat sangat marah, lalu mengambil cincin dna juga membawa kayu dengan api. 
Beberapa saat kemudian, Myung Soo tersadar kalau rumahnya sudah kebakaran dan membangunkan Boon Yi kalau harus pergi keluar. Saat itu Boon Yi yang sudah pingsan mulai tersadar, Myung Soo lebih dulu keluar dari rumah. Seo Rin menahan suaminya agar tak kembali masuk.
“Tinggalkan saja gadis itu didalam dan kita pergi.” Ucap Seo Rin, Myung Soo terlihat marah dengan sikap istrinya.
“Katakan padaku... Siapa yang lebih kau cintai? Aku atau dia?” ucap Seo Rin dengan mata melotot. Myung Soo pikir Seo Rin sudah gila.
“Kita tinggalkan saja gadis kasar itu.” Ucap Seo Rin. Tapi Myung Soo tetap berteriak menyuruh Boon Yi segera sadar dan bangun.
“Kau tetaplah disana... Matilah disana!” ucap Seo Rin marah. Boon Yi terdiam melihat Myung Soo sudah bersama dengan Seo Rin
“Jika kau tak keluar,maka Aku tak akan pergi.” Kata Myung Soo akhirnya masuk ke dalam rumah bersama dengan Boon Yi.
“Kalian semua harus mati!! Kalian semua harus mati!” teriak Seo Rin marah, saat itu juga batang kayu rumah mulai berjatuhan dan api semakin membesar.
Seo Rin mulai panik karena suaminya ada didalam rumah, ketika rumah terbakar semua, tiba-tiba Boon Yi keluar dari tumpukan jerami memegang kaki Seo Rin dengan mata penuh dendam mengatakan “Kau penyihir, Jadilah hantu yang berkeliaran selamanya.” 

Seo Rin terlihat frustasi dengan berdiri diatas tebing lalu menjatuha dirinya, saat itu cincin yang di curiganya pun terlepas. Beberapa saat kemudian, Seo Rin berada di tepi pantai dan berjalan kembali dengan wajah pucat dan lemas.
“Permisi... Aku ingin bertanya sesuatu... Apa benar ini rumah tuan Choi?” ucap Seo Rin pada pria tua yang berjalan didekatnya.
“Nyo..... Nyonya.” Kata si pria. Seo Rin tak tahu siapa pria itu. Pria itu mengatakan kalau ia adalan Jeom Bok dengan tahu lalat di pipi tapi sudah sangat tua. Seo Rin kaget melihatnya.
“Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau terlihat sama seperti dulu?”kata Jeom Bok heran
“Apa yang sudah terjadi pada rumahku beberapa hari ini?” kata Seo Rin. Jeom Bok heran Seo Rin hanya mengatakan beberapa hari bahkan tak melihat wajahnya yang sudah menua dan rambut memutih.
“Dimana ayah dan ibu?” tanya Seo Rin panik. Jeom Bo memberitahu Mereka meninggal 30tahun yang lalu, menantikan Seo Rin.
Seo Rin tak percaya merasa kalau  sedang bermimpi. Jeom Bok pun heran melihat Seo Rin yang tidak berubah sedikitpun. Seo Rin malah tak yakin kalau pria didepanya itu Jeom Bok yang pandai menggambar. Jeom Bok membenarkan. Jeom Bok membenarkan. Seo Rin hanya bisa tertawa frustasi mendengarnya. 


Jeom Bok minum arak dari botol tanpa sadar kalau Baek Hee datang dan duduk didepanya. Baek Hee meminta Jeom Bok tenang karena bisa tersedak karena berpikir seperti melihat hantu atau semacamnya. Jeom Bok pun bertanya siapa Baek Hee.
“Aku seseorang yang mengetahui tentang Nyonya Seo Rin and Boon Yi.” Ucap Baek Hee. Saat itu datang Pria lain keluar dari rumah.
“ Dunia ini sungguh konyol. Pelayan saat ini menuntut diperlakukan sebagai manusia Dan aku menyaksikan seorang gadis. menggoda seorang pria disiang bolong.” Ejek pria.
“Mari kita bicara ditempat lain.” Ucap Baek Hae mengajak Jeom Bok pergi.
“Mari kita bersenang-senang. Kita jauh lebih baik dibanding pria tua ini.” Kata Si pria mengoda. Baek Hee meminta agar menghentikanya.
Tapi si pria menahan tangan Baek Hee untuk tak pergi, saat itu juga Baek Hee memperlihatkan jurusnya yang bisa melawan pria. Si pria pun kesakitan. Baek Hee mengajak Jeom Bok agar bicara ditempat lain karena ingin bicara berdua saja dengannya. Jeom Bok pun bergegas pergi mengikuti Baek Hee karena ketakutan. 


Seo Rin yang frustasi kembali mencoba bunuh diri dengan menenggalam diri di danau. Tapi setelah itu kembali terdampar disuatu tempat, saat itu seseorang datang dengan kuda dan beberapa pengawal lalu berhenti melihat Seo Rin.
“Kau tidak menjadi manusia ataupun hantu. Kau tak bisa mati.” Ucap baek Hee.
“Siapa kau?” ucap Seo Rin. Baek Hee menjawal kalau ia adalh Seseorang seperti Seo Rin dan menyuruh agar mengikutinya saja.
“Selama kau hidup, kau perlu untuk menyelamat diri dari cuaca dingin dan kelaparan.” Ucap Seo Rin. 

Mereka berkelana dari Dinasti Qing, 1900, dengan bergaya seperti seorang pria. Lalu pergi Jepang, 1930 sebagai seorang wanita dan masuk ke Sekolah Pembuatan Baju di Tokyo. Mereka pindah ke Seoul tahun 1960 dengan Seo Rin yang bisa menjahit pakaian. 

Sharon yang mendengar cerita Baek Hee menatap sinis. Baek Hee menceritakan  Saat membaca buku tentang sejarah masa setelah Raja Joengjo, teringat kisah lama yang didengar dari nenek. Jadi menambahkan imajinasinya dalam cerita.
“Jika ada wanita seperti itu dalam kenyataan, dia  mungkin akan membuat pakaian untuk mengangkat kutukannya. Tapi Bisa juga tidak. Mungkin dia menjalankan sebuah bistro.” Ucap Baek Hee menyindir
“Aku tak percaya apa yang ia katakan.” Keluh Sharon sinis
“Itulah akhir yang kusampaikan hari ini.  Terimakasih. Lalu Dimana pestanya?” kata Baek Hee.
Bersambung ke Part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar